• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor terletak di sebelah barat Kabupaten Bogor dengan ketinggian tanah ± 460 m di atas permukaan laut dan memiliki curah hujan yang tinggi. Desa ini terdiri dari 4 dusun, 10 Rukun Warga (RW), 35 Rukun Tetangga (RT) dan 3104 rumah tangga. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan kurang lebih 6 km. Lama jarak tempuh dari desa ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor adalah 30 menit dan dengan berjalan kaki adalah 2 jam. Jarak dari desa ke ibukota kabupaten/kota adalah 25 km dengan lama jarak tempuh mengggunakan kendaraan bermotor sebesar 2 jam dan dengan berjalan kaki adalah 24 jam. Jarak dari desa ke ibu kota provinsi adalah 140 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan bermotor adalah 6 jam dan dengan berjalan kaki adalah 120 jam. Secara administratif, Desa Cairuteun Ilir terletak disebelah utara Desa Cikodom Kecamatan Rupmin, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Leuweungkolot, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciampea.

Secara geografis, luas wilayah Desa Ciaruteun Ilir menurut data BPS tahun 2011 kurang lebih seluas 360 ha. Menurut data desa pada tahun 2011, lahan yang digunakan sebagai area persawahan memiliki luas yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang digunakan untuk sarana lainnya. Meskipun tidak berbeda jauh, luas area untuk persawahan melebihi luasnya area pemukiman. Luasnya lahan persawahan ini menunjukkan bahwa wilayah desa di kelilingi oleh lahan persawahan yang ditanami berbagai macam tanaman sayuran. Selain itu, luas ini juga memperlihatkan banyaknya penduduk yang melakukan pertanian di desa tersebut. Luas area yang paling sedikit adalah area untuk sarana dan prasarana. Luas wilayah menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Persentase lahan menurut penggunaan

Penggunaan %

Pemukiman dan pekarangan 44.2

Persawahan 46.1 Perkebunan 8.3 Kuburan 0.8 Perkantoran 0.01 Taman 0.00

Prasarana umum lainnya 0.5

22

Kondisi Demografi

Desa Ciaruteun Ilir dengan kepadatan penduduk sebesar 29 per km ini memiliki jumlah penduduk sebesar 10.259 jiwa. Jumlah laki-laki di desa ini adalah 5.232 jiwa dan perempuan 5.027 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebesar 2.705 KK. Mayoritas masyarakat memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun ada beberapa orang yang berpendidikan tingkat sarjana. Mereka inilah yang seringkali bertindak sebagai motivator di masyarakat. Jumlah penduduk yang berada pada usia 21-38 tahun menempati urutan terbanyak yaitu sebesar 996 untuk penduduk laki-laki dan 796 untuk penduduk perempuan. Jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk yang berada di usia madya yang menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak sumber daya manusia di kedua desa yang dapat menghasilkan pendapatan dengan bekerja pada sektor-sektor tertentu.

Mata Pencaharian

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama di Desa Ciaruteun Ilir, terlihat dari besarnya luas lahan yang digunakan sebagai persawahan. Mayoritas penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani yang terlihat dari besarnya jumlah penduduk baik sebagai petani pemilik lahan maupun sebagai buruh tani. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani menempati jumlah yang jauh lebih besar daripada penduduk yang bekerja sebagai petani pemilik lahan. Secara rinci pembagian mata pencaharian pokok di desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Persentase laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Laki-laki (%) Perempuan (%)

Petani 29.3 29.0

Buruh tani 68.4 70.0

Pegawai Negeri Sipil 0.2 0.3

Pengrajin industri Rumah Tangga 0.2 0.0 Pedagang keliling 1.5 0.7 Montir 0.08 0.0 TNI 0.2 0.0 Dukun kampung terlatih 0.0 0.2 Bidan desa 0.0 0.04 Pembantu rumah tangga 0.0 1.7

