PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND )
PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN
DENGAN MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
TUGAS AKHIR
RAFIKA TRI WINDARI
102401043
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND )
PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN
DENGAN MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperolehAhli Madya
RAFIKA TRI WINDARI
102401043
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Rumah Sakit Sultan Sulaiman Dengan Menggunakan Spectroquant Nova 60
Kategori : Tugas Akhir Nama : Rafika Tri Windari Nomor Induk Mahasiswa : 102401043
Program Studi : D-3 Kimia Analis Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2013
Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia Pembimbing, Ketua,
Dra.Emma Zaidar Nst, MS Prof.Dr.Tamrin.M.Sc NIP.195512181987012001 NIP.196007041989103003
Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN DENGAN
MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2013
PENGHARGAAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang memberikan kesehatan dan
anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Dalam proses
pembuatan tugas akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada : Kedua orang tua Bapak dan Ibu yang telah
memberikan , doa, saran, motivasi dan materi sampai karya ilmiah ini selesai. Kakak
dan Abang yang telah memberikan motivasi. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku
ketua Departemen kimia. Ibu Dra.Emma Zaidar,M.Si selaku ketua program studi.
Bapak Prof.Dr.Tamrin,M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu
dan memberikan pengarahan. Dr.Chairuddin,M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan motivasi. Seluruh teman-teman jurusan kimia
analis FMIPA USU yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, khususnya angkatan
2010. Kepada teman-teman Julianti Tarihoran, Hanifah Marito Hutasuhut, Dian
Pratiwi, Ayu Shilvya Yona, Nurhayani,Yayup Rifai, Vandy dan teman-teman yang
lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Pak Johannis Dollar Sinuhaji,ST, Pak
Radius Tambun,ST serta seluruh pegawai di kantor lingkungan hidup Serdang
Bedagai.
Didalam menyusun tugas akhir ini penulis telah berupaya semaksimal
mungkin dan dengan adanya motivasi dari mereka penulis dapat menyelesaikan
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN DENGAN
MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRAK
DETERMIINING COD CONTENT ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) FROM LIQUID WASTE IN SULTAN SULAIMAN’S HOSPITAL
BY SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Singkatan x
Daftar Lampiran xi
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 4
1.3. Tujuan 5
1.4. Manfaat 5
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Limbah 6
2.1.1. Pengertian Limbah 7 2.1.2. Limbah Cair Domestik 7 2.1.3. Limbah Cair Industri 7 2.1.4. Sumber Air Limbah 7 2.2. Pemantauan Kualitas Air 8 2.3. Tujuan Analisa Kimia 9 2.4. Limbah Rumah Saakit 10 2.5. Karakteristik Limbah 11
2.5.1. Sifat Fisik 11
2.5.2. Sifat Kimia 14
2.5.3. Sifat Biologis 16
2.6. Teknik Saampling 16
2.6.1. Pengambilan Sampel Lingkungan 16 2.6.2. Pengewatan Sampel 17 2.6.3. Parameter Kunci Kualitas Lingkungan 17 2.6.4. Sumber Kontaminasi Sampel Lingkungan 18
2.7. Pengolahan Limbah 19
2.8.2. Dampak Negatif Pengolahan Limbah Rumah Sakit 27 2.9. Chemical Oxygen Demand 28
2.9.1. Pengertian COD 28
2.9.2. Keuntungan COD 30
2.9.3. Kekurangan COD 31
2.10. Spektrofotometri 31
BAB 3 Metode Penelitian
3.1. Alat dan Bahan 33
3.1.1. Alat 33
3.1.2. Bahan 33
3.1.3. Prosedur Kerja 33
BAB 4 Hasil Dan Pembahasan
4.1. Hasil 35
4.2. Pembahasan 36
BAB 5 kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan 38
5.2. Saran 38
Daftar Pustaka 39
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman 1 Data Hasil Percobaan
35
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
BATAN = Badan Tenaga Atom Nasional BOD = Biological Oxygen Demand COD = Chemical Oxygen Demand DO = Dissolve Oxygen
DHL = Daya Hantar Listrik
IEC = International Electrotechnical Commission ISO = International Organization for Standardization IPAL = Instalasi Pengolahan Limbah
KEP = Keputusan
MEN-LH = Menteri Negara Lingkungan Hidup RBC = Rotating Biological Contractor RS = Rumah Sakit
DAFTAR LAMPIRAN
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN DENGAN
MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRAK
DETERMIINING COD CONTENT ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) FROM LIQUID WASTE IN SULTAN SULAIMAN’S HOSPITAL
BY SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila
disbanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis
sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum
sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah
atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamatan tertentu.
