• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KONTROL DIRI SISWA SMA

(Studi Diskriptif pada Siswa SMA BOKPRI Banguntapan Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasinya terhadap Penyusunan

Topik-topik Bimbingan Sosial-Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Selni Ayu Semben

161114018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

TINGKAT KONTROL DIRI SISWA SMA

(Studi Diskriptif pada Siswa SMA BOKPRI Banguntapan Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasinya terhadap Penyusunan

Topik-topik Bimbingan Sosial-Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Selni Ayu Semben

161114018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Yogyakarta 2020

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.

(Roma 12:12)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur. (Filipi 4:6)

Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; ia

tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. (Ulangan 31:6)

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk;

Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih karunia dan damai sejahteranya yang selalu memberikan kesehatan dan memberkati di setiap perjalanan hidup ini.

Kepada kedua orangtuaku yang sangat saya cintai,

Bapak Yoachim Selli dan Ibu Anita Simon yang tidak pernah berhenti mendoakan, mendukung, dan selalu menguatkan Ayu dalam setiap hal.

Kepada adik-adikku yang ku sayangi,

Dwiky Topan Nugraha, Falentino Semben, Calista Mayung Allo yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan.

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT KONTROL DIRI SISWA SMA

(Studi Deskriptif pada Siswa SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasinya terhadap Penyusunan

Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Selni Ayu Semben Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Penelitian ini bertujuan: 1) mendeksripsikan seberapa baik tingkat kontrol diri siswa di SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020; 2) mengidentifikasikan item-item pengukuran tingkat kontrol diri yang capaian skornya rendah yang dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial di SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Bopkri Banguntapan yang berjumlah 60 siswa. Instrumen Kontrol Diri berjumlah 50 item. Skala di buat berdasarkan aspek kontrol diri yaitu; (1) kontrol perilaku (behavior control); (2) kontrol kognitif (cognitive control); dan (3) mengontrol keputusan (decisional control). Nilai koefisien reliabilitas instrumen menggunakan pendekatan Alpha Cronbach (α) sebesar 0,740. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif kategorisasi yaitu, sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Bopkri Banguntapan memiliki tingkat kontrol diri sebagai berikut: 3 siswa (5%) memiliki kontrol diri sangat tinggi, 24 siswa (40%) memiliki kontrol diri tinggi, 30 siswa (50%) memiliki kontrol diri sedang, 2 siswa (3,33%) memiliki kontrol diri rendah, 1 siswa (1,67%) memiliki kontrol diri sangat rendah. Dari hasil analisis item menunjukkan 1 item (2%) memiliki skor sangat tinggi, 28 item (56%) memiliki skor tinggi, 18 item (36%) memiliki skor sedang, dan 3 item (6%) memiliki skor rendah. Usulan topik bimbingan pribadi-sosial yaitu : (1) Mari menjadi pribadi positif, buatlah harimu penuh syukur dan bahagia!, (2) Start your self and be optimis, (3) Ayo tumbuhkan semangat; kalau oranglain bisa kitapun juga bisa, (4) Kenali emosimu ciptakan relasi yang harmonis, (5) Yuk belajar untuk saling mengasihi dan tidak malu mengucapkan 3 kata ajaib; Maaf, tolong, terimakasih!, (6) Mari belajar menyelesaikan tugas & tanggungjawab kita!.

(10)

ix

ABSTRACT

SELF CONTROL LEVELS OF HIGH SCHOOL STUDENTS

(Descriptive Study of SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta Year 2019/2020 and Its Implications on Preparation of Social Personal Guidance Topics)

Selni Ayu Semben 161114018

Sanata Dharma University Yogyakarta

2020

This study was aimed to: (1) Describe the level of self control of students at SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta Year 2019/2020; and (2) Identify items on self control that have low scores that are implicative as the basis for the topic for personal social guidance .

The type of this research was quantitative descriptive research. The population in this study were all students at SMA Bopkri Banguntapan, totaling 60 students. Self control instruments totaled 50 items. The scale is made based on aspects of self control, namely; (1) behavior control, (2) cognitive control, and (3) control decisions. The instrument reliability coefficient value used the cronbach alpha (α) approach of 0,740. The data analysis technique used categorization descriptive statistics is : very appropriate, appropriate, inappropriate and very inappropriate.

The results of this study indicate that bopkri bangutapan high school students have the following levels of self control : 3 students (5%) had very high self control, 24 students (40%) had high self control, 30 students (50%) had moderate self control, 2 students (3,33%) had low self control, and 1 students (1,67%) had very low self control. From the results of item analysis, 1 items (2%) have a very high score, 28 items (56%) have a high score, 18 items (36%) have a moderate score, and 3 items (6%) have a low score. Suggested topics for personal social guidance are : (1) let’s be a positive person, make your day full of gratitude and happiness!, (2) start your self and be optimistic, (3) let’s build up enthusiasm, if other people can do us too, (4) recognize your emotions and create harmonious relationship, (5) let’s learn to love each other and not be ashamed to say 3 magic words; sorry, please, and thankyou!, (6) let’s learn to complete our duties & responsibilities!.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala penyertaan dan rahmat kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui penyusunan karya ini, peneliti juga mendapatkan pelajaran baru dan pengalaman yang berharga di setiap proses penyusunan skripsi ini sampai selesainya.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan penuh kerendahan hati peneliti menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Selama proses penulisan skripsi ini ada banyak pihak yang sangat mendukung, mendoakan, dan membantu. Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, S.Pd., M.Psi selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dalam membimbing peneliti, mendukung serta selalu memberikan masukan baik untuk kemajuan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

xi

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, memotivasi dan memberikan ilmu kepada peneliti selama peneliti menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Drs. Bambang Rahardjo selaku kepala sekolah SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti serta mendukung peneliti untuk dapat melaksanakan penelitian di SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta.

6. Guru BK, para guru dan staff tata usaha yang telah membantu peneliti dalam kelancaran proses penelitian dan berkenan menerima peneliti. 7. Siswa SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta yang telah berpartisipasi

meluangkan waktu dan kesediaannya menjadi responden dalam mengisi kuesioner yang di sebar.

8. Orangtua tercinta Yoachim Selli Semben (Papsky) dan Anita Simon (Bundahara) yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, pengertian, perhatian, dan selalu mendukung peneliti dalam setiap hal khususnya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Adik-adikku yang terkasih; Dwiky Topan Nugraha, Falentino Semben, Calista Mayung Allo yang selalu menghibur, mendoakan dan selalu mengajarkan peneliti untuk menjadi pribadi yang kuat dan sabar.

10. Kepada Sahabat yang selalu setia menemani, yang paling mengerti, dan yang selalu mendukung di setiap proses penyelesaian skripsi ini. Hellen,

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... La tar Belakang Masalah ... 5

B. ... Id entifikasi Masalah ... 5 C. ... Ba tasan Masalah ... 5 D. ... Ru musan Masalah ... 6 E. ... Tu juan Penelitian ... 6 F... M anfaat Penelitian ... 6 G. ... Ba tasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. ... Ha kikat Kontrol Diri ... 9

1. ... Pe ngertian Kontrol Diri ... 9

2. ... As pek-Aspek Kontrol Diri ... 11

3. ... Je nis-Jenis Kontrol Diri ... 13

4. ... Fa ktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kontrol Diri ... 14

(14)

xiii

5. ... Fu ngsi Kontrol Diri ... 14 B. ... Ha kikat Remaja ... 16 1. ... Pe

ngertian Remaja ... 16 2. ... Tu

gas Perkembangan Remaja ... 17 3. ... Ci

ri-Ciri Remaja ... 18 4. ... Pe

rmasalahan kontrol diri pada remaja ... 21 5. ... Da mpak kurangnya kontrol diri pada remaja ... 22 C. ... Ha kikat Bimbingan Pribadi-Sosial ... 22 1. ... Pe

ngertian Bimbingan Pribadi-Sosial ... 22 2. ... Tu

juan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 23 3. ... Be

ntuk-Bentuk Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 24 4. ... La

ngkah-Langkah Penyusunan Topik Bimbingan ... 25 D. ... Ka jian Penelitian Yang Relevan ... 27 E. ... Ke rangka Pikir ... 28 BAB III METODE PENELITIAN ... 30 A. ... Je

nis Penelitian ... 30 B. ... Te

mpat dan Waktu Penelitian ... 31 C. ... Po

pulasi Penelitan ... 31 D. ... Va riabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 32 E. ... T

eknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33 F... V

aliditas dan Reliabilitas Instrumen ... 36 1. ... V

aliditas Instrumen ... 36 2. ... R

(15)

xiv

G. ... T

eknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. ... H asil Penelitian ... 45

1. ... D eskripsi Tingkat Kontrol Diri Siswa Sma Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ... 45

2. ... I dentifikasi Item Yang Perolehan Skornya Rendah Sebagai Dasar Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial ... 47

B. ... P embahasan ... 49

1. ... D eskripsi Tingkat Kontrol Diri Siswa Sma Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ... 49

2. ... U sulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 ... 53 BAB V PENUTUP ... 65 A. Kesimpulan ... 65 B. Keterbatasan Penelitian ... 66 C. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ... 70

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Populasi Penelitian ... 31

Tabel 1.2 Norma Skoring Skala Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan ...34

Tabel 1.3 Kisi-Kisi Kuesioner Kontrol Diri ... 35

Tabel 1.4 Kisi-Kisi Kuesioner Kontrol Diri Setelah Uji Coba ... 38

Tabel 1.5 Reliabilitas Instrumen ... 40

Tabel 1.6 Kriteria Guilford ... 40

Tabel 1.7 Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ... 42

Tabel 1.8 Norma Kategorisasi Data Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ... 43

Tabel 1.9 Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ... 44

Tabel 2.1 Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020...………...… 46

Tabel 2.2 Kategorisasi Skor Item Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ... 47

Tabel 2.3 Rekapitulasi Item-Item Yang Memiliki Skor Paling Sedang dan Rendah Pada Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA ... 53

Tabel 2.4 Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Pada Siswa SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ... 59

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir ... 29 Gambar 1.2 Grafik Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Ijin Penelitian ... 63

Lampiran Skala Kontrol Diri ... 64

Lampiran Hasil Uji Validitas ... 71

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja seringkali disebut dengan masa mencari jati diri, sebab masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa dimana masa remaja memiliki tugas perkembangan yang harus di selesaikan. Masa SMA merupakan bagian dari masa remaja, banyak yang bilang masa SMA atau putih abu-abu merupakan masa yang paling indah. Akan tetapi faktanya pada masa ini, tidak semua remaja mampu melewati semua masa sulit ini. Menurut Rice (dalam Gunarsa 2006 : 262), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting yang menyebabkan remaja perlu melakukan kontrol diri. Pertama; hal yang bersifat eksternal yakni adanya perubahan lingkungan dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).

Seperti yang kita ketahui bahwa masa remaja merupakan masa peralihan, dimana pada masa ini remaja akan mencari jati dirinya. tetapi tidak semua dari remaja yang berhasil melewati masa peralihan ini. Sehingga ada beberapa dari

(20)

remaja siswa di sekolah yang terjerumus dalam perilaku-perilaku yang negatif seperti melanggar aturan yang berlaku di sekolah, menyakiti hati teman, berkata kasar pada teman dan guru, membolos, bahkan kabur disaat jam pelajaran tertentu.

Kontrol diri itu sendiri merupakan usaha sungguh-sungguh dalam melawan ego dan nafsu pribadi. Usaha mengendalikan diri ini dilakukan karena sikap ego dan nafsu diri cenderung timbul untuk kesenangan sesaat, dan tidak peduli akan aturan-aturan yang berlaku. Menurut Chaplin (2011), Kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri berfungsi sebagai kemampuan untuk menahan tingkah laku yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Bukan hanya itu saja, kontrol diri juga berkaitan dengan bagaimana cara individu dalam mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam diri individu tersebut.

Remaja saat ini butuh akan pengendalian diri karena kontrol diri akan berpengaruh pada perkembangan remaja. Remaja yang memiliki kontrol diri yang tinggi, dapat melihat dirinya bahwa ia mampu mengontrol segala hal yang menyangkut perilakunya dengan baik dan sebaliknya. Apabila individu memiliki kontrol diri yang rendah, maka ia kurang mampu dalam mengontrol perilakunya dengan baik.

Berdasarkan pengalaman dan observasi peneliti pada saat melaksanakan kegiatan Magang BK-3 atau PPL di SMA BOPKRI Banguntapan tahun ajaran 2018/2019, diketahui beberapa siswa di sekolah sudah terlihat melakukan

(21)

tindakan kontrol diri secara sadar. Namun beberapa siswa lainnya menunjukkan hal sebaliknya misalnya pada saat melaksanakan ulangan, sekitar 5 orang siswa membuat kegaduhan ketika ulangan sedang berlangsung. Ada yang melempar-lemparkan kertas mengganggu temannya yang sedang fokus mengerjakan soal ulangan, ada yang bernyanyi, dan ada yang memaksa temannya untuk memberikan contekan meskipun telah di beri teguran. Ada juga siswa yang melanggar aturan sekolah pada saat kamis pahing. Mereka tidak menggunakan pakaian yang telah ditentukan dan bahkan memprovokasi teman kelasnya untuk tidak menggunakan baju adat jawa. Setelah ditegur dan diberikan hukuman oleh wali kelas; beberapa dari siswa tersebut memilih untuk ke kantin, ada yang bersembunyi di ruang osis dan tidak melaksanakan hukuman yang diberikan.

Ada juga yang sering adu mulut dengan teman kelasnya yang mengakibatkan terjadinya keributan di saat jam pelajaran berlangsung dan mengganggu siswa di kelas-kelas lain yang sedang belajar. Beberapa dari siswa di sekolah juga sering terlihat berada di kantin pada saat jam pelajaran sedang berlangsung ataupun saat jam pelajaran kosong.

Pengamatan lain yang didapatkan peneliti adalah ketika sedang melaksanakan bimbingan klasikal di kelas X dan XII, fenomena ini berkaitan dengan kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain, yang termasuk dalam aspek tapping aggressive and delinquent behaviors (Gilliom et al, 2002). Dimana ketika sesi tanya jawab sedang berlangsung beberapa siswa memberikan kata-kata kasar kepada salah satu siswa yang sedang mencoba menjawab pertanyaan yang sedang diberikan karena

(22)

mereka merasa jawaban yang diberikan oleh temannya tersebut salah. Adapun kejadian lainnya yaitu pada saat peneliti sedang melaksanakan observasi pembelajaran guru di kelas, ada siswa yang tertidur di kelas dan ketika di tegur siswa tersebut tidak terima lalu marah.

Berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu topik dalam bimbingan pribadi sosial agar peserta didik dapat dengan bijak menerapkan norma-norma sosial yang berlaku. Disisi lain topik-topik bimbingan mengenai self control di SMA Bopkri Banguntapan belum diadakan. Data ini didapatkan melalui wawancara dengan guru BK di sekolah. Selama ini topik bimbingan yang selalu diberikan lebih terfokus pada pemilihan karier, komunikasi dan kerjasama. Selama peneliti melaksanakan kegiatan magang BK-3, sejauh ini hanya ditemukan topik-topik bimbingan seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu penelitian ini akan dilakukan untuk mengukur: “Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020”.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut :

1. Adanya siswa yang belum mampu mengolah perkataannya dengan baik dan seringkali menyakiti hati temannya.

2. Ada siswa yang berada di kantin pada saat jam pelajaran berlangsung / saat jam pelajaran kosong.

3. Adanya siswa yang sering membuat kegaduhan di kelas.

4. Ada siswa yang belum mampu dalam mengontrol diri sehingga seringkali mudah terbawa emosi ketika dihadapkan dengan masalah.

5. Minimnya topik bimbingan pribadi-sosial tentang self control pada siswa di sekolah.

C. Batasan Masalah

Mengingat berbagai masalah yang muncul pada pembahasan latar belakang, maka dalam penelitian ini fokus kajian diarahkan untuk menjawab seberapa tinggi atau rendahnya tingkat kontrol diri siswa SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020.

(24)

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah disusun di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Seberapa baik tingkat kontrol diri siswa di SMA Bopkri Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ?

2. Butir-butir pengukuran kontrol diri apa sajakah yang capaian skornya rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik layanan pribadi-sosial untuk meningkatkan kontrol diri siswa SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020 ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeksripsikan seberapa tinggi dan rendahnya tingkat kontrol diri pada siswa SMA Bopkri Bangutapan Tahun Ajaran 2019/2020.

2. Mengidentifikasikan butir-butir item pengukuran tingkat kontrol diri yang capaian skornya rendah yang dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial di SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020.

(25)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang tingkat kontrol diri pada siswa di sekolah. Secara rinci manfaat penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi pada bidang ilmu pendidikan terkhusus Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan harapan dapat memperluas dan menambah wawasan mengenai pentingnya kontrol diri pada siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa SMA Bopkri Bangutapan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi kepada para siswa akan pentingnya kontrol diri. Sehingga siswa dapat mengendalikan dan mengembangkan kontrol dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

b. Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi tentang kontrol diri pada siswa. Guru BK juga dapat mengetahui seberapa tinggi/rendahnya kontrol diri siswanya sehingga membantu guru BK untuk lebih memahami kebutuhan yang dihadapi oleh siswa khususnya dalam hal kontrol diri.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sebuah kesempatan untuk berlatih dan belajar meneliti untuk menyusun karya ilmiah khususnya mengenai tingkat

(26)

kontrol diri pada siswa. Disisi lain diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti berikutnya dengan harapan agar hasilnya jauh lebih baik dan bermanfaat ketika memberikan bidang layanan Bimbingan dan Konseling.

G. Batasan Istilah

Adapun batasan istilah atau definisi operasional variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Kontrol diri merupakan suatu tindakan dimana individu tersebut mampu mengendalikan dirinya secara sadar sehingga dapat terbentuk perilaku yang baik dan tidak menimbulkan kerugikan pada oranglain dan dirinya sendiri.

2. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa untuk menemukan jati dirinya.

3. Bimbingan pribadi dan sosial adalah bimbingan yang diberikan di sekolah. Bimbingan Pribadi-Sosial diberikan kepada siswa agar mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan pribadi-sosialnya sendiri.

(27)
(28)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang kontrol diri, remaja, bimbingan pribadi-sosial, kajian penelitian yang relevan dan kerangka pikir.

A. Hakikat Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri

Kontrol diri dalam penelitian ini mengarah pada teori kontrol diri menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron 2010 : 22). Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.

Menurut Beck (dalam Gunarsa 2006 : 251), pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Sejalan dengan pendapat Beck yang mengungkapkan bahwa individu menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial, maka Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron 2010 : 23), mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri secara kontinu. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun

(29)

standar yang lebih baik bagi dirinya. Ketika berusaha memenuhi tuntutan, dibuatkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.

Menurut Messina dan Messina (dalam Gunarsa 2006 : 251), pengendalian diri adalah seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi.

Menurut Goleman (2005 : 131), kontrol diri adalah keterampilan untuk dapat mengendalikan diri dari api-api emosi yang terlihat mencolok. Tanda-tandanya seperti adanya ketegangan saat menghadapi stress atau ketika sedang menghadapi seseorang yang bersikap bermusuhan tanpa membalas dengan sikap serupa. Ketika sedang berinteraksi dengan individu lain, seringkali seseorang akan berusaha untuk menunjukkan perilakunya yang dianggap paling tepat bagi dirinya, seperti perilaku yang dapat menyelamatkan interaksinya dari akibat negative yang disebabkan oleh respons yang dilakukannya. Seperti yang diungkapkan (dalam Ghufron 2010 : 22-23), kontrol diri diperlukan untuk membantu individu dalam mengatasi atau merintangi berbagai hal yang dapat merugikan atau yang mungkin terjadi yang berasal dari luar.

(30)

Sedangkan menurut Gilliom et al (dalam Gunarsa 2006 : 251), kontrol diri adalah kemampuan individu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain (termasuk di dalam aspek tapping aggressive and delinquent behaviors), kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku (termasuk di dalam aspek cooperation), serta kemampuan untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut (termasuk dalam aspek assertiveness).

Berdasarkan paparan dari para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa kontrol diri merupakan suatu tindakan dimana individu tersebut mampu mengendalikan dirinya secara sadar sehingga dapat terbentuk perilaku yang baik dan tidak menimbulkan kerugikan pada oranglain dan dirinya sendiri. 2. Aspek-aspek Kontrol Diri

Berdasarkan konsep Averill (dalam Ghufron 2010 : 29), terdapat 3 jenis kemampuan mengontrol diri yang meliputi 3 aspek. Averill menyebutkan aspek kontrol diri atau kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).

a. Kontrol Perilaku (Behavior Control)

Merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak

(31)

menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini di bagi menjadi dua komponen yaitu :

1) Mengatur pelaksanaan (regulated administration) Indikator :

a) Kemampuan mengendalikan situasi atau keadaan menurut dirinya sendiri (faktor internal).

b) Kemampuan mengendalikan situasi atau keadaan menurut sesuatu diluar dirinya (faktor eksternal).

2) kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Indikator :

a) Kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.

b. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen yaitu, memperoleh informasi dan melakukan penilaian. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

(32)

c. Mengontrol Keputusan (Decisional Control)

Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, dan kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

3. Jenis-jenis Kontrol Diri

Menurut Block (dalam Ghufron 2010 : 31), terdapat tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu:

a. Over control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus. Individu dengan Over control memiliki kecenderungan sulit dalam mengekspresikan diri dalam segala situasi yang dihadapi.

b. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Under control yang ada pada diri individu seringkali menyebabkan individu lepas kendali. Misalnya dalam hal pengambilan keputusan. Individu menjadi kesulitan untuk mempertimbangkan keputusan dengan bijak sehingga membuat individu tanpa perlu berpikir panjang bahkan melakukan atau mengambil tindakan tanpa perhitungan yang matang.

(33)

c. Appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan implus secara tepat. Jenis kontrol ini menggambarkan individu yang memiliki kontrol diri baik, individu yang mampu dalam mengendalikan segala keinginan atau dorongan yang dimiliki secara tepat.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari diri individu), dan faktor eksternal (lingkungan individu), (dalam Ghufron 2010 : 32).

a.Faktor Internal

Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terlebih khusus orangtualah yang akan menentukan kemampuan anak dalam mengontrol diri. Menurut Nasichah (dalam Ghufron, 2010), persepsi remaja dalam penerapan disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung akan diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh karena itu orangtua diharapkan dapat menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini.

(34)

Menurut Messina & Messina (dalam Gunarsa 2010 : 255), kontrol diri memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Membatasi perhatian individu kepada orang lain

Dengan adanya kontrol diri, individu akan memberikan perhatian pada kebutuhan pribadinya pula, tidak sekedar fokus pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain yang ada di lingkungannya. Perhatian yang terlalu banyak pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain akan menyebabkan individu mengabaikan bahkan melupakan kebutuhan pribadinya.

b. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya

Dengan adanya kontrol diri, individu akan membatasi ruang bagi aspirasi dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi orang lain supaya dapat terakomodasi secara bersama-sama. Individu akan membatasi keinginannya atas keinginan orang lain, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berada dalam ruang aspirasinya masing-masing.

c. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif

Individu yang memiliki kontrol diri akan terhindar dari berbagai tingkah laku negatif. Kontrol diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku (negative) yang tidak sesuai dengan norma sosial. Tingkah laku negative tersebut meliputi ketergantungan pada obat atau zat kimia,

(35)

ketergantungan pada alkohol, rokok, serta ketergantungan untuk bermain judi.

d. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang Pemenuhan kebutuhan hidup menjadi motif bagi setiap individu dalam bertingkah laku. Ketika individu bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bisa jadi individu memiliki ukuran kebutuhan melebihi yang harus dipenuhinya. Individu yang memiliki kontrol diri yang baik, akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Dengan ini kontrol diri membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup, misalnya tidak memakan makanan secara berlebihan, tidak melakukan kegiatan berbelanja secara berlebihan melampaui batas kemampuan keuangan.

B. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Menurut Latifah (dalam Sarwono 2016 : 17), beberapa penulis Indonesia berpendapat bahwa remaja adalah seseorang yang dalam masa transisi dari masa anak ke dewasa, yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, agama, kognitif dan sosial. Di kalangan pakar psikologis perkembangan (termasuk di Indonesia), yang banyak dianut adalah pendapat Hurlock (dalam Sarwono, 2016 : 17), membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 tahun atau 17 tahun)

(36)

dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun sampai 18 tahun). Berdasarkan definisi ahli mengenai remaja, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa untuk menemukan jati dirinya.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (1990) tugas perkembangan remaja ialah sebagai berikut :

a. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

b. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

c. Mengharapkan kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

d. Mempersiapkan karir ekonomi.

e. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Sementara itu adapun tugas perkembangan remaja menurut Yusuf & Nurihsan (2010 : 198) sebagai berikut :

a. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas (mengembangkan sikap respect terhadap orangtua dan orang lain tanpa tergantung kepadanya)

b. Mengembangkan keterampilan komunikasi intepersonal

c. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar d. Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya

(37)

e. Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau filsafa hidup

f. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan

g. Bertingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial 3. Ciri-ciri Remaja

Menurut Hurlock (dalam Gunarsa 2003) masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu dalam rentan kehidupannya. Ciri-ciri masa remaja ialah sebagai berikut :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat terutama pada masa remaja awal. Perkembangan ini menimbulkan penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya melainkan lebih pada peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang yang dewasa.

(38)

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung secara pesat. Empat perubahan yang terjadi pada masa remaja antara lain sebagai berikut:

1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh masyarakat menimbulkan masalah baru.

3) Berubahnya minat pada pola perilaku mengakibatkan nilai-nilai juga berubah.

4) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Terhadap dua alasan kesulitan yang terjadi, yaitu:

1) Sepanjang masa kanak-kanak, masalah yang timbul diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalahnya.

2) Para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnys sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.

(39)

3) Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Penyesuaian diri pada masa remaja dilakukan dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting daripada individualitas. Seperti dalam hal pakaian, berbicara dan perilaku anak yang lebih besar ingin lebih cepat seperti teman-temannya. Mereka mulai menunjukkan siapa dirinya kepada masyarakat.

e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya keyakinan bahwa menjadi orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat pertumbuhan masa dewasa menjadi sulit. Hal ini mengakibatkan adanya jarak antara orangtua dengan anak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orangtua untuk mengatasi masalahnya.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana seharusnya. Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial dan dengan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja memandang dirinya sendiri, keluarga, teman-teman, dan kehidupannya pada umumnya secara realistik. Bila telah mencapai usia dewasa ia merasa bahwa masa remaja lebih bahagia daripada masa dewasa, bersama dengan tuntutan dan tanggung jawabnya.

(40)

Semakin mendekati usia yang matang, remaja semakin gelisah untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan di masa remaja.

Berdasarkan apa yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja sangat perlu melakukan penyesuaian dan kontrol diri dalam hidup bermasyarakat. Penyesuaian dan kontrol diri perlu didukung dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan emosionalnya.

4. Permasalahan Kontrol Diri pada Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa untuk menemukan jati dirinya. Pada masa ini remaja memerlukan bimbingan sebab di fase ini pemahaman individu akan dirinya sendiri masih kurang. Menurut Hurlock (2000 : 50), bahwa Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan secara biologis, kognitif dan emosional. Dalam setiap proses perkembangan yang alami oleh remaja, perubahan-perubahan yang terjadi seringkali menimbulkan masalah. Remaja yang belum matang secara psikologis seringkali belum mampu dalam mengendalikan dirinya sedangkan remaja yang memiliki kontrol diri yang tinggi mereka cenderung mampu dalam mengendalikan dan menghadapi persoalan dengan baik.

Adapun permasalahan yang seringkali ditimbulkan akibat ketidakmampuan individu dalam mengendalikan dirinya misalnya; tawuran antar pelajar, mencuri, tidak menerapkan norma yang berlaku di sekolah ( membolos, menyontek, & tidak mematuhi peraturan yang berlaku).

(41)

5. Dampak Kurangnya Kontrol Diri pada Remaja

Penyimpangan perilaku yang seringkali dilakukan oleh remaja ialah salah satu gambaran dari kegagalan remaja dalam hal kemampuan mengontrol diri. Menurut Fatimah (2006 : 122), Remaja diharapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat yang dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang, jika terarah maka akan membawa individu menjadi pribadi yang baik dan jika tidak maka akan sebaliknya.

Kurangnya self control pada diri remaja akan menyebabkan remaja tidak memiliki batasan dalam diri terhadap pengaruh dari lingkungan yang negatif, sehingga remaja rentan terjerumus pada perilaku yang menyimpang. Oleh karena itu, remaja perlu memiliki kemampuan dalam mengontrol diri yang baik agar remaja mampu mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik dan mampu berkembang ke arah kemandirian .

C. Hakikat Bimbingan Pribadi-Sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Syamsu Yusuf (2006 : 11), bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi, yang tergolong dalam permasalahan sosial-pribadi ialah hubungan dengan teman, dengan guru, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan belajar baru dan orang-orang sekitar lingkungan sekolah.

(42)

Menurut Winkel & Hastuti (2004 : 118), bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam hatinya sendiri. salah satunya adalah bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Winkel & Hastuti tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan untuk menghadapi keadaan batin seseorang, mengatasi pergumulan hatinya dalam bidang pribadi-sosial sehingga individu tersebut mampu mengontrol dirinya menjadi lebih baik dengan lingkungan (pergaulan sosialnya).

2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial

Syamsu dan Juntika ( 2006 : 14), secara rinci menyebutkan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan pribadi sosial adalah sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleran terhadap umat beragama lain dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak

(43)

menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang berkaitan dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. Memiliki rasa tanggungjawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.

j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. k. Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara efektif. 3. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel & Hastuti (2013 : 111), bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan. Ada dua bentuk bimbingan, antara lain sebagai berikut :

(44)

a. Bimbingan Individual atau Perseorangan

Bimbingan individual atau bimbingan perseorangan adalah layanan bimbingan yang diberikan oleh guru BK kepada satu orang siswa saja.

b. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan oleh guru BK kepada lebih dari satu orang siswa, baik itu kelompok kecil, kelompok agak besar, atau kelompok sangat besar. 4. Langkah-Langkah Penyusunan Topik Bimbingan

Menurut Winkel & Hastuti (2013 : 127), ada enam komponen langkah-langkah penyusunan topik bimbingan, sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data (Appraisal)

Komponen pengumpulan data mencakup semua usaha untuk perolehan data tentang peserta didik. Pengumpulan data ialah mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik, serta membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman akan diri sendiri.

b. Pemberian Informasi (Information)

Pemberian informasi mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda. Maka informasi tepat yang dapat disampaikan misalnya mengenai tata

(45)

tertib sekolah, cara belajar yang baik, beraneka program studi di sekolah.

c. Penempatan (Placement)

Penempatan bertujuan untuk membantu siswa dalam merencanakan masa depannya selama masih sekolah dan sesudah tamat. Tujuan pada pelayanan bimbingan ini supaya siswa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non-akademik, yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan.

d. Konseling

Konseling merupakan layanan bimbingan yang dipandang sebagai layanan inti atau jantung pelayanan bimbingan, karena siswa seluruhnya dapat memusatkan perhatiannya pada keadaan dirinya sendiri serta dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya.

e. Konsultasi

Konsultasi mencakup semua usaha memberikan asistensi kepada staf pendidik di sekolah bersangkutan dan kepada orangtua siswa, demi perkembangan siswa yang lebih baik.

(46)

f. Evaluasi Program

Evaluasi program mencakup usaha menilai efisiensi dan efektivitas dari pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu progra bimbingan.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2019). Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan tingkat kontrol diri pada siswa SMP Santo Aloysius Turi berada dalam kategori tinggi dengan jumlah 67%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Aloysius Turi memiliki tingkat kontrol diri yang baik.

Letak relevansi penelitian yang dilakukan oleh Astuti dengan penelitian ini adalah pada variabel yang akan diukur yaitu kontrol diri, penelitian ini mengukur tingkat kontrol diri pada peserta didik, serta menggunakan teori yang sama. Teori yang digunakan yaitu kontrol diri menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron 2010:22). Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Tingkat kontrol diri siswa dapat dilihat dari cara siswa mengontrol diri berdasarkan 3 aspek yaitu aspek kognitif, perilaku, dan mengontrol keputusan.

(47)

E. Kerangka Pikir

Menurut Averill (dalam Muharsih 2006 : 22), Kontrol diri merupakan variabel psikologis yang meliputi kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan apa yang ia yakini. Seseorang yang memiliki self control yang baik ia akan mampu mengontrol dirinya atas apa yang akan ia lakukan. Sebelum melakukan tindakan individu tersebut lebih memikirkan apa dampak yang akan ditimbulkan baikkah atau buruk kemudian melakukannya. Sedangkan individu dengan self control yang rendah akan cenderung melakukan suatu hal tanpa memikirkan oranglain dan dampak yang ditimbulkan.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui tingkat kontrol diri yang dimiliki oleh siswa SMA BOPKRI Banguntapan tahun ajaran 2019/2020. Secara garis besar, kontrol diri dipengaruhi oleh faktor internal (usia) dan faktor eksternal (lingkungan individu) serta tingkat kontrol diri siswa dapat dilihat dari aspek-aspek mana sajakah yang sudah terpenuhi pada siswa. Kemudian, setelah mengetahui seberapa tinggi dan rendahnya tingkat kontrol diri siswa; selanjutnya peneliti akan mengusulkan topik-topik layanan bimbingan pribadi-sosial yang sesuai.

(48)

Gambar 1.1 Kerangka Pikir 2. Usulan Topik-topik Layanan

Bimbingan Pribadi – Sosial 1. Aspek-aspek kontrol diri 2. Faktor internal (usia) dan

Faktor eksternal (lingkungan individu) Siswa SMA BOPKRI Bangutapan Kontrol Diri Tinggi Kontrol Diri Rendah

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, waktu dan tempat pengumpulan data penelitian, populasi penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, teknik dan instrumen penelitian, validasi dan reabilitas, serta teknik analisis data. A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang menekankan pada data penelitian yang berupa angka dan analisis data yang diolah menggunakan statistik. Menurut Sugiyono (2015 : 14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2019/2020, untuk mengetahui tingkat kontrol diri siswa di sekolah maka diperlukan skor-skor berupa angka yang akan menentukan tinggi rendahnya tingkat kontrol diri siswa. Skor-skor tersebut diperoleh dari jawaban siswa pada kuesioner yang di sebar. Selain itu, tujuan lain dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasikan item-item pengukuran tingkat kontrol diri yang capaian skornya rendah dan hasil tersebut akan di jadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

(50)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13 Agustus 2019 berupa pembuatan proposal. Pengambilan data dalam penelitian ini berlangsung pada bulan Mei tahun ajaran 2019/2020 pada tanggal 18 - 30 Mei 2020. Tempat penelitian ini berada di SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA BOPKRI Banguntapan. Penelitian ini melibatkan seluruh siswa di sekolah yang berjumlah 65 siswa. Namun ada 5 siswa yang tidak mengisi kuesioner yang disebar sehingga jumlah populasi yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 60, yang terdiri dari 6 kelas yaitu kelas X-Mia, X-Iis, XI-Mia, XI-Iis, XII-Mia, dan XII-Iis.

Tabel 1.1 Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah

1. X MIA 6 Siswa 2. X IIS 12 Siswa 3. XI MIA 10 Siswa 4. XI IIS 13 Siswa 5. XII MIA 8 Siswa 6. XII IIS 11 Siswa

(51)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2015 : 60). Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono 2015 : 60) secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau obyek yang lain.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kontrol diri. Kontrol diri yang digunakan dalam penelitian ini mengarah pada teori kontrol diri menurut Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron 2010 : 22). Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Adapun aspek yang digunakan dalam penelitian ini ialah aspek kontrol diri atau kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control) berdasarkan konsep Averill (dalam Ghufron 2010 : 29).

(52)

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan survey. Menurut Sugiyono (2014 : 7) penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian ialah dengan menggunakan Skala Kontrol Diri. Jenis skala yang digunakan di dalam penelitian ini ialah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015). Skala Likert terdiri dari pilihan jawaban sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Peneliti meniadakan pilihan jawaban netral (N) untuk menghindari adanya kecenderungan jawaban ditengah (central tendency effect).

Pernyataan yang terdapat pada Skala Kontrol Diri terdiri dari favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mengungkap adanya Tingkat Kontrol Diri sedangkan

(53)

pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mengungkap adanya Tingkat Kontrol Diri. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang dibuat dalam bentuk checklist (√). Responden diminta untuk memberikan jawaban pada pernyataan yang terdapat dalam Skala Kontrol Diri dan memberikan tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan.

Tabel 1.2

Norma Skoring Kontrol Diri Siswa SMA BOPKRI Banguntapan Alternatif Jawaban Item

Favorable Item Nonfavorable Sangat sesuai (SS) 4 1 Sesuai (S) 3 2 Tidak Sesuai (TS) 2 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Skoring dilakukan dengan menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi pula tingkat kontrol diri siswa. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka akan semakin rendah tingkat kontrol diri siswa. Kisi-kisi Skala Kontrol Diri Siswa SMA sebelum dilakukan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(54)

Tabel 1.3

Kisi-kisi Skala Kontrol Diri Siswa SMA

No. Aspek Indikator No. Butir Jumlah

Item Item Favorable Item Unfavorable 1. Kontrol Perilaku (Behavior Control) a. Mampu mengendalikan situasi. 1,3,5,7,9 2,4,6,8,10 10 20 b. Mampu mengontrol stimulus. 11,13,15,1 7,19 12,14,16,18, 20 10 2. Kontrol Kognitif (Cognitive Control) a. Mampu melihat dan menghadapi setiap persoalan secara positif tanpa adanya stressor. 21,23,25,2 7,29 22,24,26,28, 30 10 10 3. Mengontrol Kepuasan (Decisional Control) a. Mampu mengambil keputusan dengan baik. 31,33,35,3 7,39 32,34,36,38, 40 10 20 b. Mampu mengambil tindakan untuk penyelesaian permasalahannya dengan baik. 41,43,45,4 7,49 42,44,46,48, 50 10 Total 25 25 50

(55)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid atau apa yang seharusnya diukur dengan teliti. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2015 : 173).

Validitas yang diuji dalam instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Azwar (2015), validitas isi ialah validitas yang dihitung melalui pengujian terhadap isi pada alat ukur menggunakan analisis rasional dengan cara expert judgement. Instrumen pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur. Penelitian ini melibatkan expert judgement yang dilaksanakan oleh Juster Donal Sinaga M.Pd selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

Setelah peneliti menyusun instrumen, instrumen yang telah dibuat tersebut kemudian diberikan kepada dosen pembimbing sebagai expert judgement untuk dikonsultasikan. Selama proses konsultasi ini berlangsung, dosen pembimbing memberikan saran dan masukan terkait kesesuaian aspek dengan indikator dan butir item. Setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, peneliti merevisi

(56)

kembali instrumen yang dibuat sesuai dengan saran perbaikan hingga selesai (final instrument). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji coba terpakai. Uji coba terpakai merupakan salah satu teknik dalam menguji validitas dan reliabilitas dengan cara pengambilan data yang dilakukan hanya sekali dan hasilnya langsung digunakan.

Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dengan skor total. Validitas ini digunakan untuk meneliti sejauh mana item-item yang telah dibuat dalam Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA BOPKRI Bangutapan. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson Product Moment. Adapun rumus korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :

Keterangan :

r = Korelasi product moment X= Nilai setiap item

Y= Nilai dari jumlah item N= Jumlah responden

(57)
(58)

Koefisien item yang mencapai > 0,254 dianggap sebagai item yang valid atau item yang telah memenuhi syarat. Apabila korelasi <0,254 maka item dianggap tidak valid. Untuk mengetahui validitas item pada Skala Kontrol Diri, peneliti dibantu dengan menggunakan program IBMSPSS statistics versi 21. Berdasarkan perhitungan validitas, diketahui ada 40 item yang valid dan 10 item yang tidak valid dengan menggunakan koefisien 0,254.

Tabel 1.4 Kisi-kisi Skala Kontrol Diri Siswa SMA

Setelah Uji Coba

No. Aspek Indikator

No. Butir Jumlah Item Favorabl e Item Unfavorable 1. Kontrol Perilaku (Behavior Control) a. Mampu mengendalikan situasi. b. Mampu mengontrol stimulus. 1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10 19 11, 13, 15, 17, 19 12, 14, 16, 18, 20 2. Kontrol Kognitif (Cognitive Control) c. Mampu melihat dan menghadapi setiap persoalan secara positif tanpa adanya stressor. 21, 23, 25, 27, 29 22, 24, 26, 28, 30 8 3. Mengontrol Kepuasan (Decisional Control) d. Mampu mengambil keputusan dengan baik. 31, 33, 35, 37, 39 32, 34, 36, 38, 40 13

(59)

e. Mampu mengambil tindakan untuk penyelesaian permasalahanny a dengan baik. 41, 43, 45, 47, 49 42, 44, 46, 48, 50 Total 20 20 40 G. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukuran instrumen. Salah satu ciri instrumen yang berkualitas baik adalah reliabel. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi menunjukkan konsistensi hasil pengukuran. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan internal consistency, yaitu pengujian dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh di analisis (Sugiyono, 2015 : 185).

Untuk perhitungan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach (α). Adapun rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

Keterangan :

: Reliabilitas skala

(60)

Sx² : Varians skor skala

Dari uji yang dilakukan, maka diperoleh nilai reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 1.5 Reliabilitas Instrumen Cronbach’s Alpha N of Items

.740 40

Berdasarkan perhitungan reliabilitas Skala Kontrol Diri Siswa SMA sebesar 0,740. Selanjutnya hasil perhitungan reliabilitas dikonfirmasi dengan menggunakan kriteria Guiford. Kriteria Guilford dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut :

Tabel 1.6 Kriteria Guilford

No. Koefisien Korelasi Kualifikasi 1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 2. 0,71 – 0,90 Tinggi 3. 0,41 – 0,70 Cukup 4. 0,21 – 0,40 Rendah 5. Negatif - 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas terhadap 40 butir item yang valid dengan hasil Cronbach Alpa sebesar 0,740 termasuk dalam kriteria tinggi. Artinya kuesioner ini dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data.

(61)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2015 : 207) dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lainnya terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasikan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.

Langkah-langka yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti memberikan skor pada item angket yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing alternatif jawaban dengan mengikuti aturan pemberian skor yang ada dalam tabel norma skoring.

2. Setelah memberikan skor pada masing-masing item, peneliti mentabulasi seluruh data yang diperoleh dan memasukannya ke dalam micosoft excel. Selanjutnya, peneliti menggunakan program IBM SPSS Statistic Version 21 untuk menghitung uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment. Kemudian menghitung uji

(62)

reliabilitas dengan menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach melalui SPSS.

3. Mengkategorikan tingkat kontrol diri siswa SMA BOPKRI Banguntapan dengan menggunakan norma kategorisasi.

Tabel 1.7

Penetuan Kriteria secara Keseluruhan

Rumus Kategori µ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ Tinggi µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ Sedang µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ Rendah X ≤ µ - 1,5 σ Sangat Rendah

Berdasarkan tabel diatas maka selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X maksimum, X minimum, standar deviasi, dan mean. Untuk menggolongkan Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Bopkri Banguntapan maka digunakan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan:

X maksimum : Skor tertinggi X minimum : Skor terendah

σ (Standar deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam enam satuan deviasi sebaran.

µ (Mean) : Rata-rata dari skor maksimum dan minimum.

(63)

Berdasarkan rumus tersebut, maka kategorisasi data siswa dapat dihitung sebagai berikut :

Skor maksimum teoritik : 40 x 4 =160 Skor minimum teoritik : 40 x 1 = 40 Luas Jarak : 160 – 40 = 120

σ Standar deviasi : 120 : 6 = 20

µ

Mean teoritik : (160 + 40) ÷ 2 = 100

Hasil perhitungan kategorisasi data disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1.8

Norma Kategorisasi Data Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Tahun Ajaran 2019/2020

Kriteria Skor Interval Kategori

µ+1,5 σ <X 130 < X Sangat tinggi µ+0,5 σ <X ≤ µ+1,5 σ 110 < X ≤ 129 Tinggi µ-0,5 σ <X ≤ µ+0,5 σ 90 < X ≤ 109 Sedang µ-1,5 σ <X ≤ µ-0,5 σ 70 < X ≤ 89 Rendah X ≤ µ-1,5 σ X ≤ 69 Sangat Rendah

Sementara itu perhitungan capaian skor item kontrol diri siswa SMA Bopkri Banguntapan Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah 60 siswa dihitung sebagai berikut :

Skor maksimum teoritik : 4 x 60 = 240 Skor minimum teoritik : 1 x 60 = 60 Luas jarak : 240 – 60 = 180

(64)

µ

Mean teoritik : (240 + 60) ÷ 2 = 150

Hasil perhitungan kategorisasi skor item disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1.9

Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Kontrol Diri Siswa SMA Tahun Ajaran 2019/2020

Kriteria Skor Interval Kategori

µ+1,5 σ <X 195 < X Sangat tinggi µ+0,5 σ <X ≤ µ+1,5 σ 165 < X ≤ 194 Tinggi

µ-0,5 σ <X ≤ µ+0,5 σ 135 < X ≤ 164 Sedang µ-1,5 σ <X ≤ µ-0,5 σ 105 < X ≤ 134 Rendah

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Pikir ............................................................................
Gambar 1.1  Kerangka Pikir  2. Usulan Topik-topik Layanan
Tabel 1.1  Populasi Penelitian
Tabel 1.4  Kisi-kisi Skala   Kontrol Diri Siswa SMA
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bismillahirrohmaanirrohiim dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan

Bismillahirrohmaanirrohiim dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan diajukan

Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan menganalisis serta mengadakan koreksi seperlunya, kami berpendapat bahwa skripsi saudari Fitria Nurazizah

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan diajukan pada Jurusan Pendidikan Agama

Bismillahirrohmanirrohim dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dan diajukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Penidikan Agama Islam dan diajukan pada program studi

Dosen pembimbing akademik sebagai orangtua mahasiswa dikampus hendaknya memberi perhatian yang lebih pada mahasiswa yang berperilaku konsumtif berpacaran dengan mengetahui

Item-item yang dalam kategori sedang adalah item dengan nomor; (3) saya sering merasa khawatir terhadap kehidupan saya kedepanya, karena hanya tinggal dengan