• Tidak ada hasil yang ditemukan

33dan 35% dari aktivitas terbang harian, sedangkan koloni A. cerana di ML hampir sama yaitu antara 23-27% (Gambar 23). Persentase tersebut mengindikasikan koloni A. cerana di SK banyak mempunyai larva sedangkan di ML dalam kondisi yang sama (23-27%) memiliki sedikit larva dalam koloni. Aktivitas mencari polen berbanding lurus dengan jumlah larva. Larva lebah madu mengeluarkan feromon yang menjadi stimulus langsung bagi lebah pekerja untuk mencari polen. Polen merupakan sumber protein yang penting untuk perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Larva diberi makan campuran polen dan nektar oleh lebah perawat.

Cahaya sangat berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian dan aktivitas mencari polen (Gambar 24). Cahaya yang tinggi dapat menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban udara. Sehingga A. cerana mengurangi aktivitas di luar sarang saat intensitas cahaya sangat tinggi. Pada saat suhu udara naik dan kelembaban turun, A. cerana banyak mencari air untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam sarang (Gambar 28). Lebah pekerja banyak melakukan fanning di lubang sarang untuk mengalirkan udara ke sarang (data tidak dipublikasikan). Data lingkungan dari Stasiun Klimatologi Negara, Bali menunjukkan selama bulan Juli-Agustus hanya sekali turun hujan dengan volume yang kecil (16.5 ml) sehingga lingkungan sangat panas bagi koloni A. cerana. Kondisi di SK yang lebih kering daripada ML menyebabkan koloni di SK mudah kabur karena ketersediaan pakan di lingkungan yang berkurang, lingkungan panas dan gangguan oleh manusia.

A. cerana sebagai Serangga Penyerbuk

Koloni A. cerana mengumpulkan 5-9 tipe polen (Tabel 3), yang menunjukkan A. cerana bersifat generalis dalam mencari polen. Sifat generalis pada lebah karena kandungan nutrisi dari setiap polen berbeda-beda, sehingga setiap koloni mengumpulkan berbagai tipe polen untuk mencukupi kebutuhan protein (Hebert 1992). Sifat generalis A. cerana dalam mencari polen menguntungkan bagi penyerbukan terutama di lahan pertanian. Di SK dan ML pada periode Juli-Agustus minimal terdapat 19 tumbuhan yang dikunjungi A. cerana. Bunga Cocos nucifera dan A. pinata (Arecaceae) berbentuk infloresen,

 

bunga ini mekar selama beberapa hari. Cocos nucifera menjadi sumber polen sepanjang tahun karena masa pembungaan sepanjang tahun. T. procumbens (Asteraceae) merupakan bunga majemuk dan pada setiap bunga tabung terdapat banyak kepala serbuk sari yang mengandung polen. Bunga S. grandiflora dan E. variegata (Papilionaceae) berbentuk bendera, lebah mempunyai keahlian dalam mengambil polen. Bunga L. leucocephala dan M. pudica (Mimosaceae) berbentuk bongkol, A. cerana yang mengambil polen berjalan-jalan di permukaan bunga.

Di SK ditemukan koloni yang mengambil polen dari Polygonum. Hal ini menunjukkan koloni A. cerana mampu bertahan dengan sumber protein yan mempunyai kandungan nutrisi rendah. Rendahnya kandungan nutrisi pada Polygonum yaitu (108.73 mg/g BK) dibandingkan Brasicaceae (241.17 mg/g BK) di kemukakan oleh (Szezesna 2006).

Polen dan nektar sebagai sumber pakan pokok lebah madu dihasilkan oleh bunga. Polen dan nektar merupakan daya tarik primer bagi lebah madu untuk mengunjungi bunga. Sedangkan aroma (odour), bentuk, dan warna bunga merupakan daya tarik sekunder (Faegri & van der Pijl 1971). Perilaku lebah yang selalu mengunjungi bunga membantu proses penyerbukan. Penyerbukan terjadi saat lebah mencari pakan pada bunga kemudian secara tidak sengaja memindahkan butiran polen ke stigma yang merupakan bagian bunga untuk menerima polen.

Adaptasi lebah sebagai serangga penyerbuk yang mencari polen terlihat pada banyaknya rambut-rambut pada tubuh lebah dan adanya keranjang polen pada tungkai belakang. Rambut-rambut pada tubuh lebah mempercepat saat panen polen, polen dari seluruh tubuh disisir menggunakan tungkai dan dimasukkan ke keranjang polen (Gambar 7). Sihag dan Mishra (1995) menyatakan A. cerana mempunyai karakter yang mendukung sebagai serangga penyerbuk yaitu frekuensi kepakan sayap lebih tinggi (305/detik) daripada A. mellifera (235/detik). A. cerana mempunyai areal mencari makan lebih kecil (>1 km) daripada A. mellifera (3-4 km). A. cerana mempunyai jumlah kunjungan pada bunga lebih tinggi (11. 387-12 107 permenit) dibandingkan A. mellifera (9 033-10 889 permenit) sehingga A. cerana lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber pakan (Devkota & Thapa 2005). Delaplane dan Mayer (2000) menyatakan

 

keuntungan secara ekonomi dari penyerbukan yang dilakukan lebah tidak saja peningkatan produksi pertanian, tetapi penyediaan benih bagi banyak tumbuhan, baik tumbuhan liar atau tumbuhan budidaya.

Penyerbukan pada Angospermae terjadi dalam tiga tahapan yaitu: (1) Pelepasan polen dari organ kelamin jantan pada bunga. (2) Transfer polen dari organ kelamin jantan ke organ kelamin betina bunga. (3) Keberhasilan penempatan butir polen yang diikuti oleh proses perkecambahan polen. Tahapan ketiga merupakan awal dari proses pembuahan. Polen merupakan sel kelamin jantan pada bunga yang dihasilkan oleh bagian pada bunga yaitu anter, sedangkan stigma adalah tempat menerima polen (Faegri & vander Pijl 1971).

Bunga dan lebah masing-masing mengembangkan mekanisme adaptasi mutualisme sehingga masing-masing pihak tergantung dengan yang lain. Proses adaptasi bersama-sama antara bunga dan serangga penyerbuk merupakan proses koevolusi. Tumbuhan mengembangkan cara-cara agar rewards yang dikeluarkan bunga dapat diakses oleh serangga tertentu. Anatomi dan fisiologi bunga sangat berhubungan dengan struktur dan perilaku dari serangga penyerbuk. Sebagai contoh karakter bunga (nektar, polen, ukuran, bentuk, warna, dan aroma) yang menyesuaikan dengan ukuran tubuh serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk mengembangkan adaptasi untuk meningkatkan efektifitas penyerbukan melaui penglihatan, sistem olfaktori, anatomi tubuh, daya tarik makanan dan perilaku (Fahem at al. 2004).

Tumbuhan memelihara keragaan dari keturunannya dengen berbagai cara, salah satunya dengan mekanisme self incompatibility. Keberhasilan mekanisme self incompatible memerlukan agen untuk dapat mentransfer polen pada tempat yang tepat atau agen penyerbuk. Agen penyerbuk yang terbanyak adalah dari kelompok serangga. Tumbuhan angiospermae yang bergantung pada serangga penyerbuk sebesar 70% (Fahem et al. 2004). Tumbuhan menghasilkan polen dan nektar dalam jumlah besar untuk menarik serangga penyerbuk berkunjung.

Identifikasi Polen

Dari tipe polen yang ditemukan periode Juli-Agustus di SK dan ML menunjukkan tanaman tersebut mempunyai periode pembungaan Juli-Agustus

 

dan ada yang berbunga sepanjang tahun. Tiga polen yang belum teridentifikasi merupakan informasi tentang flora lokal yang spesifik untuk tiap lokasi (Ramalho & Giovannini 1986). Cocos nucifera dan L. leucocephala ditemukan pada semua koloni baik di SK dan ML sehingga dua spesies tumbuhan ini merupakan sumber polen yang utama bagi A. cerana. Jongitvimol dan Wattanachaiyingcharoen (2006) menyatakan polen yang diambil oleh semua koloni merupakan sumber pakan yang utama. Cocos nucifera selain sebagai sumber polen utama, juga menjadi sumber nektar utama yang tesedia sepanjang tahun (Bhargava et al. 2009).

Polen dari satu individu A. cerana mempunyai warna yang sama, hal ini dapat menunjukkan bahwa A. cerana mengunjungi bunga yang sama dalam satu kali perjalanan mencari polen (floral fidelity). Sifat floral fidelity penting untuk efisiensi pencarian pakan dan memudahkan dalam mengambil sumber pakan. A. cerana indica mempunyai sifat floral fidelity paling tinggi kemudian A. florae, A. dorata, dan A. mellifera (Fahem et al. 2004).

