TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.5. Ciri-ciri dan Mutu Air Minum
Air murni adalah zat-zat yang tidak mempunyai warna, rasa dan bau yang terdiri dari hydrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air mengandung zat-zat terlarut. Di samping itu, akibat daur hidrologi, air juga mengandung berbagai zat lainnya, termasuk gas. Zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley dan Franzin, 1995).
Ciri-ciri air yang terpolusi sangat bervariasi, tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya mungkin
sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin timbul pada pantai laut, sungai yang terpolusi berat atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda (Stoker and Seagar, 1972).
Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum dikatakan bahwa standar persyaratan kualitas air minum perlu ditetapkan dengan pertimbangan:
1) Air minum yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2) Perlu mencegah adanya penyediaan dan atau pembagian air minum untuk umum yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Shuval, 1980).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Men.Kes/Per./IX/1990 tentang air sumur sebagai air bersih persyaratan kualitas air minum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, fisika dan radioaktif.
Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan, antara lain:
1) Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan.
2) Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di laboratorium.
Mengenai standar kualitas air minum dikenal beberapa standar kualitas air minum baik yang bersifat nasional maupun internasional. Beberapa standar kualitas air minum adalah:
1) Standar Kualitas Fisik Air Minum. a. Suhu
Suhu dalam air akan mempengaruhi reaksi kimia, terutama jika suhu tersebut sangat tinggi. Suhu akan mempengaruhi secara langsung toksisitas bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Secara umum kelarutan bahan padat dalam air akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Suhu yang normal di perairan adalah 25ºC (Goldman,
1983). b. Warna
Warna dalam air umumnya didapat dari hasil penguraian daun-daunan, tanah humus, kayu dan zat organik, di samping itu dapat juga disebabkan oleh keberadaan besi (ferri humate). Warna dipengaruhi oleh banyaknya zat padat terlarut dan padatan tersuspensi. Bahan yang dapat menyebabkan warna adalah tanah liat, lumpur, bahan organik, serta partikel-partikel kecil tersuspensi lainnya. Warna merupakan sifat air yang tidak membahayakan, akan tetapi mempengaruhi segi estetika dari penerimaan masyarakat. Tingkat pengolahan warna tergantung pada penyebab warna dan karakteristik air (Sawyer dan Mc. Carthy, 1989).
c. Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi: tanah liat, lumpur serta bahan-bahan organik lainnya, tetapi ia jadi tidak disenangi karena rupanya dan mengurangi nilai estetika dari air tersebut (Sawyer dan Mc. Carthy, 1989).
2). Standar Kualitas Kimia Air Minum a. Derajat keasaman (pH)
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Dalam penyediaan air, pH merupakan faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh baik pada pH 6,0 - 8,0. World Health Organization menetapkan bahwa standar pH pada air minum adalah 6,5 – 8,5 dan Depkes RI 6,5-8,5. Jika pH air lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 8,5 akan menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).
b. Total Padatan Terlarut
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103°C - 105°C. U.S. Public Health Service
menetapkan batas kadar maksimum total padatan terlarut sebesar 1000 mg/L dan Depkes RI menetapkan 1000 mg/L. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum adalah akan menimbulkan rasa yang tidak enak pada lidah (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).
c. Unsur Besi (Fe)
Unsur besi merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Setiap hari tubuh memerlukan unsur besi 7-35 mg. Depkes RI menetapkan kadar maksimum unsur besi terdapat dalam air minum adalah 0,3 mg/L. Apabila konsentrasi unsur ini melebihi ± 2 mg/L akan
menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Dan unsur ini juga dapat menimbulkan bau dan warna pada air minum dan warna koloid pada air. Selain itu dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan dan membentuk endapan pada pipa-pipa air (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).
d. Chlorida (Cl)
Konsentrasi 250 mg/L unsur ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. U.S. Public Health Service menetapkan batas kadar klorida dalam air minum adalah 250 mg/L. Depkes RI menetapkan 250 mg/L sebagai kadar maksimum yang diperbolehkan. Dengan adanya klorida yang berlebihan dalam air
dapat mengakibatkan rasa asin pada air dan menyebabkan korosi pada pipa-pipa saluran air (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).
e. Chromium (Cr)
Chromium dalam tubuh dapat bersifat karsiogenik pada saluran pernafasan dan dapat menyebabkan kanker kulit. Menurut standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Depkes RI kadar Chromium dalam air minum adalah 0,05 mg/L sedangkan menurut U.S. Public Health Service maupun standar WHO Internasional adalah 0,05 mg/L (Sutrisno dan Suciastuti, 1987). 3). Standar Kualitas Biologis (Bakteriologis) Air Minum
Adanya organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran air. Mengingat tidak mungkin mengidentifikasi berbagai organisasi pathogen berada di perairan, maka pengukurannya menggunakan bakteri coli sebagai indikator organisme.
Bakteri coli adalah organisme yang biasa hidup di dalam pencernaan manusia atau hewan yang berdarah panas. Bakteri dipakai sebagai indikator organisme karena mudah ditemukan dengan cara yang sederhana, tidak berbahaya, sulit hidup lebih lama daripada patogen lainnya (Suriawiria, 1993).
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (pathogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang ditentukan yaitu 1 Coli/ 100 ml air. Oleh karena itu, sebelum air konsumsi diminum sebaiknya dimasak terlebih dahulu hingga mendidih dengan suhu 100°C (pada tekanan udara normal 1 Atm).
Standarisasi bakteriologis air ditentukan dengan perkiraan Terdekat Jumlah Kuman Golongan Koli dalam setiap 100 cc contoh air, yaitu yang disebut dengan istilah Most Probable Number of Coliform Organisme (M.P.N).