• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan penting: abstrak dan kata kunci

• Merupakan indikator penting ketertarikan

pembaca terhadap artikel kita.

• Hendaknya ditulis di akhir setelah artikel

Pendahuluan

• Berisi latar belakang masalah, tujuan, yang

kesemuanya tersirat langsung di isi paragraf.

• Untuk artikel ilmiah, penulisan judul sub

bab tidak perlu, tetapi langsung menyatu di dalam isi pendahuluan dengan urutan

tetap sama.

• Untuk proposal ilmiah, penulisan judul sub

• Pendahuluan (...lanjutan)

– Hasil - hasil penelitian yang terkait

sebelumnya harus terungkap, kelebihan kekurangan.

– Paragraf terakhir menyajikan apa yang

dilakukan secara khusus dari karya ilmiah tersebut.

• Tinjauan pustaka

Bab/bagian tinjauan pustaka dalam

artikel ilmiah MAYORITAS tidak perlukan, sehingga letaknya menyatu dengan bab Pendahuluan.

Hendaknya menggunakan sumber pustaka primer artinya langsung dari sumber jurnalnya, bukan hanya mensitasi referensi

• Tinjauan pustaka (...lanjutan)

Jumlah sumber pustaka dari jurnal hendaknya minimal 50% dari jumlah pustaka yang dipergunakan.

Jurnal yang dipergunakan harus up to date (terbaru) khususnya untuk artikel yang menjadi latar belakang utama dari artikel yang ditulis.

Pendahuluan

Data tentang tingkat kedataran atau kemiringan suatu obyek terhadap posisi referensi sangat diperlukan dalam segala bidang (industri manufaktur, transportasi, pertanian dan transportasi). Sebagai contohnya, pengetahuan akan tingkat kemiringan permukaan lambung kapal dan sayap serta badan pesawat terbang sangat diperlukan agar dapat mengurangi hambatan pada saat sadang berjalan. Pembangunan jalan, jembatan dan gedung bertingkat selalu memerlukan data tingkat kemiringannya, dengan demikian pengembangan sensor tingkat kemiringan sangat diperlukan.

Sejak tahun 1997, U Mescheder and S Majer telah mengembangkan sensor kemiringan berbasis sensor piezoelektrik [1]. Sensor dibuat dari bahan silicon dan menghasilkan sensitivitas antara 0.1 dan 1 mV per sudut kemiringan (°) tergantung dari nilai resistivitas dari bahan.

Desain, realisasi dan karakterisasi dari sensor kemiringan dalam bentuk

Micro Electro Mechanical System (MEMS) berbasis sensor piezoelektrik telah dikembangkan oleh Lijun Tang, et. al. 2009, sistem telah dikarakterisasi dan mampu mendapatkan sensitivitas sebesar 0.025 mV/° [2]. Karakterisasi teori dari sistem tersebut mampu menghasilkan standar deviasi sebesar 0.43874.

Sensor kemiringan berbasis sistem optik juga sudah dikembangkan oleh Wei Gao, et. al., 2006, dengan prinsip dua sensor optocoupler membentuk multi pancaran cahaya [3]. Perbedaan tanggapan masing-masing titik sensor memberikan gambaran tingkat kemiringan permukaan objek yang dikarakterisasi. Sistem mampu menghasilkan profil permukaan objek dalam orde mikro struktur. Mikro sensor kemiringan juga telah dikembangkan dan mampu mencapai resolusi sebesar 0.3° [4].

Prinsip sensor optocoupler telah dikembangkan dan dikarakterisasi sebelumnya menggunakan pasangan LED (light emitting diode) dengan phototransistor sebagai dasar sistem pendeteksian perubahan jarak lateral suatu obyek dan menghasilkan sensibilitas sebesar 56,7 mVolt/mm untuk range 30 – 70 mm. Sistem yang direalisasi selanjutnya dimanfaatkan sebagai dasar sistem pendeteksi perubahan massa dengan menggabungkan ke dalam sistem mekanis pegas dan menghasilkan sensibilitas sekitar 3,6 mVolt/gram dengan menggunakan pegas yang mempunyai sensibilitas terhadap perubahan jarak sebesar -20.1 gram/mm [5].

Beberapa penelitian sebelumnya tersebut di atas belum mengintegrasikan sistem pendeteksian dengan sistem tampilan yang bersifat portable. Sistem juga masih bersifat teknologi tinggi dan mahal.

Pada penelitian ini, didesain sensor kemiringan dengan prinsip perubahan ketinggian permukaan air akibat adanya kemiringan, tingkat perubahan permukaan air tersebut diindera oleh sensor optocoupler. Keluaran dari sensor optocoupler selanjutnya dioleh oleh pengkondisi sinyal analog dan digital sehingga didapatkan data tingkat kemiringan suatu objek.

Isi pendahuluan

1. Pentingnya penelitian (10 – 15%)

2. Penelitian terkait yg ada saat ini (65%) 3. Kelemahan dan kekurangan dari hasil

penelitian terkait saat ini (10 – 15%)

4. Celah yang masih bisa dilakukan (5 – 10%) 5. Rencana apa yg akan dilakukan dalam

1. Introduction

Nowadays scanning probe microscopes (SPM) are widely used in various scientific disciplines and industrial fields, and became an indispensable tool, particularly for nanotechnology. In spite of their achieved successes regarding measurement resolution and accuracy, traditional SPMs, comprising conventional components, still embody such unsurmountable disadvantages, like high cost, huge volume (which implies that it is impossible to apply them for on-site or in-situ measurement tasks), relative low image speed (which implies that it is difficult to apply them for imaging dynamic bodies, e.g. biological matter).

Noticing that MEMS technique and devices feature small size, low power consumption, high precision in manufacture, the potential for low cost through batch fabrication, the ability for on-site applications, etc., efforts to integrate SPM with MEMS technique have long been undertaken. For instance, in [1] an AFM tip was integrated with a two-dimensional micro-stage, which successfully took the image of a tungsten carbide needle. To some extent, self-actuated and/or self-deflection-sensing cantilever and cantilever arrays [2, 3] can also be regarded as results of the above efforts. Recently we have noticed that a so-called “single-chip AFM” [4] was proposed, in which the cantilever actuation, the deflection sensing and the digital signal processing (DSP) unit were realized within one chip.

However, as we know, the outstanding lateral resolution of an SPM thoroughly depends on the actual radius of the SPM tip, which in general dramatically increases after certain rounds of scanning, due to the wear with the surface under test. Comparing the complexity for fabrication and calibration of the integrated micro-system with its relatively short life-time, it seems that to integrate the SPM tip with acantilever or a micro-stage by “all-in-one” fabrication is not a perfect solution for a micro-SPM.

Here the concept of post assembly is presented to economically realize a micro-SPM, in which a typical conventional cantilever is proposed to be echanically mounted onto a micro-stage or dismantled from the micro-stage after its tip is worn out. In this way, the well-designed and calibrated micro-stage could then be repeatedly and efficiently utilized.

1

2

3

4

Metode

• Berisikan uraian tahapan penelitian, bahan

& alat, waktu, metode pengambilan data, metode analisis / pengolahan data

(questioner, survei dll)

• Metode bersifat umum sehingga dengan

tahapan sama orang lain akan mendapat hasil yg sama.

• Metode

Dapat disajikan dalam flow chart/gambar jika diperlukan.

Penulisan alat, bahan, dan metode pada artikel ilmiah tidak dipisahkan antar sub bab nya, tetapi menyatu.

Alat dalam penelitian ini adalah: 1- osciloscope

2- seperangkat komputer

Pengujian sinyal keluaran dari rangkaian analog dilakukan menggunakan osciloscope. Keluaran sinyal analog dikonversi menjadi sinyal digital dan

Contoh kurang tepat

Contoh baik

Dokumen terkait