• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN IMPLIKASI TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PENINGKATAN EFIKASI DIRI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Nofina Dewi Setiyono 141114042

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

(2)

i

TINGKAT EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN IMPLIKASI TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PENINGKATAN EFIKASI DIRI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Nofina Dewi Setiyono 141114042

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

Kerja kerasku untuk keberhasilanku dan kebahagiaan keluarga serta orang

yang menyayangiku

(6)

v

PERSEMBAHAN

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN IMPLIKASI TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PENINGKATAN EFIKASI DIRI

(Studi Deskriptif Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018)

Nofina Dewi Setiyono Universitas Sanata Dharma

2018

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang pada akhirnya menjadi dasar penyusunan topik-topik bimbingan berdasarkan skor item Kuesioner Efikasi Diri Siswa yang teridentifikasi sedang untuk membantu meningkatkan efikasi diri siswa.

Populasi penelitian merupakan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta dan penentuan sampel menggunakan teknik sampling purposif dengan jumlah sampel 136 responden. Penelitian menggunakan analisis deskriptif kuantitatif menggunakan kuesioner Efikasi Diri Siswa yang dikembangkan berdasarkan aspek Magnitude, Strength, dan Generality sebagai instrumen pengumpulan data.

Terdapat 36 item pernyataan dengan 4 alternatif jawaban. Reabilitas dihitung menggunakan formula Alpha Cronbach dengan nilai koefisien 0,918. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini deskriptif kategorisasi.

Hasil penelitian menunjukkan, 1) Sebanyak 12% siswa memiliki efikasi diri “sangat tinggi”. 2) 51% siswa memiliki efikasi diri termasuk kategori

“tinggi”, dan 3) sebanyak 37% siswa memiliki efikasi diri termasuk kategori

“sedang”. Disusunlah topik-topik bimbingan berdasarkan butir-butit item kuesioner yang teridentifikasi sedang yaitu “motivasi belajar”, “cara belajar yang efektif”, “manajemen waktu”, dan “strategi pengaturan waktu kerja”.

Kata Kunci: efikasi diri, remaja, topik-topik bimbingan

(10)

ix ABSTRACT

SELF-EFFICACY LEVELS OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS AND THE IMPLICATION TO THE PREPARATION OF MENTORING

TOPICS ON SELF-EFFICACY IMPROVEMENTS

(A Descriptive Study on Grade IX Students of SMP Negeri 1 Yogyakarta, Academic Year 2017/2018)

Nofina Dewi Setiyono Sanata Dharma University

2018

Self-efficacy is belief in the ability of self in the learning context. This study goal was to determine the level of self-efficacy of junior high school’s grade IX students in which ultimately became the basis of the preparation of guidance topics based on the average score items in Students Self-Efficacy Questionnaire to help improving students' self-efficacy.

The study population was the grade IX students of SMP Negeri 1 Yogyakarta and the sample determination used purposive sampling technique with 136 respondents. The study used descriptive quantitative analysis with Students Self-Efficacy Questionnaire which was developed based on Magnitude, Strength, and Generality aspects as data collection instrument. There are 36 statement items with 4 alternative answers. Reability was calculated using Alpha Cronbach formula with coefficient value of 0.918. Data analysis technique used in this research is descriptive categorization.

The results show, 1) 12% students have "very high" self-efficacy 2) 51%

students have "high" category self-efficacy, and 3) 37% students have "moderate"

category self-efficacy. Then prepared guiding topics based on the items of questionnaires that are identified as average, namely "learning motivation",

"effective way of learning", "time management", and "work timing strategy".

Keywords: self-efficacy, adolescence, counseling topics

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan rasa syukur penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Juster Donal Sinaga. M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang selalu ini telah membantu, meluangkan waktu, memotivasi dan dengan sabar membimbing saya hingga skripsi ini selesai.

4. Seluruh dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini.

5. St. Priyatmoko, yang telah membantu peneliti untuk mengurus administrasi perkuliahan selama ini.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Setiyono dan Ibu Suparmi yang selalu

memberikan kasih sayang dan dukungan selama ini.

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTRA LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

1. ManfaatTeoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Remaja ... 9

1. Pengertian Remaja ... 9

2. Aspek Perkembangan pada Remaja ... 10

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 11

B. Hakekat Efikasi Diri ... 12

1. Pengertian Efikasi Diri ... 12

(14)

xiii

2. Aspek-Aspek Efikasi Diri ... 13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri ... 15

4. Pengaruh Efikasi Diri terhadap Tingkah Laku ... 17

5. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi ... 18

6. Efikasi Diri dan Tugas Perkembangan Remaja ... 20

7. Usaha-Usaha untuk Meningkatkan Efikasi Diri ... 21

C. Bimbingan Pribadi Sosial ... 22

1. Pengertian Bimbingan ... 22

2. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial ... 24

3. Tujuan Layanan Bimbingan ... 24

4. Fungsi Layanan Bimbingan ... 26

5. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan ... 26

6. Proses Penyusunan Topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

D. Penelitian yang Relevan ... 28

E. Kerangka Pikir ... 39

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek dan Sampel Penelitian ... 30

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Teknik dan Instrumen pengumpulan Data ... 32

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34

1. Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 37

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data ... 38

2. Menentukan Kategori ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 45

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan ... 50

(15)

xiv BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 52

B. Keterbatasan ... 52

C. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi dan Rendah ... 19

Tabel 2 Rincian Subjek Penelitian ... 31

Tabel 3 Norma Skoring ... 33

Tabel 4 Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri Sebelum Uji Coba ... 33

Tabel 5 Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 36

Tabel 6 Kriteria Guilford ... 37

Tabel 7 Hasil Uji Coba ... 37

Tabel 8 Norma Kategorisasi... 39

Tabel 9 Hasil Norma Kategorisasi ... 40

Tabel 10 Norma KategorisasiTingkat Efikasi Diri ... 41

Tabel 11 Kategorisasi Tingkat Efikasi Diri ... 42

Tabel 12 Kategorisasi Item Tingkat Efikasi Diri ... 44

Tabel 13 Distribusi Perolehan Skor Item ... 45

Tabel 14 Usulan Topik-topik Bimbingan Untuk Meningkatkan Efikasi Diri .... 51

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Olah Data Sebelum Uji Coba ... 57

