• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Hakekat Efikasi Diri

5. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi

Menurut Bandura (dalam Suroso dan Hadi, 2014) karakteristik individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi dan percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki. Ciri lainnya adalah remaja tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru juga termasuk ciri individu dengan efikasi tinggi.

Selain itu menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya.

Dewi (dalam Suroso dan Hadi, 2014), menyimpulkan pendapat-pendapat diatas, bahwa orang yang mempunyai efikasi diri tinggi memiliki ciri-ciri yang selanjutnya dapat dijadikan indikator efikasi diri sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan diri.

b. Memiliki keyakinan diri (kepercayaan diri).

c. Memiliki kemampuan diri dalam situasi yang berbeda.

Bandura (dalam Widodo, 2007) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki efikasi diri tinggi dan rendah seperti dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi dan Rendah

Efikasi Diri Tinggi Efikasi Diri Rendah

Mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai

tantangan untuk dimenangkan Menjauhi tugas-tugas yang sulit Menyusun tujuan-tujuan yang menantang

dan memelihara komitmen Berhenti dengan cepat jika menemui kesulitan

Mempunyai usaha yang tinggi/gigih Memiliki cita-cita yang rendah dan komitmen buruk untuk tujuan yang dipilihnya

Berfikir strategis Berfokus pada kegagalan

Berfikir bahwa kegagalan yang dialami disebabkan karena usaha yang tidak

cukup sehingga diperlukan usaha yang tinggi dalam menghadapi kesulitan

Cepat memperbaiki keadaan setelah

mengalami kegagalan Mengurangi usaha karena lambat

memperbaiki keadaan dari kegagalan yang dialami

Yakin akan berhasil sehingga dapat mengontrol stress saat tujuan belum tercapai (mengurangi stress)

Berfokus pada perasaan sehingga cenderung mudah mengalami stress dan depresi (mudah stress dan depresi) 6. Efikasi Diri dan Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Kay (dalam Jahja, 2011) masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam siklus perkembangan individu dibandingkan dengan masa perkembangan yang lainnya. Masa remaja dapat dengan mudah dilewati oleh beberapa individu dan berdampak yang positif bagi dirinya, namun bagi sebagian orang tidak dapat melewatinya dengan baik dan mendapat dampak yang kurang baik juga bagi dirinya. Kesulitan seperti itu mempengaruhi perkembangan bagi dirinya, termasuk rendahnya efikasi diri.

Efikasi diri yang rendah terjadi karena kurang mampu menerima dirinnya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, serta kurang mampu menerima keadaan fisiknya. Maka dari itu, efikasi diri yang ideal sangat diperlukan bagi remaja, karena efikasi diri merupakan penilaian diri terhadap kemampuan diri manusia untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. Sedangkan di masa remaja adalah masa transisi menuju kedewasaan, tempat dan waktu di mana remaja akan aktif mencari jati diri, melakukan kegiatan apapun yang mereka sukai dan inginkan, mencari model, berkembangnya semua organ tubuh menuju kematangan

dan melaksanakan tindakan apapun itu memerlukan efikasi diri yang ideal.

7. Usaha yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Efikasi Diri

Hidayat (2011) mengemukakan bahwa efikasi diri dibangun dengan cara menafsirkan informasi terutama dari empat sumber.

a. Sumber yang paling berpengaruh adalah hasil tafsiran seseorang akan kinerja sebelumnya. Apabila seseorang terlibat dalam sebuah tugas atau pekerja, maka dia akan menilai hasil pekerjaannya. Hasil penilaian ini akan digunakan untuk mengembangkan keyakinan atas kemampuan untuk menghadapi tugas atau pekerjaan selanjutnya.

Penilaian akan keberhasilan akan semakin meningkatkan efikasi diri, sedangkan apabila gagal akan belajar dari kegagalan tersebut dan akan terus bangkit dan berusaha lebih keras.

b. Melalui pengamatan terhadap tugas-tugas yang dilakukan orang lain.

Sumber informasi ini lebih lemah dibandingkan dengan pengalaman langsung, tetapi untuk orang yang merasa yakin mengenai kemampuan sendiri atau pengalaman sangat terbatas, mereka lebih peka terhadap informasi tersebut. Dampak dari pemodelan menjadi sangat relevan dalam konteks ini.

c. Individu juga dapat menciptakan dan mengembangkan efikasi diri sebagai hasil dari keyakinan sosial yang mereka terima dari orang lain. Persuasi memainkan peranan penting dalam pengembangan kepercayaan diri individu. Persuasi yang efektif akan menumbuhkan

kepercayaan seseorang dalam mengembangkan kemampuan mereka.

