• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Data

2. Cara subjek memahami dirinya dan orang lain

Cara subjek dalam mengatasi pengalaman diskriminasi baik saat kecil dan saat dewasa, termasuk juga figur- figur positif (figur support) yang berperan terkait dengan cara subjek mengatasi pengalaman diskriminasinya itu.

2. Cara subjek memahami dirinya dan orang lain

Bagaimana subjek memahami dirinya dan orang lain dalam kaitannya dengan pengalaman diskriminasi. Hal ini mungkin bisa dirumuskan dalam pertanyaan “mengapa orang lain mendiskriminasikan aku (waria) ?”

D. METODE PENGAMBILAN DATA

Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara. Menurut Moleong (2008 : 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna- makna subjektif yang dipahami inidividu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap suatu isu (Banister dkk., dalam Poerwandari, 2005 : 127).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan variasi dari wawancara naratif, dimana wawancara tersebut fokus pada

pembentukan suatu cerita (Wengraf, 2001). Wawancara tersebut juga menggunakan desain pertanyaan khusus, yaitu single initial narrative question, dimana pertanyaan tersebut berfokus pada hal tertentu. Misalnya, pertanyaan mengenai semua cerita kehidupan seseorang atau hanya sebagian topik dari kehidupan seseorang. Dalam wawancara ini, campur tangan interviewer juga terbatas. Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam wawancara dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Tahap 1

Dalam tahap ini, interviewer bertanya dengan single initial narrative question, yaitu “coba ceritakan pengalamanmu dari kecil sampai sekarang”. Selama interviewee bercerita, maka interviewer menulis topik-topik yang muncul.

b. Tahap 2

Dalam tahap ini, terdapat pembatasan topik dari topik-topik yang muncul dalam tahap 1. Topik yang diangkat adalah mengenai pengalaman diskriminasi.

Jika dalam tahap 1 telah muncul topik mengenai diskriminasi dalam cerita, maka peneliti menggali lebih dalam lagi mengenai topik tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Namun, jika dalam tahap 1 belum muncul topik mengenai diskriminasi, maka peneliti akan memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan kepada subjek Contoh

27

pertanyaan pancingan tersebut adalah : apakah subjek pernah diejek oleh orang lain karena status kewariannya ?

c. Tahap 3

Untuk mempersiapkan subsesi ini, perlu disiapkan terlebih dahulu analisis awal terhadap hasil wawancara pada subsesi 1 dan 2. Dalam subsesi ini, tidak lagi dipergunakan single initial narrative question. Pada tahap 3 ini, peneliti melakukan cross check analisis hasil wawancara kepada subjek penelitian. Selain itu, peneliti juga memberikan hasil verbatim wawancara kepada subjek penelitian agar dapat dilihat jika masih ada yang kurang ataupun salah penulisan.

Wawancara yang dilaksanakan melewati beberapa tahap. Berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam wawancara :

1. Mencari informasi mengenai keberadaan subjek

2. Membuat panduan wawancara. Panduan wawancara dibuat berdasarkan tujuan dari penelitian dan metode wawancara yang digunakan. Berikut ini ada 3 panduan wawancara :

a. Ceritakan pengalaman subjek dari kecil hingga sekarang.

b. Ceritakan pengalaman subjek saat masih anak-anak secara lebih detail. c. Ceritakan pengalaman diskriminasi yang pernah dialami oleh subjek. 3. Melakukan rapport dengan berkenalan dan menceritakan maksud dan

4. Membuat jadwal untuk proses wawancara sesuai jadwal yang telah disepakati

5. Melakukan proses wawancara

E. PROSES PENGAMBILAN DATA

Pengambilan subjek dilakukan dengan model pengambilan sample bola salju / snowball sampling. Hal ini dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam mencari subjek. Pada awalnya, peneliti hanya mengenal satu subjek saja. Kemudian, peneliti bertanya dan meminta bantuan kepada subjek pertama untuk mencarikan teman waria yang lain yang bersedia menjadi subjek penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu melakukan rapport dengan subjek. Rapport dilakukan dalam waktu yang berbeda bagi masing- masing subjek. Namun, rapport hanya dilakukan seperlunya saja oleh peneliti. Hal ini disebabkan karena ketiga subjek sangat kooperatif dalam berbagi cerita. Bagi mereka, penelitian ini dapat mengungkap diskriminasi yang sering dialami oleh kaum waria.

Pada awalnya peneliti mengalami kesulitan dalam mencari subjek waria karena waria kenalan peneliti tidak bisa dihubungi. Kemudian, peneliti mendapat saran dari salah seorang teman untuk mendatangi LSM Kebaya di Gowongan Lor. Akhirnya, pada tanggal 12 Juni 2009, peneliti mendatangi LSM Kebaya tersebut dan bertemu dengan Mami Vinolia selaku ketua LSM Kebaya tersebut. Kemudian, peneliti mengutarakan maksud dan tujuan peneliti datang ke LSM tersebut dan dengan senang hati Mami Vinolia

29

bersedia membantu. Pada tanggal 15 Juni 2009, peneliti bertemu dengan subjek I untuk melakukan rapport. Rapport dilakukan di tempat kerja subjek, yaitu di LSM Kebaya. Rapport dilakukan sangat cepat karena subjek sangat mudah akrab dengan peneliti. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan subjek II dan subjek III. Akhirnya, pada tanggal 16 Juni 2009 dilakukan proses wawancara untuk subjek I. Untuk subjek II, rapport dilakukan pada tanggal 9 September 2009 dan melakukan wawancara pada tanggal 10 September 2009 di tempat kerja subjek, yaitu LSM Kebaya sekaligus peneliti melakukan rapport untuk subjek III. Proses wawancara subjek III dilakukan pada tanggal 18 September 2009 di kos subjek.

Pada mulanya peneliti hanya ingin menggunakan 3 subjek saja. Namun, untuk mendapat hasil yang lebih maksimal, maka peneliti menambah jumlah subjek penelitian menjadi 5 subjek. Rapport untuk subjek IV dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2009 di kos subjek dan dilakukan proses wawancara pada tanggal 21 Oktober 2009 yang juga dilaksanakan di kos subjek. Kemudian, peneliti melakukan rapport untuk subjek V pada tanggal 30 Oktober 2009 dan wawancara pada tanggal 2 November 2009 yang semuanya dilaksanakan di tempat kerja subjek. Selama proses wawancara, peneliti menggunakan MP3 player bagi kelima subjek untuk merekam proses wawancara tersebut.

Kelima subjek merupakan anggota dari sebuah LSM yang peduli terhadap waria, yaitu LSM Kebaya. Saat pertama kali datang, peneliti memang disarankan oleh ketua LSM tersebut untuk menggunakan subjek dari LSM

saja dan subjek yang sudah terbiasa berbagi cerita kepada orang lain. Hal ini disarankan oleh ketua LSM tersebut agar peneliti dapat lebih mudah dalam mendapatkan data penelitian. Menurut Mami Vinolia, selaku Ketua LSM Kebaya tersebut, waria yang berada di LSM akan lebih mudah untuk diajak kerja sama daripada waria yang berada di luar LSM. Hal ini disebabkan karena mereka cenderung sudah terbiasa untuk bersosialisasi dan berbagi pengalaman dengan orang lain.

Selama proses wawancara, kelima subjek cukup kooperatif. Hal ini memudahkan peneliti dalam mendapatkan data untuk penelitian. Setelah proses wawancara, bahkan setelah proses penelitian berkahir, peneliti tetap menjalin relasi dengan para subjek. Berikut ini adala h tabel proses rapport dan wawancara :

31

Tabel 1

Proses Rapport dan Wawancara

RAPPORT WAWANCARA

NO SUBJEK

TANGGAL TEMPAT WAKTU TANGGAL TEMPAT WAKTU

1 Subjek I 15 Juni 2009 Tempat Kerja 10.00 WIB 16 Juni 2009 Tempat kerja 09.30 WIB 2 Subjek II 9 September 2009 Tempat Kerja 10.00 WIB 10 September 2009 Tempat kerja 14.30 WIB 3 Subjek III 10 September 2009 Tempat Kerja 16.00 WIB 18 September 2009 Kost subjek 18.30 WIB

4 Subjek IV 15 Oktober 2009 Kost subjek III 17.00 WIB 21 Oktober 2009 Kost subjek III 16.30 WIB 5 Subjek V 30 Oktober 2009 Tempat kerja 15.00 WIB 2 November 2009 Tempat kerja 15.00 WIB

33

F. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengorganisasian data serta mencari dan menemukan pola dari data tersebut. Cara menemukan pola pada data subjek dibuat berdasarkan kepentingan peneliti dan menggunakan sedikit panduan teknik analisis tema Carl Ratner. Menurut Carl Ratner (2001), salah satu analisis naratif adalah mengidentifikasi tema-tema yang muncul dalam data verbal. Tema-tema yang diambil tentunya adalah tema yang relevan dengan tujuan penelitian, yaitu mengenai pengalaman diskriminasi. Berikut ini adalah rincian langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data :

1. Mencari kalimat pernyataan subjek (meaning units) yang berhubungan dengan pengalaman diskriminasi.

2. Memparafrasekan meaning units tersebut ke dalam central themes.

3. Mengelompokkan beberapa central themes menjadi general theme. Dalam tahap ini, ditemukan bahwa terdapat 3 general themes, yaitu bentuk diskriminasi, cara mengatasi diskriminasi dan figur support.

4. Setelah menemukan tema yang muncul dari data verbal tersebut, maka langkah selanjutnya adalah menentukan general structure. Jadi, setiap general theme dijelaskan atau dijabarkan dalam general structure.

Keempat langkah tersebut dilakukan untuk masing- masing subjek. setelah didapatkan general structure untuk tiap-tiap subjek, maka semua general structures tersebut digabung menjadi satu menjadi general summary.

Untuk melihat cara subjek memahami dirinya dan orang lain, peneliti menggunakan panduan analisis I Poems yang menurut Debold (dalam Gilligan : 162) salah satu tujuannya adalah untuk mendengarkan bagaimana orang tersebut berbicara mengenai dirinya dan orang lain. Dalam tahap ini, peneliti membatasi meaning units yang digunakan, yaitu dengan mengambil pernyataan-pernyataan subjek yang diawali dengan kata “saya”, “aku”, “waria”. Kemudian, meaning units tersebut dikelompokkan menjadi beberapa tema.

G. KEABSAHAN DATA

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan uji kredibilitas (tingkat kepercayaan) atau sering disebut validitas dalam penelitian kuantitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud eksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks (Poerwandari, 2005 : 181).

Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005 : 182) teknik yang sering digunakan adalah validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumentatif dan validitas ekologis. Dalam penelitian ini digunakan 2 teknik, yaitu :

35

1. Validitas komunikatif

Validitas komunikatif dilakukan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisisnya pada responden penelitian.

Berikut ini akan disajikan tabel penjelasan mengenai tanggal dan apa saja yang diberikan peneliti kepada subjek penelitian untuk dikoreksi ulang oleh subjek penelitian.

Tabel 2

Cross Check Data

SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III SUBJEK IV SUBJEK V

TANGGAL 6 November 2009 13 November 2009 13 November 2009 17 November 2009 17 November 2009 TEMPAT Mr. Burger Yogyakarta Tempat kerja subjek Kamar kos subjek Kamar kos Subjek Kamar kos subjek WAKTU 17.00 – 19.00 WIB 16.30 – 17.45 WIB 13.30 – 16.00 WIB 18.30 – 21.15 WIB 16.00 – 17.30 WIB Verbatim KEGIATAN Ada beberapa bagian yang salah

Ada beberapa bagian yang salah

Tidak ada Tidak ada Ada beberapa

37

dalam penulisan. dalam penulisan. dalam penulisan.

Analisis Data Subjek mengoreksi

beberapa analisis yang kurang sesuai.

Subjek mengoreksi beberapa analisis yang kurang sesuai.

Subjek mengoreksi beberapa analisis yang kurang sesuai.

Subjek mengoreksi beberapa analisis yang kurang sesuai.

Subjek mengoreksi beberapa analisis yang kurang sesuai.

1. Validitas argumentatif

Validitas tercapai jika presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencapai validitas argumentatif ini dengan menunjukkan alur analisis data, mulai dari verbatim hingga menjadi sebuah hasil penelitian. Peneliti menyajikannya

39

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI SUBJEK

1. Mbak Arum

Terlahir dengan nama Aris 31 tahun yang lalu di Yogyakarta. Selama menjadi waria, dia lebih dikenal dengan nama Arum Mariska. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Perawakannya sedikit gemuk dengan kulit yang cukup gelap. Rambutnya lurus panjang terurai dengan warna kemerahan. Dia sering tampil dengan kaos yang cuk up ketat dan celana jeans yang juga ketat.

Saat pertama kali bertemu dengannya, dia sudah terlihat sebagai orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi. Dia ramah dan sangat mudah akrab dengan orang lain. Nada berbicarnya cenderung cepat, sehingga membuat subjek terkesan seperti seseorang yang banyak bicara.

2. Mbak Rully

Mbak Rully lahir di Surabaya, 24 Maret 1963. Dia terlahir dengan nama Rio. Namun, sekarang lebih dikenal dengan nama Rully Malay. Badannya cukup tinggi dengan rambut yang selalu dibelah tengah. Dia lebih sering mengenakan rok panjang dengan motif renda-renda.

Dia terlihat paling pendiam di antara waria-waria yang lain. Sikapnya yang lemah lembut dalam berbicara membuatnya tampak santun dan keibuan.

3. Mbak Tika

Lahir di Yogyakarta dengan nama Rido Budi Lastiko 28 tahun yang lalu. Setelah menjadi waria, dia lebih dikenal dengan nama Tika Aurora. Sekilas, dia tidak tampak seperti waria. Perawakannya yang langsing dan tinggi membuat dirinya terlihat seperti perempuan. Kulitnya cukup gelap dengan rambut panjang hitam dan lurus.

Awalnya Mbak Tika terlihat pendiam. Namun, setelah mengenalnya lebih jauh, ternyata dia sangat ramah dan terbuka untuk berbagi cerita tentang pengalaman-pengalamannya.

4. Mbak Bella

Terlahir dengan nama Anton 32 tahun yang lalu di Yogyakarta. Saat ini lebih dikenal dengan nama Bella. Rambut hasil hair extansion nya terurai panjang dengan warna hitam. Karena bekerja di salon yang cukup ternama di Yogyakarta, Mbak Bella terlalu tampil modis dengan breket di giginya. Badannya yang tinggi dan lansing membuatnya terlihat sangat anggun.

Dia sangat mudah akrab dengan orang lain, misalnya dengan pelanggan-pelanggannya di salon. Mbak Bella selalu berusaha

41

memberikan saran mengenai model rambut yang cocok untuk pelanggannya. Pembawaannya yang senang ngobrol juga membuat dia mudah akrab dengan pelanggannya.

5. Mbak Angel

Anak ketiga dari 4 bersaudara ini terla hir di Kendal 29 tahun yang lalu. Badannya cukup mungil dengan kulit kecoklatan. Rambutnya panjang, hasil dari hair extantion. Matanya terlihat cukup sipit untuk ukuran orang pribumi. Dia sering terlihat memakai pakaian yang cukup seksi.

Kegemarannya menyanyikan lagu-lagu India merupakan cirri khas dari dirinya. Hal itu merupakan daya tarik tersendiri dari Mbak Angel, sehingga orang lain selalu dibuatnya tertawa saat dia menyanyi. Mbak Angel juga sangat senang mengobrol, sehingga dia juga mudah akrab dengan orang lain.

B. HASIL ANALISIS DATA

1. Pengalaman diskriminasi dan cara mengatasinya

a. Mbak Arum

Subjek I mengalami diskriminasi, baik saat masih kecil maupun saat dewasa. Ada perbedaan bentuk diskriminasi yang dialami oleh subjek I. Ketika kecil dan dewasa, subjek I hanya mengalami

diskriminasi dalam bentuk diskriminasi verbal saja yang dilakukan oleh peer group, yaitu oleh teman-temannya.

Ya paling cuma diteriakin banci aja sih sama temen-temen.”

Coping yang dilakukan oleh subjek I untuk mengatasi diskriminasi tersebut adalah menerima (acceptance) dengan bersikap cuek terhadap ejekan teman-temannya itu. Sikapnya tersebut merupakan bentuk dari pengakuannya terhadap statusnya sebagai waria.

“… cuma waktu itu aku memang pada dasarnya masa bodoh gitu ya. Orang mau anggep aku banci atau apa ya ini aku. Udah tahu aku banci, ngapain teriak-teriak.”

Sementara itu, bentuk diskriminasi yang dialami oleh subjek I saat dewasa adalah diskriminasi verbal dan kekerasan fisik. Diskriminasi verbal yang dialami oleh subjek dilakukan oleh peer goup, yaitu pemuda di sekitar perkampungannya yang suka mengejek subjek “banci banci”.

“Kalau aku lewat di situ, aku sering diteriakin banci-banci.”

Selain itu, kekerasan fisik, dimana subjek I dilempar dau kelor dan batu yang juga dilakukan oleh peer group.

…banyak pemabuk-pemabuk yang kadang nongkrong di

perkampunganku. Pernah sih aku mendapatkan apa ya sampai dilembar batu.”

43

Coping yang dilakukan oleh subjek saat dewasa sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh subjek saat masih kecil. Subjek I menerima (acceptance) perlakuan diskriminasi yang dialamatkan kepadanya sebatas diskriminasi verbal. Penerimaannya tersebut merupakan bentuk dari pengakuan subjek terhadap status kewariaannya.

“Aku tak diemin aja karena aku merasa nggak dirugikan. Aku memang banci kok terus mau apa….”

Namun, jika diskriminasi yang dialamatkan kepadanya adalah kekerasan fisik, maka subjek I akan membalas atau melapor kepada polisi sebagai bentuk kepercayaannya kepada hukum yang berlaku.

“Aku sampai yang marah-marah sampai tak laporin polisi.” “Aku bilang bahwa jangan dikira saya nggak berani sama seseorang. Di sini hukum pun berlaku dan masih banyak lembaga-lembaga LBH yang mau bantu kita kok.”

“Motor langsung tak berhentiin terus tak tempeleng.”

Dalam dunia pekerjaan, subjek I juga melakukan beberapa coping untuk mengatasi diskriminasi yang terjadi. Subjek I selalu percaya diri untuk berani melamar sebuah pekerjaan.

Aku bilang PD itu nomer satu. Walaupun di situ yang

dibutuhkan laki-laki dan perempuan, kalau kita sudah waria, dandan waria, kita coba masuk gitu ya.”

…ke satu PD…”

Saat wawancara pekerjaan, subjek I selalu terbuka dan membuat pengakuan tentang statusnya sebagai waria.

Waktu itu aku pengakuan “sebenarnya gini buk, saya sebenarnya waria buk. Rambut saya aja panjang. Saya sebenarnya waria buk. Eee… mungkin itu adalah pilihan ibu. Kalau ibu masih mau pakai saya, saya memintanya ya apa adanya seperti ini. Seperti diri saya sendiri karena saya akan sangat nyaman dengan apa yang ada di diri saya. Kalau saya paksakan, kerja itu nggak akan tenang.”

…Saya sebenarnya waria pak…”

Aku memang sudah menerima kalau aku waria.”

Kemudian, setelah diberi kepercayaan dalam pekerjaan tersebut, subjek I selalu berusaha untuk balas budi dengan memberikan timbal balik dan berusaha untuk selalu membawa diri.

Dari kepercayaan itu, kemudian saya timbul eee timbal balik yang harus saya berikan ke yang empunya ini.”

“...Bawa diri itu yang kedua…”

Saat dewasa, subjek I mendapatkan dukungan dari beberapa figur, yaitu ayah dan orang lain yang selalu low profile dalam menghadapi masalah. Dukungan yang diberikan oleh ayah subjek adalah berupa penerimaan tentang statusnya sebagai waria sejauh subjek tidak berhubungan dengan kriminalisme. Selain itu, dukungan yang diperolah subjek dari orang lain adalah kesabaran orang-orang tersebut dalam menghadapi masalah dan hal itu dijadikan contoh oleh subjek dalam menghadapi diskriminasi yang menimpanya.