Lampiran 2 Hasil Olah Data Sesudah Uji Coba... 62

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Penyesuaian Sosial ... 67

Lampiran 3 Reabilitas Tingkat Efikasi Diri Siswa SMP Sebelum Analisis ... 72

Lampiran 4 Reabilitas Tingkat Efikasi Diri Siswa SMP Sesudah Analisis ... 73

Lampiran 5 Rincien Item Valid dan Tidak Valid ... 74

Lampiran 6 Surat Ujin Penelitian ... 78

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Efikasi diri merupakan keyakinan diri seseorang atas kemampuan yang dimiliki dalam melakukan suatu aktifitas atas suatu tindakan. Individu yang berhasil melakukan suatu kegiatan dengan baik akan dapat meningkatkan efikasi dirinya, dan sebaliknya kegagalan dalam melakukan suatu kegiatan akan menurunkan efikasi diri. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan berusaha sebaik mungkin menyelesaikan kegiatannya untuk mencapai hasil yang maksimal, sedangkan individu yang memiliki efikasi diri rendah tidak akan maksimal dalam melakukan suatu kegiatan.

Bandura (Sulthon, 2014) menegaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan manusia pada kemampuan untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Efikasi diri juga sebagai penilaian terhadap diri manusia untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan (Rahmat, 2011).

Efikasi diri juga perlu dalam proses menghadapi ujian sekolah.

Setiap siswa yang sudah masuk semester akhir dalam jenjang tersebut tidak akan pernah lepas dari persoalan menghadapi ujian akhir sekolah. Tes yang berperan menentukan naik atau tidak dan bahkan bisa menentukan lulus atau tidak lulusnya seorang siswa untuk jenjang pendidikan tertentu berpotensi

1

(19)

besar membuat cemas peserta yang mengikutinya. Keyakinan siswa atas kemampuan yang mereka miliki merupakan faktor penentu kesuksesan mereka dalam menghadapi ujian.

Menurut Bandura dalam Alwisol (2007), efikasi diri mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan seorang pelajar untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan. Efikasi diri mengacu pada pertimbangan seberapa besar keyakinan seseorang tentang kemampuannya melalukan sejumlah aktivitas belajar dan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas belajar. Efikasi diri diharapkan dapat memberikan siswa keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan baik itu tugas-tugas sekolah maupun ujian nasional. Hal ini dapat membuat siswa mengembangkan sikap positif terhadap kemampuan dirinya.

Pabiban (2007) menunjukkan bahwa efikasi diri dan prestasi akademik memiliki hubungan positif dan signifikan. Seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi akan memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan diri yang dimilikinya. Orang tersebut akan bersemangat dalam menghadapi segala tugas yang ada serta mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan maupun hambatan yang muncul.

Menurut Bandura (Suroso dan Hadi, 2014) efikasi diri pada individu

dipengaruhi oleh tiga aspek. Aspek yang pertama yaitu tingkat kesulitan

tugas, yaitu; individu akan melakukan kegiatan yang menurutnya mampu

dilakukan. Kedua yaitu aspek kekuatan, yaitu; kekuatan keyakinan individu

(20)

atas kemapuannya. Aspek yang ketiga adalah generalitas, yaitu; hal yang berkaitan dengan luas cakupannya tingkah laku yang diyakini oleh individu mampu dilaksanakan.

Ciri-ciri individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin pada kemampuan diri.

Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, melihat kesulitan sebagai tantangan bukan sebagai ancaman, tidak bergantung kepada orang lain, berusaha dengan maksimal dalam melakukan apapun, dan fokus kepada penyelesaian tugasnya.

Efikasi diri yang tinggi sangat penting untuk dimiliki semua orang terutama siswa yang akan melaksanakan ujian akhir sekolah. Di mana siswa yang menghadapi ujian akan berjuang ke jenjang yang lebih tinggi. Siswa diharapkan memiliki efikasi diri yang tinggi karena siswa dituntut untuk mampu melaksanakan dan mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh keyakinan supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

Liputan6 memberitakan bahwa mendekati ujian nasional, ribuan siswa di sejumlah daerah di indonesia, dihinggapi rasa cemas dan takut tidak lulus ujian. Seperti yang terjadi di SMA 1 watampone, Bone, Sulawesi Selatan, Sabtu (20/3), sejumlah siswa menangis bahkan pingsan. Mereka khawatir tidak lulus ujian yang akan diselenggarakan pada Senin lusa. Untuk memperkuat mental jelang ujian, mereka menggelar zikir dan doa bersama.

Sedangkan di Tegal, Jawa Tengah, siswa SMK Al Irsyad, Tegal,

saling berpelukan dan mendoakan agar sukses dan lulus ujian. Pihak sekolah

(21)

berharap seluruh siswa bisa lulus 100%. Liputan6 juga memberitakan di Magelang, Jateng, sejumlah siswa SMK menyatakan meski yakin akan lulus ujian, tetap saja mereka khawatir. Hal yang sama juga dirasakan ratusan siswa SMK Nasional di Limo, Depok, Jabar. Sebagian siswa larut dalam kesedihan karena takut tidak lulus ujian. Siswa sebenarnya tidak perlu menangis, jika mereka rajin belajar dan berusaha maksimal. Apalagi pemerintah sudah menyiapkan ujian susulan untuk seluruh tingkat.

