• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Zeolit Dan Arang Aktip Pada Proses Pengolahan Air Sumur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Zeolit Dan Arang Aktip Pada Proses Pengolahan Air Sumur"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ZEOLIT DAN ARANG AKTIP PADA

PROSES PENGOLAHAN AIR SUMUR

T E S I S

Oleh

DARWIN RANGKUTI

067004006/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A H

P A

S C

A S A R JA

(2)

PENGGUNAAN ZEOLIT DAN ARANG AKTIP PADA

PROSES PENGOLAHAN AIR SUMUR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DARWIN RANGKUTI

067004006/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 03 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia

Anggota : 1. Prof. Dr. Erman Munir, MSc

2. Drs. Chairuddin, MSc

3. Ir. Guslim, MS

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di perusahaan swasta di daerah Kelurahan Kesawan – Medan. Sampel air sumur sebelum proses penjernihan dan sampel air sumur hasil proses penjernihan melalui alat penjernih dengan kombinasi perlakuan dianalisis di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan air dari tanki air sumur ke alat penjernih untuk masing-masing kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan jumlah zeolit dan jumlah arang aktif serta kecepatan aliran air yang terbaik ditentukan atas rekapitulasi hasil kualitas kekeruhan air, unsur besi dan total coliform yang terdapat dalam air.

Kombinasi antara perbandingan massa zeolit dan arang aktip serta kecepatan aliran berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kekeruhan, unsur besi dan total coliform. Kombinasi massa zeolit dan arang aktip dan kecepatan aliran terbaik adalah komposisi 1/2 Z : 1/2 Aa (3,33 Kg Z : 3,75 Kg Aa) dengan Kecepatan Aliran (V1) =

0,020 liter/detik. Kombinasi ini dapat menurunkan kekeruhan air sampai 94,1% (dari 45,7 NTU menjadi 2,68 NTU), unsur besi sebesar 40,6% (dari 0,064 mg/L menjadi 0,038 mg/L), total coliform sebesar 94,5% (dari 2000 MPN menjadi 109 MPN).

(5)

ABSTRACT

This research was conducted at private company in Kesawan area-Medan. The sample of the water of the well before the purification process an the the sample of the water as the product of purification process is taken by the purifier with the combination of the treatment and it is analyzed at the Laboratory of the Environmental Body of North Sumatera Province. The research was conducted by flowing the water from the tank of the water of the well into furifier for each treatment combination. The combination of the treatment for the number of zeolit and the number of active carbon as well as the velocity of the best water flow determined on the racapitulation of the product of the quality of the turbidity, iron elements and the total of coliform in found the water.

The combination between the comparative of zeolit mass and active carbon as well as the velocity have significant influence to the reduction of the turbidity, iron elements, and the total of coliform. The combination of zeolit mass and active carbon and the velocity of best flow is with composition 1/2 Z : 1/2 Aa (3,33 Kg Z : 3,75 Kg Aa) with the velocity of the flow (V1) = 0,020 liter/second. This combination can to reduce the well water turbidity was up 94,1% (from 45,7 NTU becomes 2,68 NTU), the iron elements for 40,6% (from 0,064 mg/L becomes 0,038 mg/L), the total of coliform for 94,5% (from 2000 MPN becomes 109 MPN).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penelitian yang berjudul: “Penggunaan Zeolit dan Arang Aktip pada Proses Pengolahan Air Sumur”, yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur di suatu perusahaan swasta di daerah Kelurahan

Kesawan – Medan dapat diselesaikan.

Penelitian ini merupakan penelitian tesis sebagai syarat untuk mengikuti ujian

Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr.

Ir. Setiaty Pandia, Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc dan Bapak Drs. Chairuddin,

M.Sc atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam penyusunan

tulisan ini. Juga kepada rekan Ir. Abner Tarigan, M.Si, Drs. Riati Purba dan staf-staf

UPT Laboratorium Lingkungan BLH Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Pada kesempatan ini kami haturkan penghargaan yang tinggi kepada Ibu dan

Isteri saya Lisa Syafrida, S.Psi serta ananda tersayang Fitzal Rahim dan Maisyarah

Adha yang banyak bersabar dengan tersitanya waktu selama menjalani pendidikan

di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, dan

akhirnya segala saran dan kritik yang bersifat membangun selalu ditunggu demi

kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2010

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Mei 1959 di Medan, Provinsi Sumatera

Utara. Anak ketujuh dari pasangan H. Ibrahim Sundut Rangkuti dan Hj. Masnun

Lubis.

Penulis menjalani masa pendidikan Sekolah Dasar di SD. Abadi Jaya

di Medan pada tahun 1972; SMP Prayatna di Medan pada tahun 1975; SMA Prayatna

di Medan pada tahun 1979; dan Fakultas Teknik Mesin USU di Medan pada tahun

1990.

Pada tahun 1980 s/d 1990 penulis bekerja berwiraswasta di bidang leveransir

dan percetakan; tahun 1990 s/d 1993 penulis bekerja sebagai staf teknik konsultan

perencana dan kontraktor PT. Resupra di Medan; bulan Januari tahun 1991 penulis

menikah dengan Lisa Syafrida, S.Psi: dan sejak tahun 1993 s/d 2001 bekerja sebagai

PNS/Staf Teknis Subdis Tata Bangunan Dinas PU. Cipta Karya Provinsi Sumatera

Utara; tahun 2002 Plt. Kasi Deli Serdang pada UPT/Balai Pembinaan Wil. I Dinas

Tarukim SU; tahun 2003 Pemimpin Proyek Pembangunan Gedung Diklat Prov. Sum.

Utara – Medan; tahun 2005 s/d 2010 Kasi Air Bersih dan Teknik Penyehatan

Lingkungan pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara; tahun 2005 s/d 2006 Pemimpin Kegiatan Penataan Lingkungan

Kawasan Perbatasan Kota Medan – Kab. Deli Serdang; tahun 2007 PPTK (Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan) Pembangunan Perumahan dan Permukiman Distarukim

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Pada bulan Agustus tahun 2006 s/d Juli 2010 penulis mengikuti pendidikan

Program Pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

(8)
(9)

3.6. Persiapan Penelitian………..………..……….. 34

3.7. Pengamatan Parameter………..………..……….. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN….……….. 39

4.1. Kualitas Sumber Air…………..………...…. 39

4.2. Pelaksanaan Penelitian………...……… 39

4.3. Kualitas Air Sumur Sesudah Perlakuan……..………….…. 41

4.4. Kombinasi Perlakuan Massa Zeolit dan Arang Aktip Serta Kecepatan Aliran Air (MV)……..……..…..……….….…... 48

4.5. Beda Massa Zeolit dan Arang Aktip...……...………….… 50

4.6. Kecepatan Aliran Air pada Alat Penjernih dan Persentase Hambatannya……….……… 53

4.7. Interaksi..………..………... 58

4.8. Pencucian Media (Bahan Penjernih dan Saringan-saringan). 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……. 61

5.1. Kesimpulan……….……….…...………… 61

5.2. Saran……...………...………..………….……. 63

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Parameter Air Sebelum Dijernihkan... 39

4.2 Rata-rata Hasil Penelitian Kekeruhan (NTU) pada Perlakuan..….. 42

4.3 Rata-rata Hasil Penelitian Unsur Besi (mg/L) pada Perlakuan..…. 44

4.4 Rata-rata Hasil Penelitian Total Coliform (MPN) pada Perlakuan. 46

4.5 Kombinasi Perlakuan Massa Zeolit dan Arang Aktip serta Kecepatan Alirnya terhadap Kekeruhan, Unsur Besi dan Total

Coliform pada Air Sumur…………..……….. 48

4.6 Beda Massa Zeolit dan Arang Aktip terhadap Kekeruhan, Unsur Besi dan Total Coliform Serta Kecepatan Alirnya pada Air Sumur

yang Telah Dijernihkan……….……….. 51

4.7 Kecepatan Air Masuk ke Alat Penjernih dan Kecepatan Air

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Skema Kerangka Pemikiran... 5

2.1 Siklus Hidrologi…... 10

2.2 Jenis Akuifer...…..………..……….…... 14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Permenkes R.I No. 416.Men.Kes/Per/IX/1990... 87

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di perusahaan swasta di daerah Kelurahan Kesawan – Medan. Sampel air sumur sebelum proses penjernihan dan sampel air sumur hasil proses penjernihan melalui alat penjernih dengan kombinasi perlakuan dianalisis di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan air dari tanki air sumur ke alat penjernih untuk masing-masing kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan jumlah zeolit dan jumlah arang aktif serta kecepatan aliran air yang terbaik ditentukan atas rekapitulasi hasil kualitas kekeruhan air, unsur besi dan total coliform yang terdapat dalam air.