Ada beberapa istilah yang perlu kita ketahui bersama dalam pengolahan sampah
medis ini diantaranya sbb :
a. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
b. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
c. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
d. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan dirumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya.
e. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
f. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik.
g. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
rentan.
h. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stok
bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain
yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat
infeksius.
i. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
j. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang
limbah (recycle).
Pada dasarnya jenis dan sumber sampah di rumah sakit dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : Limbah klinis dan limbah non klinis, selain sampah klinis, dari
kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat
disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor
atau administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah
dari ruang pasien, sisa makanan buangan, sampah dapur (sisa pembugkus, sisa
makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain ).
Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa
diantaranya membahayakan kesehatan di lingkungannya. Di Negara maju,
jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah sakit per hari.
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan
dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masig jenis
kategori yang diterapkan cara pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh
mungkin menghindari resiko kontaminasi antrauma ( injuri ).
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota
besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS) . Sebagai akibat kualitas
mencemari lingkungan penduduk sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat
mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk
demam typoid, cholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah
sebelum dibuang ke lingkungan.
1.2. Permasalahan
Efisiensi air limbah yang akan menghasilkan kualitas air limbah rumah sakit yang
sesuai dengan baku mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.
1. Berapakah kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) dalam
limbah cair rumah sakit yang ditentukan dengan spectroquant nova
60.
2. Apakah terdapat perbedaan hasil analisa COD ( Chemical Oxygen
Demand ) dari minggu pertama hingga minggu ke-empat.
3. Apakah kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) dalam limbah
cair rumah sakit memenuhi standart baku mutu sesuai keputusan
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) yang
terkandung dalam limbah cair rumah sakit.
2. Untuk mengetahui hasil analisa COD ( Chemical Oxygen Demand ) dari
minggu pertama hingga minggu ke-empat
3. Untuk mengetahui kualitas air limbah rumah sakit yang disesuaikan
dengan baku mutu limbah cair rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup.
1.4. Manfaat
Dapat megetahui informasi mengenai COD ( Chemical Oxygen Demand ) yang
terkandung dalam limbah cair rumah sakit, dapat mengetahui kadar COD dari
limbah cair dalam waktu tertentu dari minggu pertama hingga minggu ke-empat
dan dapat dijadikan perbandingan antara hasil analisa di laboratorium dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
2.1.1. Pengertian Air Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri).
Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sbb :
Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan :
a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan
yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan
atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup.
b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari
perumahan, institusi, komersial, dan industri bersama dengan air
tanah, air permukaan, dan air hujan.
c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air
tanah/permukaan serta buangan lainnya (kotoran umum).
d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan,
perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan
membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup.
e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun
kualitasnya mungkin baik.
2.1.2. Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan
perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari
daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari,
tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga
tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan
peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar
400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan
perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah ( infiltration ).
2.1.3. Limbah cair industri
Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai
nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. ( Asmadi,2012 )
2.1.4. Sumber Air Limbah
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Rumah tangga
Contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan
b. Perkotaan
Contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari
tempat-tempat ibadah.
c. Industri
Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari
pabrik karet.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik
sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya limbah
industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral,
logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik. ( Chandra,2006)
2.2. Pemantauan Kualitas Air
Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi
beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut :
a. Golongan A , yaitu air yag dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
d. Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai
1. enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan
mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap
kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan
setelah pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi
perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku
mutu kualitas air.
3. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran
kualitas air pada suatu tempat secara umum.
Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan badan air
penerima limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan
2. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas
limbah industri, dan menentukan beban pencemaran menurut
Kep.No.51/MEN-LH/10/1995
3. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang
dioperasikan
4. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair
tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya. ( Effendi,2003)
2.3. Tujuan Analisa Kimia
Tujuan analisa ilmiah adalah untuk memastikan komposisi konsentrasi dan
keadaan subjek dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur-unsur pokok
pembenahan. Saluran-saluran dari tempat pembenahan limbah dianalisa untuk
memastikan kegunaan metode pembenahan dan untuk menilai hasil potensial dari
pembuangannya kedalam sarana-sarana penampung air atau dengan melalui tanah
pertanian atau tanah-tanah lain. ( Mahida,1993 )
2.4. Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan
sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis
ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan ( berupa karton,
kaleng, botol ), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur
( sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah
cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada ( laboratorium, klinik dan lain-lain ). Tentu saja
dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat pathogen. Limbah
rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik
dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor
Pengolalaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan
perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan
kebijakan-kebijakan yang mengatur pengolahan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan
Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dana untuk
pembangunan ini instalasi pengolalaan limbah rumah sakit melalui anggaran
pembangunan maupun dari sumber bantuan dana dan lainnya. Dengan demikian
sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas
pengolalaan limbah, meskipun perlu untuk disempurakan. Namun disadari bahwa
pengolalaan rumah sakit masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama di
lingkungan masyarakat rumah sakit.
Kualitas limbah ( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-58/MEN-LH/12/1995 atau peraturan
daerah setempat. (Asmadi, 2012 )
2.5. karakteristik Limbah
Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus
diketahui yaitu :
2.5.1. Sifat Fisik
Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut,
tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar
secara visual tapi untuk mengetahui secara pasti maka digunakan analis
laboratorium.
a. Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam
dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat
dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi
dapat bersifat organis maupun sifat inorganic tergantung dari mana sumber
limbah. Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan yang dapat terendap
karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam
beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.
b. Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel
koloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan
ganggang yang terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan.
Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam
limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan
penciuman tidak enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen,
sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah.
Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indicator bahwa terjadi
bahaya yang ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah yang tidak
menghasilkan bau.
d. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan
biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan
temperature alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis.
Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi.
Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukanjarang terjadi
pada suhu rendah.
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara
alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan
dengan kekeruhan, dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata.
Demikian juga warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna
menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak
menimbulkan sifat racun.
2.5.2. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-logam
berat yang terkandung dalam air limbah.
a. BOD
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis
denga oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada
sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi
menguraikan ( mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang terlarut maupun
sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana. Nilai
ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian
zat-zat organis ini terjadi secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan
bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.
b. COD
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya
dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan
yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam
limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak
realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. COD adalah
sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan
organis sebagaiman pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh zat anorganik.
c. Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob
pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam,
tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Methan juga ditemukan pada
rawa-rawa dan sawah.
d. Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi
tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota teetentu. Limbah air
dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti
air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau seng.
e. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam
hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut
mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin
sulit air berbuih.
f. Lemak dan minyak
kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri
yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses
klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air
sehingga membentuk selaput.
g. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat
menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Semakin
banyak ganggang dalam air semakin tinggi kandungan oksigennya.
h. Logam-logam berat dan beracun
Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada
cadmium, air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga
termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium.
2.5.3. Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein
adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks,
mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang
mudah larut dalam air akan terurai menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi
akan terfermentasi menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi
dapat diubah menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam
limbah akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana
seperti karbon dioksida dan air serta amoniak. ( Ginting,2006 )
2.6. Teknik Sampling
2.6.1. Pengambilan Sampel Lingkungan
Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan pekerjaan
yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi seiring dengan
perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik matrik air, udara,
tanah/sedimen, padatan/lumpur atau cairan, cuaca, jumlah polutan ke lingkungan,
sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi, dan fisika polutan, dan intervensi
manusia sangat memengaruhi cara serta kecepatan migrasi polutan. Pada
umumnya, migrasi polutan terjadi melalui angin, hujan, air permukaan, air tanah,
air laut, dan intervensi manusia yang berupa pipa limbah cair, drainase, dan
lain-lain.
Selain mengambil sampel yang akan di uji di laboratorium, petugas juga harus
mengukur parameter lapangan. Pengukuran parameter lapangan harus ditujukan
terhadap faktor-faktor yang dapat memastikan kesahihan hasil pengujian
perlu diukur adalah pH, suhu, DO ( Dissolve Oxygen), DHL ( Daya Hantar
Listrik), kekeruhan, debit air, cuaca, dan kondisi setempat. Parameter itu sedapat
mungkin langsung diukur didalam badan air, namun apabila tidak memungkinkan
dapat diukur dalam wadah yang sesuai segera mungkin. Sedangkan untuk
pengambilan sampel udara ambien, yang perlu diukur adalah kecapatan angin,
arah angin, suhu, dan kelembapan udara, dan kecepatan aliran pompa penghisap
udara. Pengukuran itu sangat berguna sebagai bahan interpretasi data hasil
pengujian di laboratorium. ( Hadi,2007)
Pengambilan sampel
Gunakan botol kaca gelap bila memungkinkan. Penggunaan botol plastik harus
bersih dari zat-zat organis yang mungkin masih tersisa didalamnya.
Sampel yang mengandung lumpur harus dikocok sampai merata sebelum
dianalisa, karena lumpur juga terdiri dari zat-zat organis yang harus
diokasidasikan dalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang benar.
Sampel yang tidak stabil yaitu sampel yang mempunyai kadar bakteri atau Fe2+
tinggi, harus dianalisa segera.
2.6.2. Pengawetan sampel
Sampel dapat diawetkan dengan penambahan larutan H2SO4 pekat sampai pH 2
kira-kira 0,8 mL H2SO4/L sampel. ( Alearts,1984 )
2.6.3. Parameter Kunci Kualitas Lingkungan
Dalam pengambilan sampel lingkungan dikenal istilah parameter kunci.
Parameter kunci adalah parameter yang dapat mewakili kualitas lingkungan.
Sebagai gambaran, parameter kunci untuk mengetahui kualitas air limbah adalah
(DO), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), kebutuhan oksigen biologis (BOD),
dan senyawa anion serta kation yang dominan.
Penentuan parameter kualitas lingkungan sangat bergantung pada persyaratan
baku mutu lingkungan dalam peraturan yang berlaku dan tujuan pengambilan
sampel. Dengan mengetahui parameter yang akan diuji, pengambil sampel dapat
mempertimbangkan volume minimum, jenis pengawetan, dan penanganan
sampel.
2.6.4. Sumber Kontaminasi Sampel Lingkungan
Kontaminasi adalah sumber utama kesalahan ( error ) dalam semua jenis uji
parameter lingkungan. Proses pengambilan sampel dan pengujian laboratorium
sangat memungkinkan kontaminasi dari berbagai sumber. Oleh sebab itu,
pengambil sampel lingkungan dan analis harus dapat mengidentifikasi
sumber-sumber kontaminasi, baik pada saat pengambilan sampel maupun pengujian di
laboratorium, sehingga diperoleh data sahih. Identifikasi tersebut harus
dipertimbangkan dalam perencanaan pengambilan sampel dan analisis parameter
lingkungan.
Agar tidak terjadi kontaminasi, sumber-sumber yang potensial menjadi
kontaminan harus diidentifikasi dan sedapat mungkin dihindari. Identifikasi
tersebut dilakukan di lapangan pada saat pengambilan sampel, penanganan,
pengawetan, dan transportasi ke laboratorium. Sementara itu, kontaminasi di
laboratorium dapat terjadi pada saat penyimpanan, preparasi, dan pengujian.
Sumber utama kontaminasi adalah peralatan pengambilan sampel. Hal itu
tepat atau peralatan yang sebelumnya sudah dipakai tidak dicuci lebih lanjut
sehingga terjadi kontaminasi silang.