Kasus serupa juga terjadi pada saat peneliti melaksanakan Magang

BK 3 yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Peneliti mengamati

banyak siswa yang belum yakin akan kemampuan dirinya yang ditandai

dengan siswa cenderung kurang yakin dalam menghadapi ujian dan siswa

juga merasa cemas saat akan menghadapi ujian. Hal ini tergambar pada saat

siswa enggan maju saat disuruh mengerjakan tugas di depan kelas, siswa

merasa takut salah padahal sebenarnya siswa tersebut mampu mengerjakan

dengan baik, siswa menolak mengerjakan tugas karena siswa menganggap

dirinya tidak mampu menyelesaikan tugas tersebut padahal sebenarnya siswa

mampu, dan siswa tidak memiliki dorongan untuk belajar suatu yang baru,

dan siswa khawatir tidak mampu mengerjakan soal ujian, padahal sebenarnya

siswa mampu mengerjakan soal ujian. Hal itu dikarenakan efikasi diri siswa

yang belum ideal sehingga siswa kurang yakin dengan kemampuan yang

dimilikinya. Hal seperti ini menggambarkan kalau siswa kurang berani

mengaktualisasikan dirinya meskipun sebenarnya mereka mampu

(22)

melakukannya. Maka dari itu efikasi diri yang ideal sangat dibutuhkan bagi siswa dalam menghadapi ujian atau menghadapi suatu kegiatan lainnya.

Berdasarkan kasus di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Tingkat Efikasi Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama dan Implikasi Terhadap Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Peningkatan Efikasi Diri (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Siswa memiliki dorongan belajar rendah.

2. Siswa masih takut menghadapi ujian.

3. Siswa kurang yakin dalam menghadapi tantangan.

4. Siswa kurang memiliki keyakinan pada dirinya.

5. Siswa tidak ingin maju saat disuruh mengerjakan tugas di depan kelas.

6. Siswa kurang mengaktualisasikan kemampuannya.

7. Siswa menghindari kegiatan yang dianggap tidak dapat diselesaikan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan yang dimiliki

peneliti, maka penelitian ini berfokus mengenai seberapa tinggi tingkat

keyakinan diri dalam menghadapi suatu tantangan belajar pada siswa Kelas

IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.

(23)

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksud untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018?

2. Berdasarkan butir item yang perolehan skornya teridentifikasi rendah, topik-topik bimbingan apa saja yang relevan dapat membantu meningkatan efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.

2. Menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk membantu meningkatkan efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018, berdasarkan butir item yang teridentifikasi perolehan skornya rendah.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan

bagi ilmu pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling mengenai

(24)

tingkat efikasi diri siswa SMP, dan topik-topik bimbingan apa yang sesuai untuk membantu meningkatkan efikasi diri siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Memperoleh manfaat dan pengetahuan mengenai efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta menghadapi ujian nasional.

b. Bagi guru

Dapat digunakan oleh guru BK untuk melihat seberapa tinggi tingkat efikasi diri siswa kelas IX dan dapat menggunakan atau mengembangkan topik-topik bimbingan terkait dengan efikasi diri siswa.

c. Bagi sekolah

Dapat memperoleh pengetahuan dan informasi seberapa tinggi tingkat efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta terkait dengan belajarnya.

d. Bagi peneliti

Dapat memahami pentingnya efikasi diri siswa SMP Negeri 1

Yogyakarta menghadapi ujian nasional.

(25)

G. Batasan Istilah

Supaya tidak terjadi salah pengertian maksud dari judul penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan penegasan-penegasan batasan istilah dalam judul “Tingkat Efikasi Diri Siswa SMP”, yaitu:

1. Efikasi diri merupakan kepercayaan atau keyakinan seseorang atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Efikasi diri dikonstruk atas aspek-aspek: tingkat kesulitan tugas (megnitude), kekuatan keyakinan (strength), dan generalitas (generality).

2. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak ke dewasa umumya dimulai pada umur 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami, namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai.

3. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus yang sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

4. Topik bimbingan pribadi sosial merupakan materi yang disampaikan

kepada siswa yang disusun berdasarkan kebutuhan atau masalah siswa,

yang teridentifikasi melalui capaian skor instrumen tingkat efikasi diri.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi kajian konseptual penelitian yaitu: hakikat remaja, hakikat efikasi diri, upaya remaja dalam meningkatkan efikasi diri, penelitian yang relevan, dan kerangka fikir.

A. Hakekat Remaja 1. Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa inggris adolescense yang diadopsi dari bahasa latin yaitu adolescere yang artinya bertumbuh (to grow) dan menjadi matang (to maturity) (Padmomartono, 2014). Lerner, Boyd, dan Du (2010, dalam Padmomartono, 2014) mendefinisikan remaja sebagai periode kehidupan dengan karakteristik biologis, kognitif, psikologis dan sosial yang sedang berubah dengan pola yang saling berkaitan dari yang sebelumnya disebut bersifat anak-anak ke kondisi yang kini disebut dewasa. Pada waktu sedang berlangsung perubahan pada karakteristik-karakteristik perkembangan itulah individu disebut remaja. Kaplan (2004, dalam Padmomartono, 2014) mengemukakan bahwa istilah remaja biasanya digunakan untuk mendeskripsikan peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

2. Aspek-Aspek Perkembangan pada Remaja a. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik merupakan hal yang sangat wajar dialami remaja. Menurut Papila dan Olds (dalam Jahja, 2011) perubahan fisik

9

(27)

tersebut berupa perubahan bentuk tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan ketrampilan motorik. Perubahan bentuk tubuh berupa berat dan tinggi badan, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual serta fungsi reproduksi.

b. Perkembangan Kognitif

Remaja akan aktif membangun kognitif mereka, informasi yang mereka dapat sudah tidak diterima secara mentah-mentah tetapi remaja sudah bisa menyaring informasi tersebut. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berfikir, dan berbahasa. Remaja sudah mampu berfikir hingga membuat ide-ide yang kreatif dan penting, bahkan ada juga yang dapat remaja mewujudkan dari ide-ide tersebut. Piaget (dalam Jahja, 2011) mengemukakan bahwa masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sekitar yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja berfikir abstrak.

c. Perubahan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,

sedangkan perubahan sosial adalah perubahan komunikasi yang

berhubungan dengan orang lain. Perubahan yang paling penting yang

dialami remaja adalah pencarian jati diri atau identitas diri. Pencarian

jati diri merupakan proses menjadi seseorang yang unik dengan peran

(28)

penting dalam hidup (Erikson dalam Jahja, 2011). Remaja pasti banyak melakukan kegiatan di luar rumah, seperti les, ekstrakulikuler, jalan-jalan dengan teman, dan kegiatan lain yang sewaktu kanak- kanak belum atau tidak pernah mereka rasakan. Bisa dikatakan kalau peran teman sebaya dan lingkungan bermain sangat besar, karena dua hal tersebut menjadi faktor penentu kepribadian yang baik atau buruk bagi remaja.

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam siklus perkembangan individu dibandingkan dengan masa perkembangan yang lain, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan pada masa dewasa. William Kay (dalam Jahja, 2011) mengemukakan ada 7 tugas perkembangan remaja, yaitu:

a. Menerima keadaan fisiknya sendiri walaupun setiap orang berbeda perubahannya.

b. Mencapai kemandirian emosional.

c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal, dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang bisa dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

(29)

f. Membuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

B. Hakekat Efikasi Diri 1. Pengertian Efikasi Diri

Bandura (Sulthon, 2014) menegaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan manusia pada kemampuan untuk melatih sejumlah ukuran pengendali terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Efikasi diri juga diartikan sebagai penilaian diri terhadap kemampuan diri manusia untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan (Rahmat, 2011).

Efikasi diri itu tentang semua pemikiran yang mempengaruhi fungsi manusia dan merupakan bagian paling penting dari teori kognitif sosial.

Reivich dan Shatte (dalam Hambali, Adang., & Jaenudin, 2013) mendefinisikan efikasi diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif.

Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri sehingga mampu berhasil

dan sukses. Bandura (dalam Hambali, Adang., & Jaenudin, 2013),

mendefinisikan individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi sangat

mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tersebut tidak merasa ragu

karena memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya.

(30)

Bandura (Suseno, 2012) mengemukakan bahwa Efikasi diri merupakan keyakinan individu atas kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang perlu untuk menghasilkan suatu hal. Menurut Bandura (dalam Suroso & Mahmudi Moh. Hadi, 2013), mendefinisikan efikasi diri mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan kemampuan dan kesanggupan seorang pelajar untuk mencapai dan menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan target hasil dan waktu yang telah ditentukan. Efikasi diri mengacu pada pertimbangan seberapa besar keyakinan seseorang tentang kemampuannya melalukan sejumlah aktivitas belajar dan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas belajar.

Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas akademik yang didasarkan atas kesadaran diri tentang pentingnya pendidikan, nilai, dan harapan pada hasil yang akan dicapai dalam kegiatan belajar.

Menurut peneliti, efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang atas kemampuan yang dimiliki untuk melakukan suatu aktifitas belajar.

Efikasi diri juga menyangkut keyakinan suatu hasil yang akan dicapai dalam tindakan tersebut.

2. Aspek-Aspek Efikasi Diri

Bandura (Suroso dan Hadi, 2014) mengungkapkan bahwa yang

membedakan keyakinan diri pada setiap individu terletak pada tiga

aspek/komponen, yaitu: magnitude (tingkat kesulitan tugas), strength

(kekuatan keyakinan), dan generality (generalitas). Masing-masing aspek

(31)

mempunyai implikasi penting di dalam kinerja individu yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude)

Tingkat kesulitan tugas adalah maasalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada perilaku yang akan dilakukan individu berdasarkan keyakinan pada setiap tingkat kesulitan tugas. Biasanya individu akan melakukan sesuatu yang mampu dilakukan dan akan menghindari melakukan hal yang di luar batas kemampuannya. Dalam tingkat kesulitan tugas individu akan disuruh untuk mengerjakan tugas yang mudah dahulu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Dari aspek tingkat kesulitan tugas, peneliti memperoleh beberapa indikator yang digunakan sebagai penyusunan kisi-kisi angket efikasi diri. Indikator tersebut adalah mengerjakan tugas yang sulit, mengerjakan tugas sesuai kemampuan, dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan.

b. Kekuatan Keyakinan (Strength)

Kekuatan keyakinan yaitu aspek yang berkaitan dengan

kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang

kuat dan mantap pada individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan

mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan walaupun

mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang,

(32)

sedangkan pada individu yang memiliki efikasi diri rendah akan cepat menyerah dan tidak mendapat keberhasilan.

Dari aspek kekuatan keyakinan, peneliti memperoleh beberapa indikator. Indikator tersebut adalah kerja keras atau usaha maksimal, tetap bertahan pada siatusi yang sulit, optimisme, dan menambah waktu belajar. Indikator ini yang digunakan sebagai penyusunan kisi-kisi angket efikasi diri.

c. Generalitas (Generality)

Generalitas yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan tingkah laku yang diyakini oleh individu mampu dilaksanakan. Ada individu yang mampu mengerjakan pekerjaan dalam bidang yang luas (banyak pekerjaan) dan ada pula individu yang hanya berfokus pada satu pekerjaan saja. Aspek generalitas dapat dikembangkan menjadi dua indikator, yaitu mempu mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan dan mengerjakan tugas pada biidang yang berbeda.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Efikasi diri pribadi didapatkan, dikembangkan atau diturunkan melalui satu atau dari kombinasi dari empat sumber berikut (Bandura, 1997 dalam Suroso dan Hadi, 2014):

a. Hasil yang telah dicapai (Performance Accomplishment) merupakan

sumber informasi efikasi yang paling berpengaruh karena mampu

memberikan bukti yang paling nyata tentang kemampuan seseorang

untuk mencapai keberhasilan. Dalam kehidupan manusia,

(33)

keberhasilan menyelesaikan suatu masalah akan meningkatkan efikasi diri, sebaliknya kegagalan akan menurunkan efikasi diri (terutama pada waktu efikasi diri belum terbentuk secara mantap dalam diri seseorang). Untuk terbentuknya efikasi diri, orang harus pernah mengalami tantangan yang berat, sehingga ia bisa menyelesaikannya dengan kegigihan dan kerja keras.

b. Pengalaman vikarius/seolah mengalami sendiri (Vicarious experience), diperoleh melalui model sosial. Efikasi diri akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi diri akan menurun jika mengamati orang (yang dijadikan figure) yang kemampuannya kira-kira sama dengan kemampuan dirinya. Figur yang berperan sebagai perantara dalam proses penghayatan ini adalah “model”, dalam hal ini model dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari maupun di televisi dan media visual lainnya. Apabila orang melihat suatu kejadian, kemudian ia merasakannya sebagai kejadian yang dialami sendiri maka hal ini akan dapat memengaruhi perkembangan efikasi dirinya.

c. Persuasi sosial (Social persuation), efikasi diri juga dapat diperoleh,

diperkuat atau dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari

sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang

lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya

kepada pemberi persuasi, dan sifat realistic dari apa yang

dipersuasikan. Apabila penilaian diri lebih dipercaya daripada

(34)

penilaian orang lain maka keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki sulit digoyahkan. Informasi yang diberikan akan lebih efektif apabila langsung menunjukkan keterampilan-keterampilan yang perlu dipelajari untuk meningkatkan efikasi diri. Persuasi sosial akan berhasil dengan baik apabila orang yang memberikan informasi mampu mendiagnosis kekuatan dan kelemahan orang yang akan ditingkatkan efikasi dirinya, serta mengetahui pengetahuan atau keterampilan yang dapat mengaktualisasikan potensi orang tersebut.

d. Keadaan emosi/fisik (emotional/physiological), keadaan emosi/fisik yang mengikuti suatu kegiatan akan berpengaruh pada efikasi diri dibidang kegiatan itu. Dalam suatu aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang akan mengartikan kelelahan dan rasa sakit yang dirasakan sebagai petunjuk tentang efikasi dirinya.

Demikian juga dengan suasana hati, perubahan suasana hati dapat mempengaruhi keyakinan seseorang tentang efikasi dirinya. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa juga terjadi, peningkatan emosi dalam batas yang tidak berlebihan dapat meningkatkan efikasi diri.

4. Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Tingkah Laku

Efikasi diri dapat meningkatkan prestasi dan kerjasama dalam

berbagai cara. Efikasi diri mempengaruhi orang untuk membuat pilihan-

pilihan. Orang yang memiliki efikasi diri cenderung memilih tugas-tugas

atau kegiatan-kegiatan yang membuat mereka merasa kompeten dan

(35)

percaya diri, dan sebaliknya orang yang tidak memiliki efikasi diri akan menghindari kegiatan yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan.

Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2007) sumber pengontrol tingkahlaku adalah gabungan antara lingkungan, tingkahlaku, dan pribadi.

Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkahlaku di masa mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep-diri Roger yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda- beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada:

a. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda.

b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi tersebut.

c. Keadaan yang fisiologis dan emosional, seperti kelelahan, kecemasan, apatis, murung, dll.

5. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi

Menurut Bandura (dalam Suroso dan Hadi, 2014) karakteristik

individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah ketika individu

tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif

peristiwa dan situasi yang mereka hadapi dan percaya pada kemampuan

diri yang mereka miliki. Ciri lainnya adalah remaja tekun dalam

menyelesaikan tugas-tugas, memandang kesulitan sebagai tantangan

bukan ancaman dan suka mencari situasi baru juga termasuk ciri individu

dengan efikasi tinggi.

(36)

Selain itu menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya.

Dewi (dalam Suroso dan Hadi, 2014), menyimpulkan pendapat- pendapat diatas, bahwa orang yang mempunyai efikasi diri tinggi memiliki ciri-ciri yang selanjutnya dapat dijadikan indikator efikasi diri sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan diri.

b. Memiliki keyakinan diri (kepercayaan diri).

c. Memiliki kemampuan diri dalam situasi yang berbeda.

Bandura (dalam Widodo, 2007) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki efikasi diri tinggi dan rendah seperti dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Efikasi Diri Tinggi dan Rendah

Efikasi Diri Tinggi Efikasi Diri Rendah

Mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai

tantangan untuk dimenangkan Menjauhi tugas-tugas yang sulit Menyusun tujuan-tujuan yang menantang

dan memelihara komitmen Berhenti dengan cepat jika menemui kesulitan

Mempunyai usaha yang tinggi/gigih Memiliki cita-cita yang rendah dan komitmen buruk untuk tujuan yang dipilihnya

Berfikir strategis Berfokus pada kegagalan

Berfikir bahwa kegagalan yang dialami

disebabkan karena usaha yang tidak

(37)

cukup sehingga diperlukan usaha yang tinggi dalam menghadapi kesulitan

Cepat memperbaiki keadaan setelah

mengalami kegagalan Mengurangi usaha karena lambat

memperbaiki keadaan dari kegagalan yang dialami

Yakin akan berhasil sehingga dapat mengontrol stress saat tujuan belum tercapai (mengurangi stress)

Berfokus pada perasaan sehingga cenderung mudah mengalami stress dan depresi (mudah stress dan depresi) 6. Efikasi Diri dan Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Kay (dalam Jahja, 2011) masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam siklus perkembangan individu dibandingkan dengan masa perkembangan yang lainnya. Masa remaja dapat dengan mudah dilewati oleh beberapa individu dan berdampak yang positif bagi dirinya, namun bagi sebagian orang tidak dapat melewatinya dengan baik dan mendapat dampak yang kurang baik juga bagi dirinya. Kesulitan seperti itu mempengaruhi perkembangan bagi dirinya, termasuk rendahnya efikasi diri.

Efikasi diri yang rendah terjadi karena kurang mampu menerima

dirinnya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya

sendiri, serta kurang mampu menerima keadaan fisiknya. Maka dari itu,

efikasi diri yang ideal sangat diperlukan bagi remaja, karena efikasi diri

merupakan penilaian diri terhadap kemampuan diri manusia untuk

mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai

kinerja yang ditetapkan. Sedangkan di masa remaja adalah masa transisi

menuju kedewasaan, tempat dan waktu di mana remaja akan aktif mencari

jati diri, melakukan kegiatan apapun yang mereka sukai dan inginkan,

mencari model, berkembangnya semua organ tubuh menuju kematangan

(38)

dan melaksanakan tindakan apapun itu memerlukan efikasi diri yang ideal.

7. Usaha yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Efikasi Diri

Hidayat (2011) mengemukakan bahwa efikasi diri dibangun dengan cara menafsirkan informasi terutama dari empat sumber.

a. Sumber yang paling berpengaruh adalah hasil tafsiran seseorang akan kinerja sebelumnya. Apabila seseorang terlibat dalam sebuah tugas atau pekerja, maka dia akan menilai hasil pekerjaannya. Hasil penilaian ini akan digunakan untuk mengembangkan keyakinan atas kemampuan untuk menghadapi tugas atau pekerjaan selanjutnya.

Penilaian akan keberhasilan akan semakin meningkatkan efikasi diri, sedangkan apabila gagal akan belajar dari kegagalan tersebut dan akan terus bangkit dan berusaha lebih keras.

b. Melalui pengamatan terhadap tugas-tugas yang dilakukan orang lain.

Sumber informasi ini lebih lemah dibandingkan dengan pengalaman langsung, tetapi untuk orang yang merasa yakin mengenai kemampuan sendiri atau pengalaman sangat terbatas, mereka lebih peka terhadap informasi tersebut. Dampak dari pemodelan menjadi sangat relevan dalam konteks ini.

c. Individu juga dapat menciptakan dan mengembangkan efikasi diri

sebagai hasil dari keyakinan sosial yang mereka terima dari orang

lain. Persuasi memainkan peranan penting dalam pengembangan

kepercayaan diri individu. Persuasi yang efektif akan menumbuhkan

(39)

kepercayaan seseorang dalam mengembangkan kemampuan mereka.

Pada saat yang sama, akan memastikan bahwa visi keberhasilan dapat dicapai. Keyakinan positif akan mendorong dan membangkitkan efikasi diri, sebaliknya keyakinan negatif akan melemahkan efikasi diri.

d. Kondisi fisik dan psikologi. Individu akan menjadikan informasi sebagai dasar atas kondisi fisiologis untuk menilai kemampuannya.

Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan akan dipandang individu sebagai suatu tanda ketidak mampuan karena hal itu dapat melemahkan prestasi kerja individu. Efikasi diri individu bukan sekedar prediksi tentang tindakan yang akan dilakukan oleh individu di masa yang akan datang. Keyakinan individu akan kemampuannya merupakan determinan tentang bagaimana individu bertindak, pola pemikiran, dan reaksi emosional yang dialami dalam situasi tertentu.

C. Bimbingan Pribadi-Sosial 1. Pengertian Bimbingan

Menurut Moegiadi (Winkel dan Hastuti, 2006), bimbingan dapat berarti (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara pemberian bantuan untu memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala sesuatu yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya;

(3) sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat

menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun

(40)

rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal:

memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

Surya (1988, dalam Sukardi dan Kusmawati, 2008) menegaskan bimbingan juga merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus yang sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diridalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Natawidjaja (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) menegaskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat memberikan sumbangan yang berarti.

2. Pengertian Bimbingan Pribadi

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 118) bimbingan pribadi-

sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan

mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur

(41)

diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Yusuf (2009, dalam Sinaga, 2017) mendefinisikan bimbingan pribadi-sosial sebagai proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembbangkan pemahaman dan ketrampilan berinteraksi sosial, serta memcahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya.

Bimbingan pribadi sosial meliputi:

a. Pemahaman tentang keragaman suku dan budaya.

b. Sikap-sikap sosial (empati, altruis, toleransi, dan kooperatif).

c. Kemampuan berhubungan sosial secara positif.

3. Tujuan Layanan Bimbingan

Menurut Sinaga (2017) bimbingan pribadi-sosial bertujuan untuk membantu siswa agar mampu mengembangkan kompetensinya dalam hal sebagai berikut:

a. Bersikap respek (menghargai dan menghormati) terhadap orang lain.

b. Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas, peran hidup dalam bersosialisasi.

c. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship).

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal.

e. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri (adjusment).

(42)

Secara spesifik tujuan bimbingan yang terkait dengan pribadi- sosial adalah agar siswa:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleran terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati, memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang berkaitan dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggun jawab, yang diwujudkan dalam bentuk

komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

(43)

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesame manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.

k. Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara efektif.

4. Fungsi-Fungsi Layanan Bimbingan

Menurut Nurishan (2006, dalam Sinaga, 2017) fungsi layanan bimbingan minimal ada tiga, yaitu:

a. Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam pengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki individu.

b. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memiliki dan menetapkan penguasaan karir dan jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

c. Fungsi adaptasi yaitu fungsi bimbingan untuk membantu individu menemukan adaptasi dan pengembangan diri secara optimal

5. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan

Bentuk-bentuk bimbingan berarti menunjukkan jumlah orang yang akan mendapatkan layanan bimbingan dan metode yang digunakan.

Ada 2 bentuk layanan bimbingan, yaitu layanan langsung dan tidak

langsung. Layanan langsung yaitu; konseling individual, konseling

kelompok, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, bimbingan kelas

(44)

besar, konsultasi, kolaborasi, alih tangan kasus, kunjungan rumah, advokasi, konferensi kasus, dan peminatan. Layanan melalui media yaitu;

menggunakan papan bimbingan, kotak masalah, leaflet, dan pengembangan media bimbingan dan konseling.

6. Proses Penyusunan Topik-Topik Bimbingan

Penyusunan program bimbingan dan konseling umumnya mengikuti empat langkah pokok, yaitu identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan dan penilaian kegiatan (Winkel dan Hastuti, 2006).

a. Identinfikasi kebutuhan. Program yang baik adalah program yang sesuai (match) kebutuhan konseli seperti: Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self actualization needs) seperti pengembangan potensi diri. Kebutuhan harga diri (esteem needs) seperti status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi, kehormatan diri dan penghargaan. Kebutuhan social (social needs) seperti cinta, persahabatan, perasaan memiliki, kekeluargaan dan asosiasi.

Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs)

seperti perlindungan dan stabilitas. Kebutuhan fisiolgis (physiological

needs) seperti makan, minum, perumahan, seks dan istirahat, Semua

kebutuhan di atas perlu di analisis untuk ditetapkan kebutuhan mana

yang akan diprioritaskan untuk diberikan pelayanan bimbingan

konseling.

(45)

b. Penyusunan rencana kegiatan. Rencana kegiatan bimbingan disusun atas dasar jenis-jenis dan prioritas kebutuhan konseli. Selain itu, rencana kegiatan bimbingan juga harus disesuaikan dan diintegrasikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta disusun secara spesifik dan realistis.

c. Pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program bimbingan yang telah disusun. Dalam kaitannya, buat format monitoring dan kembangkan dalam rangka pencatatan proses kegiatan (proses bimbingan).

d. Penilaian kegiatan. Penilaian dilakukan mencakup semua kegiatan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Penilaian dilakukan pada setiap tahap kegiatan dalam keseluruhan program.

Hasil penilaian merupakan gambaran tentang proses seluruh hsil yang dicapai disertai dengan rekomendasi tentang kegiatan berikutnya (follow up).

D. Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian Andreas Rian Nugroho pada tahun 2013 dengan judul Tingkat Efikasi Diri Siswa (Studi Deskriptif Pada Siswa SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2010/2013 dan Implikasinya Terhadap Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial terdapat, 13% siswa yang memiliki efikasi diri yang sangat tinggi. Selain itu yang memiliki efikasi tinggi mencapai 69%, lalu 17% untuk yang efikasi diri sedang, dan 1% untuk efikasi diri rendah.

Sedangkan yang memiliki efikasi diri sangat rendah 0%. Jadi dari hasil ini

(46)

dapat ditarik kesimpulan kalau efikasi diri siswa SMP Kanisius Pakem masuk kategori efikasi diri yang tinggi.

Hasil penelitian Harfiana (2013) menunjukkan terdapat hubungan efikasi diri dan kecemasan dalam menghadapi ujian (r sebesar -0,615 dan (p)

= 0,000). Artinya semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin tinggi keyakinan seseorang dalam menghadapi suatu masalah, dan jika efikasi diri rendah maka rendah pula keyakinan seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Penelitian menunjukkan betapa pentingnya seseorang memilikii efikasi diri yang ideal.

E. Kerangka Pikir

Efikasi diri siswa kelas 9

SMP Efikasi Diri

Tinggi

Memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan diri yang

dimilikinya

Efikasi Diri Rendah Aspek efikasi diri:

1. Tingkat kesulitan tugas 2. Kekuatan

keyakinan 3. Generalitas

Tidak memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri yang

dimilikinya

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan realibilitas, dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mendeskripsikan tingkat efikasi diri. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti sebuah populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatiif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode penelitian kuantitatif digunakan karena sudah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu kongkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berada di SMP Negeri 1 Yogyakarta, Jalan Cik Di Tiro 29 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai bulan April 2018. Pengumpulan dan pengolahan data dilaksanakan pada bulan Januari 2018.

C. Subjek dan Sampel Penelitian

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Dipilih kelas IX sebagai subjek penelitian karena siswa-siswi kelas IX yang akan menjalani ujian nasional

30

(48)

pada waktu dekat ini. Ada 272 siswa yang duduk di kelas IX, mulai kelas IXA sampai IXH. Namun untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling purposif. Sampling purposif adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). Pertimbangan yang diambil adalah pertimbangan banyaknya populasi dan keterbatasan waktu peneliti, sehingga peneliti hanya mengambil 4 kelas dan setiap kelas berjumlah 34 siswa atau peneliti hanya mengambil 136 siswa sebagai sampel.

Tabel 3.1

Rincian Subjek Penelitian

Kelas Jumlah

IX A 34

IX B 34

IX C 34

IX H 34

Total 136

D. Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu efikasi diri siswa SMP.

Efikasi diri yang dimaksud adalah keyakinan manusia pada

kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendali terhadap

fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Efikasi diri ini

memiliki 4 aspek (Bandura, dalam Suroso dan Hadi, 2014), yaitu magnitude

(tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan keyakinan), dan generality

(generalitas).

(49)

E. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015).

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Self Efikasi. Item-item pertanyaan yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek efikasi diri. Pernyataan yang terdapat dalam Inventori ini terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable.

Pernyataan favourable merupakan konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavorable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai/tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Alternatif jawaban Ragu-ragu (RG) tidak disertakan untuk mengurangi

kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral (central

tendency effect) dan untuk meningkatkan variabilitas respon. Pemberian

skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing- masing item pernyataan

dalam instrument ini terdapat pada tebel 3.2.

(50)

Tabel 3.2 Norma Skoring

Pernyataan Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Kurang Sesuai (KS) 2 3

Tidak Sesuai (TS) 1 4

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Angket/Inventori dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang.

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula efikasi diri siswa, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula efikasi diri siswa.

Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan lebih jauh dalam konstruk instrumen pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri Sebelum Uji Coba

Aspek Sub aspek Indikator Item

favorable Item

unfavorable Total

Keyaki nan diri

1.1magnitude (tingkat kesulitan tugas),

Mengerjakan tugas yang sulit 1, 3, 2, 7 4

Mengerjakan tugas sesuai

kemampuannya 6, 20 4, 5 4

Pantang menyerah dalam

menghadapi kesulitan 8, 9, 10 11, 12, 13 6

1.2 strength (kekuatan keyakinan),

Kerja keras atau usaha maksimal 23, 25, 27, 29 4 Tetap bertahan pada situasi yang sulit 17, 28 24, 18 4

Optimisme 14, 16, 15, 19 4

Menambah waktu belajar 22, 26 21 3

1.3 generality

(generalitas) Mampu mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan

30, 32,35 31, 33, 5

Mengerjakan tugas pada bidang yang

berbeda 34 36 2

Sub Total 19 17

Total 36

(51)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2015). Jadi data yang valid adalah data yang dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang terjadi pada objek, tetapi apabila peneliti melaporkan data yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek maka data tersebut dinyatakan tidak valid.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi ini dapat dibantu menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen (Sugiyono, 2015). Validitas isi juga sudah diuji atau dikonsultasikan melalui professional judgement.

Professional judgement yaitu Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing penulisan skripsi. Validitas ini digunakan karena peneliti ingin melihat sejauh mana item-item yang telah dibuat dapat mengukur tingkat efikasi diri siswa SMP.

Uji validitas yang digunakan adalah validitas internal.

Validitas internal ini menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t kemudian dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.

Rumus:

r

xy=

( ) ( )( )

( ( ) ( ) ( ( ) ( ))

(52)

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi

Σx : jumlah skor item /pertanyaan

Σy : jumlah skor total (item)/total prtanyaan

Σxy: jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan Σx

2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x Σy

2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : jumlah responden

Menurut Azwar (2009) item koefisien korelasinya < 0,30 maka dianggap tidak valid atau dihilangkan dan tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan untuk item yang koefisien korelasinya > 0,30 dianggap valid dan digunakan untuk penelitian.

Pada tanggal 22 Januari 2017 dilakukan uji coba terpakai

terhadap instrumen kepada siswa IX SMP Negeri 1 Yogyakarta yang

berjumlah 30 siswa. Dari hasil pemeriksaan konsisten butir terhadap

total, diperoleh 1 item yang tidak valid dari 36 butir item, sehingga

terdapat 35 item yang dinyatakan valid. Kisi-kisi item analisis validitas

terdapat pada tabel 3.4.

(53)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri Setelah Uji Coba

Aspek Sub aspek Indikator Item

favorable Item unfavora ble

Total

Keyakina n diri

1.1magnitude (tingkat kesulitan tugas),

Mengerjakan tugas yang sulit 1, 3, 2, 7 4 Mengerjakan tugas sesuai

kemampuannya 6, 20 4, 5 4

Pantang menyerah dalam

menghadapi kesulitan 8, 9, 10 11, 12, 13 6 1.2 strength

(kekuatan keyakinan),

Kerja keras atau usaha

maksimal 23, 25, 27, 29 4

Tetap bertahan pada situasi

yang sulit 17, 28 24, 18 4

Optimisme 14, 16, 15, 19 4

Menambah waktu belajar 22, 26 21 3

1.3 generality

(generalitas) Mampu mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan

30, 32,35 31, 33, 5

Mengerjakan tugas pada

bidang yang berbeda 34 1

Sub Total 19 16

Total 35

2. Uji Reliabilitas

Pada penelitian kuantitatif, suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti pada objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau meneliti dalam waktu yang berbeda tetapi menghasilkan data yang sama (Sugiyono; 2015). Perhitungan indeks reliabilitas angket penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α).

Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α = 2 [1- S

x2

+S

x2

] S

x2

Keterangan rumus :

α : koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

(54)

S

12

dan S

22

: varians skor belahan 1 dan varian skor belahan 2 S

x2

: varians skor skala

Setelah itu hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford yang terdapat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Guilford

Dari hasil uji coba empirik kepada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta dengan subjek uji coba 136, diperoleh perhitungan reliabilitas Alpha Cronbach mendapatkan hasil pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Cronbach’s

Alpha N of items

,918 35

Bila hasil hitung reliabilitas di atas (0,918) disesuaikan dengan berdasarkan kriteria Guilford diketahui bahwa koefisiensi reliabilitas angket termasuk sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kategorisasi. Dalam mengkategorisasi yang dilakukan adalah mengelompookkan data, mentabulasi data, menyajikan data yang telah diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 - 1,00 Sanggat tinggi

2 0,71 - 0,90 Tinggi

3 0,41 - 0,70 Cukup

4 0,21 - 0,40 Rendah

5 negatif – 0,20 Sangat Rendah

(55)

dalam penelitian ini.

Langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring jawaban subjek, membuat tabulasi data dan menghitung total jawaban, mengelompokkan hasil data, dan terakhir menampilkan hasil penelitian. Berikut penjelasannya:

1. Menentukan skor dan pengolahan data

Penentuan skor pada item kuisioner dilakukan dengan cara memberi skor 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable. Skor untuk pernyataan positif adalah: Sangat sesuai = 4, Sesuai = 3, Tidak sesuai = 2, Sangat tidak sesuai = 1. Sedangkan skor untuk pernyataan negatif adalah:

Sangat sesuai = 1, Sesuai = 2, Tidak sesuai = 3, dan Sangat tidak sesuai = 4.

Selanjutkan memasukkan angka ke tabulasi data dan menghitung jumlah skor subjek dan skor item keseluruhan. Langkah selanjutnya adalah menganalisa data secara statistik dengan menggunakan program SPSS.

2. Menentukan kategori

Tujuan kategori ini adalah untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu yang kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009).

Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat tinggi hingga

sangat rendah.

(56)

Norma kategori yang disusun oleh Azwar (2009) ada lima jenjang kategori diagnosis yang digunakan yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategori yang digunakan terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi

Skor Kategorisasi

µ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi

µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ Tinggi µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ Sedang

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ Rendah

X ≤ µ - 1,5 σ Sangat Rendah

Keterangan :

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan perhitungan skala.

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian menurut perhitungan skala.

Standar deviasi (σ/ sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

Mean teoritik ( µ ) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum.

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat efikasi diri siswa kelas IX SMP Negeri 1 Yogyakarta dengan jumlah item 35, diperoleh capaian skor sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 35 = 140

Skor minimum teoritik : 1 x 35 = 35

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

Item yang termasuk dalam kategorisasi rendah yaitu pada nomor 6 “Ketika saya di kecewakan saya seringkali mengingat hal-hal yang membuat saya semakin gelisah”, 24 “Saya

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan