• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR RENDAH DI SMP NEGERI 167 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Maria Regina Indah Sri Perwitasari NIM : 171114097

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

SKRIPSI

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR RENDAH DI SMP NEGERI 167 JAKARTA

Oleh:

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M. Si. Yogyakarta, 30 Mei 2021 Maria Regina Indah Sri Perwitasari

NIM: 171114097

(3)

Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada 11 Juni 2021

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

SKRIPSI

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR RENDAH DI SMP NEGERI 167 JAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Maria Regina Indah Sri Perwitasari NIM: 171114097

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psi.

Sekretaris : Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd.

Anggota 1 : Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si.

Anggota 2 : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psi.

Anggota 3 : Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A.

Yogyakarta, 11 Juni 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si

(4)

MOTTO

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh

(Andrew Jackson)

What you think, you become. What you feel, you attrack. What you imagine, you create (Gautama Buddha)

Education is not the learning on facts, but the training of the mind to think (Albert Einstein)

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Carilah, maka kamu akan mendapatkan.

Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu (Matius 7:7)

(5)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan rahmatnya Tuhan berikan.

Kedua orang tua Bapak dan Mama yang mendoakan dan mendukung saya, Mas Bimo dan Mas Anton yang selalu memberikan dukungan secara material, orang- orang yang saya cintai dan hormati serta untuk Almamater tercinta Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Dosen Pembimbing Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. yang telah membimbing, memberikan motivasi dan memberikan pembaharuan revisi secara teliti serta

masukan selama proses menyelesaikan skripsi.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Juni 2021 Peneliti

Maria Regina Indah Sri Perwitasari

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Regina Indah Sri Perwitasari

Nomor Mahasiswa : 171114097

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR RENDAH DI SMP NEGERI 167 JAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 11 Juni 2021

Yang menyatakan

( Maria Regina Indah Sri P)

(8)

ABSTRAK

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR RENDAH DI SMP NEGERI 167 JAKARTA

Maria Regina Indah Sri Perwitasari Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan/menggambarkan 1) Peranan guru BK kelas IX dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur, 2) Hambatan yang dihadapi guru BK kelas IX dalam menjalankan peranannya, dan 3) Cara guru bimbingan dan konseling mengatasi hambatan dalam menjalankan perannya

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Sumber data penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling kelas IX di SMP Negeri 167 Jakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Teknik analisa data yang digunakan yaitu membuat verbatim, reduksi data dan kategorisasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi dengan observasi, menggunakan teoriyang membangkitkan motivasi belajar siswa dengan pengalaman tokoh inspiratif, membangun kedekatan pribadi, adil dalam memberikan pelayanan terhadap siswa, konsisten dalam membimbing, melayanin dan mendampingi siswa, melakukan reveral, bekerjasama dengan pihak sekolah seperti karyawan, guru dan siswa, membuat program BK dan memilih assessment yang sesuai dengan kebutuhan siswa (2) Hambatan yang dialami guru BK dalam menjalankan peranya yaitu kurang mampu mengoprasikan teknologi pembelajaran di era modern, tidak bersemangat, ruang BK tidak berstandart dan orangtua dan salah satu guru kurang dapat diajak kerjasama (3) Cara guru BK menghadapi hambatan dalam menjalankan perannya yaitu meminta bantuan siswa dan karyawan, melawan rasa tidak bersemangat agar lebih bersemangat, mencari ruang yang privasi untuk konseling dan untuk berbincang dengan orangtua serta sabar, mencari informasi dari yang lainnya dan bekerjasama dengan guru atau orangtua

Kata Kunci: Peranan guru BK, Dewasa Madya.

(9)

ABSTRACT

THE ROLE OF GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS IMPROVING THE LEARNING MOTIVATION OF GRADE IX STUDENTS WHO HAVE

LOW LEARNING MOTIVATION AT SMP NEGERI 167 JAKARTA Maria Regina Indah Sri Perwitasari

Sanata Dharma University 2021

This study aims to describe 1) The role of guidance and counseling grade IX teacher in improving the learning motivation of students who have low learning motivation at SMP Negeri 167 East Jakarta, 2) Obsstacles faced by guidance and counseling grade IX teachers in carrying out their role, and 3) How guidance and counseling teachers overcome obstacles in carrying out their role

This type of research is qualitative research with a case study approach. The source of this research data is a grade IX guidance and counseling teacher at SMP Negeri 167 Jakarta. The data collection technique used is interview. Data analysis techniques used are verbatim, data reduction and categorization.

The results of this study showed that (1) The role of guidance and counseling in improving the learning motivation of grade IX students who have had motivation with observation, using theories that arouse the motivation of learning students with the experience of inspirational figures, building personal closeness, fairness in providing services to students, consistent in guiding, serving and accompanying students, doing reveral, cooperating with schools such as employees, teachers and students, creating BK programs and choosing assessments that suit the needs of students (2) Obstacles experienced by BK teachers in carrying out their role that is less able to optimize learning technology in the modern era, not eager, bk room is not standardized and parents and one of the teachers can not be invited to cooperate (3) How BK teachers face obstacles in carrying out their role, namely asking for a ban students and employees, against lacklusterness to be more passionate, seek a privacy space for counseling and to talk to parents and be patient, seek information from others and work with teachers or parents

Keywords: Role of guidance and counseling teacher, Middle Adult.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya pada Peneliti, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan kehendak-Nya. Peneliti menyadari tanpa adanya bantuan bimbingan dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak terlibat, Peneliti belum dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsono, S. Pd., M. Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Dr. Y. Heri Widodo, M. Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

3. Priyas Hayu Purbaning Tyas, M. Pd selaku Wakil Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

4. Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi 5. Dr. Pankrasius OLak, SSCC yang telah dengan sabar dan baik hati membantu

peneliti dalam proses pengerjaan skripsi

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing peneliti selama empat tahun menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling

7. Orang tuaku serta kedua masku yang tercinta atas doa dan perhatian baik moral maupun material yang tak terhitung.

8. Sahabatku (Frederick, Putra dan Kevynn) yang setia mendengarkan keluh kesahku meskipun kita dipisahkan jarak.

(11)

9. Konco Leter S (Shefi, Endry, Danang, Arjun(sem), Yudhana, Varly dan adek Tinus) serta konco Camp Pakem (Lelly, Ibeth, Ica, Firda, Satrio, Fajar, Jepri, Elzra dan Sigit) atas dukunganya, hiburanya, leluconya dan waktunya untuk selalu datang kerumah sampai menginap sehingga saya tidak terbelenggu akan rasa trauma dan ketakutan.