Kombinasi antara perbandingan massa zeolit dan arang aktip serta kecepatan aliran berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan kekeruhan, unsur besi dan total coliform. Kombinasi massa zeolit dan arang aktip dan kecepatan aliran terbaik adalah komposisi 1/2 Z : 1/2 Aa (3,33 Kg Z : 3,75 Kg Aa) dengan Kecepatan Aliran (V1) =

0,020 liter/detik. Kombinasi ini dapat menurunkan kekeruhan air sampai 94,1% (dari 45,7 NTU menjadi 2,68 NTU), unsur besi sebesar 40,6% (dari 0,064 mg/L menjadi 0,038 mg/L), total coliform sebesar 94,5% (dari 2000 MPN menjadi 109 MPN).

(14)

ABSTRACT

This research was conducted at private company in Kesawan area-Medan. The sample of the water of the well before the purification process an the the sample of the water as the product of purification process is taken by the purifier with the combination of the treatment and it is analyzed at the Laboratory of the Environmental Body of North Sumatera Province. The research was conducted by flowing the water from the tank of the water of the well into furifier for each treatment combination. The combination of the treatment for the number of zeolit and the number of active carbon as well as the velocity of the best water flow determined on the racapitulation of the product of the quality of the turbidity, iron elements and the total of coliform in found the water.

The combination between the comparative of zeolit mass and active carbon as well as the velocity have significant influence to the reduction of the turbidity, iron elements, and the total of coliform. The combination of zeolit mass and active carbon and the velocity of best flow is with composition 1/2 Z : 1/2 Aa (3,33 Kg Z : 3,75 Kg Aa) with the velocity of the flow (V1) = 0,020 liter/second. This combination can to reduce the well water turbidity was up 94,1% (from 45,7 NTU becomes 2,68 NTU), the iron elements for 40,6% (from 0,064 mg/L becomes 0,038 mg/L), the total of coliform for 94,5% (from 2000 MPN becomes 109 MPN).

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan

dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban

manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu

pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia

(Sunaryo, dkk, 2005).

Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah

untuk kebutuhan air minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari

mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan

kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan,

di mana tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat manusia terdiri dari air.

Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 – 3 liter

setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2–

3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2 – 3 hari tanpa minum (Suripin, 2002).

Sebagian besar penduduk di Indonesia masih menggunakan air sumur sebagai

sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun untuk

mendapatkan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidaklah mudah. Hal

(16)

yang harus dijernihkan/dimurnikan agar bersih dan layak untuk dijadikan sebagai air

bersih untuk sumber air baku dan lainnya.

Dengan bertambahnya aktivitas dan jumlah penduduk, maka jumlah air bersih

yang diperlukan manusia akan semakin meningkat. Secara global kuantitas sumber

daya tanah dan air relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun.

Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih untuk minum, maka

dilakukan pengolahan air dari sumber air. Salah satunya adalah air sumur. Air sumur

umumnya masih mengandung racun dan zat-zat berbahaya lainnya, seperti misalnya

unsur besi di mana unsur besi ini jika keberadaannya melebihi standard yang telah

ditentukan akan menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak, serta menimbulkan karat

pada pipa dan noda pada pakaian (Steel. E.W. and T.J. Mc. Ghee., 1979), serta

di dalam tubuh manusia dapat merusak dinding usus, yang dapat mengakibatkan

kematian (Soemirat, J., 1994).

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas perlu dilakukan pengolahan

misalnya proses penjernihan, agar air sumur menjadi bersih dan berkualitas. Tujuan

utama proses penjernihan air sumur adalah untuk mengurangi kadar/konsentrasi

bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe, partikel tercampur serta mikro

organisme pathogen dan nonpathogen. Selain itu diperlukan juga tambahan

pengolahan untuk menghilangkan komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat

didegradasikan agar konsentrasi senyawa pencemar yang ada menjadi rendah. Untuk

itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan tersebut di atas dapat dikurangi

(17)

Banyak ditemui sumber air sumur yang telah dibangun oleh Pemerintah

(seperti di Puskesmas, Kantor Camat, Dinas dan lainnya), perindustrian, perusahaan

swasta dan sumber air sumur yang dibangun masyarakat umum (penduduk), di mana

kualitas/mutu airnya tidak layak untuk digunakan sebagai air bersih untuk sumber

baku air minum dan lainnya (indikatornya adalah secara visual air sumur tidak layak

digunakan sebagai sumber air minum langsung, dapat dilihat dari warna air yang

keruh disertai dengan adanya bau logam pada air), sehingga sumber air sumurnya

menjadi mubazir/tidak dapat dimanfaatkan (contohnya pada perusahaan swasta

di daerah Kelurahan Kesawan – Medan, TPA Dusun II Sei Basah, Desa Tadukan

Raga – Kecamatan Tanjung Morawa dan lainnya).

Pada suatu perusahaan swasta di daerah Kelurahan Kesawan – Medan,

di mana perusahaan ini sudah tidak menggunakan pelayanan sistem air bersih dari

PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Medan sehingga untuk pemenuhan

kebutuhan air bersihnya mereka menggunakan air sumur. Dari pengamatan

di lapangan secara visual diduga air sumurnya tercemar, akan tetapi pimpinan dan

karyawan perusahaan serta lainnya masih memanfaatkan air sumur tersebut untuk

keperluan sehari-harinya (misalnya untuk kebutuhan cuci tangan, bersihkan badan,

berwudhuk, membersihkan peralatan-peralatan dan keperluan lainnya).

Umumnya air sumur yang tercemar bila digunakan tanpa diolah terlebih

dahulu, di mana kualitas mutu airnya tidak baik sehingga dapat berdampak buruk

bagi kesehatan manusia dan tubuh akan mudah terserang berbagai penyakit (seperti

(18)

Ada beragam alat pengolahan air untuk membantu mengatasi masalah

tersebut, mulai dari yang berteknologi canggih dan berbiaya mahal (contohnya: CNI

ð Water Life, AMSTRO RO Water System dan lainnya) dan teknologi sederhana serta berbiaya murah (contohnya: Alat penjernih hasil rancangan masyarakat, Alat

penjernih hasil rancangan mahasiswa untuk penelitian dan lainnya). Sesuai dengan

kondisi masyarakat pedesaan maupun perkotaan di Indonesia pada saat ini umumnya

masih dalam kondisi ekonomi rendah, maka alat pengolahan air untuk mengatasi

masalah tersebut yang sesuai adalah berteknologi sederhana dan berbiaya murah.

Sesuai dengan fakta lapangan dan studi kasus di atas dilakukan upaya mitigasi

untuk membantu mengatasi hal tersebut, yaitu mengadakan perancangan suatu alat

proses penjernihan air sumur yang murah, sederhana, teknologinya baik dan

bahannya mudah didapat di pasaran untuk digunakan meminimasi permasalahan air

sumur yang kurang baik mutu airnya dengan menggunakan media bahan penjernih

(19)

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan data tersebut di atas, maka masalah yang timbul adalah:

1. Apakah kualitas air sumur di suatu perusahaan swasta di daerah Kelurahan

Kesawan - Medan yang diindikasikan tercemar, masih layak untuk

dipergunakan sebagai air bersih.