23 Kondisi Pertanian dan Peternakan

Menurut data BPS pada tahun 2011, luas panen sayur-sayuran yang terbesar di desa Ciaruteun Ilir adalah bayam seluas 7 ha. Kangkung dan Mentimun seluas 3 ha, Buncis dan Kacang Panjang seluas 2 ha, serta Terong seluas 1 ha. Berdasarkan beratnya, tanaman Kangkung memiliki berat yang lebih besar pada saat panen dengan luas panen luas yang paling besar yaitu 6 ha. Produksi hasil panen dari jenis sayur-sayuran tersebut menurut beratnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Berat dan persentase produksi hasil panen menurut jenis sayuran Jenis Sayuran Persentase (%)

Kacang Panjang 10.5 Terong 8.7 Buncis 10.5 Mentimun 19.1 Kangkung 34.8 Bayam 16.2

Sumber: Petugas Pertanian Kecamatan

Selain bertani, masyarakat desa ini juga berternak dengan jenis populasi berupa sapi, kerbau, ayam kampug, ayam broiler, bebek, kambing, domba, angsa, kelinci, anjing, dan kucing. Ayam kampung merupakan jenis ternak yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat yaitu dengan total jumlah 3.000 ekor. Namun, hewan ternak yang memiliki jumlah paling banyak di desa ini adalah ayam broiler yang jumlahnya mencapai 250 ribu ekor. Hasil ternak tersebut dipasarkan melalui tengkulak/ pengecer, dijual langsung ke pasar hewan setempat dan dijual langsung ke konsumen. Selain itu, terdapat pula populasi sapi yang diternak untuk digemukkan sebelum dijual ke pasaran. Keragaman jumlah populasi jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan perkiraan jumlah populasi menurut jenis ternak Jenis ternak Jumlah pemilik (%) Perkiraan jumlah populasi (%)

Sapi 0.400 0.002 Kerbau 0.900 0.006 Ayam kampung 44.000 1.200 Ayam boriler 0.900 98.200 Bebek 13.100 0.200 Kambing 32.800 0.300 Domba 5.600 0.030 Angsa 0.900 0.008 Kelinci 0.900 0.030 Anjing 0.400 0.002

24

Pertanian organik

Jumlah petani yang pernah atau sedang melakukan pertanian organik di Desa Ciaruteun Ilir kurang lebih berjumlah 32 orang. jumlah paling banyak berada pada RW 03 dengan ketua RW sekaligus ketua kelompok tani yang tergabung dalam kegiatan pertanian organik di bawah kerja sama IPB dan ICDF (International Cooperation and development Fund). Ketua RW bersama dengan dua orang lainnya aktif tergabung menjadi petani organik di bawah binaan ICDF mulai dari mengambil bibit, menanam dan memasarkan hasil pertanian ke organisasi non pemerintah yang berasal dari Taiwan tersebut. selain itu, ketiga orang ini juga aktif mengikuti rapat-rapat bersama petani organik lainnya yang diadakan oleh ICDF. Ketiga petani organik ini berada pada suatu kelompok tani dengan anggota lainnya yang turut melakukan pertanian organik. Ketiganya merupakan ketua RT di RW 03 dan sangat dikenal masyarakat sebagai petani organik. Anggota kelompok tani memperoleh informasi tentang organik dari ketiga petani tersebut. Mereka membagi informasi yang mereka peroleh mengenai pertanian organik meskipun dengan cara yang tidak formal.

Selain itu, di RW 04 terdapat pula kebun pertanian organik milik sebuah organisasi petani yaitu Serikat Petani Indonesia (SPI). Pemilik kebun ini merupakan ketua kelompok tani dengan anggota kelompok berasal dari Desa Ciaruteun Ilir, sementara ketua kelompok tani tersebut bukan berasal dari desa Ciaruteun Ilir. Ketua kelompok tani di RW ini memiliki hubungan dengan suatu organisasi masyarakat sipil yang bergerak dibidang pertanian organik yaitu Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan sudah cukup lama bergabung di SPI. Ketua kelompok tersebut memiliki pengtehauan yang cukup banyak mengenai pertanian organik dan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian organik, dan membagikan ionformasi-tersebut kepada anggota-anggota lainnya meskipun tidak secara formal. Informasi tersebut disebarkan melalui obrolan ringan dengan para anggota sehingga baik secara sadar maupun tidak, anggota memperoleh pengetahuan baru mengenai pertanian organik. Kebanyakan petani organik di kedua kelompok tani ini memperoleh pengetahuan dan informasi tentang adanya pertanian organik dari teman-teman di sekitarnya. Mereka ikut serta bertani organik karena adanya ajakan dari lingkungan sekitar, namun ada pula yang memang sudah turun-temurun melakukan pertanian tanpa bahan kimia ini.