10. Sekolah Menengah Pertama Negeri 167 Jakarta Timur atas kebaikanya memberikan kesempata bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

11. Teman-teman BK Angkatan 2017 atas dinamikanya dan selalu memberikan dukungan.

Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak kekuranganya. Namun, demikian peneliti berharap dapat memberikan ilmu bagi siapapun yang membacanya.

Peneliti

Maria Regina Indah Sri Perwitasari

(12)

DAFTAR ISI

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX YANG MEMILIKI MOTIVASI

BELAJAR RENDAH DI SMP NEGERI 167 JAKARTA ... i

SKRIPSI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABLE ... xvi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

G. Batasan Istilah... 8

BAB II ... 9

KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Guru Bimbingan dan Konseling ... 9

(13)

2. Peranan Guru Bimbingan dan Konseling ... 10

3. Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menjalankan Perananya ... 13

B. Dewasa Madya ... 14

1. Pengertian Dewasa Madya ... 14

2. Aspek perkembangan dewasa madya ... 16

C. Penelitian yang Relevan ... 17

D. Kerangka Berfikir ... 19

BAB III ... 22

METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 23

C. Subjek dan Objek... 24

D. Teknik dan instrument Pengumpulan Data ... 25

E. Keabsahan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV ... 31

HASIL PENELITIAN ... 31

A. Deskripsi Data ... 31

B. Hasil ... 32

1. Peranan Guru BK Kelas IX dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ... 33

2. Hambatan guru BK kelas IX dalam menjalankan perannya memberikan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ... 45

3. Guru BK mengatasi hambatan dalam menjalankan perannya memberikan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ... 49

C. Pembahasan ... 52

1. Peranan Guru BK Kelas IX dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ... 52

(14)

motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP

Negeri 167 Jakarta Timur ... 56

3. Guru BK mengatasi hambatan dalam menjalankan perannya memberikan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ... 58

BAB V ... 61

PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan Penelitian ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 68

Lampiran 1 ... 69

Lampiran 2 ... 78

Lampiran 3 ... 87

Lampiran 4 ... 91

Lampiran 5 ... 101

Lampiran 6 ... 112

Lampiran 7 ... 118

Lampiran 8 ... 122

Lampiran 9 ... 124

Lampiran 10 ... 128

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1… ... 27

(16)

DAFTAR TABLE

Table 1.1… ... 29

Table 1.2… ... 29

Table 1.3… ... 30

Table 1.4… ... 32

Table 1.5… ... 33

Table 1.6 ... 35

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Guru bimbingan dan konseling dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,memiliki peran penting untuk membimbing siswa. Guru pembimbing/guru bimbingan dan konseling sekolah adalah seseorang yang bertanggung jawab memberikan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik (Ramayulis dan Mulyadi (dalam Amani, 2018). Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan, dari konselor kepada klien secara bertatap muka untuk membantu klien keluar dari masalahnya. Adanya bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mengaktualisasikan diri secara optimal, sehingga dapat tercapai prestasi yang lebih baik (Winkle, 2004). Jadi, untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, peran guru bimbingan dan konseling sangat penting untuk pengembangan, pembinaan, dan membantu siswa menemukan jalan keluar dari masalahnya. Bantuan tersebut, diberikan guru bimbingan dan konseling kepada siswa melalui layanan bimbingan pribadi atau kelompok, agar siswa mampu menghadapi

(18)

perkembangan dalam hidupnya, mewujudkan cita-cita sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan mampu memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapinya secara mandiri.

Guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam, ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Salah satu kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini berarti pada diri siswa tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan peranan guru BK untuk memberikan motivasi, agar mendorong siswa mau melakukan tugas dan kewajibannya. (Sardiman, 2018)

Guru BK berperan dalam membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki, terutama dalam meningkatkan motivasi belajarnya dengan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah belajar yang dialami. Guru BK juga memiliki peran yang penting dalam perkembangan siswa, sehingga harus memahami secara baik tentang perkembangan siswanya. Apabila ada hambatan dalam perkembangannya, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas untuk membantu siswa keluar dari masalah tersebut (Maulana, 2017).

Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama guru bimbingan dan konseling, motivasi belajar rendah siswa diketahui dari hasil

(19)

laporan guru-guru mata pelajaran yang ada di sekolah. Mereka meminta bantuan guru bimbingan dan konseling untuk memanggil siswa supaya mencari tau apa penyebab dari perilaku siswa yang mengarah kepada motivasi belajar rendah seperti nilai yang rendah , keterlambatan siswa , saat guru mengajar siswa tidur dan ketidakhadiran siswa yang intensitasnya sering. Hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan dan konseling tersebut juga dikuatkan oleh signifikan other yaitu wakil kepala sekolah bagian kesiswaan beliau mengungkapkan banyak siswa malas belajar, banyak terpengaruh game online, sering terlambat masuk sekolah dan tidak masuk sekolah tanpa memberikan keterangan. Informasi juga diberikan oleh significant other kedua yaitu siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi belajar rendah. Siswa mengungkapkan bahwa mereka memang sering tidak masuk sekolah, tidak memperhatikan saat guru mengajar dan jarang mengerjakan tugas. Oleh karena itu peran guru bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa.