Air bersih

Sumber Air Bersih (di perkotaan/pedesaan)

Daerah yang sudah terlayani PAM, tapi jaringan perpipaan kurang baik, debit sering

Status Standar Mutu Air baik (mengacu terhadap standar mutu air minum yang berlaku)

(20)

2. Sampai seberapa baik kemampuan sistem pengolahan penjernihan air sumur

hasil rancangan tersebut yang menggunakan media bahan penjernih zeolit dan

arang aktif dapat meningkatkan mutu air sumur.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, maka dirumuskan tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui kualitas air sumur di suatu perusahaan swasta di daerah

Kelurahan Kesawan - Medan yang terindikasi tercemar sebelum dan setelah

mendapat perlakuan dari bahan penjernih pada proses pengolahan penjernihan

air sumur tersebut, dengan acuan standar baku mutu air sumur sebagai air

bersih.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pemberian zeolit dan arang aktif yang

optimum dengan kecepatan aliran air yang sesuai pada alat proses penjernihan

air sumur tersebut terhadap mutu air sumur.

1.4. Lingkup Penelitian

Bahan baku penelitian adalah air sumur suatu perusahaan swasta di daerah

Kelurahan Kesawan - Medan yang tercemar (indikatornya adalah secara visual air

sumur tidak layak digunakan sebagai sumber air minum langsung, dapat dilihat dari

(21)

Variabel penelitiannya adalah:

1) Perbandingan massa zeolit dan arang aktif

a. Zeolit : Arang aktif : Zeolit = 1/3 : 1/3 : 1/3.

b. Arang aktif : Zeolit : Arang aktif = 1/3 : 1/3 : 1/3.

c. Zeolit : Arang aktif = 1/2 : 1/2.

2) Kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur ke alat penjernih

a. Kecepatan aliran 1 (V1) = 0,020 liter/detik.

b. Kecepatan aliran 2 (V2) = 0,017 liter/detik.

c. Kecepatan aliran 3 (V3) = 0,014 liter/detik.

Parameter uji yang digunakan, yaitu Kekeruhan, Unsur Besi dan Total

Coliform.

Standar mutu yang digunakan adalah sesuai dengan Standar Baku Mutu Air

Sumur sebagai Air Bersih (Per.Men.Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990).

Alat yang digunakan adalah: Tangki air sumur dan penyangganya, selang

saluran air sumur, alat penjernih (dari pipa paralon PVC 4), pompa air, ember

tampungan air bersih dan lainnya (Gambar: Lampiran 2).

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan alternatif pemecahan permasalahan terhadap mengatasi

pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih untuk minum dan lainnya.

(22)

1.6. Hipotesis Penelitian

Diduga adanya pengaruh nyata interaksi jumlah pemberian zeolit dan arang

aktif yang berbeda dengan kecepatan alir yang berbeda pada status mutu air sumur

dengan menggunakan alat pengolahan penjernihan air tersebut terhadap standar baku

(23)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Siklus Air

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup

yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuh-tumbuhan

ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air.

Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam

tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil kubik) yang secara langsung dapat

digunakan untuk kepentingan manusia, karena 97% dari sumber air tersebut terdiri

dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam keadaan cair dapat

digunakan (Suriawiria, 1985).

Air di bumi secara terus menerus mengalami sirkulasi berupa proses

penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari

permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses

dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum

jatuh ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian jatuh ke

permukaan bumi. Tidak semua hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai

permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di mana sebagian

akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui daun-daun ke

(24)

Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan masuk ke dalam

tanah (infiltrasi). Sebagian lagi yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk

permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke

sungai-sungai dan akhirnya ke laut (Sosrodarsono dkk, 1983).

Tidak semua butir air yang mengalir akan sampai kelaut. Dalam perjalanan ke

laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke

dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai. Tetapi sebagian besar akan

tersimpan sebagai air tanah (ground water) yang akan keluar sedikit demi sedikit

dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah.

Sirkulasi kontinu antara air laut dan air daratan yang berjalan secara terus menerus

disebut sebagai Siklus Hidrologi (Chow et al, 1988).

(25)

Air mempunyai karakteristik sebagai pelarut yang universal karena

molaritasnya yang tinggi, yang mengakibatkan hampir semua senyawa dapat larut

dalam air baik dalam bentuk terlarut, tersuspensi, koloid maupun yang mudah

diendapkan (Soemirat, J., 1994).

Dengan adanya kesempatan kontak dengan benda dan atau makhluk hidup

di bumi, menyebabkan air berubah mutunya berdasarkan tempat dan waktu. Air hujan

yang jatuh ke bumi hanya mengandung sedikit unsur mineral terlarut. Segera setelah

mencapai bumi, air langsung bereaksi dengan mineral dalam tanah atau batuan.

Jumlah dan jenis unsur mineral yang terlarut tergantung pada komposisi kimia,

struktur fisik dari batuan, derajad keasaman (pH), dan potensial redoks (Eh) dari air.

Kualitas air tanah secara alami dipengaruhi oleh jenis batuan penyusun tanah yang

bersangkutan. Air tanah tersebut bergerak dari daerah peresapan ke daerah luapan.

Oleh karena itu susunan kimia air tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan mineral

mudah terlarut yang menyusun batuan tersebut (Todd, 1980).

2.2. Air Tanah

Menurut Sosrodarsono, dkk (1983) air tanah diartikan sebagai air yang

bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

yang membentuknya (disebut air lapisan) dan dalam retakan batuan (disebut sebagai

air celah). Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah (misal: pasir atau kerikil) disebut

lapisan permeabel, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah (misal: tanah liat)

(26)

batu-batuan) disebut sebagai lapisan kebal air (aquifuge). Lapisan yang kedap air dan

kebal air merupakan lapisan yang impermeabel yang dapat menahan air untuk

berperkolasi ke dalam lapisan tanah lebih dalam lagi. Terbentuknya air tanah adalah

akibat peresapan dan turunnya air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah, yang

disebut juga sebagai proses infiltrasi. Besarnya infiltrasi sangat menentukan terhadap

kuantitas ketersediaan air tanah. Menurut Harto (1993) pengertian infiltrasi

mengandung 2 pengertian, yaitu: kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum

untuk suatu jenis tanah tertentu dan laju infiltrasi adalah laju nyata suatu jenis tanah

tertentu (berpengaruh terhadap terbawanya bahan-bahan/senyawa dari permukaan ke

dalam air tanah).

Secara fisik Sosrodarsono, dkk (1983) membagi beberapa faktor yang

mempengaruhi infiltrasi, yaitu: dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal

lapisan jenuh air, kelembaban tanah, pemampatan oleh curah hujan, penyumbatan

oleh bahan-bahan yang halus, pemampatan oleh manusia dan hewan, struktur tanah,

tumbuh-tumbuhan, dan udara yang ada dalam tanah.

Air hujan merupakan sumber ketersediaan air tanah baik secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah,

sedangkan secara tidak langsung air hujan terkumpul pada aliran sungai atau danau,

yang kemudian berangsur-angsur meresap ke dalam tanah mengisi air tanah (Bouwer,

(27)

Todd (1980) dan Sosrodarsono dkk (1983), mengklasifikasikan jenis akuifer

berdasarkan pada ada atau tidaknya adanya permukaan air tanah bebas, yaitu:

1) Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer); yaitu akuifer yang terletak antara lapisan

permeabel dengan lapisan impermeabel karena letaknya yang dangkal (kedalaman

kurang dari 20 meter), maka air yang terdapat pada aquifer ini disebut air tanah

dangkal. Tinggi permukaan tanah bervariasi dan bergantung pada luas daerah

catchment, laju pemompaan dan permeabilitas akuifernya.

2) Akuifer Terkekang (Confined Aquifer); yaitu akuifer yang terletak antara dua

lapisan kedap air (impermeabel). Pada akuifer ini air tanah terletak di bawah

lapisan impermeabel dan mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir.

3) Akuifer Bocor (Leaky Aquifer); yaitu akuifer yang terletak di bawah lapisan

setengah kedap air (semi confining layer) antara akuifer bebas dengan akuifer

terkekang.

4) Akuifer Tumpang (Perched Aquifer); yaitu akuifer yang terdapat pada lapisan

aerasi dengan lapisan impermeabel yang berfungsi sebagai penahan air, sehingga

membentuk air tanah. Akuifer jenis ini tidak dapat digunakan sebagai usaha

pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan dan volume yang

(28)

Gambar 2.2. Jenis Akuifer (Todd, 1980)

Air tanah terbagi atas:

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal biasanya dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui

sumur-sumur dangkal.

b. Air tanah dalam

Pengambilan air tanah dalam haruslah menggunakan bor dan memasukkan pipa

kedalamnya hingga suatu kedalaman (100-300 m) akan didapatkan suatu

lapisan air (sumur artetis). Jika tekanan air besar maka air dapat keluar dan bila

perlu digunakan pompa. Kualitas dari air tanah dalam lebih berkualitas

(29)

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah

dan biasanya keluar dalam bentuk rembesan yaitu air keluar dari lereng-lereng

dan umbul yaitu air keluar dari suatu permukaan yang datar (Sutrisno dan

Suciastuti, 1987).

2.3. Sumur

Sumur merupakan bentuk upaya manusia untuk mendapatkan air bersih

dengan cara menyadap air tanah melalui lubang yang digali vertikal dari permukaan

hingga mencapai lapisan air tanah/akuifer. Air sumur merupakan air tanah yang

disadap melalui lubang yang digali vertikal dari permukaan hingga mencapai lapisan

air tanah/akuifer. Sumur resapan adalah merupakan sumur atau lubang pada

permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke

dalam tanah. Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur air minum. Sumur

resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur

air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian

berbeda kontruksi dan kedalaman di atas muka air tanah. Sumur air minum digali

lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah (Kusnaedi, 2000).

2.4. Pencemaran Air

Menurunnya kualitas air disebabkan oleh terjadinya pencemaran air. Menurut

(30)

Pengendalian Pencemaran Air, yang dimaksud dengan pencemaran airadalah masuk

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air

dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air oleh kegiatan manusia atau proses alam,

sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi

kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Status mutu air

adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik

pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku

mutu air yang ditetapkan. Baku mutu air adalah batas/kadar yang diperbolehkan bagi

zat atau bahan pencemar terdapat dalam air. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang

diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi cemar adalah

penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang

tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua

air sudah tercemar. Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang

terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu

mengandung bahan-bahan terlarut seperti carbondioxida, oksigen dan nitrogen serta

bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa

melalui atmosfer. Air permukaan, air sungai dan air sumur biasanya mengandung

bahan-bahan metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe dan lainnya. Pengelolaan

kualitas air adalah upaya pemeliharaan dan pengolahan air sehingga tercapai kualitas

air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap

(31)

Beberapa kualitas air yang perlu dikenal untuk kegunaan praktis sehari-hari

adalah antara lain:

1) Standar kualitas air minum (nasional maupun internasional).

2) Standar kualitas air untuk rekreasi atau tempat-tempat pemandian alam

(nasional maupun internasional).

3) Standar kualitas air yang dihubung-hubungkan dengan bahan buangan dari

industri (Waste Water Effluent).

4) Standar kualitas air sungai (stream standard), tersebut ini masih membedakan

macam-macam standar berdasarkan pertimbangan kegunaannya. Air sungai

yang digunakan sebagai media atau sumber hayati adalah berbeda bila

digunakan sebaliknya sebagai sumber baku PAM. Demikian pula, berbeda

bila sungai tersebut peranannya sengaja dikorbankan hanya sebagai tempat

penampungan dan pembuangan segala bahan buangan sehingga tidak lagi

dituntut persyaratan standar yang begitu tinggi seperti standar-standar lainnya

(Ryadi, 1984).

Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas

empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya, yaitu:

a. Padatan terendap (sedimen).

b. Padatan tersuspensi dan koloid.

c. Padatan terlarut.

(32)

Air dapat menimbulkan berbagai akibat gangguan kesehatan terhadap

sipemakai, ini disebabkan karena:

1) Adanya kemampuan dari air untuk melarutkan bahan-bahan padat,

mengabsorbsikan gas-gas dan bahan cair lainnya, sehingga semua air alam

mengandung mineral dan zat-zat lain dalam larutan yang diperolehnya dari

udara, tanah dan bukit-bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan dan zat-zat ini

dalam air pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan

kesehatan pada sipemakai.

2) Air sebagai faktor utama dalam penularan berbagai penyakit infeksi

bakteri-bakteri usus tertentu seperti typus, disentri dan kolera (Hadi dkk, 1979).

2.5. Ciri-ciri dan Mutu Air Minum

Air murni adalah zat-zat yang tidak mempunyai warna, rasa dan bau yang

terdiri dari hydrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air merupakan

suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling

alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan

demikian, air mengandung zat-zat terlarut. Di samping itu, akibat daur hidrologi, air

juga mengandung berbagai zat lainnya, termasuk gas. Zat ini sering disebut pencemar

yang terdapat dalam air (Linsley dan Franzin, 1995).

Ciri-ciri air yang terpolusi sangat bervariasi, tergantung dari jenis air dan

polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh air minum

(33)

sukar dideteksi, bau yang menyengat mungkin timbul pada pantai laut, sungai yang

terpolusi berat atau minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut

menunjukkan adanya polusi. Tanda-tanda polusi air yang berbeda ini disebabkan oleh

sumber dan jenis polutan yang berbeda-beda (Stoker and Seagar, 1972).

Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum dikatakan bahwa standar

persyaratan kualitas air minum perlu ditetapkan dengan pertimbangan:

1) Air minum yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting

dalam rangka pemeliharaan, perlindungan dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

2) Perlu mencegah adanya penyediaan dan atau pembagian air minum untuk

umum yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Shuval, 1980).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Men.Kes/Per./IX/1990

tentang air sumur sebagai air bersih persyaratan kualitas air minum meliputi

persyaratan bakteriologis, kimiawi, fisika dan radioaktif.

Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota melalui kegiatan, antara lain:

1) Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air

baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air minum

dalam kemasan.

2) Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau

di laboratorium.

(34)

Mengenai standar kualitas air minum dikenal beberapa standar kualitas air

minum baik yang bersifat nasional maupun internasional. Beberapa standar kualitas

air minum adalah:

1) Standar Kualitas Fisik Air Minum.

a. Suhu

Suhu dalam air akan mempengaruhi reaksi kimia, terutama jika suhu

tersebut sangat tinggi. Suhu akan mempengaruhi secara langsung toksisitas

bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Secara

umum kelarutan bahan padat dalam air akan meningkat dengan

meningkatnya suhu. Suhu yang normal di perairan adalah 25ºC (Goldman,

1983).

b. Warna

Warna dalam air umumnya didapat dari hasil penguraian daun-daunan,

tanah humus, kayu dan zat organik, di samping itu dapat juga disebabkan

oleh keberadaan besi (ferri humate). Warna dipengaruhi oleh banyaknya

zat padat terlarut dan padatan tersuspensi. Bahan yang dapat menyebabkan

warna adalah tanah liat, lumpur, bahan organik, serta partikel-partikel kecil

tersuspensi lainnya. Warna merupakan sifat air yang tidak membahayakan,

akan tetapi mempengaruhi segi estetika dari penerimaan masyarakat.