Ada beberapa petani yang tidak lagi melakukan pertanian organik atau sedang vacuum dalam bertani. Berhentinya petani melakukan pertanian organik disebabkan oleh adanya kesulitan pemasaran, baik masalah harga maupun masalah distributor. Kebanyakan petani tersebut pernah melakukan pertanian organik selama 1-2 tahun. Beberapa dari mereka ada yang pernah menjadi peserta dalam kegiatan sekolah lapang organik.

25

EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN

ORGANIK

Media cetak berupa leaflet seringkali digunakan sebagai media penyebaran berbagai infromasi. Informasi tersebut bisa berupa promosi produk, tips-tips, opini terhadap suatu hal, penjelasan tentang kegiatan tertentu, dan ilmu pengetahuan. Penggunaan media leaflet diharapkan dapat merubah perilaku awal khalayak yang tidak tahu menjadi tahu, tidak sadar menjadi sadar, tidak mau menjadi mau, tidak suka menjadi suka, dan tidak melakukan menjadi melakukan. Media leaflet bisa dikatakan efektif bila pesan yang tertera di dalamnya dapat merubah khalayak dalam hal-hal tertentu sesuai tujuan dibuatnya media tersebut. Dalam hal ini, efektivitas leaflet dilihat dari perubahan tingkat pengetahuan khalayak tentang settifikasi pertanian organik melalui pre-test dan post-test.

Pengetahuan Awal Petani

Pengetahuan awal petani merupakan pengetahuan mengenai sertifikasi pertanian organik yang dimiliki petani sebelum diberikan leaflet. Pengetahuan awal juga berarti pengetahuan yang murni dimiliki oleh petani yang bisa berasal dari sekolah, teman, keluarga, ataupun penyuluh. Jumlah soal pre-test adalah 19 soal dan diberikan kepada 30 orang petani. Bentuk soal yang diberikan adalah soal benar salah mengenai sertifikasi pertanian organik.

Nilai yang diperoleh oleh petani dibagi menjadi empat kategori yaitu A, B, C, dan D. A adalah untuk nilai sangat tinggi, B untuk nilai tinggi, C untuk nilai sedang dan D untuk nilai rendah. Dari 30 petani, jumlah yang paling tinggi untuk kategori nilai tersebut adalah petani yang memperoleh nilai B. Rata-rata nilai, baik berdasarkan persentase maupun berdasarkan jumlah, juga berada pada kategori nilai B yang merupakan kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal petani mengenai sertifikasi pertanian organik sudah cukup baik karena sudah mencapai kategori tinggi. Nilai yang diterima dari hasil pre-test petani dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase petani sebelum membaca leaflet menurut nilai Nilai sebelum membaca leaflet Jumlah (orang) Persentase (%)

A 4 13.3

B 18 60.0

C 8 26.7

D 0 0.0

Rata-rata nilai keseluruhan yang diperoleh petani adalah sebesar 10.9. Sedangkan rata-rata nilai menurut persentase dari keseluruhan soal adalah sebesar 57.5 persen. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi atau B. Petani yang memperoleh nilai di atas rata-rata berjumlah 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal petani secara keseluruhan sudah baik

26

dengan kategori tinggi yang diperoleh. Terlihat dari jumlah petani yang memiliki nilai di atas rata-rata lebih besar jumlahnya daripada petani yang memiliki nilai di bawah rata-rata.

Nilai tersebut ditunjukkan dengan banyaknya jumlah petani yang menjawab betul dan jumlah petani yang menjawab salah pada tiap soalnya. Hal ini untuk melihat jenis-jenis soal yang sudah diketahui oleh petani sebelumnya dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh mereka. Pada soal ini belum diberikan materi tentang sertifikasi dari leaflet sehingga pengetahuan yang dimiliki murni dari pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Jumlah dan presentase jawaban betul dan salah pada masing-masing soal ditunjukkan oleh Tabel 6.

Soal yang paling banyak dijawab dengan betul oleh petani pada pre-test ini adalah nomor sepuluh. Soal nomor sepuluh menyebutkan bahwa sertifikasi mencerminkan perdagangan yang adil dengan jawaban adalah benar. Perdagangan yang adil merupakan pernyataan yang menguatkan petani tentang adanya sertifikasi sehingga dapat menjawab betul. Soal kedua yang paling banyak memiliki jumlah penjawab betul yang cukup besar adalah soal nomor 1 dan 16. Soal nomor 1 menyebutkan bahwa pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Kedua puluh enam petani yang menjawab betul pada pertanyaan ini berarti sudah memiliki dasar pengetahuan yang baik mengenai pertanian organik.

Soal nomor 16 berisi tentang pelabelan organik, yang akan tertera pada suatu hasil produk pertanian apabila telah mengikuti sertifikasi, akan membuat pembeli mengetahui bahwa produk tersebut memang organik. Petani yang menjawab betul melihat bahwa adanya pelabelan organik akan membuat pembeli menjadi tahu bahwa hasil produk pertanian yang mereka beli memang produk organik.

Soal yang paling sedikit dijawab betul oleh petani adalah soal nomor 2 dan soal nomor 17. Pada soal nomor 2, terlihat bahwa petani belum memiliki pengetahuan mengenai pelabelan organik yang dalam hal ini berarti sertifikasi organik tersebut. Soal nomor 17 menyatakan bahwa syarat utama untuk bisa mengikuti sertifikasi adalah tanah milik pribadi. Jawaban dari penyataan ini adalah salah karena tidak semua lembaga sertifikasi memiliki syarat utama bahwa pengaju harus memiliki tanah pribadi untuk mengikuti sertifikasi.

Soal nomor empat juga memiliki tingkat pemahaman petani yang rendah. Soal ini membahas mengenai pihak-pihak yang dapat mengikuti sertifikasi. Petani dianggap memiliki pemahaman yang rendah pada soal ini karena jumlah petani yang menjawab betul lebih sedikit daripada yang menjawab salah. Petani juga lebih banyak menjawab salah pada soal nomor lima yang berisi tentang cara menguji hasil pertanian organik yang hanya bisa melalui laboratorium. Pernyataan ini jelas salah karena sertifikasi juga merupakan cara untuk mengetahui organik atau tidaknya suatu produk pertanian. Petani yang menjawab salah terkecoh dengan penggunaan kata “hanya” dan menganggap laboratorium memang tempat yang dapat memeriksa organik atau tidaknya suatu produk. Hal ini menunjukkan bahwa responden belum memiliki dasar pengetahuan diadakannya sertifikasi pertanian organik.

27 Tabel 6 Jumlah dan presentase jawaban petani sebelum membaca leaflet

menurut pertanyaan No Pertanyaan B S Persentase (%) Persentase (%) 1. Pertanian organik adalah pertanian yang