Bunga yang mekar disekitar perlebahan A. cerana di SK dan ML tidak semua dimanfaatkan sebagai sumber polen. Di SK 50% bunga mekar disekitar sarang sebagai sumber polen sedangkan di ML 48%. Hal ini dapat disebabkan karena SK dikelilingi hutan alami yang mempunyai keragaman tumbuhan lebih tinggi daripada di ML yang merupakan perkebunan. Diantara tumbuhan yang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen, terdapat bunga yang sering dikunjungi oleh A. cerana misalnya mangga (M. indica), kelor (M. oleifera), kangkung (I. crassicaucalis), dan gamal (G. sepium). Berdasarkan Perum Perhutani (1993) tercatat M. indica, papaya (C. papaya), mete (A. ocidentale), jeruk (Citrus sp) merupakan tumbuhan sumber polen dan nektar bagi lebah. Berdasarkan Beberapa faktor yang diduga menyebabkan tumbuhan di sekitar sarang tidak dimanfaatkan sebagai sumber polen adalah Ketersediaan polen di alam sedikit, sehingga dimanfaatkan oleh koloni yang lain, bukan koloni yang diamati. Hal ini diketahui dari pengamatan pada bunga kecubung (D. metel). Sebelum pengamatan lebah yang keluar dari sarang pada pagi hari ditandai dengan cat kayu pada toraksnya. Hasil pengamatan pada bunga kecubung tidak terlihat A. cerana yang di beri cat sampai jumlah A. cerana pada bunga kecubung berkurang. Bunga-bunga yang

 

sering dikunjungi menghasilkan nektar, sehingga tidak teridentifikasi sebagai sumber polen. A. cerana di SK banyak ditemukan pada bunga gendarusa (J. gendarussa), tetapi polen gendarusa tidak ditemukan dalam sampel tungkai A. cerana. Kandungan nutrisi dari polen bunga disekitar sarang kurang, sehingga A. cerana tidak memanfaatkan. Di SK dan ML banyak ditemukan kelor (M. oleifera) yang sedang berbunga, tetapi polen kelor tidak ditemukan dalam sampel polen dari tungkai A. cerana.

Tumbuhan sumber polen bagi A. cerana yang tidak terambil pada sampel bunga di sekitar sarang dapat disebabkan karena pengambilan sampel bunga dalam penelitian ini hanya dalam radius satu kilometer. Dengan demikian, kemungkinan A. cerana mencari sumber polen lebih dari jarak tersebut. Untuk penelitian selanjutnya, prosedur pengambilan sampel bunga di sekitar sarang harus diperhatikan agar semua bunga yang mekar dapat terambil dengan baik. Berdasarkan faktor-faktor di atas masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan di sekitar sarang, baik sebagai sumber polen atau nektar.

Data polen di SK dan ML yang merupakan sumber polen bagi A. cerana atau tidak, dapat digunakan sebagai database polen di Bali Barat, dan tumbuhan yang mempunyai periode pembungaan pada bulan Juli-Agustus. Keberadaan tumbuhan berbunga di sekitar sarang baik sebagai sumber pakan atau tidak, perlu diperhatikan, karena lebah madu selain memerlukan nektar dan polen juga memerlukan resin yang diambil dari tumbuhan. Resin diperlukan sebagai perekat pada sarang yang disebut sebagai propolis. Lebah menggunakan propolis sebagai pelapis dinding sarang dan menutup lubang sarang yang terlalu besar sehingga ruangan dalam sarang selalu hangat. Propolis juga digunakan untuk menutup organisme yang berpotensi sebagai penyakit misalnya kecoak atau larva lebah mati yang tidak dapat dikeluarkan dari sarang (Gary 1992).

Karakter Sarang A. cerana

Luas sarang A. cerana tidak berhubungan secara signifikan dengan jumlah pupa (Tabel 6). Lebah membangun sarang baru saat musim berbunga dimana sumber nektar berlimpah (Pratt 1999), sehingga koloni memerlukan sisiran sarang baru untuk menyimpan madu. Pada A. cerana yang masih liar, koloni akan

 

menempati sarang yang sama selama beberapa tahun (Sasaki et al. 1995). Jumlah pupa dapat dipakai ukuran untuk menentukan status koloni, karena jumlah pupa sebanding dengan jumlah larva. Pada Keller et al. (2005) disebutkan faktor yang mempengaruhi aktivitas mencari polen adalah jumlah larva dan adanya feromon yang dikeluarkan oleh larva sebagai stimulus untuk mencari polen. Dengan demikian diperlukan penelitian lebih lanjut hubungan antara aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dan larva dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

Pengembangan Perlebahan Tradisional A. cerana di Bali Barat

Perlebahan tradisional A. cerana yang sudah berlangsung selama tiga generasi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan bertujuan untuk melindungi populasi A. cerana di hutan, melindungi A. cerana sebagai serangga penyerbuk, melindungi tumbuhan sumber pakan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Bali Barat. Pelestarian dan pengembangan perlebahan A. cerana meliputi beberapa aspek yaitu:

Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern

Penggantian gelodok ke sarang modern perlu dilakukan berkaitan dengan pelestarian koloni A. cerana. Selama ini peternak mendapatkan koloni A. cerana langsung dari hutan. Pada saat panen madu, peternak mengambil semua sisiran sarang sehingga koloni kabur (Artha 15 Agustus 2008, komunikasi pribadi). Penggantian gelodok ke sarang modern diharapkan saat panen sisir sarang yang diambil hanya yang mengandung madu, sedangkan yang mengandung larva atau pupa tidak dipanen. Langkah ini dapat mempercepat A. cerana membangun sarang baru untuk menggantikan sarang yang dipanen, dan dapat meningkatkan frekuensi pemanenan madu, karena koloni A. cerana tidak membangun sisir sarang yang baru secara keseluruhan.

Penggantian gelodok ke sarang modern memerlukan beberapa tahapan agar koloni A. cerana dari gelodok mau menempati sarang modern. Sarang modern adalah sarang yang didalamnya terdapat bingkai sarang tempat melekatkan sisir sarang. Penggunaan bingkai pada sarang modern bertujuan untuk memudahkan pemeriksaan kondisi sarang dan perawatan rutin pada sarang.

 

Berdasarkan Widjaja C, 4 Juni 2008 (komunikasi pribadi) A. cerana yang akan dipindahkan ke sarang modern harus melalui urutan tahapan pemindahan koloni yaitu:

1. Koloni A. cerana di dalam gelodok yang akan dipindahkan ke sarang modern diambil dari tempat asalnya dan ditempatkan ke tempat baru, dimana sarang modern akan ditempatkan dengan kondisi koloni tetap dalam gelodok.

2. Koloni dalam gelodok didiamkan selama ± 7-10 hari untuk beradaptasi dengan lokasi yang baru.

3. Setelah masa adaptasi koloni A. cerana dipindahkan ke sarang modern dengan cara memindahkan sisir sarang dari gelodok dan diikat pada bingkai sarang yang baru. Kemudian ratu A. cerana dipindahkan ke sarang modern sehingga lebah pekerja akan mengikuti ratu di sarang yang baru.

Ketersediaan Pakan di Sekitar Sarang A. cerana

Di SK terdapat ± 30 koloni A. cerana yang ditempatkan di pohon-pohon di hutan, sedangkan di ML terdapat ± 150 koloni A. cerana yang ditempatkan perkebunan C. nucifera atau T. cacao. Banyaknya koloni A. cerana di SK dan ML berhubungan dengan ketersediaan pakan di lokasi tersebut. Dari hasil penelitian ini tumbuhan penghasil polen bagi A. cerana (19 tipe) dapat dilestarikan atau kelimpahannya ditingkatkan. Usaha lain dapat dengan mendatangkan tumbuhan sumber pakan ke Bali Barat. Ketersediaan pakan sepanjang tahun juga harus diperhatikan, sehingga masih diperlukan penelitian yang menyeluruh tentang sumber pakan sepanjang tahun.

Berdasarkan Parman Juli 2008 (komunikasi pribadi) pada bulan Desember-Januari sumber nektar yang paling banyak dari pohon sonokeling (Dalbergia latifolia). Waktu yang tepat untuk memanen madu juga harus diperhatikan oleh peternak. Panen madu sebaiknya dilakukan di awal musim berbunga, agar koloni mempunyai waktu yang panjang untuk menimbun cadangan pakan untuk musim paceklik. Pemanenan madu di awal musim berbunga juga diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan koloni.

 

Tumbuhan mangrove banyak tumbuh pantai SK . Perum Perhutani (1993) menyatakan pohon api-api (Avicenia marina) menyediakan polen dan nektar bagi A. cerana. Kathiresan dan Bingham (2001) menyatakan Lumnitzera littorea dan Bruguiera sp. banyak dikunjungi oleh A. dorsata.

Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam

Adanya perlebahan tradisional A. cerana di SK dan ML merangsang masyarakat untuk menanam dan melestarikan tumbuhan sumber pakan A. cerana. Usaha ini mendukung konservasi tumbuhan di hutan dan perkebunan. Berdasarkan hasil penelitian ini tumbuhan liar di hutan yang sebelumnya tidak dilaporkan sebagai sumber polen harus diperhatikan. Tumbuhan liar adalah T. procumbens, D. metel, A. spinosus dan tipe polen yang belum teridentifikasi.

Masyarakat yang sadar akan pentingnya tumbuhan sumber pakan untuk A. cerana (khususnya polen) merupakan kader pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan yang lestari akan meningkatkan kunjungan wisata ke TNBB. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data tumbuhan penting bagi A. cerana di TNBB dan Dinas Kehutanan Provinsi Bali. Pihak TNBB dapat mengembangkan wisata alam di lokasi perlebahan tradisional A. cerana terutama pada musim berbunga dimana wisatawan dapat memanen sendiri madu dari A. cerana.

 

Dokumen terkait