Tingkat pengolahan warna tergantung pada penyebab warna dan

(35)

c. Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna yang

berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi:

tanah liat, lumpur serta bahan-bahan organik lainnya, tetapi ia jadi tidak

disenangi karena rupanya dan mengurangi nilai estetika dari air tersebut

(Sawyer dan Mc. Carthy, 1989).

2). Standar Kualitas Kimia Air Minum

a. Derajat keasaman (pH)

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas

keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Dalam penyediaan air, pH

merupakan faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat

keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang

akan dilakukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh baik pada pH 6,0 -

8,0. World Health Organization menetapkan bahwa standar pH pada air

minum adalah 6,5 – 8,5 dan Depkes RI 6,5-8,5. Jika pH air lebih kecil dari

6,5 dan lebih besar dari 8,5 akan menyebabkan korosi pada pipa-pipa air

dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun

yang mengganggu kesehatan (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

b. Total Padatan Terlarut

Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan

(36)

menetapkan batas kadar maksimum total padatan terlarut sebesar 1000

mg/L dan Depkes RI menetapkan 1000 mg/L. Pengaruh yang menyangkut

aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum adalah

akan menimbulkan rasa yang tidak enak pada lidah (Sutrisno dan

Suciastuti, 1987).

c. Unsur Besi (Fe)

Unsur besi merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme

tubuh. Setiap hari tubuh memerlukan unsur besi 7-35 mg. Depkes RI

menetapkan kadar maksimum unsur besi terdapat dalam air minum adalah

0,3 mg/L. Apabila konsentrasi unsur ini melebihi ± 2 mg/L akan

menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna

putih. Dan unsur ini juga dapat menimbulkan bau dan warna pada air

minum dan warna koloid pada air. Selain itu dapat menyebabkan warna air

menjadi kemerah-merahan dan membentuk endapan pada pipa-pipa air

(Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

d. Chlorida (Cl)

Konsentrasi 250 mg/L unsur ini dalam air merupakan batas maksimal

konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. U.S. Public

Health Service menetapkan batas kadar klorida dalam air minum adalah

250 mg/L. Depkes RI menetapkan 250 mg/L sebagai kadar maksimum

(37)

dapat mengakibatkan rasa asin pada air dan menyebabkan korosi pada

pipa-pipa saluran air (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

e. Chromium (Cr)

Chromium dalam tubuh dapat bersifat karsiogenik pada saluran pernafasan

dan dapat menyebabkan kanker kulit. Menurut standar kualitas air minum

yang ditetapkan oleh Depkes RI kadar Chromium dalam air minum adalah

0,05 mg/L sedangkan menurut U.S. Public Health Service maupun standar

WHO Internasional adalah 0,05 mg/L (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).

3). Standar Kualitas Biologis (Bakteriologis) Air Minum

Adanya organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya

pencemaran air. Mengingat tidak mungkin mengidentifikasi berbagai

organisasi pathogen berada di perairan, maka pengukurannya menggunakan

bakteri coli sebagai indikator organisme.

Bakteri coli adalah organisme yang biasa hidup di dalam pencernaan manusia

atau hewan yang berdarah panas. Bakteri dipakai sebagai indikator organisme

karena mudah ditemukan dengan cara yang sederhana, tidak berbahaya, sulit

hidup lebih lama daripada patogen lainnya (Suriawiria, 1993).

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (pathogen)

sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli

melebihi batas-batas yang ditentukan yaitu 1 Coli/ 100 ml air. Oleh karena

itu, sebelum air konsumsi diminum sebaiknya dimasak terlebih dahulu

(38)

Standarisasi bakteriologis air ditentukan dengan perkiraan Terdekat Jumlah

Kuman Golongan Koli dalam setiap 100 cc contoh air, yaitu yang disebut

dengan istilah Most Probable Number of Coliform Organisme (M.P.N).

2.6. Bahan-bahan Penjernih Air

Pada pengolahan penjernihan air yang digunakan untuk mengurangi

pengotoran bahan organik, mengurangi kadar/konsentrasi bahan-bahan metal terlarut,

partikel tercampur termasuk benda yang tidak dapat diuraikan (nonbiodegradable)

ataupun gabungan antara bau, warna dan rasa. Banyak bahan-bahan penjernih air

dengan bentuk padat digunakan sebagai bahan penyerap. Adapun bahan yang sering

digunakan adalah:

1) Zeolit

2) Arang aktif (Karbon aktif) (Mara dan Cairncross, 1994).

Penggunaan air tanah untuk air bersih yang layak diminum masih menghadapi

kendala terutama di daerah dataran rendah disebabkan oleh adanya kadar besi (Fe).

Untuk menghilangkan kadar Fe digunakan zeolit, di mana zeolit dapat mengadsorbsi

kadar Fe (Hardjono dkk, 2001).

Proses adsorbsi dalam penggunaan zeolit terjadi akibat tumbukan antara

partikel-partikel tersuspensi dengan butiran zeolit. Proses adsorbsi yang lebih penting

terjadi sebagai hasil daya tarik-menarik elektrostatis, yaitu antara partikel-partikel

yang mempunyai muatan listrik berlawanan. Zeolit yang bersih mempunyai muatan

(39)

positip dalam bentuk koloid (seperti flok karbonat, besi dan aluminium) (Hardjono

dkk, 2001).

Zeolit adalah mineral alam yang ditemukan di daerah sekitar gunung berapi,

mula jadi zeolit ditemukan dalam batuan berbutir halus (tuf) yang terbentuk dari hasil

sedimentasi, debu volkanik yang telah mengalami proses alterasi. Mineral alam zeolit

biasanya masih tercampur dengan mineral lainnya seperti kalsit dan kuarsa atau

mengendap pada daerah sumber air panas (Las, 2000).

Zeolit ini sering digunakan untuk mengurangi kadar/konsentrasi bahan-bahan

metal terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Zeolit ini biasanya ditulis dengan reaksi

kimia oksida atau berdasarkan sel kristal M2Oal2O3SiO2. Sifat umum zeolit antara

lain mempunyai susunan kristal yang agak lunak, berat jenis 2 - 2,4, berstruktur tiga

dimensi serta mempunyai pori-pori yang dapat diisi oleh molekul air. Zeolit ini

biasanya berwarna kebiruan-kehijauan, putih dan coklat (Sugiharto, 1987).

Arang aktif (Carbon Aktif) adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu

tinggi sehingga pori-porinya lebih terbuka dapat digunakan sebagai bahan absorben,

mempunyai daya serap/absorbsi yang tinggi terhadap bahan yang terbentuk larutan

atau uap, bahan koloid organik (termasuk bakteri). Arang aktip dapat dibuat dari

bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik, tetapi yang biasa

beredar di pasaran berasal dari tempurung kelapa, kayu dan batubara (Pari, 1999).

Pengolahan air bersih dengan menggunakan arang aktif (carbon aktif)

biasanya digunakan sebagai proses kelanjutan dari pengolahan secara fisis yaitu

(40)

benda-benda organik terlarut yang ada. Proses ini biasanya digunakan untuk

melengkapi proses pengolahan secara biologis (Gordon et al, 1968).

Penggunaan zeolit dan arang aktip merupakan salah satu proses pengolahan

air yang paling efektif, murah dan sederhana. Disebut efektif karena hanya dengan

satu macam pengolahan saja dapat dihasilkan pemisahan atau pengurangan kekeruhan

air sampai tingkat yang dapat ditoleransi untuk air minum, penurunan kadar warna

dan konsentrasi bakteri yang cukup tinggi karena dengan jumlah zeolit yang banyak

maka peluang berkurangnya kandungan zat organik dan besi semakin besar. Murah

karena pada dasarnya dalam proses tersebut tidak memerlukan energi dan bahan

kimia, serta pembangunan sistem prosesnya tidak memerlukan biaya yang besar.