tidak menggunakan bahan-bahan kimia 83.3 16.7

2. Pelabelan organik bisa dibuat sendiri 23.3 76.7

3. Biaya untuk sertifikasi sangat mahal 40.0 60.0

4. Salah satu yang dapat mengikuti

sertifikasi adalah tengkulak/pengumpul. 40.0 60.0

5. Hasil pertanian organik hanya bisa diketahui melalui pengujian di laboratorium

43.3 56.7 6. Manfaat sertifikasi adalah produk yang

disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar 73.3 26.7

7. Sertfikasi untuk meyakinkan orang luar bahwa hasil pertanian ini menggunakan cara-cara organik

70.0 30.0 8. Untuk mengikuti sertifikasi petani bisa

datang ke Koperasi Unit Desa setempat 40.0 60.0

9. Untuk mengikuti sertfiikasi petani harus menyiapkan surat persetujuan masyarakat sekitar

46.7 53.3 10. Sertifikasi mencerminkan perdagangan

yang adil 90.0 10.0

11. Tidak hanya tanaman padi yang dapat

disertifikasi 53.3 46.7

12. Sertifikasi merupakan salah satu cara

mengetahui produk itu organik 80.0 20.0

13. Syarat utama sertifikasi adalah punya

surat tanah 36.7 63.3

14. Sertifikasi bisa dikeluarkan jika

menanamnya dengan cara organik 73.3 26.7

15. Produk yang disertifikasi memiliki daya

jual tinggi 73.3 26.7

16. Pembeli akan mengetahui produk tersebut

organik bila ada label organik 83.3 16.7

17. Semua lembaga setifikasi memiliki syarat

yaitu tanah harus milik pribadi 23.3 76.7

18. Ada batas waktu masa sertfikasi 50.0 50.0

19. Petani boleh berganti lembaga sertifikasi 50.0 50.0

Ket: B = jawaban benar, S = jawaban salah

Tingkat pemahaman rendah yang dimiliki petani ada pada soal yang membahas mengenai tata cara pengajuan sertifikasi pertanian organik. soal tersebut adalah soal nomor 3, 8, 9 dan 13. Jumlah petani yang menjawab betul lebih sedikit daripada petani yang menjawab salah pada soal-soal ini. Soal nomor

28

tiga membahas mengenai biaya untuk mengikuti sertifikasi. Kebanyakan petani menyetujui bahwa biaya untuk mengikuti sertifikasi sangat mahal, padahal jumlah nominal dan mahal atau tidaknya biaya untuk mengikuti sertifikasi bergantung pada ketentuan dari lembaga yang bersangkutan. Untuk soal nomor delapan membahas mengenai tempat pengajuan sertfikasi. Soal nomor sembilan membahas mengenai syarat utama yang harus dipenuhi untuk mengikuti sertifikasi. Selisih jumlah petani pada pertanyaan ini tidak berbeda jauh, namun tetap lebih besar petani yang menjawab salah. Soal nomor 13 menyatakan bahwa syarat utama mengikuti sertifikasi adalah harus memiliki surat tanah. Hal ini menunjukkan bahwa petani belum memiliki pengetahuan awal tentang tata cara pengajuan sertifikasi. Selain materi tata cara pengajuan, soal lainnya yang juga memiliki tingkat pemahaman rendah adalah soal yang membahas mengenai pelabelan organik yang dapat dibuat sendiri. Petani yang menjawab betul memiliki jumlah yang jauh berbeda dengan petani yang menjawab salah. Ini menunjukkan bahwa petani lebih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai dasar sertifikasi yang merupakan pelabelan terhadap produk pertanian organik.

Soal lainnya yang memiliki tingkat pemahaman tinggi adalah soal nomor 7 dan 12. Soal ini berisi tentang kegunaan sertifikasi bagi orang-orang luar terhadap hasil produk pertanian. Dalam hal ini petani sudah memiliki dasar pengetahuan mengenai manfaat menggunakan sertfikasi terhadap orang-orang luar terutama konsumen. Sedangkan petani yang menjawab salah kurang memiliki pengetahuan mengenai sertifikasi sehingga tidak memahami bagaimana kegunaan mengikuti sertifikasi terhadap orang-orang luar terutama konsumen. Soal nomor 12 berisi tentang tujuan sertifikasi yaitu sebagai suatu cara untuk mengetahui suatu hasil produk pertanian yang organik. Petani yang menjawab betul sudah memahami tentang penggunaan sertifikasi dalam menilai hasil produk pertanian.

Tingkat pemahaman tinggi berada pada soal mengenai manfaat sertifikasi yaitu soal nomor 6 dan 15. Soal nomor enam mencoba melihat manfaat sertifikasi yaitu lebih didahulukan oleh pasar. Sedangkan soal nomor 15 menyatakan bahwa manfaat mengikuti sertifikasi adalah produk yang telah disertifikasi memiliki daya jual yang tinggi di pasaran. Jumlah petani yang menjawab betul pada pertanyaan ini lebih besar daripada petani yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai manfaat diadakannya sertifikasi. Soal nomor sebelas pun memiliki tingkat pemahaman tinggi karena jumlah petani yang mampu menjawab betul pada pertanyaan ini lebih besar. Soal ini membahas mengenai objek tanaman yang dapat disertifikasi yang tidak harus berupa tanaman padi. Pada soal ini terlihat bahwa petani sudah mengetahui bahwa tidak hanya tanaman padi yang dapat disertifikasi.

Soal yang membahas mengenai keikutsertaan petani dalam sertifikasi ini juga memiliki nilai yang sama. Soal tersebut adalah soal nomor 18 dan 19. Pernyataan nomor 18 berisi tentang adanya batas waktu masa sertifikasi. Sama halnya dengan soal nomor 19 yang menyatakan bahwa petani boleh berganti lembaga sertifikasi, pada nomor 18 ini jumlah petani yang menjawab betul lebih besar daripada jumlah petani yang menjawab salah. jumlah petani yang lebih banyak menjawab soal dengan betul pada kedua soal ini menunjukkan bahwa petani telah memiliki pengetahuan awal yang cukup baik mengenai keikutsertaan dan kelembagaan sertifikasi tersebut.

29 Total soal yang berjumlah 19 soal, 9 di antaranya memiliki jumlah jawaban betul lebih banyak dari pada jawaban salah, 8 soal lebih banyak yang menjawab salah dan 2 soal lainnya memiliki jumlah jawaban betul dan salah yang sama besar. Soal yang lebih banyak dapat dijawab betul pada pre-test ini adalah soal mengenai dasar pertanian organik, manfaat dan kegunaan sertifikasi, serta jenis tanaman yang bisa disertifikasi.

Pengetahuan Akhir Petani

Pengetahuan akhir yang dimiliki petani adalah pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik setelah diberikan leaflet. Pengetahuan ini merupakan penggabungan dari pengetahuan yang dimiliki petani sebelumnya dan pengetahuan yang berasal dari leaflet yang diberikan setelah diberikan pre-test dan telah dipahami oleh petani. Pengetahuan akhir dilihat dari nilai hasil post-test yang diberikan setelah petani mempelajari leaflet mengenai sertifikasi pertanian organik.

Jumlah soal yang lebih banyak dijawab betul pada post-test adalah 12 soal, sedangkan yang lebih banyak dijawab salah adalah 7 soal. Nilai rata-rata petani secara keseluruhan pada pengetahuan akhir ini adalah 11.8. Sedangkan nilai rata-rata petani bila dipersentasekan adalah sebesar 62 persen. Rata-rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi atau B. Jumlah petani yang memiliki nilai di atas rata-rata berjumlah 17 orang dari keseluruhan petani yang ada. Petani yang memiliki nilai di atas rata-rata pada post-test lebih banyak bila dibandingkan dengan petani yang memiliki nilai di bawah rata-rata. Nilai yang diperoleh dari hasil post-test tersebut dikategorikan menjadi A, B, C dan D sesuai dengan pembagian pada subbab sebelumnya. Nilai yang diterima dari hasil post-test petani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase petani setelah membaca leaflet menurut nilai Nilai setelah membaca leaflet Jumlah (orang) Persentase (%)

A 10 33.3

B 14 46.7

C 6 20.0

D 0 0.0

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar petani memperoleh nilai B untuk post-test yang dilakukan. Jumlah respoden yang memperoleh kategori nilai B memiliki jumlah yang jauh lebih tinggi daripada kategori nilai lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan akhir petani dapat dinilai sudah cukup baik dengan memperoleh nilai B. Ini karena pengetahuan petani setelah mempelajari leaflet masuk ke dalam kategori tinggi dan petani mampu memahami materi yang terdapat di dalam leaflet dengan baik.

Nilai tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah petani yang menjawab betul dan jumlah petani yang menjawab salah pada tiap soalnya. Soal pada

post-30

test tersebut adalah soal yang sama seperti soal pre-test dengan tipe pernyataan benar atau salah. Jumlah soal pada post-test sama seperti jumlah pada pre-test yaitu berjumlah 19 soal dan diberikan kepada 30 orang petani. Soal ini diisi oleh petani yang telah mempelajari leaflet tentang sertifikasi pertanian organik. Sehingga, pengetahuan yang mereka miliki tidak hanya berasal dari pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya, tetapi juga dipengaruhi oleh materi yang diberikan di dalam leaflet. Pembagian jumlah petani yang menjawab betul dan salah pada setiap soalnya dimaksudkan untuk melihat jenis-jenis soal yang sudah diketahui oleh petani dengan pengetahuan akhir yang dimiliki oleh mereka.

Dokumen terkait