• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Menghindari kejahatan dan tidak melakukan ”

Ārati viratī pāpā: menghindari dan tidak melakukan kejahatan� Kata “ārati” dan “virati” muncul bersama di beberapa tempat di dalam teks-teks Buddhis� Jika kedua kata ini diartikan sebagai satu kesatuan akan berarti berpantang, menjauh dari, menghindari, dll� Meskipun kedua kata ini memiliki arti yang mirip satu sama lain namun mereka tidaklah sama, seperti yang akan segera kita lihat� Kedua kata ini menandakan usaha untuk lepas dari sesuatu yang buruk dalam batasan yang berkaitan dengan kesenangan indera yang disebut sebagai kejahatan pada bait ini� Perbedaan antara kedua kata ini terletak pada cakupannya sehingga menyebabkan mereka berdua dikategorikan sebagai dua berkah yang berbeda di dalam sutta� Maka dari itu ungkapan “menghindari dan tidak melakukan kejahatan,” berarti menghindari kejahatan dan tidak melakukan kejahatan.

Kitab komentar menjelaskan menghindari kejahatan berarti “tidak senang secara mental” terhadap kejahatan, suatu pengerutan dari pikiran-pikiran jahat yang telah muncul sehingga pikiran jahat tersebut berhenti dikarenakan kejahatan tersebut telah kehabisan bahan bakarnya� Hanya ketika penghindaran semacam ini tidak ada dalam pikiran, bara api keserakahan, kebencian dan kebodohan batin akan semakin menyala dengan bantuan api pikiran buruk yang terus- menerus berkobar�

Namun tidak melakukan kejahatan berarti ”tidak melakukan baik melalui

tindakan fisik maupun verbal.” Kapanpun terdapat penghindaran mental dari

kejahatan dalam diri seseorang maka pasti orang tersebut tidak akan melakukan kejahatan baik melalui tubuh maupun ucapan namun tidak berlaku sebaliknya dimana orang yang tidak melakukan kejahatan baik melalui tubuh maupun ucapan belum tentu mentalnya menghindari kejahatan� Alasan mengapa demikian dijelaskan oleh kitab komentar yang mengatakan bahwa tidak melakukan bisa saja merupakan hasil dari mengikuti kebiasaan atau tradisi� Misalkan jika orang tidak mencuri, bisa saja karena orang ini berpikir “hal ini akan membuat malu keluargaku” sehingga mereka hanya menunjukkan “tidak melakukan kejahatan sebagai kebiasaan atau tradisi�” Sebuah alasan yang lebih baik untuk tidak

78

Catatan dan Komentar

melakukan kejahatan ditemukan dalam diri seseorang yang mengingat aturan moralitas, dan berpikir�”Oh, saya akan melanggar aturan latihan kemoralan itu�” Inilah yang dikatakan “tidak melakukan kejahatan sebagai suatu janji atau tekad�” Yang terbaik dari semua ini adalah “tidak melakukan kejahatan sebagai

usaha untuk memotong” yang ditemukan di dalam diri murid Mulia (Ariya)

yang dapat tidak melakukan kejahatan dengan cukup alami atau natural tanpa kesusahan karena kekuatan kejahatan telah dilemahkan di dalam hatinya

Teks-teks Buddhis juga mengajarkan tiga jenis dari menghindari dan tidak

melakukan, yakni ucapan yang salah, tindakan fisik yang salah dan mata

pencaharian yang salah� Ini berarti bahwa kedua jenis berkah ini berurusan dengan sīla atau moralitas�

Sehubungan dengan kata “jahat” (pāpa), apakah arti dari kata ini? Mengapa kita

mengatakan bahwa hal ini atau hal itu sebagai ucapan yang salah, perbuatan

fisik yang salah, atau mata pencaharian yang salah? “ Semua tindakan yang

terdaftar di bawah ini akan membawa masalah dan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain� Tindakan-tindakan ini akan mengundang celaan dari orang lain dan pelaku tindakan-tindakan ini akan mendapat banyak halangan dan kesulitan di masa depan� Inilah tindakan-tindakan itu:

1� Ucapan yang salah berarti ucapan yang tidak benar, ucapan jahat, ucapan kasar dan gosip�

2� Perbuatan fisik yang salah adalah membunuh makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, tindakan pemuasan hasrat seksual yang tidak benar�

3� Mata pencaharian yang salah adalah mata pencaharian yang menyakiti makhluk lain, contohnya, berdagang senjata, budak, racun dan pekerjaan- pekerjaan yang melibatkan pembunuhan, penipuan, astrologi atau tipuan yang berkaitan dengan meramal, membaca tanda lainnya�

Majjapānā ca saññamo: “menjauhkan diri dari minuman yang memabukkan�”

Majja: ini berhubungan dengan bahasa Inggris kita yakni “mad (kegilaan)”

Catatan dan Komentar

bisa ditemukan namanya dalam bahasa Inggris� Akan tetapi, semua orang di dunia sudah lebih dari mengetahui akibat-akibat dari alkohol dan benda memabukkan lainnya� Meskipun minumanlah yang disebutkan disini, namun apapun yang membawa pada peningkatan kebodohan dalam pikiran, baik itu ditelan, disuntikkan ataupun dihisap juga termasuk di dalamnya� Seorang umat Buddha menginginkan pikiran yang jernih, yang dapat mengerti dengan mudah apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam tubuh dan pikirannya sendiri, sekaligus tindakan-tindakan lainnya� Akan tetapi, zat-zat yang membodohkan ini membawa pada lebih dan lebih banyak lagi kebodohan� Sepenuhnya mabuk, seseorang tidak mengetahui apa-apa namun harus menderita ketika ia sadar� Separuh mabuk, seseorang menjadi mampu melakukan tindakan memalukan yang tidak akan dia lakukan ketika dalam kondisi sadar� Dan kecerobohan yang disebabkan oleh mabuk-mabukkan menyebabkan kematian atau kelumpuhan kepada berapa banyak orang akhir-akhir ini? Jadi mereka yang mabuk sangatlah dicela oleh para bijaksana� Kitab komentar mengatakan bahwa orang-orang semacam ini dicela dalam kehidupan ini, menyebabkan kehidupan mendatang mereka tidak bahagia dan setelah hidup sekian lama di alam keberadaan di bawah alam manusia, mereka akhirnya akan terlahir kembali di alam manusia dan lahir sebagai orang gila� Hal ini terdengar sangat pas, oleh karena mereka telah membuat gila diri mereka sendiri dengan hal-hal yang memabukkan di saat sekarang, sehingga buah dari kamma itu mendatangkan kegilaan, sepanjang hidup tanpa pemahaman� Dengan mempertimbangkan semua hal-hal ini, seorang pengikut Buddha yang serius seharusnya menjauhkan diri sepenuhnya dari segala macam yang dapat memabukkan�

Appamādo ca dhammesu: “ketekunan dalam melaksanakan Dhamma�” Pamāda, seperti majja di berkah sebelumnya, juga berkaitan secara linguistik atau bahasa dengan kegilaan� Ini berlawanan dengan apa yang diajarkan Buddha! Beliau secara terus-menerus mendorong orang-orang untuk mengembangkan appamāda atau ketekunan. Kata tersebut dalam bahasa Pāli memiliki cita rasa

dari tiga kualitas baik: usaha, perhatian, dan kebijaksanaan� Ketiganya berjalan bersama-sama dalam diri siapapun yang mencoba untuk mengembangkan Dhamma di dalam dirinya dan orang seperti ini disebut appamatta, tekun atau penuh perhatian� Sekarang disini Buddha mengingatkan kita untuk tekun dalam

80

Catatan dan Komentar

mengembangkan Dhamma — seluruh aspek dari Dhamma dalam diri kita�

Ini berarti kita harus mencoba untuk menjaga praktik baik apapun yang sudah kita miliki, dan berusaha untuk mengembangkan lebih jauh kualitas-Dhamma atau praktik Dhamma kita� Jika kita menemukan satu saja dari hal-hal berikut ini dalam hati kita maka itu tandanya kita sedang tergelincir:

• kecerobohan • kelengahan • kelalaian • ketertinggalan • kelesuan • ketidaktertarikan

• tanpa-pengulangan (dari Dhamma yang telah dipelajari dalam hati) • tanpa-perkembangan

• tanpa-pengembangan • tanpa-ketetapan hati • tanpa-aplikasi • keteledoran

berkenaan dengan perngembangan Dhamma yang baik (Vibhanga 350)� Sudah barang tentu ketekunan adalah suatu berkah!