Sederhana karena operasinya tidak memerlukan tenaga khusus yang terdidik dan

terampil. Oleh karena cara ini sangat efektif digunakan di negara-negara berkembang

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekitar lokasi sumur suatu perusahaan swasta

di daerah Kelurahan Kesawan – Medan (Gambar Lokasi: Lampiran 16). Sampel air

sumur sebelum proses penjernihan dan sampel air sumur hasil proses penjernihan

melalui alat penjernih dengan kombinasi perlakuan tersebut (variasi komposisi massa

zeolit dan arang aktip serta variasi kecepatan aliran air) diperiksakan/diteliti

di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2009 sampai dengan bulan

Desember 2009.

3.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a). Air sumur

b). Zeolit (uk. 1 s/d 2 mm)

c). Arang aktif (uk. 1 s/d 2 mm)

d). Larutan suspensi induk kekeruhan 400 NTU

e). Larutan HNO3 pekat

f). Larutan CaCO3

(42)

3.3. Alat-alat yang Digunakan

3.3.1. Alat Penjernih Penelitian

Alat Penjernih untuk penelitian ini dengan rincian sebagai berikut:

a). Paralon PVC 4” (80 cm)

b). Paralon PVC 4” yang dikecilkan menjadi D = 10 cm (tinggi = 10 cm)

c). DOP PVC 4” (Tutup atas)

d). DOP PVC 4” (Tutup bawah), untuk pembersihan dilengkapi dengan: Nipel drat luar ¾ ”

Tutup Nipel drat dalam ¾” Mur ¾ ” dan Ring karet

e). Screen diameter lobang ± 1 mm (kasa nyamuk stainless) f). Screen diameter lobang ± 1 cm (plat besi tebal 1 mm) g). Untuk saluran air masuk (Inlet) : - Nipel drat luar ½ ”

- Mur pengikat nipel ½ ” dan ring karet - Socket double drat dalam ½ ”

- Floksok drat luar ½ ” dan gerigi selang h). Untuk saluran air keluar (Outlet) : - Nipel drat luar ½ ”

- Mur pengikat nipel ½ ” dan Ring karet - Socket double drat dalam ½ ”

(43)
(44)

3.3.2. Alat-alat untuk Analisa

a) Turbidimetri yang telah dikalibrasi

b) Tabung Nester

c) Saringan Membran berpori 0,45 µm

d) Gelas Piala 100 mL

e) Kaca Arloji

f) Labu ukur 50 mL

g) Pipet ukuran 2, 4, 6, 8 dan 10 mL

h) Spektrofotometri

i) Botol Winkler

j) Lemari pendingin

k) Tabung 10 mL DS

l) Tabung 10 mL SS

3.4. Model Rancangan dan Pengambilan Sampel Air

Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) Faktorial, yang terdiri dari kombinasi 2 (dua) faktor perlakuan dan

setiap faktor terdiri dari 3 (tiga) taraf perlakuan dengan ulangan 3 (tiga) kali:

1. Jumlah Zeolit dan Arang aktif dengan perbandingan

Zeolit : Arang aktif : Zeolit = 1/3 : 1/3 : 1/3

dan dengan 3 taraf perlakuan kecepatan aliran air masuk (V1,V2 dan V3)

(45)

a. Pada kecepatan aliran 1  V1 = 0,020 liter/detik

20 cm Z : 20 cm Aa : 20 cm Z =

(2,2 kg Z) : (2,5 kg Aa) : (2,2 kg Z)

Volume kolom 20 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2. 20 = 1899,7 cm 3

b. Pada kecepatan aliran 2  V2 = 0,017 liter/detik

20 cm Z : 20 cm Aa : 20 cm Z =

(2,2 kg Z) : (2,5 kg Aa) : (2,2 kg Z)

Volume kolom 20 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2. 20 = 1899,7 cm 3

c. Pada kecepatan aliran 3 V3 = 0,014 liter/detik

20 cm Z : 20 cm Aa : 20 cm Z =

(2,2 kg Z) : (2,5 kg Aa) : (2,2 kg Z)

Volume kolom 20 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2. 20 = 1899,7 cm 3

2. Jumlah Zeolit dan Arang aktif dengan perbandingan

Arang aktif : Zeolit : Arang aktif = 1/3 : 1/3 : 1/3

dan dengan 3 taraf perlakuan kecepatan aliran air masuk (V1,V2 dan V3)

dari tanki air sumur ke alat penjernih.

a. Pada kecepatan aliran 1 V1 = 0,020 liter/detik

20 cm Aa : 20 cm Z : 20 cm Aa =

(2,5 kg Aa) : (2,2 kg Z) : (2,5 kg Aa)

Volume kolom 20 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2 . 20 = 1899,7 cm 3

b. Pada kecepatan aliran 2 V2 = 0,017 liter/detik

(46)

(2,5 kg Aa) : (2,2 kg Z) : (2,5 kg Aa)

Volume kolom 20 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2 . 20 = 1899,7 cm 3

c. Pada kecepatan aliran 3  V3 = 0,014 liter/detik

20 cm Aa : 20 cm Z : 20 cm Aa =

(2,5 kg Aa) : (2,2 kg Z) : (2,5 kg Aa)

Volume kolom 20 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2 . 20 = 1899,7 cm 3

3. Jumlah Zeolit dan Arang aktif dengan perbandingan

Zeolit : Arang aktif = 1/2 : 1/2

dan dengan 3 taraf perlakuan kecepatan aliran air masuk (V1,V2 dan V3)

dari tanki air sumur ke alat penjernih.

a. Pada kecepatan aliran 1  V1 = 0,020 liter/detik

30 cm Z : 30 cm Aa = ( 3,33 kg Z) : ( 3,75 kg Aa)

Volume kolom 30 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2. 30 = 2849,55 cm 3

b. Pada kecepatan aliran 2  V2 = 0,017 liter/detik

30 cm Z : 30 cm Aa = ( 3,33 kg Z) : ( 3,75 kg Aa)

Volume kolom 30 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2. 30 = 2849,55 cm 3

c. Pada kecepatan aliran 3 V3 = 0,014 liter/detik

30 cm Z : 30 cm Aa = ( 3,33 kg Z) : ( 3,75 kg Aa)

Volume kolom 30 cm = ð. R 2. t = 3,14 (5,5)2. 30 = 2849,55 cm 3

Pengambilan sampel air dilakukan setelah air benar-benar jernih keluar dari

alat penjernih tersebut dan dilakukan dengan alat pengambil contoh air dan sampel air

(47)

yang diambil, terbagi ke dalam dua botol sampel yang dipergunakan untuk keperluan

pengamatan parameter-parameter di laboratorium.

Parameter-parameter yang diamati:

1). Standar Fisis, yaitu : Kekeruhan

2). Standar Kimia, yaitu : Unsur Besi (Fe)

3). Standar Biologis, yaitu : TotalColiform

(Standar Nasional Indonesia, 1991)

Analisis pemeriksaan parameter-parameter percobaan tersebut di atas

dilakukan di UPT Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Prov. SU.

Hasil pemeriksaan laboratorium ini dibandingkan dengan Standar Mutu Air

Sumur sebagai Air Bersih (Permenkes R.I No. 416/Men.Kes/Per./IX/1990).

3.5. Model Analisa Pengujian Penelitian

Y

ijk

= µ +

á

ijk

+

â

ijk

+ (

áâ

)

ijk

+

å

ijk

Di mana:

Yijk = Pengamatan pada unit percobaan yang mendapat kombinasi perlakuan

massa zeolit dan arang aktip serta kecepatan aliran air.

