• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir

2.9. Chemical Oxygen Demand 1. Pengertian COD

Chemical oxygen demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi

melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan oeganik akan dioksidasi oleh kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom. Kalium bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen ( oxidizing agent ). Oksidasi terhadap bahan buangan organic akan mengikuti reaksi berikut ini : CaHbOc + Cr2O7 2- + H+ CO2 + H2O + Cr3+

Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat ( Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat sesuai dengan reaksi berikut ini :

6Cl- + Cr2O7 2- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O

Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat klorida, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat adalah untuk mengikat ion klor menjadi merkuri klorida mengikuti reaksi berikut ini :

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air

lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran lingkungan dapat ditentukan. (wardhana,1995)

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen uang dibutuhkan oleh bahan oksidan,misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.

Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji COD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. Sembilan puluh enam persen hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu uji BOD juga dapat mengganggu uji COD karena khlor dapar bereaksi dengan kalium dikhromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Untuk mencegah reaksi dikhromat dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira sepuluh kali jumlah khlor di dalam contoh. ( Fardiaz,1992)

2.9.2. Keuntungan tes COD

Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD5 memerlukan 5 hari. Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L,

tidak dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umunya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran.

Ketelitian dan ketepatan ( reproducibility ) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi darites BOD.

Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD,tidak menjadi soal pada tes COD.

2.9.3. Kekurangan tes COD

Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis ( yang sebenarnya terjadi di alam ), sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD tidak dapat membedakan antara za-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi ( inert ) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. ( Alearts,1984 )

2.10. Spektrofotometri

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah spektrum, instrumen yang digunakan ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrometer dan fotometer. Sebuah spektrometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai sistem optis yang dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk, dan dengan mana dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari jangka spektralik itu. Sebuah fotometer adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan atau suatu fungsi intensitas ini.

Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya dengan warna berlainan sedangkan

campuran cahaya dengan panjang-panjang gelombang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 nm. Pengamatan mata terhadap warna timbul dari penyerapan selektif panjang gelombang tertentu dari sinar masuk oleh obyek berwarna. Panjang gelombang yang blain atau dipantulkan atau diteruskan, menurut keadaan obyek itu, dan diterima oleh mata sebagai warna obyek itu. Jika suatu obyek tak tembus cahaya nampak putih, semua panjang gelombang dipantulkan sama kuat; jika obyek itu nampak hitam sangat sedikit cahaya dengan panjang gelombang apa pun dipantulkan; jika obyek itu nampak biru, panjang-panjang gelombang yang menimbulkan rangsangan biru dipantulkan dan sebagainya.

Bila cahaya ( monokromatik maupun campuran ) jauh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.

Hukum Lambert

Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan mana pun dari medium itu yang tebalnya sama kan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.

Hukum Beer

Yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier. ( Vogel, 1994 )

BAB 3

Dokumen terkait