• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chlamydia Trachomatis

Dalam dokumen Penyakit Menular Seksual (1). docx (Halaman 27-34)

BAB II PEMBAHASAN

D. Chlamydia Trachomatis

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat

berkembang biak didalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma.

C.trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda yaitu berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan Retikulat (BR) atau Badan Inisial.Badan elementer ukurannya lebih kecil (± 300 nm) terletak ekstraselular danmerupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (± 1 um) terletak intraselular dan tidak infeksius.

Klamydia trakomatis adalah satu dari 4 spesies (termasuk klamidia puerorum, klamidia psittaci, dan klamidia pneumonia) dalam genus Klamidia. Klamidia trakomatis dapat dibedakan dalam 18 serovars (variasi serologis). Serovar A, B, Ba dan C dihubungkan dengan trakoma (penyakit mata yang serius yang dapat menyebabkan kebutaan), serovars D-K dihubungkan dengan infeksi saluran genital, dan L1- L2 dihubungkan dengan penyakit Limfogranula venereum (LGV).

Gambar 4 Chlamydia trachomatis

Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat intaseluler yang menginfeksi urethra dan serviks. Serviks adalah tempat yang paling sering terinfeksi dengan Klamidia trakomatis. Klamidia bukan merupakan penyebab vaginitis, tetapi dapat mengerosi daerah serviks, sehingga dapat menyebabkan keluarnya cairan mukopurulen. Cairan ini mungkin

dianggap pasien berasal dari vagina. Neonatus yang lahir dari wanita yang terinfeksi dengan Klamidia memiliki risiko untuk terjadinya inclusion conjungtivit is saat persalinan. 25 sampai dengan 50% dari bayi yang terpapar akan terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir, dan 10 sampai dengan 20 % akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 - 4 bulan setelah lahir jika tidak diobati dengan segera. Infeksi Klamidia pada awal kehamilan telah dihubungkan dengan terjadinya persalinan

prematur, ketuban pecah dini. Meningkatnya angka kejadian late-onset endometritis yang terjadi setelah persalinan pervaginamdan infeksi panggul yang berat setelah operasi sesar dapat terjadi ketika infeksi Klamidia di diagnosis pada pemeriksaan prenatal awal.Pada wanita yang tidak hamil dapat menyebabkan mukopurulen servisitis, endometitis, salpingitis akut, infertilitas, daa kehamilan ektopik. Faktor risiko untuk infeksi klamidia pada wanita ha mil adalah usia dibawah 25 tahun, riwayat penyakit menular seksual,pa rtner seks multipel, dan partner seksual yang baru dalam 3 bulan terakhir.

Gambar 5 Infeksi Chlamydia trachomatis pada jaringan serviks dan tuba

Perempuan Laki-laki

Duh vagina yang abnormal Duh urethra

Penyakit radang panggul Epidimyo-orchitis pada individu seksual aktif

Nyeri perut bawah pada individu seksual aktif

Reactive arthritis pada individu seksual aktif

Reactive arthritis pada individu seksual aktif

-Servisitis (yang mungkin dapat

berdarah saat infeksi)

Uretritis

Tabel 1 Gejala klinis penyakit Chlamydia trachomatis 2. Cara penularan

Transmisi dapat terjadi melalui kontak seksual langsung melalui oral, vaginal, servikal melalui uretra maupun anus. Bakteri ini dapat menyebar dari lokasi awalnya dan menyebabkan infeksi uterus, tuba fallopii,

ovarium, rongga abdomen dan kelenjar pada daerah vulva pada wanita dan testis pada pria. Bayi baru lahir melalui persalinan normal dariibu yang terinfeksi memiliki risiko yang tinggi untuk menderita konjungtivitis Clamydia atau pneumonia, melalui hubungan seksual yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom) dan ganti-ganti pasangan.

Infeksi klamidia trakomatis biasanya menular melalui aktifitas seksual dan dapat menular secara vertikal, yang kemudian menyebabkan

konjungtivitis dan pneumonia pada bayi baru lahir. Jika tidak diobati, penyakit kelamin ini dapat berkembang menjadi epididimitis pada pria dan penyakit infeksi saluran genit al bagian atas pada wanita. Klam idia

menginfeksi sel epitel kolumnar, yang menyebabkan wanita usia remaja memiliki risiko infeksi karena squamocolumnar junction pada

ektoserviks sampai dengan usia dewasa. Pria yang terinfeksi memiliki kemungkinan untuk menularkan sekitar 25% melalui hubungan seksual ke wanita yang sehat. Angka penularan dari ibu yang terinfeksi ke bayi baru lahir adalah 50% yang mengakibatkan konjungtivitis atau pneumonia ( l0 - 20%).

3. Faktor Pembatas

a. Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI)

b. Pendinginan atau melakukan kultur pada suhu -20°C akan mengakibatkan penghancuran antigen chlamydia trachomatis

c. Metabolisme Chlamydia trachomatis dihambat oleh Sel McCoy yang diberi cycloheximid

4. Faktor Risiko Penyakit a. Umur

Faktor risiko untuk terjadinya infeksi Chlamidia trakomatis pada wanita seksual aktif termasuk usia muda (usia 15- 24 tahun). Melakukan hubungan seksual pada usia muda akan sangat berisiko untuk terkena penyakit ini.

b. Jenis kelamin

Penyakit ini sebenarnya bisa menyerang pria maupun wanita, namun tingkat kejadiannya lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini, bisa dihubungkan dengan semakin merebaknya wanita yang menjadi PSK sehingga akan berdampak pada penularan penyakit ini kepada orang lain.

c. Perilaku

Gaya hidup bebas sehingga tidak mengindahkan perilaku

yang baru.Padahal, bisa jadi partner seks tersebut telah mengidap penyakit Chlamydia trachomatis tersebut. Hal ini benar-benar akan menimbulkan risiko pada pasangan seksnya.Selain itu, perilaku sering tidak memakai kondom ketika melakukan hubungan seks memiliki faktor yang lebih besar untuk menimbulkan penyakit Chlamydia trachomatis.

d. Lingkungan

Keadaan keluarga yang padat, merupakan faktor risiko penyakit yang sangat signifikan. Keadaan demikian mempermudah penularan infeksi sekret dari penderita.

5. Cara Pengendalian

Pengendalian penyakit Chlamydia trachomatis yaitu melalui :

a. Isolasi tindakan kewaspadaan universal yang diterapkan untuk pasien rumah sakit. Pemberian terapi antibiotika yang tepat menjamin discharge tidak infektif.Dalam masalah ini,penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks,penderita atau pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.

b. Disinfeksi serentak yaitu dengan pembuangan benda-benda terkontaminasi dengan discharge uretra dan vagina yang harus ditangani dengan seksama

c. Investigasi kontak dan sumber infeksi dengan pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari penderita, dan pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi dan belum mendapat pengobatan sistemik, foto thorax perlu diambil pada usia 3 minggu dan diulang lagi sesudah 12 – 18 minggu

d. Pengobatan spesifik yaitu dengan Doksisiklin (PO), 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari atau tetrasiklin (PO) 500 mg, 4 x/hari selama 7 hari. Eritromisin adalah obat alternatif dan obat pilihan bagi bayi baru lahir dan untuk wanita hamil atau yang diduga hamil. Azitrom isin (PO) 1 g dosis tunggal sehari juga efektif.

a. Tidak melakukan hubungan seksual bberganti-ganti pasangan (abstinensia)

b. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral dengan orang yang terinfeksi

c. Menggunakan kondom lateks pada pria secara konsisten dan benar, akan sangat efektif dalam mengurangi penularan infeksi menular seksual

d. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

e. Pemeriksaan skrining prenatal pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten

menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk

infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria dewasa muda dengan spesimen urin.

7. Penyelidikan Epidemiologi

a. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan. Apakah peristiwa itu termasuk Kejadian Luar Biasa (KLB) di daerah itu.Suatu wabah yang dianggap sebagai KLB dimana separoh daerah itu terkena penyakit Chlamydia trachomatis.Dan membandingkan dengan insiden penyakit pada minggu/bulan/tahun sebelumnya.

b. Mengidentifikasi hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat dan orang.

Kapan penderita mulai merasa gejala-gejala(waktu), dimana mereka mendapat infeksi penyakit itu (tempat), siapa yang terkena (Gender, Umur, imunisasi, dll).

c. Pemeriksaan daerah kelamin penderita atau sekret.

Pemeriksaan dengan mengambil sampel dan diuji di laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien positif menderita penyakit Chlamydia trachomatis

Bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit Chlamydia trachomatis, seperti perilaku kebersihan, vaksinasi, perilaku seks sebelum terkena penyakit itu, apakah berpengaruh terhadap terjangkitnya penyakit.

e. Wawancara dengan orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik waktu/tempat terjadinya penyakit Chlamydia trachomatis, tetapi mereka tidak sakit atau dapat terkontrol atau mempunyai imunitas yang tinggi. Hal ini bertujuan untuk melakukan pencegahan seperti apa yang akan dilakukan.

f. Pemeriksaan lingkungan sekitar

Bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitar yang dapat mengakibatkan berkembangnya bakteri penyebab penyakitChlamydia trachomatis,seperti pemeriksaan suhu dan kelembaban lingkungan.

Melakukan hipotesa (dugaan sementara) atas data yang didapatkan. Hipotesis itu dapat menerangkan pola penyakit Chlamydia

trachomatisyang sesuai dengan sifat penyakit, sumber infeksi, cara penularan serta faktor yang berperan.

BAB III

Dalam dokumen Penyakit Menular Seksual (1). docx (Halaman 27-34)

Dokumen terkait