• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

3. Cerita Rakyat

a. Pengertian Cerita Rakyat

Cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, baik yang sungguh-sungguh terjadi atau rekaan belaka (KBBI, 2008:135). Djamaris (1993:15) mengatakan bahwa cerita rakyat adalah “golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nurgiantoro (2005:165), mengemukakan sastra tradisional yang termasuk didalamnya cerita rakyat adalah suatu perkataan yang disampaikan secara lisan yang muncul dan berkembang secara turun temurun untuk mengungkapkan gagasan yang sudah ada sebelumnya yang berisi mengenai pesan moral.

Dari pengertian cerita rakyat yang telah diuraikan, peneliti membuat kesimpulan mengenai pengertian cerita rakyat. Cerita Rakyat adalah cerita yang tumbuh dan berkembang secara turun terumurun yang berisi pesan moral.

b. Jenis Cerita Rakyat

Jenis-jenis cerita rakyat menurut Nurgiantoro (2005:171) terdiri dari mitos, legenda, fabel, dongeng.

1) Mitos

Menurut Lukens dalam Nurgiantoro (2005:172), mitos merupakan sesuatu yang diyakini bangsa atau masyarakat tertentu yang pada intinya menghadirkan kekuatan-kekuatan supranatural yang melebihi batas kemampuan manusia. Mitos sering dikaitkan dengan cerita tentang peristiwa, kekuatan, tingkah laku manusia dan lain-lain. Contoh mitos adalah Gunung Merapi, Gua Kiskenda, Nyai Rara Kidul.

2) Legenda

Legenda diartikan sebagai cerita magis yang berkaitan dengan tokoh, peristiwa dan tempat-tempat yang nyata (Mitchell dalam Nurgiantoro, 2005:182). Legenda lebih menekankan pada tokoh, asal usul terjadinya suatu tempat atau peristiwa nyata yang mempunyai kebenaran (Lukens dalam Nurgiantoro, 2005:183). Contoh legenda adalah Gunung Tangkuban prahu, Candi Prambanan, Danau Toba.

3) Dongeng

Nurgiantoro (2005:198), mengemukakan dongeng sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan banyak hal yang tidak masuk akal. Dongeng berkembang pada setiap daerah di belahan dunia, sehingga dongeng dari setiap daerah berbeda-beda. Contoh dongeng adalah Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Emas, Cinderela.

4) Fabel

Fabel adalah “salah satu cerita tradisional yang menampilkan binatang sebagai tokoh yang berperan dalam cerita” (Nurgiantoro, 2005:190). Binatang-binatang tersebut digambarkan seperti manusia yang dapat berkomunikasi, memiliki pikiran dan hidup layaknya manusia. Contoh fabel adalah Kancil, Sang Kodok, Pangeran Angsa.

c. Fungsi Cerita Rakyat

Nurgiantoro (2005:172-207) mengemukakan fungsi cerita rakyat sebagai berikut.

1) Mitos

Mitos muncul pada kalangan masyarakat untuk memenuhi rasa ingin tahu, memenuhi kebutuhan religi, spiritual yang digunakan untuk mengatur kehidupan.

2) Legenda

Legenda bertujuan untuk memberikan ajaran moral kepada setiap orang, sesuai dengan cerita yang dikisahkan.

3) Dongeng

Dongeng bertujuan sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang di yakini pada waktu itu. Melalui dongeng manusia diingatkan akan nilai-nilai yang harus di junjung tinggi dalam menjalani kehidupan.

4) Fabel

Fabel bertujuan untuk memberikan pesan moral kepada masyarakat, melalui tokoh-tokoh binatang yang berperilaku layaknya manusia.

d. Unsur-Unsur Cerita Rakyat

1) Tema

Tema adalah pokok pikiran yang mendasari sebuah cerita (Hardjana, 2006:18). Tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat suatu cerita, mengikat unsur-unsur instrinsik yang membangun sebuah cerita sehingga menjadi sebuah kesatuan yang harmonis (Lukens dalam Nurgiantoro, 2005:260).

Tema jarang diungkapkan secara eksplisit namun terdapat dalam keseluruhan cerita. Oleh karena itu untuk menentukan tema dalam sebuah cerita, pembaca perlu memahami keseluruhan cerita. Tema dapat di peroleh pula dari tokoh, ekspresi ucapan tokoh, konflik utama yang terjadi dan sebagainya.

2) Tokoh

Tokoh adalah pelaku cerita yang memerankan berbagai aksi kegiatan dan peristiwa yang ditimpahkan kepadanya (Nurgiantoro, 2005:205). Setiap tokoh memiliki identitas jati diri, identitas itulah yang membedakan tokoh satu dengan yang lainnya. Tokoh merupakan fokus utama di dalam cerita. Sebuah cerita yang menegangkan, mengharukan, atau mengembirakan akan terlihat melalui cara tokoh menghayati cerita tersebut.

3) Watak

Watak adalah “gambaran kebiasaan dan sifat tokoh dalam cerita” (Hardjana, 2006:19). Seorang tokoh akan terkenal bila dapat memerankan sifat tokoh yang dibawakan dengan baik. Perwatakan tokoh dapat diungkapkan secara langsung dan tidak langsung.

Pengungkapan tokoh secara langsung yaitu pengarang mendeskripsikan secara langsung watak tersebut. Terkadang di ungkapkan di awal cerita sehingga cerita belum selesai dibaca sudah mengetahui wataknya. Hal ini cocok untuk siswa prasekolah dan kelas rendah. Berikut ini contoh pengungkapan secara langsung “Mang sayur tersenyum, ia memang selalu tersenyum tidak pernah marah meskipun anak-anak suka mengganggunya. Kami tinggal di asrama Bandung, terdiri dari 20 keluarga, karena itu Mang sayur lama dikerumuni oleh ibu-ibu yang malas pergi ke

pasar karena jauh. Anak-anak suka mengambil tomat, kacang panjang untuk mengganggu Mang sayur”.

Pengungkapan secara tidak langsung yaitu mengungkapkan watak tokoh terselubung melalui alur cerita, pengungkapan ini cocok untuk kelas atas. Berikut ini pengungkapan tokoh secara tidak langsung “Pagar besi rumahnya melebihi tinggi yang diizinkan oleh Dinas Perizinan dan Tata Kota. Pagar itu senantiasa terkunci. Jika Raden Bagus pulang, seorang pembantu tua tergopoh-gopoh setelah mendengar klakson mobil mercedesnya hampir sepanjang sirine kebakaran. Bunyi klakson tidak saja mengentakkan lamunan pembantu tuanya tetapi juga mengganggu ketenangan tetangganya”.

4) Latar

Latar adalah “waktu dan tempat terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita” (Hardjana, 2006:23). Latar terdiri dari tiga unsur yaitu tempat, waktu dan lingkungan sosial budaya. Latar tempat menunjukkan tempat di mana cerita tersebut dikisahkan. Latar tempat dapat di peroleh siswa melalui deskripsi cerita tersebut. Latar waktu menunjukkan kapan berlangsungnya peristiwa dalam cerita tersebut. Latar waktu bersifat lebih abstrak daripada latar tempat, bila penggambaran latar waktu kurang jelas akan mengakibatkan anak sulit untuk mengidentifikasinya. Latar yang ketiga yaitu latar sosial budaya dipahami sebagai keadaan

kehidupan sosial budaya masyarakat yang diangkat dalam cerita tersebut. Melalui latar sosial budaya anak akan belajar mengenai kehidupan baik pada masyarakat umum maupun masyarakat pelosok. (Nurgiantoro, 2005:248-254). Kejelasan penggambaran latar penting karena latar merupakan langkah di mana pembaca mengikuti alur cerita dan berimajinasi.

5) Amanat

Amanat adalah sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Sesuatu tersebut berkaitan dengan hal yang positif, berupa nasihat yang bermanfaat bagi kehidupan dan bersifat mendidik (Nurgiantoro, 2005:265).

Dokumen terkait