Peranan guru bimbingan dan konseling dengan kompetensi konselor saling berkaitan, karena peranan guru BK memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja . Kompetensi Konselor sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005, dapat dipetakan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi konselor sangat penting dipahami guru BK dalam menjalankan peranannya untuk memotivasi belajar siswa. Jika guru BK tidak memahami kompetensi konselor, dirinya

(20)

tidak bisa melaksanakan perananya dengan maksimal, sehingga dalam melaksanakan peranannya akan muncul beberapa masalah (ABKIN,2019)

Permasalahan yang terjadi di lapangan, masih ada salah satu guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 167 Jakarta yang belum mengaplikasikan dengan baik rumusan yang ada dalam kompetensi konselor, dalam menjalankan perannya meningkatkan motivasi belajar siswa. Contohnya, guru bimbingan dan konseling jarang membuat catatan administrasi setelah proses serta hasil dari kegiatan bimbingan dan konseling. Permasalahan ini menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling tidak menguasai kompetensi profesional konselor. Selain itu guru bimbingan dan konseling juga kurang mampu menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, contohnya kurang menguasai teknologi belajar di era modern. Berikut hasil petikan wawancara yang peneliti peroleh dari koordinator BK dan murid di SMP Negeri 167 Jakarta.

“Peranan yang beliau lakukan dalam membantu siswa keluar dari masalahnya cukup baik tapi beliau itu memang kurang dalam hal teknologi jaman sekarang, contohnya saja beliau sering meminta bantuan karyawan lain saat memasukan nilai siswa, lalu yang saya lihat untuk administrasi BK, beliau itu jarang menulis tindakan yang sudah beliau lakukan, maka dari itu saya sering menegur tetapi tak jarang saya memaklumi karena mengingat usia beliau yang sudah tua”

(21)

“Guru BK usianya sudah tua ya mbak, jadi beliau itu sering bertanya terkait penggunaan MS. Word, MS. Power Point dan cara menghidupkan proyektor jika mengajar di Kelas”.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait “Peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan motivasi Belajar Siswa Kelas IX yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah di SMP Negeri 167 Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Guru bimbingan dan konseling kurang menguasai teknologi belajar di era modern untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

2. Guru bimbingan dan konseling kurang mampu mengoperasikan MS. Word untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

3. Guru bimbingan dan konseling kurang mampu mengoperasikan MS.

Power Point untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

4. Guru bimbingan dan konseling kurang mampu mengoperasikan proyektor di dalam kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

5. Guru bimbingan dan konseling kurang mampu membuat administrasi BK 6. Guru bimbingan dan konseling jarang mencatat proses dan hasil konseling

(22)

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada “Peranan Guru BK dalam Meningkatkan motivasi Belajar Siswa Kelas IX yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah di SMP Negeri 167 Jakarta”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur?

2. Apa saja hambatan guru bimbingan dan konseling dalam menjalankan perannya meningkatkan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta?

3. Bagaimana guru bimbingan dan konseling mengatasi hambatan dalam menjalankan perannya meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta?

(23)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta.

2. Mengetahui hambatan yang dihadapi guru bimbingan dan konseling di lapangan dalam menjalankan perannya meningkatkan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta.

3. Mendapatkan gambaran cara guru bimbingan dan konseling alam mengatasi hambatan dalam menjalankan perannya meningkatkan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah wacana keilmuan dalam bidang pendidikan, lulusan Bimbingan dan konseling mengenai peranan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar.

(24)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa bimbingan dan konseling

Penelitian ini diharapkan untuk membantu memberikan pengetahuan lebih kepada calon guru BK agar dapat mengembangkan kompetensi guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Bagi peneliti lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peranan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

G. Batasan Istilah

1. Peranan guru bimbingan dan konseling adalah serangkaian bantuan yang dilakukan seorang guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk membantu siswa mengatasi hambatanya dalam belajar dan mendapatkan hasil yang optimal.

2. Dewasa Madya adalah tahap perkembangan individu yang berada pada rentang usia 34-60 tahun ditandai dengan penurunan kekuatan fisik, minat , dan sering diikuti oleh penurunan daya ingat.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian guru bimbingan dan konseling

Menurut (Prayitno, 1997) guru bimbingan konseling adalah seorang pelaksana bimbingan dan konseling sekolah yang secara khusus ditugasi untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, dengan demikian bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarangan guru. (Amirah, 2008) menyatakan bahwa Guru bimbingan dan konseling disebut dengan “konselor sekolah”. Konselor sekolah adalah guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap sejumlah peserta didik.

Penjelasan tersebut didukung oleh (Mapiare,2006) menyatakan bahwa, guru bimbingan dan konseling adalah suatu tunjukan kepada petugas di bidang konseling yang memiliki sejumlah kompetensi profesional.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling adalah seorang tenaga pendidik atau petugas di bidang

(26)

bimbingan dan konseling yang memiliki kompetensi profesional yang bertanggung jawab dan memiliki wewenang secara penuh dalam kegiatan bimbingan konseling terhadap peserta didik.

2. Peranan Guru Bimbingan dan Konseling

Peranan guru bimbingan dan konseling adalah seorang dengan rangkaian untuk membantu mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam belajar, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja (Juntika, 2006).

Thantawy (1995) menyatakan bahwa Peranan guru bimbingan dan konseling atau yang disebut adalah tenaga kependidikan atau tenaga bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang tugasnya memberikan bantuan layanan bimbingan dan konseling baik kepada siswa-siswa bermasalah maupun tidak, terutama untuk membantu perkembangan siswa agar dapat mencapai hasil yang optimal.

Penjelasan tersebut didukung oleh pendapat (Yandri , 2014) yang memaparkan bahwa guru BK/Konselor dalam konteks menjalankan perannya di sekolah harus menyediakan pelayanan yang baik dan optimal untuk seluruh siswa sesuai dengan tanggung jawabnya serta merencanakan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah, sehingga dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada siswa bisa tepat sasaran dan berefek pada perubahan tingkah laku siswa kearah yang lebih baik.

(27)

Peranan guru bimbingan dan konseling, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru Bimbingan dan Konseling. Kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut: (ABKIN,2019)

1.1. Kompetensi Pedagogik

1) Menguasai teori dan praksis pendidikan

2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli

3) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan Pendidikan

1.2. Kompetensi Kepribadian

1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,

individualitas dan kebebasan memilih

3) Menunjukan Integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat 4) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi

1.3. Kompetensi Sosial

1) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja

(28)

2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling

3) Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi 1.4. Kompetensi Profesional

1) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli

2) Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling 3) Merancang program bimbingan dan konseling

4) Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif

5) Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling 6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional 7) Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan

konseling.

Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai peranan guru bimbingan dan konseling dapat disimpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling adalah tenaga kependidikan atau tenaga bimbingan di sekolah yang sangat diperlukan keberadaannya sebagai penunjang proses belajar dan termasuk penyesuaian diri siswa serta merencanakan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah, baik siswa bermasalah maupun tidak, terutama untuk membantu perkembangan siswa agar dapat mencapai hasil yang optimal. Peranan guru bimbingan dan konseling dengan kompetensi konselor saling berkaitan, namun pengamplikasiannya tergantung kondisi

(29)

di lapangan seperti situasi dan kondisi siswa, karakteristik siswa, faktor lingkungan dan faktor sosial.

3. Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menjalankan Perannya

Peranan yang guru bimbingan dan konseling berikan kepada siswa untuk membantu siswa memecahkan masalahnya, tidaklah selalu berhasil dengan baik, hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan atau rintangan-rintangan.

Hambatan tentang peran konselor di sekolah dapat timbul karena berbagai pihak mempunyai konsep berbeda tentang peranan tersebut. Pendekatan guru pembimbing dalam menangani masalah juga menyebabkan peran BK dalam pelaksanaan konseling tidak terlihat (Winkle, 2004). Berikut Hambatan yang datang dari luar atau guru bimbingan dan konseling itu sendiri (Kamaruzzaman, 2016)

1.5. Hambatan-hambatan yang datang atau berasal dari internal guru bimbingan dan konseling :

1) Kepribadian dan dedikasi 2) Latar belakang pendidikan 3) Pengalaman

4) Keadaan kesehatan guru 5) Motivasi kerja

6) Kompetensi guru BK

7) Kedisiplinan kerja di sekolah

(30)

1.6. Hambatan-hambatan yang berasal dari eksternal guru bimbingan dan konseling

1) Sarana dan prasarana 2) Kepala sekolah 3) Sertifikasi

4) Keadaan kesejahteraan ekonomi guru BK 5) Organisasi profesi

Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan yang mempengaruhi peran guru bimbingan dan konseling dapat berasal dari internal (dalam diri) dan eksternal(luar diri) guru bimbingan dan konseling.

B. Dewasa Madya

1. Pengertian Dewasa Madya

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik , sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Usia madya lanjut berbentang antara usia 50-60 tahun. Selama usia madya lanjut perubahan fisik dan psikologis yang pertama kali mulai selama 40-an awal menjadi kelihatan . Hurlock juga mengatakan perubahan minat juga terjadi pada masa usia madya. Perubahan terjadi sebagai akibat dari perubahan tugas, tanggung jawab, kesehatan dan peran dalam

(31)

hidup. Mengubah peran bukanlah masalah yang mudah terutama setelah seseorang telah melakukan peranan tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peranan tersebut. Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit (Hurlock, 1991)

Santrock (dalam Ritma Trisusanti,2012) mengatakan usia dewasa tengah adalah periode perkembangan yang dimulai kira-kira pada usia 34-45 tahun hingga memasuki usia 60 tahun. Pada fase ini mereka masih cukup produktif dan belum dapat digolongkan manula.Mereka yang berada dalam rentang usia ini pada umumnya masih memiliki kemampuan untuk bekerja.

Pertengahan masa dewasa dimulai antara usia 45 sampai 60 tahun, tetapi ini merupakan definisi bebas. Tidak ada konsensus kapan usia pertengahan dimulai dan berakhir atau peristiwa-peristiwa khusus yang berhubungan dengan fisik dan biologis yang menandai batasan tersebut.

(Diane E. Papalia, 2014)

Berdasarkan pemaparan ahli, dapat disimpulkan bahwa perkembangan dewasa madya terjadi pada usia 34-60 tahun dan ditandai dengan penurunan fisik, fungsi otak, memori dan kognitif.

(32)

2. Aspek perkembangan dewasa madya

Berikut diuraikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa madya menurut (Desmita, 2006)

1.1. Perkembangan Fisik

Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi, bagaimanapun juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal. Perubahan fisik yang paling ketara pada masa ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering, dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah; tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk dapat diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paru- paru

1.2. Perkembangan Memori

Kemerosotan daya ingat pada masa tua, pada umumnya memang merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakan. Ketika orangtua memperlihatkan kemunduran memori, kemunduran tersebut cenderung sebatas pada tipe-tipe memori tertentu misalnya, kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori episodic

(33)

(episodic memories) memori yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman tertentu di sekitar kehidupan.

1.3. Perkembangan Kognitif

Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif (belajar, memori, dan intelegensi) mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri.

Berdasarkan aspek dewasa madya dapat disimpulkan bahwa perkembangan dewasa madya dipengaruhi aspek perkembangan fisik, memori dan kognitif.