µ = Efek nilai tengah

áijk = Efek perlakuan massa zeolit dan arang aktip

(48)

(áâ)ijk = Efek kombinasi faktor perlakuan massa zeolit dan arang aktip serta

kecepatan aliran air

åijk = Efek galat faktor perlakuan massa zeolit dan arang aktip serta kecepatan

aliran air

3.6. Persiapan Penelitian

Setelah desain komponen alat penjernihan air selesai dirancang dan disiapkan

maka penelitian dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1) Tanki diisi dengan air dengan cara pemompaan air dari media ember bawah.

2) Zeolit dan arang aktif disiapkan dan dicuci hingga bersih.

3) Lubang pemasukan dan pengeluaran media dibuka.

4) Zeolit dan arang aktif dimasukkan melalui lubang pemasukan media sesuai

dengan perbandingan kapasitas, formasi dan batas-batas yang ditentukan

5) Lubang pemasukan media ditutup dengan penutup (dop) dan lubang control

(bagian bawah) juga ditutup dan air dari tangki siap untuk dialirkan ke alat

penjernih.

6) Tangki air dihubungkan dengan alat penjernih melalui selang. Selang

dimasukkan ke floksok ½”bagian atas (saluran permukaan air).

7) Saluran pengeluaran air (kran) alat penjernih dihubungkan dengan selang.

Dari sambungan ini, dihubungkan dengan wadah penampung air (Gambar:

(49)

8) Air ditest dan diuji mengalir melalui alat penjernih selama ± seminggu untuk menetralisir karena air masih berwarna keruh (berwarna hitam akibat arang

aktif dan keputih-putihan akibat zeolit).

3.7. Pengamatan Parameter

A. Standar Fisis

Cara pemeriksaan kekeruhan dapat dilakukan dengan metode Turbidimetri.

Dengan prinsip membandingkan intensitas cahaya yang dibiaskan oleh suatu

contoh dengan intensitas cahaya yang dibiaskan oleh baku suspensi tertentu

dalam kondisi yang sama. Adapun prosedur kerja dalam pemeriksaan

kekeruhan air adalah:

1) Turbidimetri dikalibrasi berdasarkan petunjuk penggunaan alat yang

dikeluarkan pabriknya.

2) Disiapkan sampel air yang akan diperiksa kedalam tabung nester sebanyak

50 mL.

3) Apabila kekeruhan lebih rendah dari 40 NTU, maka sampel diberi larutan

suspensi induk kekeruhan 400 NTU dan dibiarkan hingga gelembung

udara hilang. Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung

pada Nephelometer, skala kekeruhan dibaca secara langsung dari alat dan

kekeruhannya dapat dihitung dari kurva kalibrasi.

4) Tetapi, apabila kekeruhan lebih besar dari 40 NTU maka harus dilakukan

(50)

B. Standar Kimia.

Analisa kadar besi didapatkan dengan menggunakan metode Spektrofotometri

pada panjang gelombang 248,3 nm. Besi terlarut adalah unsur besi dalam air

yang dapat lolos melalui saringan membran berpori 0,45 µm.

Adapun prosedur pengujian kadar besi dalam air adalah:

1) Disiapkan 100 ml sampel air yang akan diuji, lalu disaring secara duplo

dengan saringan membran berpori 0,45 µm.

2) Sampel uji dimasukkan kedalam tabung reaksi 50 mL dikocok lalu

dimasukkan ke gelas piala 100 mL.

3) Ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan dipanaskan dengan perlahan-lahan

sampai sisa volumenya 15-20 mL.

4) Ditambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat, kemudian ditutup gelas piala dengan

kaca arloji dan dipanaskan lagi.

5) Penambahan asam dan pemanasan dilanjutkan sampai semua logam larut,

yang terlihat dari warna endapan dalam sampel uji menjadi agak putih

atau jernih.

6) Kemudian ditambahkan lagi 2 mL HNO3 pekat dan dipanaskan kira-kira

10 menit kemudian kaca arloji dibilas dan air bilasannya dimasukkan ke

dalam gelas piala.

7) Dipindahkan sampel uji masing-masing kedalam labu ukur 50 mL yang

telah berisi 12,5 mL larutan CaCO3 dan ditambahkan air suling sampai

(51)

8) Dimasukkan larutan logam Fe 1,0 gr kedalam labu ukur 100 mL dan

ditambahkan air suling sampai pada 50 mL.

9) Dimasukkan dengan pipet 2, 4, 6, 8 dan 10 mL larutan induk besi

masing-masing ke dalam labu ukur 1000 mL dan tambahkan air suling sehingga

diperoleh kadar besi 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/L.

10)Larutan baku tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi secara duplo

sebanyak 20 mL.

11)Setiap sampel diisapkan satu persatu ke dalam alat SSA melalui pipa

kapiler.

12)Kemudian dicatat serapan masuknya, lalu untuk mendapatkan kadar besi

digunakan kurva kalibrasi.

C. Standar Biologis (Bakteriologis)

1) Sampel air minum dimasukkan ke wadah steril (botol winkler) dan

disimpan di lemari pendingin.

2) Disiapkan 5 tabung berisi 10 mL media LB double strength (DS) dan 10

tabung berissi 10 mL media LB single strength (SS), di dalam tiap-tiap

tabung terdapat tabung Durham.

3) Dimasukkan 10 mL sampel ke dalam masing-masing 5 tabung DS (seri I),

ke dalam 5 tabung SS (seri II) dan 0,1 mL ke dalam 5 tabung SS (seri III).

4) Diinokulasikan 1 mL sampel dari pengenceran 10-6 ke dalam petri, diikuti

dengan dituangkannya media EMB. Media dalam petri dihomogenkan

(52)

5) Lalu sampel tersebut diinkubasikan selama 48 jam dengan suhu 37º C dan

setelah masa inkubasi diperhatikan ada tidaknya gas yang terbentuk pada

tabung durham sebagai uji positip.

6) Lalu dihitung jumlah koloni yang terbentuk (Standar Nasional Indonesia,

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kualitas Sumber Air

Kualitas kandungan unsur-unsur yang terdapat dalam air sumur sebelum

proses penjernihan dicantumkan pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Parameter Air Sebelum Dijernihkan

Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Lingkungan BLHSU, Desember 2009

Dari hasil di atas maka dapat dilihat bahwa unsur-unsur yang terdapat pada

sampel air sumur yang melebihi standar mutu air minum adalah: Kekeruhan dan

Total Coliform sedangkan unsur besi masih di bawah standar air bersih.

4.2. Pelaksanaan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian laju kecepatan aliran air masuk dari tanki air

sumur dan laju kecepatan aliran air keluar dari alat penjernih adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Zeolit dan Arang aktif dengan perbandingan

(54)

a. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur  V1 = 0,020

liter/det maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air

keluar dari alat penjernih  V1k = 0,016 liter/detik.

b. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur V2 = 0,017

liter/det maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air

keluar dari alat penjernih  V2k = 0,013 liter/detik.

c. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur V3 = 0,014 liter/det

maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air keluar

dari alat penjernih V3k = 0,011 liter/detik.

2. Jumlah Zeolit dan Arang aktif dengan perbandingan

Arang aktif : Zeolit : Arang aktif = 1/3 : 1/3 : 1/3 (Gambar: Lampiran 16)

a. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumurV1 = 0,020 liter/det

maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air keluar

dari alat penjernih  V1k = 0,017 liter/detik.

b. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur  V2 = 0,017

liter/det maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air

keluar dari alat penjernih V2k = 0,0145 liter/detik.

c. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur V3 = 0,014 liter/

det maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air keluar

dari alat penjernih  V3k = 0,012 liter/detik.

3. Jumlah Zeolit dan Arang aktif dengan perbandingan

(55)

a. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur  V1= 0,020

liter/det maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air

keluar dari alat penjernih  V1k = 0,0165 liter/detik.

b. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur V2 = 0,017 liter/det

maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air keluar

dari alat penjernih  V2k = 0,014 liter/detik.

c. Pada kecepatan aliran air masuk dari tanki air sumur  V3 = 0,014

liter/det maka didapat dalam pelaksanaan penelitian, kecepatan aliran air

keluar dari alat penjernih V3k = 0,0115 liter/detik.