Pada saat yang sama, akan memastikan bahwa visi keberhasilan dapat dicapai. Keyakinan positif akan mendorong dan membangkitkan efikasi diri, sebaliknya keyakinan negatif akan melemahkan efikasi diri.

d. Kondisi fisik dan psikologi. Individu akan menjadikan informasi sebagai dasar atas kondisi fisiologis untuk menilai kemampuannya.

Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan akan dipandang individu sebagai suatu tanda ketidak mampuan karena hal itu dapat melemahkan prestasi kerja individu. Efikasi diri individu bukan sekedar prediksi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh individu di masa yang akan datang. Keyakinan individu akan kemampuannya merupakan determinan tentang bagaimana individu bertindak, pola pemikiran, dan reaksi emosional yang dialami dalam situasi tertentu.

C. Bimbingan Pribadi-Sosial 1. Pengertian Bimbingan

Menurut Moegiadi (Winkel dan Hastuti, 2006), bimbingan dapat berarti (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara pemberian bantuan untu memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala sesuatu yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya;

(3) sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun

rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal:

memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

Surya (1988, dalam Sukardi dan Kusmawati, 2008) menegaskan bimbingan juga merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus yang sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diridalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Natawidjaja (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) menegaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat memberikan sumbangan yang berarti.

2. Pengertian Bimbingan Pribadi

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 118) bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur

diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Yusuf (2009, dalam Sinaga, 2017) mendefinisikan bimbingan pribadi-sosial sebagai proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembbangkan pemahaman dan ketrampilan berinteraksi sosial, serta memcahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya.

Bimbingan pribadi sosial meliputi:

a. Pemahaman tentang keragaman suku dan budaya.

b. Sikap-sikap sosial (empati, altruis, toleransi, dan kooperatif).

c. Kemampuan berhubungan sosial secara positif.

3. Tujuan Layanan Bimbingan

Menurut Sinaga (2017) bimbingan pribadi-sosial bertujuan untuk membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya dalam hal sebagai berikut:

a. Bersikap respek (menghargai dan menghormati) terhadap orang lain.

b. Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas, peran hidup dalam bersosialisasi.

c. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship).

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal.

e. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri (adjusment).

Secara spesifik tujuan bimbingan yang terkait dengan pribadi-sosial adalah agar siswa:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleran terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati, memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang berkaitan dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggun jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesame manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

k. Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara efektif.

4. Fungsi-Fungsi Layanan Bimbingan

Menurut Nurishan (2006, dalam Sinaga, 2017) fungsi layanan bimbingan minimal ada tiga, yaitu:

a. Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam pengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.

b. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memiliki dan menetapkan penguasaan karir dan jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

c. Fungsi adaptasi yaitu fungsi bimbingan untuk membantu individu menemukan adaptasi dan pengembangan diri secara optimal

5. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan

Bentuk-bentuk bimbingan berarti menunjukkan jumlah orang yang akan mendapatkan layanan bimbingan dan metode yang digunakan.

Ada 2 bentuk layanan bimbingan, yaitu layanan langsung dan tidak langsung. Layanan langsung yaitu; konseling individual, konseling kelompok, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, bimbingan kelas

besar, konsultasi, kolaborasi, alih tangan kasus, kunjungan rumah, advokasi, konferensi kasus, dan peminatan. Layanan melalui media yaitu;

menggunakan papan bimbingan, kotak masalah, leaflet, dan pengembangan media bimbingan dan konseling.

6. Proses Penyusunan Topik-Topik Bimbingan

Penyusunan program bimbingan dan konseling umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan dan penilaian kegiatan (Winkel dan Hastuti, 2006).

a. Identinfikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang sesuai (match) kebutuhan konseli seperti: Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization needs) seperti pengembangan potensi diri. Kebutuhan harga diri (esteem needs) seperti status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan penghargaan. Kebutuhan social (social needs) seperti cinta, persahabatan, perasaan memiliki, kekeluargaan dan asosiasi.

Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs) seperti perlindungan dan stabilitas. Kebutuhan fisiolgis (physiological needs) seperti makan, minum, perumahan, seks dan istirahat, Semua kebutuhan di atas perlu di analisis untuk ditetapkan kebutuhan mana yang akan diprioritaskan untuk diberikan pelayanan bimbingan konseling.

b. Penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan konseli. Selain itu, rencana kegiatan bimbingan juga harus disesuaikan dan diintegrasikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun secara spesifik dan realistis.

c. Pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program bimbingan yang telah disusun. Dalam kaitannya, buat format monitoring dan kembangkan dalam rangka pencatatan proses kegiatan (proses bimbingan).

d. Penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan pada setiap tahap kegiatan dalam keseluruhan program.

Hasil penilaian merupakan gambaran tentang proses seluruh hsil yang dicapai disertai dengan rekomendasi tentang kegiatan berikutnya (follow up).

D. Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian Andreas Rian Nugroho pada tahun 2013 dengan judul Tingkat Efikasi Diri Siswa (Studi Deskriptif Pada Siswa SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2010/2013 dan Implikasinya Terhadap Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial terdapat, 13% siswa yang memiliki efikasi diri yang sangat tinggi. Selain itu yang memiliki efikasi tinggi mencapai 69%, lalu 17% untuk yang efikasi diri sedang, dan 1% untuk efikasi diri rendah.

Sedangkan yang memiliki efikasi diri sangat rendah 0%. Jadi dari hasil ini

dapat ditarik kesimpulan kalau efikasi diri siswa SMP Kanisius Pakem masuk kategori efikasi diri yang tinggi.

Hasil penelitian Harfiana (2013) menunjukkan terdapat hubungan efikasi diri dan kecemasan dalam menghadapi ujian (r sebesar -0,615 dan (p)

= 0,000). Artinya semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin tinggi keyakinan seseorang dalam menghadapi suatu masalah, dan jika efikasi diri rendah maka rendah pula keyakinan seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Penelitian menunjukkan betapa pentingnya seseorang memilikii efikasi diri yang ideal.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan realibilitas, dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan tingkat efikasi diri. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti sebuah populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatiif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode penelitian kuantitatif digunakan karena sudah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu kongkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berada di SMP Negeri 1 Yogyakarta, Jalan Cik Di Tiro 29 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai bulan April 2018. Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan pada bulan Januari 2018.

C. Subjek dan Sampel Penelitian

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Dipilih kelas IX sebagai subjek penelitian karena siswa-siswi kelas IX yang akan menjalani ujian nasional

30

pada waktu dekat ini. Ada 272 siswa yang duduk di kelas IX, mulai kelas IXA sampai IXH. Namun untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling purposif. Sampling purposif adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Pertimbangan yang diambil adalah pertimbangan banyaknya populasi dan keterbatasan waktu peneliti, sehingga peneliti hanya mengambil 4 kelas dan setiap kelas berjumlah 34 siswa atau peneliti hanya mengambil 136 siswa sebagai sampel.

Tabel 3.1

Rincian Subjek Penelitian

Kelas Jumlah

IX A 34

IX B 34

IX C 34

IX H 34

Total 136

D. Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu efikasi diri siswa SMP.

Efikasi diri yang dimaksud adalah keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendali terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Efikasi diri ini memiliki 4 aspek (Bandura, dalam Suroso dan Hadi, 2014), yaitu magnitude (tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan keyakinan), dan generality (generalitas).

E. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015).

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Self Efikasi. Item-item pertanyaan yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek efikasi diri. Pernyataan yang terdapat dalam Inventori ini terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable.

Pernyataan favourable merupakan konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavorable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai/tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Alternatif jawaban Ragu-ragu (RG) tidak disertakan untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral (central tendency effect) dan untuk meningkatkan variabilitas respon. Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing- masing item pernyataan dalam instrument ini terdapat pada tebel 3.2.

Tabel 3.2 Norma Skoring

Pernyataan Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Kurang Sesuai (KS) 2 3

Tidak Sesuai (TS) 1 4

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Angket/Inventori dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang.

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula efikasi diri siswa, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula efikasi diri siswa.

Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan lebih jauh dalam konstruk instrumen pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri Sebelum Uji Coba

Aspek Sub aspek Indikator Item

favorable Item

Mengerjakan tugas yang sulit 1, 3, 2, 7 4

Mengerjakan tugas sesuai

kemampuannya 6, 20 4, 5 4

Pantang menyerah dalam

menghadapi kesulitan 8, 9, 10 11, 12, 13 6

1.2 strength (kekuatan keyakinan),

Kerja keras atau usaha maksimal 23, 25, 27, 29 4 Tetap bertahan pada situasi yang sulit 17, 28 24, 18 4

Optimisme 14, 16, 15, 19 4

Menambah waktu belajar 22, 26 21 3

1.3 generality

(generalitas) Mampu mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan

30, 32,35 31, 33, 5

Mengerjakan tugas pada bidang yang

berbeda 34 36 2

Sub Total 19 17

Total 36

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2015). Jadi data yang valid adalah data yang dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang terjadi pada objek, tetapi apabila peneliti melaporkan data yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek maka data tersebut dinyatakan tidak valid.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi ini dapat dibantu menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen (Sugiyono, 2015). Validitas isi juga sudah diuji atau dikonsultasikan melalui professional judgement.

Professional judgement yaitu Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing penulisan skripsi. Validitas ini digunakan karena peneliti ingin melihat sejauh mana item-item yang telah dibuat dapat mengukur tingkat efikasi diri siswa SMP.

Uji validitas yang digunakan adalah validitas internal.

Validitas internal ini menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t kemudian dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.

Rumus:

r

xy= ( ) ( )( )

( ( ) ( ) ( ( ) ( ))

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi

Σx : jumlah skor item /pertanyaan

Σy : jumlah skor total (item)/total prtanyaan

Σxy: jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan Σx2: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x Σy2: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : jumlah responden

Menurut Azwar (2009) item koefisien korelasinya < 0,30 maka dianggap tidak valid atau dihilangkan dan tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan untuk item yang koefisien korelasinya > 0,30 dianggap valid dan digunakan untuk penelitian.

Pada tanggal 22 Januari 2017 dilakukan uji coba terpakai terhadap instrumen kepada siswa IX SMP Negeri 1 Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa. Dari hasil pemeriksaan konsisten butir terhadap total, diperoleh 1 item yang tidak valid dari 36 butir item, sehingga terdapat 35 item yang dinyatakan valid. Kisi-kisi item analisis validitas terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri Setelah Uji Coba

Aspek Sub aspek Indikator Item

favorable Item

Mengerjakan tugas yang sulit 1, 3, 2, 7 4 Mengerjakan tugas sesuai

kemampuannya 6, 20 4, 5 4

Pantang menyerah dalam

menghadapi kesulitan 8, 9, 10 11, 12, 13 6 1.2 strength

(kekuatan keyakinan),

Kerja keras atau usaha

maksimal 23, 25, 27, 29 4

Tetap bertahan pada situasi

yang sulit 17, 28 24, 18 4

Optimisme 14, 16, 15, 19 4

Menambah waktu belajar 22, 26 21 3

1.3 generality

(generalitas) Mampu mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan

30, 32,35 31, 33, 5

Mengerjakan tugas pada

bidang yang berbeda 34 1

Sub Total 19 16

Total 35

2. Uji Reliabilitas

Pada penelitian kuantitatif, suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti pada objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau meneliti dalam waktu yang berbeda tetapi menghasilkan data yang sama (Sugiyono; 2015). Perhitungan indeks reliabilitas angket penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α).

Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α = 2 [1- Sx2+Sx2] Sx2

Keterangan rumus :

α : koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

S12dan S22: varians skor belahan 1 dan varian skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

Setelah itu hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford yang terdapat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Guilford

Dari hasil uji coba empirik kepada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta dengan subjek uji coba 136, diperoleh perhitungan reliabilitas Alpha Cronbach mendapatkan hasil pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Cronbach’s

Alpha N of items

,918 35

Bila hasil hitung reliabilitas di atas (0,918) disesuaikan dengan berdasarkan kriteria Guilford diketahui bahwa koefisiensi reliabilitas angket termasuk sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kategorisasi. Dalam mengkategorisasi yang dilakukan adalah mengelompookkan data, mentabulasi data, menyajikan data yang telah diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 - 1,00 Sanggat tinggi

2 0,71 - 0,90 Tinggi

3 0,41 - 0,70 Cukup

4 0,21 - 0,40 Rendah

5 negatif – 0,20 Sangat Rendah

dalam penelitian ini.

Langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring jawaban subjek, membuat tabulasi data dan menghitung total jawaban, mengelompokkan hasil data, dan terakhir menampilkan hasil penelitian. Berikut penjelasannya:

1. Menentukan skor dan pengolahan data

Penentuan skor pada item kuisioner dilakukan dengan cara memberi skor 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable. Skor untuk pernyataan positif adalah: Sangat sesuai = 4, Sesuai = 3, Tidak sesuai = 2, Sangat tidak sesuai = 1. Sedangkan skor untuk pernyataan negatif adalah:

Sangat sesuai = 1, Sesuai = 2, Tidak sesuai = 3, dan Sangat tidak sesuai = 4.

Selanjutkan memasukkan angka ke tabulasi data dan menghitung jumlah skor subjek dan skor item keseluruhan. Langkah selanjutnya adalah menganalisa data secara statistik dengan

Selanjutkan memasukkan angka ke tabulasi data dan menghitung jumlah skor subjek dan skor item keseluruhan. Langkah selanjutnya adalah menganalisa data secara statistik dengan

Dokumen terkait