C. Penelitian yang Relevan

1. Arif Ismunandar “ Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP MA’Arif Sultan Agung, Sleman , Yogyakarta”

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yang didalamnya menjelaskan tentang bagaimana “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII di SMP MA’Arif Sultan Agung, Sleman, Yogyakarta”. Guru BK dalam

(34)

penelitian ini adalah guru bimbingan konseling yang berjumlah satu orang dan kepala sekolah. Dalam penelitian ini lebih diprioritaskan pada data yang bersumber dari ucapan langsung informan. Hasil dari penelitian meliputi: 1) Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP MA’Arif Sultan Agung terlaksana dengan baik melalui pelaksanaan program-program kerja tahunan dan semesteran. 2) Cara guru BK Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP MA’Arif Sultan Agung dengan usaha preventif seperti tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya, usaha kuratif seperti upaya pemberian bantuan konseli yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, usaha represif seperti pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok, atau curah pendapat (brainstorming), dan home room terhadap siswa. 3) Peranan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar di SMP Ma’Arif Sultan Agung sudah baik dan dapat merubah sikap siswa untuk lebih aktif dan keinginan untuk belajar sudah muncul dari para siswa terutama siswa kelas VIII. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai kegiatan siswa diantaranya belajar kelompok bersama, membuat mading bersama serta prestasi belajar yang meningkat secara signifikan dilihat dari nilai hasil ulangan harian.

2. Amani ”Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Memotivasi Belajar Siswa SMP Negeri 15 Yogyakarta”

(35)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara guru BK dalam memberikan motivasi belajar terhadap siswa SMP N 15 Yogyakarta.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah diperoleh data dari lapangan, kemudian dianalisis dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru bimbingan dan konseling untuk memotivasi belajar siswa dengan memberikan pemahaman arti penting belajar dan tugas kepada siswa, meningkatkan atribusi yang dimiliki oleh siswa, mengembangkan tujuan belajar dan efikasi diri, memberikan informasi cara belajar yang efektif terhadap seluruh siswa, yaitu cara menghafal, membaca dan mencatat, membantu siswa mengorganisasi materi pelajaran dan cara menghadapi ujian dengan memberikan tips, cara meningkatkan kesadaran metakognitif & cara menyusun jadwal belajar.

D. Kerangka Berpikir

Peranan guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan keberadaannya untuk menelusuri faktor-faktor motivasi belajar yang menghambat siswa sehingga siswa memiliki motivasi belajar rendah. Hengky Yandri (2014) memaparkan bahwa guru BK/Konselor dalam konteks menjalankan perannya di sekolah harus menyediakan pelayanan yang baik dan optimal untuk seluruh siswa sesuai dengan tanggung jawabnya serta

(36)

merencanakan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah, sehingga dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada siswa bisa tepat sasaran dan berefek pada perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.

Peranan guru bimbingan dan konseling dengan kompetensi konselor saling berkaitan karena memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru Bimbingan dan Konseling.

Kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (ABKIN, 2019 )

Peranan yang guru bimbingan dan konseling berikan kepada siswa untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar, tidaklah selalu berhasil dengan baik, hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan atau rintangan-rintangan. Hambatan tentang peran konselor di sekolah dapat timbul karena berbagai pihak mempunyai konsep berbeda tentang peranan tersebut. Menurut Kammaruzaman (2016) hambatan internal dan eksternal dapat mempengaruhi peranan guru BK di sekolah. Hambatan yang terjadi pada guru BK perlulah diatasi agar peranan yang dilakukan dapat berjalan optimal.

(37)

] Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

HAMBATAN

Internal Eksternal

1. Kepribadian dan dedikasi

2. Latar belakang Pendidikan 3. Pengalaman 4. Keadaan kesehatan

guru BK 5. Motivasi kerja 6. Kompetensi guru

BK

7. Kedisiplinan kerja di sekolah

1. Sarana dan prasarana 2. Kepala sekolah 3. Sertifikasi 4. Keadaan

kesejahteraan ekonomi guru BK 5. Organisasi profesi

Cara mengatasi Hambatan Peranan Guru

Bimbingan dan Konseling

Peranan guru bimbingan dan konseling (berdasarkan kompetensi konselor)

1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Pribadi 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis dan desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik dan instrumen penelitian, keabsahan data, serta teknik analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mana menurut Tohirin (2013) penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh guru BK penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain – lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Desain penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Rahmat, 2009)

(39)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini di Jakarta, peneliti telah melakukan agenda pertemuan dengan subjek dan significant others.

Table 1.1

Agenda Pertemuan Penelitian Subjek Y (Guru Bimbingan dan Konseling)

Informan Waktu Tempat Keterangan

Jumat, 2 Oktober SMP Negeri Wawancara

Y 2020 167 Jakarta

14.00-17.00 Timur

Sabtu, 30 Januari Daring Wawancara via

2021 Whatsapp Free

08.00-10.00 Call

Jumat, 19 Februari Daring Wawancara via

2021 Whatsapp Free

13.00-14.00 Call

Table 1.2

Agenda Pertemuan Penelitian Significant Other

(Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan)

Inisial Informan

Waktu Tempat Keterangan

H Rabu, 24

Februari 2021

Daring Wawancara via Whatsapp Free Call

(40)

Table 1.3

Agenda Pertemuan Penelitian Significant Other (Siswa kelas IX)

Inisial Informan

Waktu Tempat Keterangan

C Sabtu, 27

Februari 2021

Daring Wawancara via Whatsapp Free Call

A Kamis, 25

Maret 2021

Daring Wawancara via Whatsapp Free Call N Jumat, 26 Maret

2021

Daring Wawancara via Whatsapp Free Call

C. Subjek dan Objek

Menurut Suharsimi (2002), penentuan guru BK dan objek adalah usaha penentuan sumber data, artinya dari mana data penelitian dapat diperoleh. Objek penelitian kualitatif adalah objek alamiah atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut dengan metode naturalistic. Objek alamiah adalah objek yang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi human instrument, sehingga peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi objek penelitian (Sugiyono, 2010).

Subjek penelitian atau yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah guru BK kelas IX dan yang menjadi objek penelitian ini adalah peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 167 Jakarta.

(41)

D. Teknik dan instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias dan maksimum efisiensi (Hakim, 2013). Teknik wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1) wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview), 2) wawancara umum terarah (general interview guide approach), dan 3) wawancara terbuka yang terstandar (standardized open-ended interview) (Sarwono, 2006).