Pada saat pengambilan sampel, laju aliran keluaran air pada alat penjernih

haruslah konstan. Hal ini sangat berpengaruh karena dengan kran buka air yang besar

maka akan menghasilkan hasil yang tidak baik dan dapat mengakibatkan kerusakan

pada alat.

4.3. Kualitas Air Sumur Sesudah Perlakuan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 1, diperoleh

bahwa perbedaan jumlah zeolit, arang aktip dan kecepatan aliran memberikan

pengaruh terhadap kualitas kekeruhan, unsur besi dan total coliform pada air sumur

yang dijernihkan.

4.3.1. Kekeruhan

Kualitas kandungan kekeruhan yang terdapat dalam air sumur setelah proses

(56)

Tabel 4.2. Rata-rata Hasil Penelitian Kekeruhan (NTU) pada Perlakuan

No

Kecepatan Aliran

(V)

Hasil Analisa Kekeruhan (NTU) Standar Air Bersih

Keterangan: Z = Zeolit, Aa = Arang aktip, V = Kecepatan aliran air masuk dari tanki air ke alat penjernih.

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa unsur-unsur yang terdapat pada

sampel air sumur sudah dapat diturunkan kekeruhannya hingga memenuhi standar air

bersih dan ada yang nilai kualitas kekeruhannya di bawah standar mutu air bersih.

Dari Tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat dilihat bahwa pada perbedaan zeolit dan

arang aktip yang efektif pada perlakuan 1/3Z : 1/3Aa : 1/3Z dengan kecepatan aliran

0,017 liter/detik. Penurunan kekeruhan air sumur mencapai 97,4% yaitu dari 45,7

menjadi 1,20 NTU. Kemungkinan konsentrasi kekeruhan yang ada dalam air sumur

berasal dari air sumur sendiri ditambah kurang dalamnya sumur tersebut (± 7 m) dan

meresapnya air dari saluran air kotor yang kurang baik di sekitar lokasi air sumur.

4.3.1.1. Analisis pengamatan kekeruhan (NTU) air sumur

Pengamatan kekeruhan (NTU) air sumur dengan kombinasi perlakuan setelah

proses penjernihan dicantumkan pada Lampiran 2, yang datanya sebagai berikut:

yaitu Tabel 2.1 Data pengamatan kekeruhan air sumur, Tabel 2.2 Data Pengamatan

kekeruhan air menurut kombinasi massa zeolit dan arang aktip (M) serta kecepatan

aliran air (V) dan Tabel 2.3 Hasil analisa sidik ragam pengaruh utama dan interaksi

(57)

Pada Lampiran 2, Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa Total

kekeruhan MV (TMV) adalah 190,19 dan Rataan kekeruhan MV (YMV) adalah 7,04.

Pada Lampiran 2, Tabel 2.3 pada sumber keragaman Kombinasi MV dapat

dilihat bahwa FHitung >> FTabel dimana FHitung adalah sebesar 3827,94 sedangkan FTabel

5% adalah 2,59 dan FTabel 1% adalah 3,89, pada sumber keragaman Massa zeolit dan

arang aktip (M) dapat dilihat bahwa FHitung >> FTabel di mana FHitung adalah sebesar

13317,44 sedangkan FTabel 5% adalah 3,63 dan FTabel 1% adalah 6,22, pada sumber

keragaman Kecepatan aliran (V) dapat dilihat bahwa FHitung >> FTabel di mana FHitung

adalah sebesar 251,68 sedangkan FTabel 5% adalah 3,63 dan FTabel 1% adalah 6,22,

pada sumber keragaman Interaksi dapat dilihat bahwa FHitung >> FTabel di mana FHitung

adalah sebesar 871,3 sedangkan FTabel 5% adalah 3,01 dan FTabel 1% adalah 4,77.

sedangkan koefisien keragamannya adalah 2,19%.

Kesimpulan Uji F:

Dari data Lampiran 2 (Tabel 2.1, Tabel 2.2 dan Tabel 2.3) dan uraian di atas dapat

dilihat bahwa semua faktor utama dan interaksi massa zeolit dan arang aktip (M) serta

kecepatan aliran air (V) berpengaruh sangat nyata (FHitung >> FTabel) terhadap

kekeruhan (NTU) air sumur, sehingga Hipotesa diterima pada taraf uji 5% dan 1%.

4.3.2. Unsur Besi (Fe)

Kualitas kandungan unsur besi yang terdapat dalam air sumur setelah proses

(58)

Tabel 4.3. Rata-rata Hasil Penelitian Unsur Besi (mg/L) pada Perlakuan

No. Kecepatan Aliran

(V)

Hasil Analisa Unsur Besi (mg/L) Standar Air Bersih

Keterangan: Z = Zeolit, Aa = Arang aktip, V = Kecepatan aliran air masuk dari tanki air ke alat penjernih.

Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa unsur besi yang terdapat pada

sampel air sumur sudah dapat diturunkan nilai kualitas unsur besinya hingga

memenuhi standar air bersih.

Dari Tabel 4.1 dan 4.3 di atas dapat dilihat bahwa penurunan konsentrasi besi

air sumur pada penelitian ini mencapai 68,7% yaitu dari 0,064 mg/L menjadi 0,020

mg/L pada perlakuan 1/3Z : 1/3Aa:1/3Z dengan kecepatan aliran 0,014 liter/detik.

Kemungkinan konsentrasi besi (Fe) yang ada dalam air sumur berasal dari air sumur

sendiri ditambah adanya kotoran unsur besi dari kegiatan doorsmeer, bengkel honda

dan percetakan yang ada di sekitar lokasi air sumur.

4.3.2.1. Analisis pengamatan unsur besi (mg/L) air sumur

Pengamatan unsur besi (mg/L) air sumur dengan kombinasi perlakuan setelah

proses penjernihan dicantumkan pada Lampiran 3, yang datanya sebagai berikut:

yaitu Tabel 3.1 Data pengamatan unsur besi air sumur, Tabel 3.2 Data Pengamatan

unsur besi air menurut kombinasi massa zeolit dan arang aktip (M) serta kecepatan

aliran air (V) dan Tabel 3.3 Hasil analisa sidik ragam pengaruh utama dan interaksi

Gambar

Gambar 1.1. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi (Chow et al, 1988)
Gambar 2.2. Jenis Akuifer (Todd, 1980)
Tabel 4.1. Parameter Air Sebelum Dijernihkan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Setelah memaparkan faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah terhadap anak kandung atau dengan kata lain kejahatan

Pada perhitungan optimasi, tekanan optimum separator adalah sebesar 10.2 bar menghasilkan daya output turbin maksimal sebesar 131.54 MW dan efisiensi

Pada kasus pernikahan melalui telepon, terpisahnya pihak-pihak yang melakukan akadakan menyebabkan ketimpangan dalam persaksian.Beberapa ulama fikih seperti Hanafiyah berpendapat

Kajian mendapati, 1 batang pokok herba misai kucing ( Orthosiphon stamineus ) yang mempunyai 11 dahan mengandungi 187 helai daun menghasilkan kadar purata transpirasi sebanyak

a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan untuk perbaikan manajeman selanjutnya. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum

Pada kelima tindak tutur tersebut, terdapat beberapa kata yang memiliki daya ilokusi yang digunakan Presiden Joko Widodo untuk mengidentifikasi diri sebagai bagian/sama

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan upaya yang sudah dilakukan oleh pihak RUTAN dalam meningkatkan harapan hidup warga

Penulis sebelum melakukan sebuah penelitian telah melakukan observasi pada subjek yang diteliti, dan telah melakukan proses wawancara ke beberapa sampel dan juga