• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS 5.1 Transkripsi

5.2.6 Karakteristik Bunyi Melodis Sarune

5.2.6.1 Cerrp Merdatas

5.2.6.1 Cerrp Merdatas

Cerrp merdatas adalah istilah yang dipakai dalam permainan sarune dengan teknik penggarapan melodi yang dimulai dari nada terendah sebelum bertahan pada nada tinggi. Penggarapan dengan teknik ini haruslah dilaksanakan yang cukup besar. Apabila nada tinggi yang ingin dicapai tersebut memiliki durasi ritmis yang kecil maka pemasukan teknik cerrp merdatas ini kurang lazim (skripsi sarjana anna rosita, 1996). Oleh sebab itu diperlukan penguasaan yang baik dari seorang pemain sarune terhadap lagu yang dimainkan serta kemahirannya dalam menghasilkan nada-nada sarune.

5.2.6.2 Merginoling

Secara harfiah istilah mergoling dalam bahasa Pakpak sama artinya dengan berguling dalam bahasa Indonesia. Dalam permainan sarune istilah ini digunakan untuk permainan melodi yang cenderung turun secara bergelombang. Proses penggarapannya selalu dimulai dari nada tertinggi kemudian berangsur-angsur turun secara bergelombang hingga nada terendah.

5.2.6.3 Merdatas

Merdatas adalah istilah yang dipakai untuk nada yang tinggi dan ditahan dengan melakukan beberapa variasi nada dengan melangkah naik-turun. Langkah-langkah nada-nada tersebut umumnya mempunyai jarak yang kecil yaitu sebagai nada variasi dari nada yang dimaksudkan. Pada umumnya

merdatas ini hanya dipakai untuk nada tinggi dengan durasi ritmis yang besar. Walaupun dalam permainanya nada tinggi tersebut boleh saja dimainkan dengan cara menahan secara panjang, namun untuk memberikan efek yang khas serta untuk menambah artistiknya para pemain sarune pada umumnya akan melakukan teknik ini dalam permainannya.

5.2.6.4 Menragam

Dalam bahasa Indonesia menragam dapat diartikan pemberian unsure ornamentasi (improvisasi) pada permainan sarune. Menragam adalah beberapa nada lain diantara dua nada yang sama yang memiliki nilai durasi yang cukup besar atau pada satu nada dengan durasi ritmis yang besar. Nada-nada yang merupakan ornamentasi tersebut bervariasi antara melangkah dan melompat, naik ataupun turun.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Dari keseluruhan pembahasan dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa teknik permainan sarune Pakpak memiliki beberapa proses untuk tiap tahapan belajarnya. Setiap teknik yang dipakai memerlukan perhatian khusus untuk para pembaca atau siapapun yang ingin mempelajarinya.

Teknik permainan sarune yang disajikan oleh Bapak kerta Sitakar adalah teknik permainan tradisi. teknik yang menonjol adalah pernafasan polinama

(circular breathing). Selain itu adalah teknik peniupan, berupa pernafasan bahu, dada, perut, dan gabungan. Di sisi lain teknik meniup pada pit juga menjadi sarat untuk menghasilkan bunyi sarune Pakpak. Penjarian untuk menghasilkan nada-nada (do, re, fi, sol, si, dan do tinggi) juga menjadi tekknik penting dalam memainkan sarune Pakpak ini. Permainan jari pada setiap lubang nada dan menghafal lagu akan tetapi ada aspek lain yang merupakan factor pendukung yaitu perasaan dan latar belakang sifat lagu.

Berkenean dengan perasaan, seorang pemain sarune haruslah dapat merasakan bahwa bunyi-bunyi sarune yang dimainkan secara melodis adalah merupakan ungkapan perasaan dari penyajinya atau pihak pelaksana suatu upacara. Apabila sarune dimainkan secara solo sebagai ungkapan perasaan penyajinya, terlebuh dahulu si pemain harus memikirkan perasaan penyajinya.

Dari uraian-uraian bab-bab terdahulu penulis merangkum bahwa sarune

dalam penyajiannya dapat secara tunggal maupun sacara ensambel. Dari kedudukan diatas maka alat musik ini dikelompokkan dalam masyarakat ke dalam oning-oningen (instrument tunggal) dan gotci (ensambel instrument).

Sebagai instrumen tunggal, alat musik ini berfungsi untuk menghibur diri sendiri pemain. Selain itu juga untuk orang lain yang sedang dilanda kesusahan serta sebagai alat untuk merayu melalui bunyi melodis yang dihasilkan.

Dalam perkembangannya saat ini, sarune mulai kehilangan eksisitensinya sebagai alat musik tradisional masyarakat Pakpak. Sarune Pakpak mulai tergeser fungsinya sebagai alat musik pembawa melodi dalam ensambel musik Pakpak digantikan dengan alat musik lobat. Selain itu pengaruh masuknya instrumen modern seperti keyboard juga turut ambil bagian dalam penggeseran nilai musikal sarune tersebut. Namun jauh sebelum masuknya teknologi pergeseran peran sarune disebabkan oleh munculnya alat musik tiup lobat (alat musik Pakpak) sebagai pembawa melodi utama dalam ensambel musik Pakpak.

Dari hasil penelitian dan berdasarkan tulisan ini, penulis menyimpulkan bahwa sarune Pakpak hampir memiliki persamaan dengan sarune Toba, Simalungun yang ada disumater utara baik dari segi teknik permainan dan dari segi aspek musikalnya.

Yang membuat sarune ini sedikit berbeda dengan sarune etnis lainnya adalah karena sarune Pakpak dapat dimainkan pada setiap kesempatan baik dalam upacara adat maupun dikehidupan sehari-hari. Jika didalam upacara adat

sarune mempunyai peran sebagai leader (pimpinan dalam ensambel), didalam kehidupan sehari-hari khususnya kehidupan pribadi sarune berfungsi sebagai

alat yang dapat mengungkapkan perasaan sipemain. Jika pemain sedang mengalami kesedihan, pemain tersebut dapat memainkan sarunenya dengan lagu-lagu bernuansa lambat dan jika si pemain sedang merasa bahagia maka sipemain membunyikan sarunenya dengan lagu-lagu riang tanpa mengenal tempat.

6.2 Saran

Pergeseran peran sarune ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan kepunahan instrumen tersebut. Penulis menyarankan kepada instansi pemerintahan maupun instansi yang berkecimpung di dalam bidang seni agar mencari ataupun menciptakan metode yang dapat menyelamatkan sarune ini dari kepunahannya.

Selain itu, dalam rangka melestarikan kebudayaan sarune dalam kebudayaan Pakpak, diperlukan strategi pemungsiannya di dalam kebudayaan. Salah satu di antaranya adalah perlunya dilakukan workshop atau bengkel pelatihan sarune, ternmasuk menggunakan tenaga Bapak kerta Sitakar. Ini dilakukan agar alat musik tersebut tidak tercerabut dari kebudayaannya.

Di samping itu, dalam rangka melestarikan keberadaan sarune Pakpak ini, perlu juga diproduksi alat musik ini oleh para pembuatnya, yang dapat diberdayakan untuk para pemain sarune, atau juga unutk kepentingan dunia kepariwisataan. karena dalam alat musik ini juga terkandung nilai-nilai ekonomis dan budaya sekali gus.

Secara umum pula perlu dilakukan pendidikan seni di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah menengah Atas di Kabupaten Pakpak Bharat dan Dairi, dengan muatan studi musik etnik Pakpak, baik itu ensambel genderang sisibah, sipitu-pitu, sidua-dua, nyanyian-nyaian Pakpak seperti enden, nangen, orih-orih, dan lainnya. Ini akan menumbuhkan kecintaan generasi muda kepada tradisi nenek moyangnya. Selain itu akan memperkuat identitas etnik Pakpak, dalam rangka menyongsong globalisasi. Bagaimanapun bangsa yang kuat adalah bangsa yang menghargai warisan tradisinya.

Dokumen terkait