Untuk mengurangi jumlah kontaminan yang lepas ke sampel, harus dilakukan
pencucian yang tepat terhadap peralatan tersebut. Efek kontaminasi adalah tidak
akurasinya hasil pengujian yang diperoleh sehingga hal itu tidak dapat
menggambarkan kualitas lingkungan sesungguhnya. ( Hadi,2007)
2.7. Pengelolaan Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan
terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif
diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air
limbah itu sendiri, antara lain :
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.
Sementara itu,sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratkan berikut :
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di
dalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
2.7.1. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang
memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau
sistem pengolahan air limbah perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit
harian limbah yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di IPAL bila tidak
mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui
kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (efluent) dilakukan
setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau
terkena zat radioaktif, pengolalaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan
radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit rumah sakit yang
bersangkutan.
2.7.2. Pengolahan limbah cair rumah sakit
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit, limbah dari
laboratorium paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
proses uji laboratorium tidak bisa diuraikan hanya dengan aerasi atau activated
sludge.
Guna meningkatkan mutu lingkungan dan sanitasi di rumah sakit atau
tempat-tempat umum lainnya maka perlu dibuatkan IPAL yang baik dan teruji prosesnya.
Dengan proses yang baik diharapkan mutu air limbah yang dikeluarkan oleh
rumah sakit dapat mencapai standar yang ditetapkan oleh KEP
Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek
waktu tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses
pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi
( stabilization pond ).
2.7.3. Teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit
Teknologi proses pengolahan air limbah digunakan untuk mengolah air limbah
rumah sakit pada dasarnya hampir sama dengan teknologi proses pengolahan
untuk air limbah yang mengandung polutan organik lainnya. Pemilihan jenis
proses yang digunakan harus memperhatikan beberapa faktor antara lain yakni
kualitas limbah dan kualitas air hasil olahan yang diharapkan, jumlah air limbah,
lahan yang tersedia dan yang tak kalah penting yakni sumber energi yang tersedia.
Beberapa teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit yang sering
digunakan yakni antara lain : proses lumpur aktif ( activated sludge process ),
RBC , proses aerasi kontak ( contact aeration process ), proses pengolahan dengan
biofilter “ Up Flow “, serta proses pengolahan dengan system “ biofilter
anaerob-aerob “.(Asmadi, 2012 )
2.7.4. Sistem pengolahan limbah cair di rumah sakit
Sistem pengolahan limbah cair di rumah sakit terdiri dari tiga jenis, yaitu sistem
tangki septic, sistem biologi aerobic, dan sistem biologi anaerobic.
Sistem tangki septic
Tangki septic digunakan untuk menampung dan mengolah air limbah yang berasal
dari wc, kamar mandi, ruang bersalin, ruang perawatan, dan lain-lain. Sebaiknya
sewerage system untuk memudahkan pengelolaannya dan agar tidak mencemari
lingkungan.
Sistem biologi aerobic
Sistem biologi aerobic yang dapat digunakan untuk limbah rumah sakit adalah
sistem waste oxidation ditch treatment ( kolam oksidasi air limbah ). Sistem ini
digunakan untuk mengolah air limbah dari rumah sakit yang terletak di tengah
kota karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasiya sendiri dibuat
bulat atau elips.
Dalam sistem ini, air limbah dialirkan secara berputar ke kolam-kolam oksidasi
agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara. Setelah itu,
air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk pengendapan benda-benda
padat atau lumpur lainnya. Air yang sudah tampak jernih dialirkan ke bak
khlorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau badan air lainnya. Lumpur yang
mengendap diambildan dikeringkan pada sludge drying bed.
Ada beberapa komponen di dalam system kolam oksidasi ini, antara lain pump
( pompa air kotor) , oxidation ditch ( kolam oksidasi ), sedimentation tank ( bak
pengedapan ), chlorination tank ( bak khlorinasi ), sludge drying bed ( tempat
mengeringkan lumpur, biasanya 1-2 petak ), dan control room ( ruang
pengendali).
Sistem biologi anaerobic
Terdapat dua sistem biologi anaerobik yang dapat digunakan untuk membuang
Sistem ini memerlukan lahan luas dan biasanya dianjurkan untuk rumah
sakit diluar kota yang masih memiliki lahan yang luas. Sistem kolam
stabilisasi air limbah terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana,
yaitu sump pump, stabilization pond ( biasanya 2 ), bak khlorinasi, control
room, inlet, interconnection antara 2 kolam stabilisasi, dan outlet dari
kolam stabilisasi menuju sistem khlorinasi.
b. Anaerobic filter treatment system
Sistem pengolahan air limbah ini dilakukan dengan memanfaatkan proses
pembusukan anaerobik melalui suatu filter. Disini, air limbah sebelumnya
telah menjalani pra-pengolahan septik tank. Dari proses ini biasanya akan
dihasilkan efluent yang mengandung zat-zat asam organik yang
memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Dengan
demikian, sebelum dialirkan ke dalam bak khlorinasi, effluent ditampung
dahulu dalam bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses
khlorinasi berkurang. (Chandra,2006 )
2.8. Dampak Limbah Rumah Sakit
Dampak pembuangan air limbah
Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut, antara lain :
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air
yang digunakan oleh manusia.
3. Menimbulkan bau ( sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat
anorganik ).
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air
sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
(Chandra,2006 )
2. 8.1. Dampak limbah medis pada kesehatan masyarakat
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat,
yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari laboratorium virologi dan
mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit
untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasal dari rumah sakit
dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para
petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa
pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman.
Pencemaran tersebut merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapat
mempunyai dampak besar terhadap manusia.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola
dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan
limbah noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis.
Pencampuran tersebut justru memperbesar permasalahan lombah medis.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan
Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah medis tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
pathogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit
infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik
pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi
yang masih buruk.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat
gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke rumah
sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah sakit.
Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan rumah
sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit
yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar orang sakit
yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan
semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit,
lebih-lebih lagi bila rumah sakit membuang hasil buangan rumah sakit tidak
sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu
lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah
mmenurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena
itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik
dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit.
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak
baik atau tidak saniter terhadap lingkungan dapat berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan
menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di
lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun,
buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat
menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau
penyakit akibat kerja.
3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran
udara yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan
mengkontaminasi peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika
lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu
kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan mejadi media tempat
berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi
transmisi penyakit terutama kholera, disentri, Thypus abdominalis.
(Asmadi, 2012)
2.9. Chemical Oxygen Demand
2.9.1. Pengertian COD
Chemical oxygen demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen
melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan oeganik akan dioksidasi oleh
kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom. Kalium
bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen ( oxidizing agent ).
Oksidasi terhadap bahan buangan organic akan mengikuti reaksi berikut ini :
CaHbOc + Cr2O7 2- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat
( Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik
diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu
ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Klorida
dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat sesuai
dengan reaksi berikut ini :
6Cl- + Cr2O7 2- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O
Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat klorida, maka oksigen yang
diperlukan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.
Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat
diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat adalah untuk mengikat ion
klor menjadi merkuri klorida mengikuti reaksi berikut ini :
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum
reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah
menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada
reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bichromat yang dipakai pada reaksi
lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan
demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran lingkungan dapat ditentukan.
(wardhana,1995)
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji
yang lebih cepat dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu
bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan
jumlah oksigen uang dibutuhkan oleh bahan oksidan,misalnya kalium dikhromat,
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari
pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa
sering tidak terukur melalui uji COD karena sukar dioksidasi melalui reaksi
biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. Sembilan puluh enam persen hasil
uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira-kira akan setara dengan hasil uji
BOD selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu uji BOD juga
dapat mengganggu uji COD karena khlor dapar bereaksi dengan kalium
dikhromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri sulfat
yang akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Untuk mencegah reaksi
dikhromat dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira
sepuluh kali jumlah khlor di dalam contoh. ( Fardiaz,1992)
2.9.2. Keuntungan tes COD
Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa
tidak dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umunya analisa BOD selalu
membutuhkan pengenceran.
Ketelitian dan ketepatan ( reproducibility ) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih
tinggi darites BOD.
Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes
BOD,tidak menjadi soal pada tes COD.
2.9.3. Kekurangan tes COD
Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi
oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis ( yang sebenarnya terjadi di
alam ), sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas
maka tes COD tidak dapat membedakan antara za-zat yang sebenarnya tidak
teroksidasi ( inert ) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. ( Alearts,1984 )
2.10. Spektrofotometri
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok
kedalam daerah spektrum, instrumen yang digunakan ini sebenarnya terdiri dari
dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrometer dan fotometer. Sebuah
spektrometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai sistem optis yang
dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk, dan
dengan mana dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada
panjang gelombang terpilih dari jangka spektralik itu. Sebuah fotometer adalah
peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan atau suatu fungsi
intensitas ini.
Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan
campuran cahaya dengan panjang-panjang gelombang ini akan menyusun cahaya
putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 nm. Pengamatan
mata terhadap warna timbul dari penyerapan selektif panjang gelombang tertentu
dari sinar masuk oleh obyek berwarna. Panjang gelombang yang blain atau
dipantulkan atau diteruskan, menurut keadaan obyek itu, dan diterima oleh mata
sebagai warna obyek itu. Jika suatu obyek tak tembus cahaya nampak putih,
semua panjang gelombang dipantulkan sama kuat; jika obyek itu nampak hitam
sangat sedikit cahaya dengan panjang gelombang apa pun dipantulkan; jika obyek
itu nampak biru, panjang-panjang gelombang yang menimbulkan rangsangan biru
dipantulkan dan sebagainya.
Bila cahaya ( monokromatik maupun campuran ) jauh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam
medium itu, dan sisanya diteruskan.
Hukum Lambert
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium
tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan,
berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa
intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan
bahwa lapisan mana pun dari medium itu yang tebalnya sama kan menyerap
cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.
Hukum Beer
Yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial
BAB 3
METODE DAN BAHAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
a. Spektrofotometri ( Spectroquant Nova 60 ) Merck b. Cell reaksi 10 mm
c. Pipet Volume 10 mL Pyrex d. Rak Tabung Reaksi
e. COD reaktor DRB
200
f. Bola Karet g. Tissue
3.1.2. Bahan
a. Sampel Air Limbah b. Cell reaksi COD
3.2. Prosedur Kerja
a. Dipipet 3 mL sampel kedalam cell reaksi,ditutup dan dihomogenkan (cell menjadi sangat panas )
b. Dipanaskan cell reaksi didalam termoreaktor pada 148oC selama 2 jam
c. Dipindahkan cell reaksi dari termoreaktor dan tempatkan dirak untuk mendinginkan
e. Ditempatkan cell di rak untuk pendinginan yang sempurna hingga suhu kamar
f. Ditemptkan cell ke dalam ruang cell, sejajarkan tanda pada cell dengan tanda pada fotometer
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil analisa COD Tabel 4.1 Data Hasil Analisa COD Pada Limbah Rumah Sakit
Minggu 1
Hari 2 4 6 8 40 40 39 40
40 39 41 41
40 41 39 42
Rata-rata 40 40 39,6 41
Minggu 2
Hari 2 4 6 8 45,167 45,174 45,276 45,382
45,167 45,174 45,276 45,382 45,167 45,174 45,276 45,382 Rata-rata 45,167 45,174 45,276 45,382
Minggu 3
Hari 2 4 6 8 53,450 53,500 53,628 53,654
4.2. Pembahasan
Dari hasil uji yang dilakukan terhadap limbah cair dengan parameter COD
diperoleh kadar COD pada sampel limbah cair rumah sakit yang masih memenuhi
ambang batas baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit sesuai dengan
KEP-58/MEN-LH/12/1995, hasil uji tersebut tidak melebihi batas maksimum
yang telah ditetapkan sehingga tidak berbahaya jika dibuang ke badan air. Dimana
hasil yang diperoleh pada minggu pertama yaitu 40 mg/L. Hasil analisa pada
minggu kedua yaitu 45,250 mg/L. Hasil analisa pada minggu ketiga yaitu 53,558
mg/L. Kadar COD yang diperoleh dalam analisa di laboratorium tiap minggu nya
juga berkaitan dengan volume limbah yang dihasilkan dari rumah sakit dan
jumlah pasien yang ada dirumah sakit dapat mempengaruhi limbah yang
dihasilkan sebab dari kegiatan rumah sakit didalamnya akan menghasilkan limbah
medis baik limbah sitotoksis, limbah infeksius, limbah ardioaktif dan lain-lain.