Berdasarkan uraian diatas penulis memahami bahwa wawancara yaitu suatu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang yang duduk secara fisik berhadapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dengan pewawancara mendalami jawaban yang berasal dari sumber. Teknik atau metode interview yang penulis gunakan adalah teknik bebas terpimpin.

Artinya sebelum penulis melakukan interview, pokok – pokok persoalan telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan dalam pelaksanaan, penulis tidak terikat pada daftar pertanyaan yang penulis ajukan, tetapi melihat pada situasi dan kondisi agar interview dapat berjalan dengan lancar. data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan guru BK adalah data mengenai peranan guru bimbingan dan konseling dalam Memotivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta.

(42)

Tabel 1.4

Pedoman wawancara Guru BK Guru Bimbingan dan Konseling

No Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan

1. Bagaimana peranan guru BK kelas IX dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur?

1. Bagaimana bentuk peranan anda berdasarkan kompetensi

pedagogik?

2. Bagaimana bentuk peranan anda berdasarkan kompetensi

kepribadian?

3. Bagaimana bentuk peranan anda berdasarkan kompetensi sosial?

4. Bagaimana bentuk peranan anda berdasarkan kompetensi

profesional?

2. Apa saja hambatan guru BK kelas IX dalam memberikan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ?

Apa saja hambatan yang anda temui dalam memberikan dukungan terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah?

3. Bagaimana Guru BK mengatasi hambatan dalam memberikan motivasi belajar terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur.

Bagaimana anda mengatasi hambatan dalam memberi dukungan terhadap siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah?

Tabel 1.5

Pedoman wawancara Guru BK H (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan)

No Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan

1. Bagaimana peranan guru BK kelas IX dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX

1. Apakah guru BK selalu

menjalankan perannya dengan baik dan konsisten berdasarkan

(43)

yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur?

kompetensi pedagogik dalam meningkatkan motivasi belajar kelas IX?

2. Apakah guru BK selalu

menjalankan perananya dengan baik dan konsisten berdasarkan kompetensi sosial dalam meningkatkan motivasi belajar kelas IX?

3. Apakah guru BK selalu menjalankan perannya dengan baik dan konsisten berdasarkan kompetensi kepribadian dalam meningkatkan motivasi belajar kelas IX?

4. Apakah guru BK selalu menjalankan perannya dengan baik dan konsisten berdasarkan kompetensi profesional dalam meningkatkan motivasi belajar kelas IX?

2. Apa saja hambatan guru BK kelas IX dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ?

Bagaimana hambatan yang dirasakan guru BK dalam menjalankan perannya?

(44)

Tabel 1.6

Pedoman wawancara (Siswa kelas IX)

No Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan

1. Bagaimana peranan guru BK kelas IX dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur?

1. Bagaimana bentuk peranan Guru BK berdasarkan pengetahuan dan materi yang diberikan kepada adik?

2. Pribadi seperti apakah guru BK dalam menjalankan perannya menurut adik?

3. Bagaimana hubungan sosial guru BK terhadap masyarakat di sekolah?

4. Bagaimana pendapat adik mengenai keprofesionalan guru BK dalam menjalankan peranannya?

2. Apa saja hambatan guru BK kelas IX dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur ?

Bagaimana hambatan yang dirasakan guru BK?

E. Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007) adanya pemeriksaan keabsahan data ditujukan untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Dalam triangulasi sumber ini, peneliti menggunakan tiga sumber yaitu guru BK , Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan dan tiga siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi belajar rendah dan mengalami perubahan baik di SMP Negeri 167 Jakarta. Sehingga hal tersebut dapat digunakan untuk menguatkan data peneliti.

(45)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses dalam mencari dan menyusun secara sistematis pada sebuah data yang telah diperoleh oleh peneliti dengan observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Hasil yang telah diperoleh tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan cara mengorganisasikan data tersebut ke dalam suatu kategori, menjabarkan hasil ke dalam unit-unit, melakukan sintesa hasil, menyusun ke dalam bentuk pola, lalu memilah mana yang perlu mana yang tidak perlu dan mana yang harus dipelajari, dan selanjutnya yang dilakukan adalah dengan membuat kesimpulan sehingga hal tersebut di atas bisa mempermudah untuk dipahami oleh peneliti dan orang lain yang sedang membaca atau mencoba untuk memahami, Sugiyono (2010, 335 ).

Analisis data menurut Tohirin (2012) yaitu:

1. Transkrip hasil wawancara/ Verbatim

Data penelitian kualitatif lazimnya disajikan dalam bentuk deskriptif atau naratif . Khusus data hasil wawancara, sebelum data disajikan, peneliti terlebih dahulu membuat transkrip hasil wawancara penelitiannya.

2. Reduksi Data

Mengidentifikasi satuan atau unit, yaitu unit-unit terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Sesudah satuan diperoleh, selanjutnya melakukan koding data (memberikan kode pada setiap satuan data)

(46)

3. Kategorisasi

Upaya memilah-milah setiap satuan data ke dalam bentukan yang memiliki kesamaan. Selanjutnya setiap kategori diberi nama yang disebut label.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi data, pelaksanaan intervensi dan hasil serta pembahasan berupa informasi yang sudah diperoleh sebagai hasil penelitian peranan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 167 Jakarta Timur.

A. Deskripsi Data

Penelitian ini menggunakan metode wawancara. Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan gambaran yang komperhensif, holistic dan mendalam mengenai peranan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 167 Jakarta Timur. Penelitian dimulai dengan persiapan, lalu melakukan pendekatan dengan guru bimbingan dan konseling dan mengadakan wawancara tentang keadaan siswa di SMP Negeri 167 Jakarta Timur khususnya kelas IX yang didampingi oleh informan. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan informan untuk berpartisipasi di dalam penelitian ini.

