• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas apis cerana mencari polen dan identifikasi polen di perlebahan tradisional di Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas apis cerana mencari polen dan identifikasi polen di perlebahan tradisional di Bali"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

           

SE

INS

D

LILIK

EKOLAH

STITUT P

DI BALI

K MUNTA

H PASCAS

PERTANIA

BOGOR

2009

AMAH

SARJANA

AN BOGO

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identifikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

(3)

Pollen Identification inTraditional Apiaries in Bali. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and ENDAH RETNO PALUPI.

Apis cerana is the most important Asian honey bee in traditional apiaries in West Bali Forest. The research aimed tot study the daily pollen collection activity of A. cerana and pollen identification from traditional apiaries in two villages around West Bali forest forest (Sumber Klampok and Melaya). On every 10 minutes, A. cerana which returning to the hive was counted with interval 20 minutes. Counting started at 05.20 and terminated at 18.30 h. Pollen was collected using pollen trap and then processed with acetolysis.The activity of A. cerana lasted for 12.5 h, was started at 05.50 and terminated at 18.30. A. cerana daily activities were varied among colonies. The peak pollen collection in Melaya occurred at 07.20-09.20 h which was earlier than that of in Sumber Klampok which occurred at 10.20-14.50 h. In general, the daily activity of A. cerana in Melaya represented the traditional apiaries in Bali. The daily activity of A. cerana in Sumber Klampok was more affected by weather than that of in Melaya. In all colonies, 19 pollen types from 12 families were found, and 3 types were unable to be identified. Coconut pollen (Cocos nucifera) and Leucaena leucocephala were dominantly collected in all colonies. Daily pollen collecting activities were correlated with number of pupae in colony.

(4)

RINGKASAN

LILIK MUNTAMAH. Aktivitas Apis cerana mencari polen dan identifikasi

polen di perlebahan tradisional di Bali. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan ENDAH RETNO PALUPI.

Masyarakat disekitar hutan Bali Barat banyak beternak A. cerana secara tradisional. Perlebahan tradisional menggunakan kotak kayu sebagai sarang A. cerana dan digantungkan pada pohon dengan ketinggian 2-8 m. Tiap sisir sarang menempel pada dinding atas kotak sarang. Pada saat panen madu peternak mengambil semua sisir. Desa yang dekat dengan hutan alami adalah tempat baik untuk peternakan lebah, karena di hutan alami banyak tumbuhan penghasil pakan lebah. Hutan Bali Barat merupakan salah satu hutan alami yang kondisinya masih baik dan dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kisaran waktu aktivitas mencari polen pada tiap koloni A. cerana, mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, mengetahui hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang A cerana di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat. Manfaat dari penelitian ini adalah membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana dan mendukung konservasi lingkungan tumbuhan di hutan Bali Barat.

Apis cerana termasuk serangga eusosial tingkat tinggi yang mempunyai kasta dan pembagian tugas yang jelas. Susunan kasta pada lebah madu yaitu satu lebah ratu (queen), ratusan lebah jantan (drones) dan ribuan lebah pekerja (workers). Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi lebah yang bekerja di dalam dan lebah bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang bekerja di luar sarang adalah mencari pakan berupa nektar dan polen. 

Nektar merupakan sumber karbohidrat dan polen sebagai sumber protein bagi A. cerana. Polen juga mengandung sedikit vitamin, karbohidrat dan lemak sebagai daya tarik serangga penyerbuk. Nektar dan polen yang dipanen oleh A. cerana setelah sampai di sarang disimpan di dalam sel-sel sarang. Nektar diproses secara enzimatis menjadi madu, polen dipadatkan dan ditambahkan madu menjadi roti lebah. Secara garis besar madu disimpan di bagian atas sisir sarang. Larva dan pupa di bagian tengah, dan polen diletakkan diantara larva dan madu.

Tumbuhan sumber nektar dan polen bagi A. cerana harus diidentifikasi, dilindungi, dan dibudidayakan untuk menjamin kelangsungan peternakan A. cerana. Identifikasi tumbuhan penghasil nektar dan polen dengan metode acetolysis. Usaha ini juga mendukung konservasi lingkungan.

(5)

interval 20 menit. Aktivitas A. cerana selama pengamatan direkam dengan handycam (Sony Digital HDD DCRSR80). Jumlah A. cerana yang masuk, dan masuk membawa polen pada tungkai dihitung menggunakan counter. Faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu di luar sarang diukur tiap kisaran satu jam. Data matahari terbit dan terbenam, kecepatan angin serta curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi di Negara-Bali. Pengumpulan polen dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pukul 06.00-10.00, 11.00-13.00, dan 14.00 -16.00 (WITA) menggunakan pollen trap. Selain itu dilakukan pengumpulan bunga yang mekar di sekitar sarang dalam radius satu kilometer. Koloni A. cerana yang telah diambil sampel polennya kemudian dilakukan pemanenan. Tiap koloni diambil tiga sisir kemudian dilakukan pengambilan foto tiap sisir sarang.

Analisis polen dari tungkai A. cerana dan dari bunga menggunakan metode acetolysis (Edrtman 1971). Pemeriksaan karakter dan identifikasi polen berdasarkan Edrtman (1971) dan Huang (1972) dan verifikasi polen oleh Bob Yuris dari PT. Corelab Indonesia. Penghitungan luas sisir sarang, jumlah pupa, sel madu menggunakan program ImageJ. Hubungan aktivitas harian mencari polen dengan faktor lingkungan menggunakan Principle Component Analysis (PCA). Hubungan jumlah pupa dengan aktivitas harian mencari polen menggunakan regresi.

Aktivitas terbang A. cerana di peternakan tradisional mulai 05.50-18.30 atau selama 12.5 jam. Aktivitas terbang A. cerana ini terjadi mulai 44 menit sebelum matahari terbit dan berhenti 10 menit setelah matahari terbenam. setiap aktivitas terbang setiap koloni A. cerana menunjukkan variasi pada waktu terjadi pncak dan jumlah individu yang masuk tiap 10 menit pengamatan. Variasi ini disebabkan oleh faktor dalam dan luar koloni. Faktor dalam koloni berupa kebutuhan pakan untuk anggota koloni. Faktor luar berupa ketersediaan pakan di sekitar sarang dan faktor lingkungan. Puncak aktivitas mencari polen A. cerana di Melaya pukul 06.50-09.50, lebih pagi daripada di Sumber Klampok pada pukul 09.50-13.50. Perbedaan puncak aktivitas mencari polen menunjukkan sumber polen dan kelimpahan polen antara Sumber Klampok dan Melaya berbeda.

Perilaku lebah yang selalu mengunjungi bunga untuk mencari pakan membantu proses penyerbukan. Keuntungan penyerbukan oleh lebah berupa peningkatan produksi pertanian, dan ketersediaan benih bagi tanaman. Lebah yang pertama keluar dari sarang, mencari pakan berdasarkan daya tarik bunga. Polen dan nektar merupakan daya tarik primer bagi lebah. Sedangkan aroma (oddour), bentuk dan warna bunga merupakan daya tarik sekunder. Lebah dalam mencari pakan dapat dengan cepat mengenali sumber pakan berdasarkan visualisasi dan aroma (oddour) dari bunga. Lebah yang menemukan sumber pakan (nektar dan polen) akan menginformasikan sumber pakan kepada lebah pekerja lain di sarang (recruitment). Lebah menginformasikan sumber pakan kepada lebah pekerja lain dengan tarian yaitu round dance dan wag-tail dance.

(6)

Cahaya berkorelasi positif terhadap aktivitas terbang harian dan mencari polen. Cahaya yang tinggi akan menaikkan suhu dan menurunkan kelembaban. A. cerana akan mengurangi aktivitas di luar sarang saat intensitas cahaya tinggi dan kelembaban udara turun. A. cerana banyak yang mencari air untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban udara dalam sarang dengan melakukan fanning pada lubang sarang untuk mengalirkan udara ke sarang. Data dari Stasiun Klimatologi Negara-Bali menunjukkan curah hujan tidak terukur di kedua lokasi sehingga lingkungan sangat ekstrim bagi koloni A. cerana.

A. cerana di Sumber Klampok dan Melaya pada periode Juli-Agustus mengambil polen dari 12 familia terdiri dari 19 tipe polen dengan tiga tipe polen belum teridentifikasi. Tiga polen belum teridentifikasi terdapat di Melaya, dan merupakan informasi tentang flora lokal. Polen yang ditemukan pada semua koloni merupakan sumber polen utama bagi A. cerana. Tipe polen utama adalah C. nucifera dan L. leucocephala. Setiap koloni mengumpulkan 5-9 tipe polen untuk mencukupi kebutuhan protein. Hal ini menunjukkan A. cerana bersifat generalis dalam mencari polen. Sifat generalis menguntungkan bagi penyerbukan karena banyak tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh A. cerana. Di Sumber Klampok ditemukan koloni yang mengambil polen dari Polygonum yang mempunyai kandungan nutrisi rendah, sehingga dapat dikatakan koloni A. cerana di Sumber Klampok mampu bertahan dengan sumber polen bernutrisi rendah. Luas sarang A. cerana berkorelasi dengan jumlah pupa.

Peternakan lebah tradisional A. cerana yang sudah berlangsung selama tiga generasi perlu dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan pengembangan ini meliputi beberapa aspek yaitu penggantian gelodok ke sarang modern, menjagaketersediaan pakan di sekitar sarang dan pengembangan wisata alam.

(7)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(8)

AKTIVITAS

Apis cerana

MENCARI POLEN DAN

IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL

DI BALI

LILIK MUNTAMAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Mayor Bio Sains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

di Perlebahan Tradisional di Bali Nama : Lilik Muntamah

NIM : G352070141

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Bio Sains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(11)

Puji dan syukur penuls panjatka kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Aktivitas Apis cerana Mencari Polen dan Identidikasi Polen di Perlebahan Tradisional di Bali’ ini dapat selesai tepat waktu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan yang sangat berguna. Bapak Drs. Chandra Widjaja, MM sebagai penguji luar komisi ujian tesis, atas masukan dan arahan terhadap tesis ini. Dr. Bambang Suryobroto sebagai Koordinator Mayor Bio Sains Hewan (BSH), seluruh staf pengajar dan Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan FMIPA, IPB.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Departemen Agama RI, untuk pemberian beasiswa dan dana penelitian. Terimakasih tak terhingga kepada orangtua (Bapak Mansur dan Ibu Alfiah) atas semangat untuk mencari ilmu, suami Hery Purwanto, ST, dan putra-putra tercinta (Fariz, Fahmi, Annas) atas dukungan dan kesabaran selama dua tahun penulis tinggalkan. H. Anshori, S.Ag. M.PdI Kepala Madrasah Aliyah Negeri Negara-Bali atas izin dan dukungan untuk mengikuti studi S2. Bapak Suparman dan I Putu Artha peternak lebah tradisional di Bali Barat atas kesediaan menerima penulis untuk melakukan penelitian. Bapak Joko Waluyo, Staf Taman Nasional Bali Barat atas panduan selama di Lapang. Bapak Bob Yuris ahli polendari PT. Corelab Indonesia atas verifikasi polen. Yudi Catur Anendra, rekan seperjuangan pengambilan data di lapang dan identifikasi polen di laboratorium, Islamul Hadi atas pembelajaran pembuatan peta. Rekan-rekan BSH yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan.

Akhir kata penulis berharap tesis ini bermanfaat dan dapat dikembangkan.

Bogor, Agustus 2009

(12)

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 05 Juli 1974 dari Bapak Mansur dan Ibu Alfiah. Penulis adalah putri keempat dari delapan bersaudara. Pada tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Negara-Bali, dan tahun 1999 penulis lulus dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana. Penulis memilih Mayor Bio Sains Hewan (BSH), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 untuk melanjutkan studi S2 dengan Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia.

(13)

Halaman

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

PENDAHULUAN……….. 1

Latar belakang……….. 1

Tujuan Penelitian………. 3

Manfaat Penelitian………... 3

TINJAUAN PUSTAKA………. 4

Biologi A.cerana……….. 4

A. cerana sebagai Serangga Sosial………. 4

Pakan A. cerana………... 5

Nektar………. 5

Polen……….. 6

Air dan Resin………. 7

Aktivitas Mencari Nektad dan Polen..………... 7

Aktivitas Mencari Polen……….... 9

Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang……… 9

Identifikasi Tumbuhan Sumber Nektar dan Polen………..… 10

Hutan Bali Barat……….. 11

BAHAN DAN METODE……….. 15

Penelitian di Lapang………. 15

Waktu dan Tempat Penelitian di Lapang………... 15

Materi Penelitian di Lapang………... 15

Studi Lokasi Penelitian……….. 15

Persiapan Koloni A. cerana……… 16

Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Mencari Polen A. cerana ………. 16

Pengumpulan Polen……… 16

Pengambilan Gambar Sarang………. 17

Penelitian di Laboratorium……….. 17

Waktu dan Tempat Analisis……….. 17

Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga ……….. 17

Karakterisasi Sarang A. cerana………. 18

Analisis Data……… 19

(14)

Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK)……… 21

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK)…… 21

Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML)……….. 23

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML)………. 23

Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana di SK dengan ML……….. 25

Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……… 25

Hubungan Aktivitas Terbang dengan Faktor Lingkungan………… 26

Identifikasi polen……….. 27

Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana………. 27

Tipe Polen pada Tiap Koloni………. 29

Jenis Bunga di Sekitar Sarang……… 30

Karakter Sarang A. cerana………... 32

PEMBAHASAN……… 37

Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen ……… 37

Variasi Aktivitas Terbang Harian A. cerana………. 38

Aktivitas Mencari Polen A. cerana ……….. 40

A. cerana sebagai Serangga penyerbuk………... 42

Identifikasi Polen………. 44

Karakter Sarang A. cerana………... 46

Pengembangan Peternakan Lebah Tradisional di Bali……… 46

Penggantian Gelodok dengan Sarang Modern………. 47

Ketersedian Pakan di Sekitar Sarang………. 48

Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam……….. 48

SIMPULAN DAN SARAN……….. 50

Simpulan………. 50

Saran……… 50

DAFTAR PUSTAKA……… 51

(15)

Halaman

1 Nilai korelasi antar komponen………. 27

2 Jenis dan karakter polen dari tungkai A. cerana di Sumber Klampok

(SK) dan Melaya (ML) ………... 28 3 Tipe polen yang ditemukan pada tiap koloni A. cerana …………... …. 29 4 Jenis tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang A. cerana …………. 30 5 Jenis dan karakter polen dari bunga di sekitar sarang A.cerana ……….. 31 6 Luas sarang dan jumlah sel pupa, madu dan sel kosong pada tiap

koloni A. cerana di Melaya………... 32  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(16)

Halaman

1 Kotak Sarang di Sumber Klampok pada ketinggian 5-8 m……….. 3

2 Kotak Sarang di Melaya pada ketinggian 2-5 m……….. 3

3 Lebah ratu A. cerana yang dikelilingi lebah pekerja……… 12

4 Lebah jantan A. cenara………. 12

5 Skema bunga angiospermae………. 12

6 Lebah pekerja A. cerana dengan polen pada keranjang polen………. 12

7 Sruktur keranjang polen A. cerana ……….. 12

8 Pola pemanfaatan sel-sel dalam sarang A. cerana……… 12

9 Pengelompokan bentuk dan aperture pada polen……….. 13

10 Bentuk polen tampak polar ………. 13

11 Bentuk polen tampak equatorial ………. 14

12 Ornamen eksin dari permukaan polen………. 14

13 Peta lokasi penelitian……….. 19

14 Posisi sarang, handycam dan pengamat………. 19

15 Pollen trap untuk pengumpulan polen………. 19

16 Polen yang dipanen dari tungkai A. cerana……… 20

17 Sisir sarang A. cerana ……….………... 20

18 Tahapan singkat acetolysis………. 20

19 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di SK………...……… 22

20 Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana tiap koloni di ML.………... 24 21 Perbandingan aktivitas mencari polen A. cerana di SK dengan ML……. 25 22 Persentase aktivitas mencari polen terhdap aktivitas terbang harian……. 22

23 Hasil PCA………... 26

24 Polen dari tungkai A. cerana……….. 33

25 Polen dari bunga sekitar sarang A. cerana ……… 35

26 Peta Persebaran Tanaman Sumber Polen A. cerana di Bali Barat………. 36

(17)

1 Daftar cuaca di Sumber Klampok ……… 57

2 Daftar cuaca di Sumber Sari (Melaya)………. 58

3 Rataan lebah yang masuk di Sumber Klampok ……….. 59

4 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Sumber Klampok………. 60

5 Rataan lebah yang masuk di Melaya……… 61

6 Rataan lebah yang masuk bawa polen di Melaya………. 62

7 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Sumber Klampok………… 63

8 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Sumber Klampok………….. 64

9 Intensitas cahaya dan kelembaban udara di Melaya ……… 65

10 Suhu di luar sarang dan di dalam sarang di Melaya……… 66

 

(18)

Latar Belakang

Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka

Alam Bali Barat dan hutan lindung. Hutan Bali Barat dikelola oleh Taman

Nasional Bali Barat (TNBB) dan Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Luas hutan Bali

Barat 77 000 Ha terdiri atas 75 500 Ha wilayah daratan dan 1 500 Ha wilayah

laut. TNBB terdiri atas wilayah daratan sebesar 15 587.89 Ha dan wilayah air

3.415 Ha (Waluyo J 4 Agustus 2008, komunikasi pribadi; http://www.tnbb.com).

Masyarakat di sekitar hutan Bali Barat banyak mencari sarang lebah Apis cerana dan A. dorsata untuk diambil madunya. Selain mencari sarang lebah di hutan, masyarakat juga beternak A. cerana secara tradisional. Masyarakat Bali menyebut A. cerana sebagai nyawan. Usaha perlebahan di Bali Barat sudah dilakukan secara turun-temurun selama tiga generasi (Parman 19 Juli 2009,

komunikasi pribadi).

Perlebahan tradisional di Bali Barat menggunakan kotak kayu sederhana

yang disebut gelodok sebagai sarang A. cerana (Gambar 1 & 2). Peternak memanen madu A. cerana dua kali dalam satu tahun, yang dilakukan pada musim berbunga pada bulan Desember-Januari.Dengan demikian perlebahan tradisional

tergantung pada ketersediaan koloni A. cerana dan pakan dari alam. Peternak mendapatkan koloni A. cerana dengan cara menggantungkan kotak sarang di atas pohon di dekat hutan dengan ketinggian yang berbeda.

Keberadaan perlebahan di hutan alami TNBB, areal perkebunan atau

pertanian menguntungkan bagi manusia dan tumbuhan karena lebah membantu

penyerbukan pada berbagai bunga. Desa yang dekat dengan hutan alami

merupakan tempat yang baik untuk perlebahan, karena di hutan alami banyak

tumbuhan penghasil pakan bagi lebah (Keiw 1995). Di Sumber Klampok (SK)

terdapat perkebunan kapuk (Ceiba petandra) dan di Melaya (ML) banyak perkebunan kelapa (Cocos nucifera). Menurut Hill (1998) pohon-pohon di perkebunan menyediakan makanan yang berlimpah berupa nektar dan polen juga

melindungi lebah madu dari sinar matahari dan angin yang berlebihan. Hadirnya

(19)

pada tanaman dari familia Cucurbitaceae yaitu ketimun (Cucumis sativus), pare (Momordica charantia) memerlukan serangga penyerbuk karena bunga jantan dan betina terpisah (dioceus). Lebah penyerbuk juga meningkatkan hasil pada tomat

(Solanum lycopersicum) dan kedelai (Glycine max) (Delaplane & Mayer 2000). A. cerana adalah serangga sosial yang mempunyai susunan kasta. Kasta dalam koloni A. cerana terdiri dari satu ratu sebagai betina fertile, puluhan atau ratusan lebah jantan dan ribuan lebah pekerja. Pembagian kasta ini menunjukkan

pembagian tugas yang jelas dalam koloni tersebut (Akratanakul 2000).

Berdasarkan umur lebah pekerja dibedakan menjadi dua yaitu lebah yang bekerja

di dalam sarang dan lebah yang bekerja di luar sarang. Tugas utama lebah yang

bekerja di luar sarang adalah mencari nektar dan polen (Darmayanti 2008).

A. cerana memerlukan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, air, dan vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan koloni.

Nektar sebagai sumber karbohidrat, penting sebagai sumber energi. Polen sebagai

sumber utama protein dan mengandung sedikit vitamin dan karbohidrat. Polen

juga mengandung minyak sebagai daya tarik serangga penyerbuk (Kevan 1995).

A. cerana memperlihatkan suatu pola dalam mencari pakan baik mencari nektar atau polen. Kevan (1995) menyatakan lebah pekerja A. cerana diketahui sebanyak 28% mencari polen dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali

perjalanan mencari pakan.

(20)

mencari polen pada tiap koloni A. cerana, (2) Mengidentifikasi polen yang dibawa A. cerana kembali ke sarang, dan (3) Mempelajari hubungan aktivitas mencari polen dengan jumlah pupa dalam sarang di perlebahan tradisional A. cerana di sekitar hutan Bali Barat.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah (1) Membuat database polen tumbuhan di sekitar perlebahan A. cerana. (2) Mendukung konservasi lingkungan di hutan Bali Barat. (3) Data awal untuk pengembangan perlebahan lebah A. cerana di Bali Barat.

 

   

         

Gambar 1 Kotak sarang di SK pada ketinggian 5-8 m

(21)

Biologi Apis cerana A. cerana sebagai Serangga Sosial

A. cerana merupakan salah satu anggota dari Famili Apidae, Subfamily Apinae, Genus Apis. Genus Apis termasuk ke dalam koloni eusosial tingkat tinggi. Karakter utama serangga eusosial tingkat tinggi antara lain terdapat

pembagian tugas yang jelas pada masing-masing kasta. Dalam satu koloni A. cerana terdapat hanya satu ratu, terjadi pertemuan induk dengan keturunanya sehingga terdapat proses perawatan keturunan (Appanah & Kevan 1995).

Berdasarkan kemampuan reproduksi, kasta pada A. cerana terdiri atas dua kelompok yaitu kasta reproduktif dan non reproduktif. Kasta reproduktif terdiri

atas lebah ratu dan lebah jantan. Lebah ratu bertugas menghasilkan telur dan

feromon untuk mengontrol dan mengorganisir koloni (Gambar 3). Lebah jantan

mempunyai satu tugas yaitu kawin dengan ratu muda (Gambar 4). Lebah jantan

melimpah saat ratu muda akan kawin, sedangkan saat musim peceklik lebah

jantan banyak dibunuh oleh lebah pekerja (Winston 1992).

Proses perkawinan ratu dengan lebah jantan terjadi di udara pada siang

hari saat udara cerah. Lebah ratu A. cerana yang ada di Poona, Thailand melakukan perkawinan antara jam 14.00 sampai 15.00 dengan lama terbang untuk

kawin 27 menit. Lokasi tempat terjadi perkawinan dikenal dengan Drone Congregation Area (DCA). Perkawinan ratu A. cerana dengan sepuluh ekor lebah jantan sesuai dengan volume uviduk yang mampu menampung semen 1.94 ml dan

seekor lebah jantan mampu memproduksi 0.2 ml semen. Ratu yang telah kawin

kantung spermatekanya sudah penuh sperma dan akan bertelur setelah dua hari

perkawinan (Koeninger 1995). Ratu A. mellifera dapat menghasilkan 1 500 sampai 2 000 telur per hari (Akratanakul 2000), sedangkan ratu A. cerana di Kashmir menghasilkan 700-830 telur per hari (Ruttner 1988). Lebah jantan akan

mati setelah melakukan perkawinan karena endoseplus lebah jantan terlepas

setelah kopulasi (Koeninger 1995).

Kasta non reproduktif adalah lebah pekerja yang mengatur semua

(22)

yaitu lebah yang bekerja di dalam sarang dan bekerja di luar sarang. Tugas A. cerana di dalam sarang yaitu membersihkan sel (1-10 hari), merawat larva (3-9 hari), menerima nektar (3-14 hari), menutup sel madu (5-12 hari), menutup sel

larva (7-13 hari), Belajar terbang (4-16 hari), merawat ratu (6-13 hari),

membangun sarang (6-23 hari), menyimpan polen (10-22 hari), dan membuang

sampah (12-23 hari). Tugas A. cerana di luar sarang adalah mengatur suhu udara (8-19 hari), menjaga koloni (14-23 hari), mencari pakan (18-25 hari) (Darmayanti

2008).

Pakan A. cerana

Nektar

Nektar merupakan sumber karbohidrat utama bagi lebah. Nektar

mengandung berbagai karohidrat dimana kandungan terbesar adalah sukrosa,

glukosa dan fruktosa. Nektar juga mengandung karbohidrat lain seperti laktosa,

galaktosa ditemukan dalam jumlah yang kecil. Lebah mengumpulkan nektar dari

kelenjar nektar floral dan ekstra-floral dari berbagai bunga. Nektar floral adalah

kelenjar nektar yang terdapat pada bunga (Gambar 5), sedangkan nektar

ekstra-floral adalah nektar yang berasal dari bagian lain selain bunga (kuncup daun,

ujung batang) (Hebert 1992). Nektar dari nektar floral mengandung sukrosa,

glukosa, fruktosa, sedikit asam amino, dan lemak (Appanah & Kevan 1995).

Nektar diproses secara enzimatis di dalam perut lebah menjadi madu.

Madu disimpan di dalam sel-sel di bagian atas dari sisir sarang. Madu yang baru

dikeluarkan dari lebah pencari nektar kadar airnya tinggi diatas 30%. Sehingga

lebah pekerja mengepakkan sayap untuk menurunkan kadar air madu sampai

menjadi 18-20%. Pengurangan kadar air pada madu penting untuk mencegah

fermentasi oleh mikroorganisme. Jika ruang penyimpanan mau sudah penuh akan

ditutup dengan lilin (Gary 1992).

Madu merupakan sumber karbohidrat utama bagi koloni lebah yang

mengandung gula 95-99.9%. Kandungan gula pada madu berupa glukosa,

(23)

Polen

Polen adalah sel kelamin jantan pada tumbuhan yang dihasilkan oleh

organ kelamin jantan pada bunga yaitu anter (Gambar 5). Polen merupakan

sumber protein utama bagi lebah. Komposisi kimia dan kandungan nutrisi pada

tiap jenis polen tergantung pada tumbuhan penghasil polen (Hebert 1992). Hasil

analisis pada polen secara umum menunjukkan 16-30% protein, 1-7%

karbohidrat, 0-15% gula, dan 3-10% lemak (Faegri & van der Pijl 1971). Polen

dari familia Brassicaceae mengandung protein dan asam amino tertinggi, yaitu

dari kelompok asam aspartat, asam glutamin, prolin, leusin dan lysine. Sedangkan

metionin, tyrosin dan histidin relative rendah pada polen Brasicaceae yaitu hanya

7% (Szezesna 2006).

Hebert (1992) mengklasifikasikan polen berdasarkan nutrisi dan

pengaruhnya terhadap lama hidup, perkembangan ovarium dan lemak tubuh lebah

madu menjadi empat kelompok. Kelompok pertama adalah polen bernutrisi tinggi

yaitu polen dari kelompok buah-buahan, dan jagung. Kelompok kedua adalah

polen dengan nutrisi yang lebih sedikit contohnya kapas dan dandelion. Kelompok ketiga adalah polen dengan kandungan yang nutrisi yang cukup seperti

hezelnut, dan kelompok keempat adalah polen dengan kandungan nutrisi yang sangat kurang contohnya pinus. Kandungan nutrisi polen dipengaruhi oleh suhu,

kelembaban dan pH tanah artinya polen dari tanaman yang sama dapat

mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda jika ditanam pada daerah yang

berbeda degan kondisi lingkungan yang berbeda (Hebert 1992).

Polen bernutrisi tinggi sangat penting bagi pertumbuhan larva dan

perkembangan fisiologis lebah pekerja (Keller et al. 2005). Perkembangan jaringan tubuh, otot, dan kelenjar pada lebah sangat tergantung pada kecukupan

protein. A. mellifera yang baru keluar dari pupa banyak mengkonsumsi polen sampai minggu kedua. Setelah minggu kedua konsumsi polen menurun dan

(24)

Air dan Resin

Koloni lebah banyak memerlukan air yang berfungsi sebagai bahan

pelarut dalam membuat makanan larva berupa campuran madu dan polen. Air

juga diperlukan untuk menurunkan suhu dalam sarang. Saat suhu dalam sarang

naik lebih dari 34 °C, lebah pekerja meneteskan air dipermukaan sarang,

kemudian lebah pekerja mengepakkan sayap di lubang saran (fanning), sehingga udara dalam sarang lebih lembab. Lebah juga memerlukan resin dari tumbuhan

yang dipergunakan sebagai bahan perekat dalam sarang dan untuk menutup

lubang pada sarang, sehingga suhu dalam sarang dapat dipertahankan tetap hangat

(Gary 1992).

Aktivitas A. cerana Mencari Pakan

Aktivitas terbang kelompok Melipona scutellaris (Apidae, Meliponini) di Brazil memperlihatkan variasi pada setiap koloni. Lebih dari 90% aktivitas

terbang adalah mencari pakan. Aktivitas terbang yang lain untuk mencari resin,

lumpur dan membuang sampah. Puncak aktivitas mencari pakan pada M. scutellaris terjadi antara pukul 05.00-07.00 dan puncak aktivitas mencari polen terjadi antar pukul 05.00-09.00, kedua aktivitas tersebut menurun tajam pada

siang hari (Pierrot & Schlindwein 2003). Kelompok Trigona sp yang ada di Serawak, Malaysia menunjukkan pekerja yang membawa polen lebih tinggi

daripada yang membawa nektar pada pukul 07.30, sedangkan pada pukul 14.30

pekerja yang membawa nektar lebih tinggi daripada yang membawa polen.

Puncak aktivitas mencari pakan terjadi pada pukul 10.30 (Nagamitsu & Inoue

2002).

Darmayanti (2008) melakukan pengamatan pada A. cerana yang mencari pakan di Sukabumi, Jawa Barat dan puncaknya pada pukul 06.00-08.00. Aktivitas

ini menurun setelah pukul 08.30 dan naik kembali antara pukul 16.30-18.00.

(25)

(pukul 19.13). Puncak aktivitas mencari pakan A. cerana terjadi antara pukul 09.00-11.30, sedangkan A. mellifera antara pukul 11.00-13.20.

Aktivitas mencari pakan pada A. cerana diketahiu 28% mencari polen, dan sisanya mencari nektar dan air. Pada A. cerana tidak ditemukan lebah pekerja yang mencari nektar dan polen dalam satu kali perjalanan mencari pakan (Kevan

1995). Sedangkan aktivitas mencari pakan pada A. mellifera sebanyak 25% mengumpulkan polen, 60% mengumpulkan nektar, dan 15% mengumpulkan

polen dan nektar (Roman & Kulik 2006).

Lebah mencari nektar yang kadar gulanya diatas 10%. A. mellifera mengumpulkan nektar pada konsentrasi 35-50% (Hebert 1992). Penelitian pada A. cerana dengan menggunakan pakan buatan menunjukkan puncak aktivitas mencari nektar terjadi pada konsentrasi gula 35-40% (Liu et al 2007). Konsentrasi

gula yang terlalu tinggi diatas 60% terlalu pekat dan tidak dapat dihisap dengan

cepat oleh lebah. Konsentrasi nektar tergantung pada suhu, kelembaban dan curah

hujan di lokasi tersebut (Hebert 1992).

Pengamatan pada A. cerana dan A. mellifera yang mencari nektar pada bunga familia Brassicaceae menunjukkan aktivitas yang tinggi pada tumbuhan

yang mempunyai konsentrasi gula, volume nektar dan energi/ bunga/ hari yang

tinggi. Dengan demikian A. cerana dan A. mellifera sangat efektif dalam aktivitas mencari pakan. Dari hasil pengamatan pada jenis tanaman Brassicaceae pada

lokasi dan iklim yang berbeda menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi,

volume dan energi yang terkandung pada nektar berbeda (Abrol 2007).

(26)

Kondisi dalam koloni tidak berhubungan dengan aktivitas mencari nektar, seperti

banyaknya larva dalam koloni (Fewel & Winston 1996).

Aktivitas A. cerana Mencari Polen

Lebah mengumpulkan polen tergantung dari banyak faktor yaitu jumlah

populasi imago dalam koloni, jumlah larva, vegetasi sekitar sarang dan kondisi

cuaca. Feromon yang dihasilkan oleh larva menjadi stimulus langsung bagi lebah

pekerja untuk mengumpulkan polen. Jumlah lebah yang mencari polen juga akan

meningkat jika terdapat sel-sel yang kosong di dekat larva. Dengan demikian,

adanya sel yang kosong pada sisir sarang juga dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi jumlah lebah yang mencari polen (Keller et al. 2005). Pengamatan pada bunga palem raja (Arconthophoenix alexandrea) di Thailand yang menghasilkan polen menunjukkan A. cerana mulai mencari polen pada pukul 06.15 dan puncaknya pada pukul 09.30 (Oldroyd et al. 1992).

Lebah menggunakan seluruh bagian tubuh untuk mengambil polen. Polen

kemudian disisir menggunakan tiga pasang tungkai dan dimasukkan ke keranjang

polen(corbicula)yang terdapat pada tungkai belakang (Gambar 6). Selama proses penyisiran, ditambahkan nektar ke polen agar polen menjadi lembab sehingga

polen mudah dimasukkan dan melekat pada keranjang polen (Gambar 7) (Shuel

1992).

Penyimpanan Nektar dan Polen di Sarang A. cerana

Sarang A. cerana dan A. mellifera menunjukkan kesamaan dalam pengaturan dan distribusi di dalam sisir sarang. Pada bagian atas sisir adalah

penyimpanan madu. Bagian tengah dan bawah adalah lokasi untuk larva dan

pupa. Penyimpanan polen dilakukan diantara larva dan madu. Polen tersebar

merata diantara larva untuk memudahkan lebah pekerja dalam memberi pakan

larva (Gambar 8). Sel untuk calon ratu terletak di pinggir bawah sisir sarang.

Polen disimpan dalam bentuk padat, sel yang penuh madu akan ditutup dan

(27)

sangat penting. Pengetahuan ini dapat digunakan oleh peternak dalam rangka

penyediaan tumbuhan sumber pakan di sekitar sarang. Penanaman tumbuhan

sumber nektar dan polen di sekitar sarang dapat menjamin kelangsungan

perlebahan A. cerana dan mendukung konservasi lingkungan. Bagi peternak lebah A. mellifera informasi tumbuhan sumber nektar dapat digunakan sebagai panduan dalam jadwal angon lebah, karena A. mellifera biasa diangon di lokasi yang sedang musim berbunga untuk mempercepat produksi madu. Sampai saat ini

peternak A. cerana tidak melakukan angon, dan hanya mengandalkan sumber pakan di sekitar sarang.

Identifikasi tumbuhan sumber nektar dan polen dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi polen yang terdapat dalam nektar atau polen dari tungkai lebah.

Identifikasi polen dapat dilakukan dengan metode acetolysis (Edrtman 1971). Jhansi et al. (1994) melakukan acetolysis sampel madu A. cerana di Andra Pradesh, India dan menemukan 36 familia terdiri dari 51 tipe polen. Sodre et al. (2007) menganalisis 58 sampel madu A. mellifera dari beberapa lokasi di Brazil menggunakan acetolysis menemukan 41 tipe polen. Lima tipe termasuk kategori dominan yaitu Mimosa caesalpiniaefolia (Mimosaceae) (50%), M. verrucosa (Mimosaceae) (5%), Borreria verticillata (Rubiaceae) (10%), Serjania sp. (Sapindaceae) dan tipe Fabaceae (5%).Jongitvimol dan Wattanachaiyingcharoen

(2006) melakukan acetolysis pada sampel polen dari Trigona sp di Thailand dan menemukan 18 familia terdiri dari 29 tipe tumbuhan.

Acetolysis (Edrtman 1972) adalah metode menjernihkan dan pewarnaan polen dengan asam kuat sehingga polen dapat diidentifikasi. Polen perlu

dijernihkan karena mengandung banyak bahan organik yang menutupi karakter

untuk identifikasi polen. Identifikasi polen berdasarkan lima karakter morfologi

(Huang1972) yaitu :

(28)

3. Bentuk polen tampak ekuator (equatorial view), pada posisi ini dapat terlihat bentuk dari aperture (Gambar 11).

4. Ornamen eksin, permukaan eksin mempunyai pola tertentu yang dapat

digunakan sebagai karakter untuk identifikasi (Gambar 12).

5. Ukuran polen. Ukuran polen yang digunakan adalah diameter polar view dan equatorial view.

Hutan Bali Barat

Hutan Bali Barat adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk Suaka

Alam Bali Barat dan hutan lindung. Luas hutan Bali Barat 77000 Ha terdiri atas

75.500 Ha wilayah daratan dan 1500 Ha wilayah laut. TNBB terdiri atas wilayah

daratan sebesar 15.587,89 Ha dan wilayah air sebesar 3.415 Ha. Sisa wilayah

hutan Bali Barat yang lain di kelola oleh Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Surat

keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Balai Taman Nasional, TNBB dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yang

disebut Seksi Konservasi. Seksi Konservasi Wilayah I di Jembrana, Seksi

Konservasi Wilayah II di Buleleng dan Seksi Konservasi Wilayah III di Labuhan

Lalang. Desa SK termasuk ke dalam Seksi Konservasi Wiayah II, sedangkan ML

berdekatan dengan Seksi Wilayah I. Desa SK lebih dekat (± 200 m) dengan pantai

daripada Desa ML (± 700 m). Vegetasi di SK didominasi oleh herba yang tumbuh

saat musim hujan sedangkan Di ML didominasi pohon-pohon sehingga di SK

(29)

  Gambar Gambar Gambar 5 Polen 3 Lebah rat dikeliling

7 Struktur k polen A. c Skema bun Angiosperm

(www.beecu

tu A. cerana gi lebah peke

Pekerja keranjang cerana nga mae ulture.com) 5 Gamba a erja  Gamba 4

ar 8 Pola pem dalam sa madu, 2 4. sel pu (Huang Gamba 4 L

ar 6 Lebah p dengan p

keranjan

1

manfaatan se arang A. cer . sel polen, 3 upa, 5. sel jan

2002) Lebah jantan

A. cerana

pekerja A. ce polen pada ng polen Polen   2 3 l-sel rana 1. sel 3. sel larva, ntan n

(30)
[image:30.612.226.413.84.362.2]

Gambar 9 Bentuk dan aperture pada polen. 1. Vesiculate, 2. Inaperture, 3. Trilet, 4. 1-sulcate, 5. 3-colpate, 6. Syncolpate (syncolporate), 7. Parasyncolpate, 8. Spiraperture, 9. 4-colpate, 10. Pericolpate, 11. Pantocolpate (Stephanocolpate), 12. 1-porate, 13. 2-porate (ulcerate), 14. 3-porate, 15. 4-6-porate, 16. Pantoporate,

17. 2-colporate, 18. 3-colporate, 19.4-6-colporate, 20. Pantocolpate 9 (a. Pericolporate;Stephanocolporate), 21. Heterocolpate,

22. Heteroporate, 23. Fenestrate, 24. Tetrad, 25. Polyad.

[image:30.612.195.446.509.625.2]
(31)

           

6. Prolate-speroidal, 7.Subprolate, 8. Prolate, 9. Perprolate, 10. Rhomboidal, 11. Rectangular, 12. Apple- shape.

(32)

Penelitian di Lapang

Materi dan Waktu Penelitian di Lapang

Penelitian di lapang meliputi pengamatan aktivitas terbang harian, mencari

polen, pengumpulan sampel polen dari tungkai A. cerana, sampel bunga di sekitar sarang, dan pengambilan foto sarang. Penelitian di lapang dilakukan pada bulan

Juli sampai dengan Agustus 2008.

Studi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua desa di sekitar hutan Bali Barat. Kedua desa

terletak di pesisir pantai. Lokasi pertama di Desa Sumber Klampok (SK),

Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng (08° 10’ 44” S, 114° 28 ’934 ”E)

dengan ketinggian 24 m dpl (Gambar 13). Berdasarkan Depdagri (2003a) tentang

Data Monografi Desa, Desa SK mempunyai luas wilayah 100 704 Ha. Curah

hujan di SK tiap tahun hanya 78.5 mm dengan suhu rata-rata minimal 19-28 oC

dan maksimum 23-29 oC. Desa SK sangat kering pada musim panas. Desa SK

merupakan salah satu desa di dalam TNBB (enclave). Desa SK berbatasan langsung dengan hutan di sebelah utara, selatan dan barat, sedangkan di sebelah

timur berbatasan dengan Desa Pajarakan. Di Desa SK terdapat perkebunan kapuk

(Ceiba petandra) dan pertanian tadah hujan. Masyarakat di SK banyak yang bergantung pada hasil hutan, salah satunya adalah madu dari peternakan A. cerana.

Lokasi kedua di Desa Melaya (ML), Kecamatan Melaya, Kabupaten

Jembrana (08° 15’ 006” S, 114° 29’ 069” E) dengan ketinggian 43 m dpl.

Berdasarkan Depdagri (2003b), Desa ML mempunyai luas 1 649 500 Ha, dengan

curah 172.42 mm. Desa ML berbatasan dengan hutan di sebelah utara dan barat.

Mata pencaharian masyarakat Desa ML sebagian besar berdagang dan berkebun.

(33)

tradisional di SK dan ML. Koloni A. cerana berada di dalam kotak dengan ukuran 20x20x40 cm dan 25x25x50 cm. Koloni A. cerana di Desa SK sebelum pengamatan digantung pada pohon sawo kecik (M. kauki) pada ketinggian 7-8 m, sedangkan di Desa ML digantung pada pohon coklat (T. cacao) dengan ketinggian 2-3 m. Satu minggu sebelum pengamatan kotak A. cerana diturunkan dari pohon dan ditempatkan pada ketinggian 1-1,5 m. Pada tiap lokasi dipilih empat koloni.

Pengamatan Aktivitas Terbang Harian dan Mencari Polen A. cerana

Pengamatan aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana dimulai pada pukul 05.20-18.30 (WITA). Tiap pengamatan dilakukan selama 10 menit

dengan interval 20 menit. Aktivitas A. cerana selama pengamatan direkam dengan handycam (Sony Digital HDD DCRSR80) (Gambar 14). Saat cahaya belum cukup untuk pengamatan, aktivitas harian mencari polen A. cerana direkam dengan bantuan sinar infra merah dari handycam. Jumlah A. cerana yang masuk ke sarang dan masuk membawa polen dihitung menggunakan counter (modifikasi Pierrot & Schlindwein 2003). A. cerana yang mencari polen terlihat membawa polen pada tungkai belakang, sedangkan A. cerana tanpa polen di tungkai diduga membawa nektar, air atau resin. Setiap koloni A. cerana diamati dua kali.

Faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu di luar sarang

dan suhu di dalam sarang diukur tiap kisaran satu jam. Data matahari terbit,

terbenam, kecepatan angin, dan curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi di

NegaraBali.

Pengumpulan Polen

Pengumpulan polen di SK dan ML dilakukan setelah pengamatan aktivitas

terbang harian dan mencari polen pada tiap koloni. Pengumpulan polen

menggunakan pollen trap (Gambar 15). Polen yang jatuh dari pollen trap disimpan dalam amplop (Gamban 16). Pengumpulan polen dilakukan tiga kali

(34)

digunakan sebagai bahan rujukan dari polen yang dibawa oleh A. cerana. Posisi tumbuhan yang mekar di sekitar sarang diukur menggunakanGlobal Positioning

System (GPS), untuk dapat dipetakan.

Pengambilan Gambar Sarang

Gambar sarang koloni A. cerana diambil setelah pengumpulan sampel polen. Tiap koloni A. cerana diambil tiga sisir sarang untuk pengambilan gambar sarang. Gambar sarang yang diambil harus mempunyai skala agar dapat dianalisis

(Gambar 17). Pengambilan gambar menggunakan jarak dan perbesaran yang

tetap. Tiap sisir sarang dilakukan dua kali pengambilan gambar, yaitu sisi A dan

sisi B. Gambar diambil dengan kamera Sony Digital HDD DCRSR80.

Penelitian di Laboratorium

Waktu dan Tempat Analisis

Analisis aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana, analisis sarang, dan analisis polen dilakukan pada bulan September 2008 sampai

dengan April 2009. Analisis aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana dilakukan di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, sedangkan analisis polen

dilakukan di bagian Ekologi dan Sumberdaya Hayati Tumbuhan, Departemen

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut

Pertanian Bogor.

Analisis Polen dari Tungkai A. cerana dan Bunga

Analisis polen dari tungkai A. cerana dan bunga menggunakan metode acetolysis (Erdtman 1972). Tahapan-tahapan acetolysis secara singkat (Gambar 18) adalah sampel polen pada tiap amplop dimasukkan ke tabung cupsidal dan diberi KOH 10%, didiamkan selama lima menit kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Pemberian KOH berfungsi untuk

menghilangkan zat organik seperti karbohidrat dan protein. Setelah sentrifugasi,

(35)

mm untuk menghidrolisis air dan menjernihkan polen, kemudian disentrifugasi.

Langkah selanjutnya supernatant dibuang dan polen ditambah larutan acetolysis. Larutan acetolysis merupakan campuran acetic anhydrous (100%)dengan sulfuric acid (100%)dengan perbandingan 9:1. Pembuatan larutan acetolysis dengan cara menambahkan sulfuric acid pada acetic anhydrous secara perlahan, karena menimbulkan panas. Pembuatan larutan acetolysis harus di ruang asam karena

menggunakan asam kuat. Setelah pemberian larutan acetolysis, kemudian sampel dipanaskan dalam penangas air pada suhu 90-95 °C selama ± 5 menit. Sampel

didinginkan dan disentrifugasi lalu supernatant dibuang. Sampel polen ditambahkan asam asetat glacial dan disentrifugasi. Langkah terakhir adalah

mencuci sampel polen dengan akuades sebanyak tiga kali dan disentrifugasi.

Setelah pencucian sampel disimpan dalam gliserin 30%, dan siap untuk dibuat

preparat.

Pembuatan preparat polen menggunakan media gliserin jeli 30%.

Pemeriksaan karakter dan identifikasi polen berdasarkan Edrtman (1972) dan

Huang (1972). Pengamatan polen menggunakan mikroskop cahaya. Pengukuran

polen menggunakan mikrometer dan setiap tipe polen dilakukan lima kali

pengukuran. Pengambilan gambar polen menggunakan kamera digital Olympus

DP-12.

Identifikasi tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang berdasarkan Stenis

et al. (2008). Untuk pemeriksaan kembali tipe polen dari tungkai A. cerana, dilakukan verifikasi polen oleh Bapak Bob Yuris dari PT. Corelab Indonesia.

Karakterisasi Sarang A. cerana

Penghitungan luas sisir sarang, jumlah pupa, sel madu, dan sel kosong

(36)

menggunakan program K-Lite. Codec. Pack. 3.4.5. Analisis hubungan aktivitas

harian, mencari polen dan faktor lingkungan menggunakan Principle Component Analysis (PCA). Hubungan jumlah pupa dengan aktivitas terbang harian mencari polen menggunakan regresi.

N

2Km

[image:36.612.233.415.227.464.2]

Peta Penelitian di Bali Barat

Gambar 13 Peta lokasi penelitian. Lintang Selatan

Bu

jur Timu

(37)

G

[image:37.612.110.501.91.710.2]

 

Gambar 14

Gambar 16

Posisi saran dan pengam

Ga Polen yang dari tungka

ng, handycam mat.

ambar 18 Ta Handyc

Pengama

g dikumpulk ai A. cerana

m

ahapan singk cam

at

Gam

kan .

Gam Ko

kat acetolysis mbar 15 Polle

peng

mbar 17 Sisi loni 1, sisi A

is.

en trap untu gumpulan po Pollen tr

ir sarang A. c A. ML

uk olen.  trap

(38)

Aktivitas Terbang dan Mencari Polen Apis cerana

Aktivitas Terbang A. cerana di Sumber Klampok (SK)

Semua koloni A. cerana mulai melakukan aktivitas terbang pada pukul 05.50 pagi hari dan berhenti pada pukul 18.30, atau sekitar 12.5 jam. Akan tetapi

puncak aktivitas terbang dan jumlah A. cerana yang masuk sarang tiap 10 menit pengamatan bervariasi antar koloni.

Berdasarkan puncak aktivitas terbang dan jumlah individu lebah yang

masuk sarang koloni A. cerana di SK dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu koloni yang normal dan yang tidak normal. Koloni AC2SK dan AC4SK

mampu bertahan 10 hari setelah pemanenan sisir sarang, sehingga kedua koloni

ini mempunyai aktivitas terbang yang normal. Koloni AC2SK dan AC4SK

mempunyai dua puncak aktivitas terbang harian (Gambar 19 b,d). Koloni AC2SK

memmpunyai puncak aktivitas terbang pada pukul 07.20-08.30 dan 12.20-13.00

dengan jumlah lebah yang masuk sarang masing-masing 81 dan 213 individu/10

menit. Puncak aktivitas terbang untuk koloni AC4SK terjadi pada pukul

08.50-09.30 dan pukul 11.50-14.00 masing-masing dengan 162 individu/10 menit dan

122 individu / 10 menit masuk sarang.

Aktivitas terbang harian dan mencari polen yang rendah merupakan

indikasi aktivitas terbang koloni A. cerana yang tidak normal. AC1SK dan AC3SK (Gambar 19 a,c) mempunyai aktivitas terbang harian dan mencari polen

lebih rendah daripada AC2SK dan AC4SK (Gambar 19 b, d). Puncak aktivitas

terbang AC1SK terjadi antara pukul 13.50-15.00 (123 individu), dan AC3SK

terjadi antara pukul 11.50-14.30 (100 individu). Aktivitas mencaripolen AC1SK

dan AC3SK sangat rendah yaitu (10 individu) dan (20 individu) tiap 10 menit.

(39)

am b ar 19 Aktivitas terbang h ari an dan m en ca ri polen A. ce rana tiap koloni di SK . a . AC1S K, b. AC2SK

, c. AC3S

K, d. AC4S

K. Leb ah m asuk sarang, l eb ah m asu

k bawa po

len.

22

0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

Wakt u p engam ata n (W IT A ) a 0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A) b 0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A ) c 0 50

100 150 200 250

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. ceranamasuk

[image:39.792.87.693.167.468.2]
(40)

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Sumber Klampok (SK)

Lebah yang mencari polen ditandai dengan kedua tungkai belakang penuh

polen saat masuk ke sarang. AC2SK dan AC4SK mulai mencari polen pada pukul

06.20, tetapi AC4SK berhenti 1.5 jam lebih awal (16.30) daripada AC2SK (18.30)

(Gambar 20 b,d). Aktivitas mencari polenAC2SK dan AC4SK mempunyai satu

puncak aktivitas mencari polen, walaupun terjadi pada waktu yang berbeda.

Puncak aktivitas mencari polen dan jumlah individu yang membawa polen tiap 10

menit AC2SK dan AC4SK berturut-turut adalah 11.50-14.30 (54 individu), dan

10.20-14.00 (41 individu).

Aktivitas Terbang A. cerana di Melaya (ML)

Koloni A. cerana di ML memulai aktivitas terbang pada waktu yang bervariasi. Aktivitas terbang AC3ML dan AC4ML mulai pada pukul 05.50

sedangkan AC1ML dan AC2ML pada pukul 06.20 (Gambar 20).Tetapi keempat

koloni A. cerana berhenti pada waktu yang bersamaan yaitu setelah pukul 18.30. Puncak aktivitas terbang harian A. cerana di ML dan jumlah individu A. cerana yang masuk sarang tiap 10 menit pengamatan bervariasi antar koloni. AC1ML, AC2ML dan AC3ML mempunyai dua puncak aktivitas terbang harian.

Puncak aktivitas terbang pertama dan kedua pada AC1ML pukul 07.20-09.00

(622 individu) dan 13.20-14.30 (477 individu). Pada AC2ML pukul 07.20-08.30

(624 individu) dan 13.20-14.00 (268 individu). Terakhir pada AC3ML pukul

06.20 (665 individu) dan 12.50 (377 individu). AC4ML mempunyai satu puncak

aktivitas terbang yaitu pada pukul 06.20-07.30 (488 individu).

Aktivitas Mencari Polen A. cerana di Melaya (ML)

Setiap koloni A. cerana di ML memperlihatkan variasi pada saat memulai aktivitas mencari polen tetapi berhenti pada waktu yang sama yaitu pukul 18.00

(Gambar 20). AC1ML dan AC2ML mulai mencari polen pada pukul 06.20

sedangkan AC3ML dan AC4ML mulai pada pukul 05.50.

(41)

    am b ar 20 Aktivitas terbang h ari an dan m en ca ri polen A. ce rana tiap koloni

di ML. a. A

C

1

M

L, b. AC2ML, c.A

C 3ML, d.AC4 M L Lebah m asuk sarang, lebah m asuk b awa po len. d 24 0 10 0 20 0 30 0 40 0 50 0 60 0 70 0 80 0

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A) a 0

100 200 300 400 500 600 700 800

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

W aktu pe ngam atan (W IT A ) b 0

100 200 300 400 500 600 700 800

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

Wa ktu penga m ata n (W IT A ) c 0

100 200 300 400 500 600 700 800

05.20 – 05.30 05.50 – 06.00 06.20 – 06.30 06.50 – 07.00 07.20 – 07.30 07.50 – 08.00 08.20 – 08.30 08.50 – 09.00 09.20 – 09.30 09.50 – 10.00 10.20 – 10.30 10.50 – 11.00 11.20 – 11.30 11.50 – 12.00 12.20 – 12.30 12.50 – 13.00 13.20 – 13.30 13.50 – 14.00 14.20 – 14.30 14.50 – 15.00 15.20 – 15.30 15.50 – 16.00 16.20 – 16.30 16.50 – 17.00 17.20 – 17.30 17.50 – 18.00 18.20 – 18.30

Jumlah A. cerana masuk

[image:41.792.115.710.172.472.2]
(42)

membawa polen ke sarang dalam tiap 10 menit pengamatan. Puncak aktivitas

mencari polen dan jumlah individu yang masuk membawa polen secara

berturut-turut pada AC1ML, AC2ML, AC3ML, dan AC4ML adalah 07.50-10.00 (187

individu), 07.20-10.30 (161 individu), 06.20 (215 individu), dan 06.50-10.00 (125

individu).

Perbandingan Aktivitas Mencari Polen A. cerana di SK dengan ML

Aktivitas mencari polen, A. cerana di SK berbeda dengan di ML. Koloni A. cerana di ML mulai mencari polen lebih pagi (pukul 05.50) daripada di SK (pukul 06.20) (Gambar 21). Tetapi semua koloni A. cerana di SK dan ML berhenti mencari polen pada pukul 18.00. Puncak aktivitas mencari polen koloni

A. cerana di ML lebih pagi (07.20-10.00) daripada di SK (10.20-14.30). Jumlah inidividu yang masuk membawa polen tiap 10 menit saat puncak aktivitas juga

lebih tinggi di ML (144 individu) daripada di SK (46 individu).

Gambar 21 Perbandingan aktivitas mencari polen di Sumber Klampok dan Melaya. SumberKlampok, Melaya.

Persentase Aktivitas Mencari Polen A. cerana

Persentase aktivitas mencari polen pada tiap koloni di SK bervariasi. Dua

koloni yaitu AC1SK dan AC3SK persentasenya lebih rendah daripada yang lain

(AC2SK dan AC4SK) (Gambar 22). Koloni AC1SK menunjukkan aktivitas

mencari polen terendah (5.2%) disusul oleh AC3SK (16.8%). Sedangkan 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 05 .20 – 0 5.3 0 05 .50 – 0 6.0 0 06 .20 – 0 6.3 0 06 .50 – 0 7.0 0 07 .20 – 0 7.3 0 07 .50 – 0 8.0 0 08 .20 – 0 8.3 0 08 .50 – 0 9.0 0 09 .20 – 0 9.3 0 09 .50 – 1 0.0 0 10 .20 – 1 0.3 0 10 .50 – 1 1.0 0 11 .20 – 1 1.3 0 11 .50 – 1 2.0 0 12 .20 – 1 2.3 0 12 .50 – 1 3.0 0 13 .20 – 1 3.3 0 13 .50 – 1 4.0 0 14 .20 – 1 4.3 0 14 .50 – 1 5.0 0 15 .20 – 1 5.3 0 15 .50 – 1 6.0 0 16 .20 – 1 6.3 0 16 .50 – 1 7.0 0 17 .20 – 1 7.3 0 17 .50 – 1 8.0 0 18 .20 – 1 8.3 0 Jum la h A . ce rana baw a pole n

(43)

Persentase aktivitas mencari polen AC2SK dan AC4SK masing-masing 33.4%

dan 35.5%. Persentase aktivitas mencari polen di ML relativ sama ayaitu antara

23-27%.

Hubungan Aktivitas Terbang A. cerana dengan Faktor Lingkungan

Faktor cahaya berkorelasi positif dengan aktivitas terbang harian, mencari

polen dan faktor lingkungan yang lain di SK dan ML (Gambar 23) dengan nilai

korelasi 0.83 dan 0.85 (Tabel 1). Hal ini menunjukkan faktor cahaya paling

Gambar 22 Persentase aktivitas mencari polen terhadap aktivitas terbang harian, terbang harian, terbang mancari polen.

Gambar 23 Hasil PCA a. A. cerana masuk, b. A. cerana bawa polen c. cahaya, d.kelembaban, e.suhu luar sarang.

ML SK  a c a c 0% 20% 40% 60% 80% 100%

AC1SK AC2SK AC3SK AC4SK SK 0% 20% 40% 60% 80% 100%

AC1ML AC2ML AC3ML AC4ML ML

-2 -1 0 1 2

-2 -1 0 1 2 Comp.1 Co m p .2 1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

-1 .0 -0 .5 0 .0 0 .5 1 .0 a b c d e

-2 -1 0 1 2 3

-2 -1 0 1 2 3 Comp.1 Com p .2 1 2 3 4 5 67 8 9

10 1112 13 14

-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

(44)

Tabel 1 Nilai korelasi antar komponen  

AC

masuk AC polen

Cahaya RH Suhu Lokasi

AC masuk 1.00 0.83 0.80 -0.66 0.65 SK

AC masuk 1.00 0.85 0.47 0.12 0.002 ML

berpengaruh terhadap aktivitas terbang harian dan mencari polen. Kelembaban

udara di SK berkorelasi negatif terhadap aktivitas terbang (-0.66). Intensitas

cahaya yang tinggi dapat menurunkan kelembaban udara. Jika kelembaban udara

rendah dapat menghambat aktivitas terbang harian dan mencari polen.

Di ML semua faktor lingkungan yang diukur berkorelasi positif, dengan

nilai korelasi tertinggi adalah cahaya (0.85) dan terendah suhu (0.002). Data

kecepatan angin rata-rata dari Stasiun Klimatologi Negara-Bali menunjukkan

kecepatan angin di SK lebih tinggi (14.28 ± 2.73 km/jam) daripada di ML (13.94

± 2.32 km/jam) (Lampiran 1). Curah hujan pada bulan Juli-Agustus di SK dan

ML sangat rendah dimana selama dua bulan hanya terjadi satu kali hujan.

Sehingga lokasi penelitian dalam keadaan kering.

Identifikasi Polen

Tipe dan Karakter Polen dari Tungkai A. cerana

Sampel polen yang dianalisis berasal dari enam koloni yaitu dari AC2SK,

AC4SK, AC1ML, AC2Ml, AC3ML, dan AC4ML. Dua koloni A. cerana di SK yaitu AC1SK dan AC3SK setelah pengamatan aktivitas terbang harian kabur,

sehingga tidak ada sampel polen dari dua koloni tersebut. Dari hasil identifikasi

sampel polen dari tungkai A. cerana di SK dan ML ditemukan 12 familia yang terdiri dari 19 tipe polen dengan karakter polen yang berbeda-beda (Tabel 2). Dari

19 tipe yang ditemukan (Gambar 24), tiga tipe polen di ML belum dapat

(45)
[image:45.792.84.699.153.454.2]

   

Tabel 2 Jenis dan karakter polen dari tungkai A. cerana di Sumber Klampok (SK) dan Melaya (ML)

No Nama Ilmiah

Lokasi

Familia

Ukuran (µ)

Pollen Classes

Bentuk

SK ML Polar Ekuatorial Polar Ekuatorial Ornamen

eksin

1 Ceiba petandra √ - Malvaceae 53,10±0,0013 45,50±0,0021 3-colpate Circular Suboblate

Lopho-reticulate

2 Amaranthus spinosus √ - Amaranthaceae 23,50±0,0022 23,00±0,0011 vesiculate Circular Spheroidal Psilate

3 Sesbania grandiflora √ - Papilionaceae 30,00±0,0027 28,50±0,0022 3-colporate

Semi-angular

Spheroidal Reticulate

4 sp 2 √ - Polygonaceae 30,50±0,0011 30,50±0,0011 pantoporate Circular Spheroidal Lophate

5 sp 3 √ Asteraceae 28,50±0,0022 30,00±0,0031 fenesrate Circular Spheroidal Lophate

6 sp 7 - √ unidentified 16,00±0,0014 20,00±0,0018 pantoporate Circular Suboblate foveolate

7 Arenga pinata - √ Arecaceae 22,50±0,0025 31,00±0,0022 1-sulcate Circular Suboblate Echinate

8 sp 8 - √ unidentified 28.50±0,0022 34,00±0,0014 3-colporate Circular Subprolate Granulate

9 sp 9 - √ Euphorbiaceae - 75,00±0,0014 3-colpate Circular Spheroidal Clavate

10 sp 10 - √ unidentified 25,50±0,0033 27,00±0,0021 3-colporate Circular Suboblate Psilate

11 Erythrina variegata - √ Papilionaceae 33,50±0,0038 31,00±0,0022 3-porate Circular Spheroidal Gemmate

12 Eucalyptus sp - √ Myrtaceae 18,50±0,0029 18,00±0,0011 3-colporate Subangular Oblate Psilate

13 Tridax procumben √ √ Asteraceae 24,00±0,0014 24,00±0,0014 3,4-colporate Circular Spheroidal Echinate

14 Momordica

charantia √ √

Cucurbitaceae 47,50±0,0025 40,50±0,0033 3-colporate Circular Prolate-spheroidal

Scabrate

15 Muntingia calabura √ √ Tiliaceae 12,00±0,0011 12,50±0,0018 3-colpate Angular Spheroidal Psilate

16 Cocos nucifera √ √ Arecaceae 57,00±0,0027 36,00±0,0022 1-sulcate Oblate Prolate Psilate

17 Datura metel √ √ Solanaceae 38,50±0,0029 34,00±0,0022 3-colporate Circular Spheroidal Striate

18 Leucaena

leucocephala √ √

Mimsacaeae 51,50±0,0022 52,50±0,0025 3-colporate Circular Spheroidal Psilate

19 Mimosa pudica √ √ Mimosaceaea 29,00±0,0022 - tetrade Circular Oblate Psilate

(46)

 

   

ditemukan di SK dan ML. Polen dari famili Asteraceae, Papilionaceae, Arecaceae

dan Mimosaceae masing-masing terdiri dari dua tipe polen.

Diameter tampak polar paling besar secara berturut-turut adalah Cocos nucifera, Ceiba petandra dan L. leucocephala. Sedangkan diameter polen tampak ekuatorial paling besar adalah tipe Euphorbiaceae, L. leucocephala dan Ceiba petandra. Bentuk polen yang paling banyak ditemukan adalah tri-colporate yang terdapat pada delapan spesies. Polen M. pudica adalah satu-satunya tipe polen tetrad (empat butir polen berkumpul) sedangkan yang lain adalah monad (tunggal). Sebagian besar polen tampak polar berbentuk circular (14 tipe), tampak ekuatorial suboblate (7 tipe), dengan ornament eksin berpolea psilate (7tipe).

Tipe Polen yang Ditemukan pada Tiap Koloni A. cerana

Jumlah tipe polen yang teridentifikasi pada setiap koloni A. cerana bervariasi. Koloni AC2SK, AC4SK, dan AC4ML mengambil delapan tipe polen

(Tabel 3). Sedangkan koloni AC1ML, AC2ML, AC3ML, secara berturut-turut

[image:46.612.106.516.430.663.2]

mengambil sembilan, delapan, dan lima tipe polen.

Tabel 3 Tipe polen yang ditemukan pada enam koloni A. cerana

No Tumbuhan Familia Koloni

AC2SK AC4SK AC1ML AC2ML AC3ML AC4ML

1 C. petandra Malvaceae √ - √ - - -

2 A.spinosus Amaranthaceae √ √ - - - -

3 S. grandiflora Leguminoceae √ √ - - - -

4 sp 2* Polygonaceae - √ - - - -

5 sp 3* Compositae √ - - -

6 sp 7* Unidentified - - - - - √

7 A. pinata Arecaceae - - √ √ √ √

8 sp 8 Unidentified - - - - √ √

9 sp 9* Euphorbiaceae - - - √

10 sp 10 Unidentified - - √ √ - -

11 E. variegata Leguminoceae - - √ √

-12 Eucalyptus sp Myrtaceae - - - √ - √

13 T. procumben Compositae √ √ √ - - -

14 M. charantia* Cucurbitacea - - - √

15 M. calabura Muntingiaceae √ √ √ √ - -

16 C. nucifera** Arecaceae √ √ √ √ √ √

17 D. metel* Solanaceae - - √ - -

-18 L .leucocephala** Leguminoceae √ √ √ √ √ √

19 M. pudica Leguminoceae √ √ √

Keterangan √ ditemukan, - tidak ditemukan, * ditemukan pada satu koloni, ** ditemukan pada semua koloni

(47)

 

Polen dari kelapa (C. nucifera) dan lamtoro (L. leucocephala) ditemukan pada semua koloni di SK dan ML, sehingga dapat dikatakan kedua tipe polen ini

adalah sumber polen utama bagi A. cerana di SK dan ML. Polen dari bayam duri (A. spinosus) dan turi (S. grandiflora) ditemukan pada dua koloni di SK, sedangkan polen aren (A. pinata) ditemukan pada empat koloni di ML. Lima tipe polen yaitu pare (M. charantia), kecubung (D. metel), sp 2 (Polygonaceae), sp 3 (Asteraceae), sp 9 (Euphorbiaceae) dan sp 7 ditemukan hanya pada satu koloni di

SK dan ML.

Jenis Bunga di Sekitar Sarang A. cerana

Dari hasil pengumpulan bunga yang mekar di sekitar sarang SK dan ML

dalam radius 1 km, didapatkan 28 bunga yang mekar (Tabel 4), 22 jenis di SK dan

23 jenis di ML. Dari bunga yang mekar pada setiap lokasi, 50% bunga di SK

merupakan sumber polen bagi A. cerana, sedangkan di ML 48%. Tanaman yang bukan sumber polen sebagian merupakan tanaman budidaya yang dipanen buah

atau bijinya oleh masyarakat misalnya jeruk (Citrus sp.), kakao (T.cacao), mangga (M. indica) , mete (A. occidentale) dan papaya (C. papaya) (Gambar 25). Polen bunga di sekitar sarang sebagian besar mempunyai bentuk tampak polar circular, dengan ornament eksin berpola psilate (Tabel 5).

Persebaran bunga sumber polen di SK dan ML yang terambil pada sampel

bunga disekitar sarang memperlihatkan jarak yang tidak terlalu jauh (±1 Km) dari

sarang A. cerana (Gambar 26). Hal ini karena dalam pengambilan sampel bunga di sekitar sarang dibatasi dalam radius 1 Km dari sarang A. cerana pada setiap lokasi.

Karakter Sarang A. cerana

Hasil penghitungan luas sarang, jumlah pupa, sel madu, dan sel kosong

menunjukkan koloni AC1ML mempunyai luas sarang terbesar yaitu 990956.9

mm2 (Tabel 6). Sedangkan AC3ML mempunyai luas sarang terkecil yaitu 1383

mm2. Jumlah pupa terbanyak pada AC4ML yaitu sebanyak 1383 sel, sedangkan

(48)

 

AC2ML terbanyak yaitu ± 4400 sel, sedangkan AC4ML jumlah sel kosongya

terkecil (1850 sel).

Hasil analisis regresi antara luas sarang dan jumlah pupa menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0.056) pada taraf kepercayaan 0.05 dengan nilai R2 = 0.011. Sedangkan analisa regresi antara jumlah A. cerana yang mencari polen dengan jumlah pupa menunjukkan hubungan yang signifikan (p =

[image:48.612.118.509.261.626.2]

0.030) dengan nilai R2 = 0.159.

Tabel 4 Jenis tumbuhan yang berbunga di sekitar sarang A. cerana

No Nama lokal Nama ilmiah Familia

Lokasi Sumber polen A. cerana SK ML

1 Bintang kejora Quisqualis indica Combrataceae √ - -

2 Kacang komak Dolichos

Gambar

Gambar 10  Bentuk polen tampak                      (polar. 1. Circular, 2. Circular-lobate,                     3
Gambar 13     Peta lokasi penelitian.
Gambar 14  G
Gambar 19  Aktivitas terbang harian dan mencari polen A. cerana  tiap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nommensen, Universitas HKBP, Konsultasi Pendidikan Teologia di Sumatera Utara , Pematangsiantar: Lembaga Penelitian dan Studi Universitas HKBP Nommensen, 1976. Pederson,

Di era ini juga lahir pendidikan nasional yang sejalan dengan kebangkitan nasional, seperti lahirnya Pendidikan Tamansiswa (1922) dan juga pendidikan agama, terutama agama..

Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja guru menjadi sangat rendah ketika mereka tanpa diawasi oleh kepala sekolah, keadaan ini menjadi lebih parah lagi jika

mana yang harus dibuka berdasarkan hasil training yang telah disimulasikan menggunakan Neural Network , input merupakan arus gangguan hubung singkat yang terjadi pada

Contoh: Batang kaca yang digosokkan pada kain wol, Muatan negatif akan berpindah dari kaca menuju kain wol.. Gelas kaca menjadi

Einstein menjadi seorang yang ahli dalam pekerjaannya yang terdahulu dan menyesuaikan diri pada situasi yang baru, dan juga dengan transformasi Lorentz seperti

aplikasi agar lebih menarik. Tahap prototype kedua versi 0.2.2015 tanggal 9 Februari 2015, aplikasi sudah diperbaiki dengan menyesuaikan hasil pengujian pada prototype

Information systems play an important role helping companies optimize their business processes to achieve corporate objectives and increase competitive advantage in the face