Bapakku bilang “kamu dandan nggak papa, kamu

ngapa-ngapain boleh. Itu hak kamu. Sifat dan karakter seseorang itu memang tidak bisa dirubah kecuali dari diri kamu sendiri. Kamu boleh kayak gitu tapi satu hal, kamu tidak boleh berhubungan dengan polisi. Dalam arti kata tidak terlibat dengan yang namanya apa ya, kriminalisme. Ya entah itu menggunakan narkoba, entah itu perkelahian, entah perjudian, entah itu miras.”

45

“Mungkin aku bercermin dari orang-orang yang aku nggak bisa nyebutin siapa gitu ya. Yang pasti kadang-kadang ketemu orang yang low profile, sabar menghadapi masalah. Jadi aku pengen seperti itu.”

b. Mbak Rully

Subjek II mengalami diskriminasi, baik saat masih kecil maupun saat dewasa. Ada perbedaan bentuk diskriminasi yang dialami oleh subjek II. Saat masih kecil, subjek II hanya mengalami diskriminasi verbal dan kekerasan fisik. Diskriminasi verbal yang dialami oleh subjek II berupa ejekan dan cemoohan dari peer group, yaitu dari teman-temannya. Selain itu, subjek II juga mengalami diskriminasi verbal dari figur otoritas, yaitu dari guru PMP saat masih SMP.

Sejak kecil memang saya sudah menjalani hidup sebagai waria dimana pada saat itu banyak sekali teman-teman seusia saya yang sering mengejek kalau banci-banci atau bencong.”

…ada teman di masa-masa kuliah yang kebetulan aktif di apa namanya itu resimen mahasiswa yang selalu saja dia harus menegur saya. Sepertinya dia tidak apa, tidak merasa puas kalau belum memberikan teguran kepada saya.”

Banyak tekanan-tekanan yang dialamatkan kepada saya oleh guru-guru, terutama guru PMP…Saya pernah dibilang “mayat hidup kamu keluar dari sini.”

Selain diskriminasi verbal, subjek II juga mengalami kekerasan fisik, yaitu hampir dipukul dan ditampar oleh figur otoritas, yaitu oleh guru PMP saat masih SMP.

Ada figur support yang berperan dalam kaitannya dengan pengalaman diskriminasi, yaitu ibu subjek. Ibu beperan sebagai pelindung bagi subjek dengan memberikan pemahaman tentang keadaan subjek kepada pelaku diskriminasi dan menyelesaikan dengan jalur hukum.

“…tapi ibu saya selalu memberikan pengertian. Biasanya ibu saya memanggil teman-teman saya bari dikasi pemahaman.”

“... di lingkungan keluarga saya di masa saya tidak berdaya di masa kecil ketika orang-orang mungkin belum ya memperhitungkan saya dalam kapasitas saya sebagai Rully masa kecil. Namun di situ yang paling berperan sepertinya adalah ibu saya.”

“Sampai saya sempat berurusan dengan Pak Amrula Azrul di kantor polisi Surabaya”.

Tidak jauh berbeda dengan masa kecilnya, subjek II juga mengamalami diskriminasi saat dewasa. Diskriminasi yang dialami subjek meliputi diskiminasi verbal, kekerasan fisik dan pengucilan dari keluarga. Diskriminasi verbal yang dialami oleh subjek II adalah diremehkan oleh murid- muridnya saat menjadi guru dan saat subjek II hidup di jalanan sebagai pengamen.

“Saya merasa sekali betapa apa namanya banyak sekali orang seperti yang meremehkan dan terasa ada sampai murid-murid saya seperti mengejek jadi eee dan saya begitu tidak betah.”

“Kalau pengalaman-pengalaman kekerasan secara verbal saya kira cukup banya saya alami terutama sekali di masa-masa ketika saya hidup di jalan.”

Sementara itu, kekerasan fisik yang dialami oleh subjek II adalah pemukulan di Stasiun Lempuyangan dan terlibat perkelahian massal dengan kelompok agamis di Surabaya.

47

“Saya pernah dipukul sampai berdarah di Stasiun Lempuyangan.”

“Waktu di Surabaya, kita ada perkelahian massal dengan

Dokumen terkait