Selain itu pengolahan limbah juga akan mempengaruhi hasil analisa COD
tersebut. Sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan prosedur dan ketentuan
yang telah ditetapkan sehingga kualitas dari air limbah tersebut bagus. Jika tidak
ada pengolahannya berarti tidak terjadi proses oksidasi bahan organik secara
kimia di dalam limbah yang akan menghasilkan limbah dengan kualitas yang
tidak baik. Air limbah rumah sakit ini biasanya mengandung senyawa kimia serta
mikroorganisme pathogen. Jika air limbahnya tidak diolah dengan baik maka akan
menyebabkan gangguan lingkungan atau penyakit terhadap masyarakat sekitar.
Oleh karena ituair limbah tersebut harus perlu diolah terlebih dahulu sebelum
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air ( permukaan tanah ) atau lingkungan dan menjadi media
tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat
menjadi tranmisi penyakit terutama cholera, disentri, thypus abdominalis. (
Asmadi, 2013 )
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahahaya mempunyai sifat
tersendiri. Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat
diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau
yag ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium,
ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah mengandung bahan
kimia beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas dianjurkan. (
Asmadi,2012 )
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap limbah cair dengan parameter COD diperoleh hasil pada minggu pertama yaitu 40,150 mg/L. Hasil analisa pada minggu kedua yaitu 45,249 mg/L. Hasil analisa pada minggu ketiga yaitu 53,558 mg/L. Kadar COD yang diperoleh dapat menunjukkan bahwa air limbah rumah sakit tersebut tidak melebihi standart yang telah ditetapkan oleh KEP-58/MEN-LH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
5.2. Saran
Dalam teknik sampling harus diperhatikan semua peralatan yang akan digunakan untuk mengambil sampel air limbah. Hal ini sangat penting diperhatikan sebab akan memperlancar sampling dan meminimalisir hal-hal yang tidak di inginkan.
Untuk mengetahui air limbah tersebut memiliki kualitas yang baik dalam semua parameter limbah cair rumah sakit dapat dilakukan analisa terhadap parameter yang lain tidak hanya parameter COD saja.
DAFTAR PUSTAKA
Alearts,G.1984. Metode Penelitian Air. Surabaya. Usaha-Nasional.153-154 Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.2-96
Asmadi & Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.4-5
Chandra,B.2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Penerbit buku kedokteran .
135-203
Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisus.14-16 Fardiaz,S. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisus. 38
Ginting,P. 2006. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Jakarta : Wrama Widya.
32-114
Hadi ,A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama.1-41
Mahida,U.N.1993.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Edisi 1. Cetakan 4.
Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.13
Vogel.1994. Kimia Analisi Kuantitatif Anorganik. Jakarta:Buku Kedokteran EGC. Halaman
809-813
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NO. 58 TAHUN 1995 TANGGAL 21 DESEMBER 1995
Tabel 2. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT
PARAMETER KADAR MAKSIMUM FISIKA
Grafik COD minggu 1
y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel nilai COD minggu 1
Grafik COD minggu 2
y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel COD minggu 2
Grafik COD minggu 3
y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel nilai COD minggu 3
Grafik COD rata-rata
y vs x
( nilai COD vs minggu)
Tabel COD rata-rata tiap minggu