Selain itu untuk mendapatkan data yang valid, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data. Selain wawancara dengan informan, peneliti juga melakukan wawancara dengan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan siswa kelas IX. Pertama, peneliti meminta kesediaan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan siswa kelas IX. Langkah selanjutnya peneliti bersama significant others menentukan waktu yang tepat untuk pelaksanaan proses wawancara. Proses

(48)

wawancara dilakukan melalui platform media sosial whatsapp dan audio recording karena terkendala oleh bencana nasional pandemi covid-19.

A. Deskripsi Umum Subjek dan Significant Others

Subjek

Nama Y

Alamat Jl. Tepih 1 No. 30 B, Duren Sawit, Jakarta Timur Jenis Kelamin Perempuan

Agama Katolik

Usia 59 tahun

Pendidikan S1

Pekerjaan Guru

No Ket Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4

1 Status Wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan

Siswa Siswa Siswa

2 Inisial H C A N

3 Usia 52 Tahun 14 tahun 14 tahun 14 tahun

4 Asal Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta

B. Hasil

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling dan wawancara dengan significant other yang merupakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan siswa kelas IX maka diperoleh hasil yang berkaitan dengan peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 167 Jakarta Timur.

(49)

1. Peranan Guru BK Kelas IX dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah di SMP Negeri 167 Jakarta Timur

Berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh guru bimbingan dan konseling, diketahui peranan guru BK yang pertama berdasarkan kompetensi pedagogik adalah melakukan observasi. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Kebetulan saya mendampingi siswa-siswa kelas IX mulai dari kelas VII,VII hingga kelas IX ini. Saya juga dalam mendampingi mereka pastinya melakukan observasi terhadap perkembangan mereka, tingkah laku, dan lingkungan mereka tinggal dan bermain.” (Y/KG-1, 004-009)

Observasi yang dilakukan guru bimbingan konseling juga dikuatkan oleh pernyataan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Benar guru BK dapat mengetahui siswa yang memiliki motivasi belajar rendah melalui wali kelas, guru mata pelajaran, teman siswa, orangtua, hasil rapot serta melihat dari absensi ketidakhadiran dan keterlambatan siswa.”(H/KG-1,002-006)

“Iya mbak memantau beliau sering menanyakan nilai kepada saya bagaimana keadaaan saya, bagaimana saya sekarang seperti itu kurang lebih”(C/KG-1,003-006)

“Iya, sering beliau tuh kalau istirahat ngobrol sama aku dan teman-teman sembari nanyain aku juga ke teman-temanku, malahan waktu itu aku diusulkan untuk jadi ketua kelas”(A/KG- 1,003-006)

“benar, aku merasa ibu itu memang selalu menanyakan perkembangan aku ka, pernah kok waktu itu aku dipanggil ke ruang BK saat jam istirahat terus beliau ngobrol sama aku nanya perkembangan aku seperti apa gitu ka” (N/KG-1,003-007)

(50)

Dari hasil observasi, guru bimbingan dan konseling dapat memahami karakteristik siswa dari segi kemampuan belajar mereka. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Secara keseluruhan memang siswa di sini terbagi menjadi 3 ada yang memang anak pintar, sedang dan low kemampuan kognitifnya. Tetapi mengenai motivasi belajar tergantung siswanya itu sendiri yang pintar ada yang motivasi belajarnya rendah, yang sedang ada yang motivasi belajarnya kuat, ada juga yang rendah dan yang low kebanyakan motivasi belajarnya rendah.”(Y/KG,012-019)

Pernyataan guru bimbingan konseling juga dikuatkan oleh pernyataan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan ketiga siswa yang pernah memiliki motivasi belajar rendah. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Hasil observasi yang beliau lakukan untuk mengetahui kemampuan belajar siswa mbak,jadi si guru BK bisa tau mana yang pinter mana yang sedang mana yang emang kurang pintar”(H/KG-1,009-012)

“Karena Ibu Y kenal saya dan kebetulan saya dekat dengan beliau jadi dia paham sama kemampuan belajar saya” (C/KG- 1,009-010)

“Menurut saya Ibu Y paham saja karena saya juga terbuka dan menceritakan apa adanya kepada beliau”(A/KG-1,009-010)

“Menurut saya bu Y paham ka”(N/KG-1,009)

Guru bimbingan dan konseling juga mampu memahami karakteristik siswa dari faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dari hasil observasi. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

(51)

Ya balik lagi mbak mereka seperti itu karena malas itu tadi, selain itu juga dapat dilihat dari orang tua mereka juga karena kebanyakan siswa di sini orang tuanya broken baik dari yang kemampuan atas, sampai low, tetapi kebanyakan yang broken adalah yang atas dan menengah sehingga mempengaruhi psikologis anak-anaknya sehingga dampaknya pada motivasi belajar mereka yang rendah sehingga munculah perilaku malas, kalau siswa yang low kebanyakan karena faktor ekonomi, mereka membantu orang tuanya untuk menjaga rumah baik yang ada adiknya maupun neneknya sehingga mereka lelah dan berdampak pada saat di sekolah mereka mengantuk di sekolah, bangun telat sehingga terlambat ke sekolah dan tidak masuk sekolah”. .(Y/KG-2, 019-033)

Pernyataan guru bimbingan konseling juga dikuatkan oleh pernyataan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan ketiga siswa yang pernah memiliki motivasi belajar rendah. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Guru Bk paham faktornya karena sebagai guru beliau sudah mengetahui indikasi faktor apa saja yang biasanya dihadapi oleh siswa di kalangan umur tertentu kalau dalam hal ini siswa SMP”(H/KG-1,0012-15)

“Iya ka ibu Y menanyakan langsung hambatan saya dalam salah satu mata pelajaran yang memang saat itu saya mengalami kesulitan, dan faktor yang mempengaruhi hal tersebut, jadi beliau mengerti”(C/KG-1,012-015)

“Dari segi Faktor ya seperti jawaban saya tadi paham karena saya juga terbuka menceritakan apa adanya”(A/KG-1,012-013)

Berbeda dengan pernyataan siswa N yang menyatakan guru bimbingan konseling kurang paham. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:

“Hmm kalau faktor penghambat kayaknya kurang ya ka bu Y taunya saya suka begadang karena nonton drakor aja jadi suka tidur di kelas”(N/KG-1,012-014)

(52)

Hasil observasi yang dilakukan guru bimbingan konseling ini yang digunakan untuk menyesuaikan perannya berdasarkan karakteristik siswa.

Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Peranan saya dalam meningkatkannya dengan berbagai cara sesuai dengan karakter beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.bisa dengan cara dengan teguran dan mengingatkan, ada yang di beri hukuman, ada yang diberikan hadiah, ada yang diberikan bombongan-bombongan, ada yang referal juga bila sudah berhubungan dengan psikologis anak yang sudah terganggu.” (Y/KG-2, 037-044)

Pernyataan guru bimbingan konseling juga dikuatkan oleh pernyataan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan ketiga siswa yang pernah memiliki motivasi belajar rendah. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Bu Y menyesuaikan perannya, contoh anak yang keras kepala pasti di lembutin cara penanganannya”(H/KG-2,018-019)

“Iya sesuai, karena ibu Y sudah sesuai dengan peranannya sebagai guru BK yang tau hambatan yang saya alami dalam proses belajar sehingga bu Y memberikan solusi, pengarahan terhadap hambatan-hambatan itu, jadi saya bisa lebih baik lagi mengatasi hambatan saya tersebut”(C/KG-2,017-021)

“Pernanya sesuai karna ya pasti beliau sebagai guru BK sudah paham ka”(A/KG-2,017-018)

“Sudah menjalankan peranannya dengan baik”(N/KG-2, 017) Peranan guru bimbingan konseling yang lain berdasarkan kompetensi pedagogik adalah memberikan motivasi saat bimbingan menggunakan teori yang membangkitkan motivasi belajar siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

(53)

“Bentuk peranan saya adalah dengan menguasai teori dan juga dapat mengaplikasikan teori tersebut dalam menjalankan tugas saya sebagai pendidik, contohnya dalam memotivasi siswa dalam belajar saya memberikan motivasi sesuai teori-teori yang saya dapatkan dan saya laksanakan sesuai dengan kebutuhan dari siswa tersebut.”(Y/KG-1, 043-049)

Pernyataan guru bimbingan konseling juga dikuatkan oleh pernyataan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan ketiga siswa yang pernah memiliki motivasi belajar rendah. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Guru BK memotivasi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah di SMP Negeri 167 ini dengan pemberian contoh Tokoh- tokoh inspiratif”(H/KG-1,022-024)

“Bu Y itu ka dia kalo ngasih materi atau masukan saat konseling bener-bener yang pas buat saya gitu, kaya sesuai sama apa yang aku butuhin dan kalo aku nanya tentang apapun itu bu Y pasti bisa menjawabnya jadi aku selalu mendapatkan informasi dengan lengkap tentang apapun itu yang berkaitan sama study ataupun nggak di bu Y”(C/KG-1,024-29)

“Dari materi yang bu Y kasih, materinya tuh related banget sama yang memang kita butuhin dan contoh-contoh yang bu Y berikan memang dari kejadian nyata pengalaman beliau jadi bisa lebih mudah dipahami ka serta diterapkan.”(A/KG-1, 021-024)

“Pernah saat mengajar beliau membawakan materi yang menurut aku keren dan dari situ aku termotivasi banget”(N/KG- 1,019-020)

Peranan guru bimbingan dan konseling kedua adalah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja seperti guru, orang tua, tenaga administrasi, orangtua dan tenaga ahli khusus sesuai dengan peranan dalam kompetensi sosial. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Tentunya tidak saya sendiri mbak, saya juga dapat bekerjasama dengan masyarakat sekolah baik guru, karyawan dan siswa.

(54)

Saya juga dapat bekerjasama dengan tenaga ahli seperti dokter, psikolog, polisi dan lain sebagainya. Selain itu saya juga bekerjasama dengan pihak yang paling terdekat oleh siswa yaitu orangtua maupun keluarga siswa untuk membantu siswa agar dapat berhasil dalam mengoptimalkan kemampuanya, belajarnya dan kepribadianya.” (Y/KG-2, 054-062)

Pernyataan guru bimbingan konseling juga dikuatkan oleh pernyataan significant other yaitu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan ketiga siswa yang pernah memiliki motivasi belajar rendah. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Bekerjasama dengan baik bersama teman guru baik itu wali kelas dan guru mata pelajaran. Bu Y juga berkolaborasi dengan tenaga ahli untuk membantu siswa yang motivasi belajar rendah yang kebetulan memang memiliki gangguan psikologis maupun berkebutuhan khusus.”(H/KG-2,027- 031)

“Oh ya bekerjasama dengan baik sih ka”(C/KG-2,031)

“Bisa bekerjasama, buktinya bu Y selama ini juga hubunganya baik dengan sesama guru dan karyawan, terus kaya yang dilakukan bu Y dengan guru yang lain berjalan lancar ”(A/KG-2, 027-030)

“Bisa bekerjasama dengan baik ka”(N/KG-2,023)

Peranan guru bimbingan konseling yang ketiga adalah berdasarkan kompetensi pribadi. Pertama, membangun kedekatan pribadi dengan menyapa, menanyakan kabar, memberikan pujian, menanyakan perkembangan siswa. Hal tersebut, bisa dilihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:

“Otomatis saya pastinya melakukan pendekatan pribadi kepada mereka juga contohnya saat istirahat saya keliling menyapa mereka lalu memberikan pujian kepada mereka lalu menepuk pundak mereka sambil memberikan ucapan atau informasi positif kepada mereka seperti “ kamu tambah rajin ya sekarang “ “ ibu itu mengatakan sekarang nilaimu bagus-bagus ya, semangat ya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

Item yang termasuk dalam kategorisasi rendah yaitu pada nomor 6 “Ketika saya di kecewakan saya seringkali mengingat hal-hal yang membuat saya semakin gelisah”, 24 “Saya

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan