• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Arjun Fajar Christian Nim: 171114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Arjun Fajar Christian Nim: 171114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii SKRIPSI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2019

Oleh:

Arjun Fajar Christian NIM: 171114064

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. Yogyakarta, 14 Juni 2021

(4)

iii SKRIPSI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2019

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Arjun Fajar Christian NIM: 171114064

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 22 Juli 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. ……….

Sekretaris : Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. ……….

Anggota I : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. ……….

Anggota II : Dra. M.J Retno Priyani, M.Si. ……….

Anggota III : Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. ……….

Yogyakarta, 22 Juli 2021

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur.”

-Filipi 4:6-

“Berjalan tak seperti rencana adalah jalan yang sudah biasa. Jalan satu-satunya, jalani sebaik kau bisa.”

-FSTVLST-

“Bukan seberapa lama hidup ini yang dihitung, tapi seberapa berarti kita menghabiskannya.”

-Fiersa Besari-

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu menyertai dan menuntunku dalam menjalani kehidupan ini.

Kedua Orangtua dan Kakakku

Bapak Drs. Slamet Istiyana, Ibu Suratini, dan Mbak Arin.

Dosen Pembimbing

Yang selalu membimbing, mengarahkan, dan membantu saya dalam menyusun skripsi ini.

Sahabat Letter S dan Sahabat Tadika Mesra Mutiara

Shefindut, Mia, Yudana tembem, Varly, Tinus, Danang kemplu, Endry, Valen, Sita, Teja, Puput, Asti, Dhenta yang selalu menjadi keluarga sampai saat ini.

Seluruh teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2017

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan serta daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Juli 2021 Penulis,

Arjun Fajar Christian

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Arjun Fajar Christian Nomor Mahasiswa : 171114064

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2019

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta Pada tangggal : 22 Juli 2021 Yang menyatakan

Arjun Fajar Christian

(9)

viii ABSTRAK

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2019

Arjun Fajar Christian Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2021

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan seberapa baik kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019; (2) mengidentifikasi item-item kemampuan komunikasi interpersonal yang memperoleh skor rendah sebagai dasar penyusunan usulan topik-topik bimbingan klasikal.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019 yang berjumlah 82 orang. Pengumpulan data menggunakan skala kemampuan komunikasi interpersonal dengan 38 item valid dan memiliki indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,929. Skala disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal, yaitu: (1) Keterbukaan; (2) Empati; (3) Sikap mendukung; (4) Sikap positif; (5) Kesetaraan. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik deskriptif yang mengacu pada norma kategorisasi dengan jenjang sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk.

Hasil penelitian: (1) berdasarkan deskripsi skor kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 diperoleh 39% dengan kategori sangat baik, 57,30% dengan kategori baik, 3,70% dengan kategori sedang, 0% dengan kategori buruk, dan 0% dengan kategori sangat buruk;

(2) hasil analisis item menunjukkan 1 item memiliki skor sedang terendah. Adapun usulan topik-topik bimbingan klasikal adalah (1) Menjadi pribadi yang komunikatif.

Kata Kunci: Kemampuan komunikasi interpersonal, Masa dewasa awal.

(10)

ix ABSTRACT

THE INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL OF GUIDANCE AND COUNSELING UNDERGRADUATE STUDENTS IN SANATA DHARMA

UNIVERSITY 2019 Arjun Fajar Christian Guidance and Counseling Sanata Dharma University, Yogyakarta

2021

This research aimed to: (1) describe how good undergraduate students’

interpersonal communication skills in Sanata Dharma University batch 2019; (2) Identify the items of interpersonal skill which in the lowest score for classical guidance topics.

This research used Quantitative Descriptive study. The participants of this research were undergraduate students of Guidance and Counseling Study Program in Sanata Dharma University batch 2019 which consisted of 82 undergraduate students. The data collection technique used scale of the interpersonal communication skill with 38 items valid and having reliability indexes of Alpha Cronbach 0.929. The scale of interpersonal communication was set based on interpersonal communication aspects, namely: (1) Openness; (2) Emphaty; (3) Supporting Attitudes; (4) Positive Attitudes; (5) Equality. Data analysis technique used in this research was statistic descriptive based on categorization of norms with levels of “very good”, “good”, “moderate”, “bad”, “very bad”.

The results of this research were (1) Based on the description of the interpersonal communication skill score on Guidance and Counseling Undergraduate students batch 2019, 39% were in a very good category, 57,30%

were in a good category, 3,70% were in moderate category, 0% were in a bad category, and 0% were in very bad category; (2) the results of analysis showed that 1 item in lowest “moderate” score. The purposed topics for classical guidance, namely: (1) be a communicative person.

Keywords: Communication Interpersonal Skill, Early Adulthood

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, perlindungan, dan pendampingan selama penulisan skripsi ini, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Saya menyadari tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini tidak berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, secara khusus saya mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. selaku wakil kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.

5. Segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama peneliti menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

(12)

xi

6. Bapak Stefanus Priyatmoko yang telah memberikan pelayanan dengan penuh kesabaran selama peneliti menempuh Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

7. Drs. Slamet Istiyana dan ibu Suratini selaku orang tua yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat peneliti di bangku perkuliahan Shefindut, Mia, Endry, Valen, Sita, Puput, Dhenta, Nawang, Yudana tembem, Varly, Danang kemplu, Tinus yang selalu memberikan semangat dan membantu peneliti selama menyusun skripsi.

9. Asti Pravitasari yang telah menemani dan selalu memberikan semangat selama menyusun skripsi.

10. Seluruh teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2017

Yogyakarta, 22 Juli 2021

Arjun Fajar Christian

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 9

1. Pengertian Kemampuan ... 9

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 9

3. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal ... 10

4. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal ... 12

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 14

6. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal... 16

(14)

xiii

B. Hakikat Dewasa Awal ... 18

1. Pengertian Dewasa Awal ... 18

2. Ciri-Ciri Dewasa Awal ... 18

3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal... 20

C. Hakikat Mahasiswa ... 20

D. Penelitian yang Relevan ... 21

E. Kerangka Pikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 26

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28

1. Validitas Instrumen ... 28

2. Reliabilitas Instrumen ... 30

G. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 35

2. Identifikasi item-item kuesioner kemampuan komunikasi interpersonal yang capaian skornya rendah ... 37

B. Pembahasan ... 38

1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 38

C. Implikasi Hasil Penelitian ... 42

BAB V PENUTUP ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Keterbatasan Penelitian ... 43

C. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 48

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 28

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 29

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 30

Tabel 3.5 Kriteria Guilford ... 31

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi... 32

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Deskriptif Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 33

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Skor Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 34

Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 35

Tabel 4.2 Hasil Analisis Skor Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 37

Tabel 4.3 Usulan Topik-Topik Bimbingan ... 42

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ... 24 Gambar 4.1 Grafik Hasil Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 36

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 49

Lampiran 2. Instrumen Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 50

Lampiran 3. Instrumen Penelitian Setelah Uji Validitas ... 55

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Total Instrumen Penelitian... 58

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas ... 65

Lampiran 6. Hasil Tabulasi Data Penelitian ... 67

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan dengan manusia lainnya tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya (Isti’adah, 2017). Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dengan manusia lainnya adalah komunikasi. Komunikasi adalah suatu aktivitas fundamental yang merupakan peristiwa sosial bagi kehidupan manusia untuk berhubungan dengan orang lain (Firdausi et al., 2014).

Devito (dalam Suseno, 2009) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau antara sekelompok kecil orang secara spontan dan informal.

Sedangkan menurut Hartley (dalam Isti’adah, 2017) komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal maupun non-verbal, dan tidak hanya dengan apa yang dikatakan (bahasa) tetapi bagaimana dikatakan (non-verbal seperti nada suara dan ekspresi wajah). Berdasarkan pendapat ahli di atas mengenai

(19)

2

komunikasi interpersonal dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih yang dilakukan secara tatap muka, baik secara verbal maupun non-verbal.

Pada kenyataannya banyak permasalahan yang muncul terkait dengan kemampuan manusia dalam berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terkait dengan keterampilan mahasiswa dalam melakukan komunikasi interpersonal. Menurut Zamroni (dalam Ghozali &

Sugiyo, 2016) kegagalan dalam berkomunikasi berakibat fatal baik secara individual maupun secara sosial. Secara individual, kegagalan komunikasi menimbulkan frustasi, demoralisasi, alienasi, dan penyakit-penyakit jiwa lainnya, sedangkan secara sosial kegagalan komunikasi menghambat saling pengertian, kerjasama, toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-norma sosial.

Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) akibat yang timbul apabila perasaan tidak kita komunikasikan secara konstruktif antara lain dapat menciptakan masalah dalam hubungan pribadi, dapat menyulitkan kita dalam memahami dan mengatasi aneka masalah yang timbul dalam hubungan antar pribadi, apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja akan berpengaruh terhadap hubungan sosial mahasiswa serta dapat mempengaruhi prestasi akademik maupun non akademik mahasiswa

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh (Firdausi et al., 2014) kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Semarang

(20)

3

ditemukan bahwa, tidak semua mahasiswa bimbingan dan konseling memenuhi aspek-aspek individu yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Pada mahasiswa angkatan 2011, 2012, dan 2013 beberapa mahasiswa masih ada yang merasa canggung dan malu ketika akan memulai percakapan dengan temannya atau dengan orang lain, yang artinya mahasiswa tersebut belum memiliki keterbukaan.

Pengamatan yang dilakukan oleh (Firdausi et al., 2014) juga memperlihatkan bahwa, masih ada mahasiswa yang malah tersenyum ketika mendengarkan temannya bercerita mengenai kesedihan yang sedang dialami, artinya mahasiswa tersebut belum memiliki empati. Beberapa mahasiswa juga cenderung menyendiri tidak terlibat dalam kegiatan kelompok bersama teman lainnya artinya mahasiswa tersebut belum memiliki rasa kesetaraan dengan teman lainnya.

Hal tersebut sejalan dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, yang menemukan bahwa mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019 masih merasa canggung, malu, dan terkesan cuek ketika bertemu dengan kakak tingkat di kampus. Fenomena ini tentunya menjadi perhatian khusus bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 yang sejak awal dipersiapkan untuk menjadi calon konselor professional.

Suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi interaksi secara langsung dengan orang lain membutuhkan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Dalam aktivitas komunikasi interpersonal sering kali terjadi

(21)

4

ketakutan untuk berkomunikasi. Rasa takut dalam melakukan komunikasi menjadi salah satu penyebab kemampuan komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan baik. Devito (dalam Alfikalia et al., 2009) mengatakan bahwa ketakutan berkomunikasi mencakup rasa malu, tidak mau berkomunikasi, demam panggung, atau segan berkomunikasi.

Lebih lanjut Devito (dalam Alfikalia et al., 2009) mengemukakan bahwa ketakutan berkomunikasi mengacu pada kondisi takut atau cemas ketika komunikasi terjadi. Individu mengembangkan perasaan negatif dan memprediksi hasil negatif sebagai hasil dari berkomunikasi. Individu yang takut berkomunikasi merasa apapun keberhasilan yang diraihnya dengan berkomunikasi akan terkalahkan oleh rasa takut. Bagi individu yang memiliki ketakutan tinggi untuk berkomunikasi, interaksi dalam bentuk komunikasi tidak sebanding dengan rasa takut yang dirasakan.

Terdapat beberapa faktor yang memberikan kontribusi terhadap ketakutan berkomunikasi menurut (Alfikalia et al., 2009), yaitu kurangnya keterampilan dan pengalaman berkomunikasi, kadar evaluasi yang dirasakan oleh subyek, status yang lebih rendah, mencolok atau tidaknya situasi saat individu berkomunikasi, derajat prediksi dari suatu situasi, derajat ketidaksamaan, dan pengalaman sebelumnya akan keberhasilan dan kegagalan. Sebagai calon konselor profesional, tentunya mahasiswa Bimbingan dan Konseling harus memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik guna membina komunikasi yang efektif dengan konseli, serta bermanfaat untuk menunjang kehidupan sehari-hari yang

(22)

5

lebih efektif, baik dalam kegiatan di dalam kampus maupun luar kampus.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal bagi mahasiswa, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan tujuan ingin melihat “KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019” . B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masih ditemukan masalah kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa.

2. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa tidak semua mahasiswa bimbingan dan konseling memenuhi aspek- aspek individu yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik.

3. Terdapat indikasi bahwa mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 masih merasa canggung, malu, dan terkesan cuek untuk melakukan komunikasi.

4. Ketakutan dalam melakukan komunikasi menjadi salah satu penyebab kemampuan komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan baik.

5. Kurangnya kemampuan berkomunikasi memberikan kontribusi terhadap ketakutan untuk melakukan komunikasi.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dan dengan mempertimbangkan segala keterbatasan penulis, maka masalah dalam

(23)

6

penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019.

D. Rumusan Masalah

Dengan mempertimbangkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa baik kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019?

2. Item-item mana saja yang memiliki capaian skor rendah sehingga diusulkan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan seberapa baik kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019.

2. Mengidentifikasi item-item kemampuan komunikasi interpersonal yang memperoleh skor rendah sebagai dasar penyusunan usulan topik-topik bimbingan klasikal.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis:

(24)

7 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan, wawasan dan sumber informasi mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal dimiliki oleh calon konselor serta dapat memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

b. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Penelitian ini berguna untuk mengetahui kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Hal ini dapat digunakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal setiap mahasiswanya.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan

(25)

8

wawasan bagi peneliti lain mengenai kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa.

G. Batasan Istilah

Adapun beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Kemampuan komunikasi interpersonal merupakan kesanggupan atau keterampilan individu dalam menyampaikan pesan kepada individu lain secara tatap muka, baik secara verbal maupun non-verbal,

2. Mahasiswa

mahasiswa adalah individu berusia sekitar 18-30 tahun yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi maupun lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian teori penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal, hakikat dewasa awal, hakikat mahasiswa, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kemampuan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Kemampuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Maka dari itu kemampuan adalah kesanggupan atau keterampilan dalam melakukan sesuatu.

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut Mulyana (dalam Fuadi, 2012) komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau non-verbal. Sejalan dengan pendapat Mulyana, menurut Hardjana (dalam Saleh, 2018) komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Selanjutnya Devito (dalam Suseno, 2009) juga menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan

(27)

10

penerimaan pesan antara dua orang atau antara sekelompok kecil orang secara spontan dan informal.

Berdasarkan gagasan mengenai pengertian kemampuan dan pengertian komunikasi interpersonal, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal adalah kesanggupan atau keterampilan individu dalam menyampaikan pesan dengan individu lain secara tatap muka, baik secara verbal maupun non-verbal.

3. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (dalam Suranto, 2011) terdapat lima aspek atau sikap positif yang perlu dipertimbangkan dalam komunikasi interpersonal yaitu:

a. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan merupakan sikap dapat menerima masukan dari orang lain, dan berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Artinya bahwa seseorang harus rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. Keterbukaan adalah kesediaan membuka diri, jujur, tidak bohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dalam komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap positif karena dengan keterbukaan maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.

(28)

11 b. Empati (empathy)

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan jika seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, serta dapat memahami suatu persoalan dari sudut pandang orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi, pengalaman, perasaan, dan keinginan orang lain. Pada hakekatnya, empati adalah usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain.

c. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah jika terdapat sikap mendukung (supportiveness). Ini berarti bahwa masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Dengan demikian maka respon yang relevan adalah bersifat spontan dan lugas, bukan respon bertahan dan berkelit, pemaparan bersifat deskriptif naratif dan bukan evaluatif, serta pola pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan bersifat intervensi yang disebabkan oleh rasa percaya diri yang berlebihan.

d. Sikap positif (Positiveness)

Sikap positif (Positiveness) ditunjukkan dalam sikap dan perilaku.

Dalam sikap, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

(29)

12

interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif. Dalam bentuk perilaku, yaitu tindakan yang dipilih harus relevan dengan tujuan komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Sikap positif ditunjukkan dengan beberapa macam perilaku dan sikap, yaitu dengan menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara berlebihan, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan, komitmen menjalin kerjasama.

e. Kesetaraan (equality)

Kesetaraan (equality) adalah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Kesetaraan yang dimaksud yaitu berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara dengan partner komunikasi. Dengan demikian indikator kesetaraan yaitu menempatkan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, susana komunikasi akrab dan nyaman.

4. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Menurut Suranto (dalam Setyaningrum & Lestari, 2017) ciri-ciri Komunikasi interpersonal sebagai berikut:

a. Arus pesan dua arah

(30)

13

Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

Komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat, komunikator dapat berubah peran sebagai penerima pesan maupun sebaliknya.

b. Suasana non formal

Komunikasi interpersonal yang terjalin biasanya berlangsung suasana non formal dan pendekatan pribadi.

c. Umpan balik segera

Karena komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap muka maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Komunikan segera memberikan respon secara verbal berupa kata-kata atau non- verbal misalnya pandangan mata, raut muka, anggukan dan sebagainya.

d. Peserta komunikasi berada dalam jarak dekat

Jarak dekat yang dimaksud yaitu fisik (peserta komunikasi saling bertatap muka dalam satu lokasi) maupun psikologis (menunjukkan keintiman antar individu).

e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik verbal maupun non-verbal.

Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun non-verbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.

(31)

14

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dalam proses komunikasi interpersonal, menurut Lunandi (dalam Pantow dkk., 2017) ada 6 faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Citra Diri (Self Image)

Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya.

b. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif lancar, tenang, dan jelas lalu tiba-tiba dengan orang lain menjadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati.

Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah tentu ada kaitannya dengan kedua faktor tersebut.

(32)

15 d. Lingkungan Sosial

Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.

e. Kondisi

Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi, seseorang yang sedang sakit kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil dapat membuat komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi pengiriman komunikasi tetapi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang terpenting adalah meringankan kekesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang lebih wajar.

f. Bahasa Badan

Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga merupakan media komunikasi yang kadang sangat efektif, kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.

(33)

16

6. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal

Devito (dalam Alfikalia dkk., 2009) mengemukakan beberapa unsur dalam komunikasi interpersonal, yaitu:

a. Sumber-Penerima (Source-receiver)

Komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang.

Masing-masing orang mengirimkan (fungsi sumber) dan juga memaknai dan memahami pesan (fungsi penerima). Siapa diri kita, apa yang kita yakini, apa yang kita inginkan, apa yang kita ketahui, sikap, dan lain sebagainya akan mempengaruhi apa yang individu sampaikan, bagaimana dia mengatakannya, pesan apa yang diterima, dan bagaimana dia menerima pesan tersebut.

b. Encoding-decoding

Penerjemahan pesan dalam bentuk bahasa (encoding) serta pemahaman bahasa yang diterima (decoding).

c. Kompetensi

Adanya kompetensi dalam berkomunikasi, seperti mengetahui topik apa yang tepat dibicarakan dengan pendengar tertentu. Salah satu penelitian mengenai kompetensi komunikasi mengemukakan bahwa terdapat korelasi antara kompetensi komunikasi dengan kesuksesan di perguruan tinggi Rubin & Graham (dalam Alfikalia dkk., 2009).

Kompetensi dalam komunikasi terkait budaya, sehingga kompetensi komunikasi antar satu budaya dengan budaya lain bisa berbeda.

d. Pesan

(34)

17

Pesan yang disampaikan dan diterima dalam komunikasi bisa beraneka ragam, terkait dengan penginderaan manusia dan kombinasinya. Menurut Devito (dalam Alfikalia dkk., 2009) penyampaian pesan dalam komunikasi interpersonal tidak harus melalui pertemuan langsung, tetapi juga bisa melalui perantara media. Penyampaian dan penerimaan pesan terkait juga dengan umpan balik terhadap apa yang disampaikan pengirim pesan dan feedforward (informasi yang disampaikan sebelum memberikan pesan utama). Salah satu fungsi dari feedforward adalah sebagai sarana pembuka komunikasi, atau sebagai sarana pemberian gambaran umum mengenai apa yang akan disampaikan.

e. Channel (saluran)

Merupakan media yang digunakan dalam komunikasi. Saluran berfungsi sebagai penghubung antara sumber dan penerima. Saluran pesan dapat berbentuk visual, auditori, gerakan, dan aroma.

f. Noise (gangguan)

Merupakan segala sesuatu yang mengubah bentuk atau mengganggu penerimaan pesan, mengakibatkan pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.

g. Konteks

Merupakan lingkungan tempat terjadinya komunikasi, dan mempengaruhi bentuk dan isi dari komunikasi.

h. Effects (akibat)

(35)

18

Setiap komunikasi yang terjadi akan menimbulkan akibat-akibat tertentu,

i. Etika

Komunikasi interpersonal memiliki batasan-batasan wajar mengenai apa yang benar dan salah dalam berkomunikasi.

B. Hakikat Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Istilah adult berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Hurlock (dalam Adiputra & Moningka, 2017) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

Santrock (dalam Adiputra & Moningka, 2017) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya.

2. Ciri-Ciri Dewasa Awal

Menurut (Hurlock, 1991), ciri-ciri masa dewasa awal adalah sebagai berikut:

a. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Pada masa ini seseorang harus melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Bagi mahasiswa baru

(36)

19

tentunya memasuki lingkungan yang baru dibutuhkan penyesuian diri dengan kelompok sosialnya. Masalah mengenai komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain merupakan masalah yang sering terjadi ketika memasuki lingkungan yang baru.

b. Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan emosional

Ketika seseorang memasuki lingkungan yang baru tentunya akan berusaha untuk memahami lingkungannya dan akan mengalami keresahan emosional. Merasa khawatir dan takut untuk berkomunikasi serta menjalin hubungan dengan orang lain ketika memasuki lingkungan baru, menjadi masalah yang sering terjadi bagi mahasiswa baru.

c. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai

Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman serta hubungan sosial yang lebih luas. Perubahan nilai mempunyai maksud mengenai beberapa alasan tentang keinginan diterima pada kelompok-kelompok sosial. Bagi mahasiswa baru, memasuki masa dewasa awal dituntut untuk menerima nilai-nilai baru, yang tentunya berbeda ketika berada di masa kanak-kanak dan remaja. Untuk memasuki masa dewasa awal mahasiswa harus mampu untuk menyesuaikan tingkah laku, baik ketika melakukan komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain, agar dapat diterima dalam kelompok sosial dewasa awal.

(37)

20

d. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuian diri dengan cara hidup baru

Masa dewasa awal merupakan periode yang paling banyak menghadapi perubahan. Salah satu penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa dewasa awal yaitu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik. Bagi mahasiswa baru, menyesuaikan diri di lingkungan yang baru merupakan sesuatu hal yang sulit.

Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik dapat berguna untuk menjalin hubungan dengan orang lain, agar dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru.

3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal

Menurut (Hurlock, 1991) tugas perkembangan masa dewasa awal terbagi menjadi tujuh (7) bagian, diantaranya:

a. Mendapatkan sebuah pekerjaan b. Memilih seorang teman hidup

c. Belajar hidup bersama membentuk keluarga d. Membesarkan anak-anak

e. Mengelola sebuah rumah tangga

f. Bertanggung jawab sebagai warga negara g. bergabung dalam suatu kelompok sosial C. Hakikat Mahasiswa

Menurut Hartaji (dalam Hulukati & Djibran, 2018) mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar

(38)

21

dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sejalan dengan pendapat Hartaji, menurut Siswoyo (dalam Papilaya & Huliselan, 2016) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Sedangkan menurut Sarwono (dalam Kurniawati, 2016) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai pengertian mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu berusia sekitar 18-30 tahun yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi maupun lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

D. Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan penelitian sebelumnya yang kurang lebih memiliki variabel yang sama dengan penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh (Sujarwo, 2017)

Sujarwo melakukan penelitian dengan judul Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dalam Berpacaran (Studi Deskriptif pada Mahasiswa dan Mahasiswi Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2015 & 2016 Universitas Sanata Dharma). Penelitian yang dilakukan oleh Sujarwo bertujuan untuk mengetahui tingkat komunikasi interpersonal mahasiswa dan mahasiswi Angkatan 2015 dan 2016 Program

(39)

22

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam berpacaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif . Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2015 yang berjumlah 33 orang dan Angkatan 2016 berjumlah 47 orang. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2015 dan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma mampu berkomunikasi dengan baik dan saling mendukung satu sama lain serta memberikan sikap positif kepada pasangan.

E. Kerangka Pikir

Memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik merupakan kemampuan yang sangat penting bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling. Kemampuan komunikasi interpersonal yang telah dimiliki dapat digunakan sebagai bekal untuk membina komunikasi yang efektif dan efisien dengan semua orang, agar nantinya tidak menimbulkan suatu konflik dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Agar komunikasi interpersonal terjalin dengan baik dan efektif, ada beberapa aspek yang harus dimiliki oleh mahasiswa, yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

Dalam komunikasi interpersonal keterbukaan merupakan sikap dapat membuka diri kepada orang lain dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya ketika orang lain menginginkan suatu informasi yang ingin diketahuinya. Artinya proses komunikasi akan terjalin dengan

(40)

23

jujur dan bersedia untuk membuka diri antara kedua pihak atau lebih yang sedang melangsungkan proses komunikasi. Selanjutnya ada empati yang merupakan kemampuan merasakan dan memahami sesuatu hal yang sedang dirasakan oleh orang lain. Dengan memiliki empati, mahasiswa dapat merasakan apa yang sedang dirasakan lawan bicara, serta dapat memahami sikap dan perilaku lawan bicara ketika sedang melakukan komunikasi.

Hubungan interpersonal yang efektif adalah ketika ada sikap mendukung di dalamnya. Ketika dalam melakukan komunikasi dengan lawan bicara terdapat sikap mendukung, ini berarti bahwa masing-masing individu yang sedang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terjadinya komunikasi secara terbuka. Selanjutnya ada sikap positif, ditunjukkan dengan dua macam sikap dan perilaku, yaitu dengan berpikiran positif terhadap orang lain dan menghargai orang lain. Komunikasi interpersonal yang efektif akan terbina apabila mahasiswa mampu menanamkan sikap positif dalam dirinya. Aspek terakhir yang harus dimiliki mahasiswa agar komunikasi interpersonal terjalin dengan baik dan efektif adalah kesetaraan. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila mampu menempatkan diri setara dengan orang lain dan mengakui bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, yang akan membuat suasana komunikasi menjadi lebih akrab dan nyaman.

(41)

24 Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Mahasiswa

Aspek-aspek komunikasi interpersonal

a. Keterbukaan b. Empati

c. Sikap mendukung d. Sikap positif e. Kesetaraan

Aspek-aspek komunikasi interpersonal

a. Kurangnya keterbukaan b. Kurangnya Empati c. Kurangnya sikap

mendukung

d. Kurangnya sikap positif e. Kurangnya kesetaraan

Kemampuan komunikasi interpersonal baik

Kemampuan komunikasi interpersonal buruk

(42)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu populasi atau kelompok subjek. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma pada Program Studi Bimbingan dan Konseling. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2021. Berhubung sedang adanya pandemi Covid 19, penelitian dilakukan secara online dengan menggunakan google form yang dibagikan kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2019 yang berjumlah 82 orang.

(43)

26

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Kemampuan komunikasi interpersonal adalah kesanggupan atau keterampilan individu dalam menyampaikan pesan dengan individu lain secara tatap muka, baik secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi interpersonal akan diukur dengan skala kemampuan komunikasi interpersonal. Skala komunikasi interpersonal memiliki lima aspek yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Skala komunikasi interpersonal yang memiliki capaian skor tinggi menunjukkan komunikasi interpersonal yang baik, sedangkan skala komunikasi interpersonal yang memiliki capaian skor rendah menunjukkan komunikasi interpersonal buruk.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode survei. Metode survei yang akan digunakan adalah dengan menggunakan media kuesioner.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa skala, yaitu skala Likert. Menurut (Sugiyono, 2020) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert terdiri atas sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi interpersonal dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan

(44)

27

memberikan tanda centang (√) pada lembar jawaban. Peneliti tidak mencantumkan alternatif jawaban ragu-ragu untuk mengurangi kecenderungan responden memberikan jawaban netral. Norma skoring yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Skor Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal No Alternatif Jawaban Skor item

Fav Unfav

1 Sangat Sesuai 4 1

2 Sesuai 3 2

3 Tidak Sesuai 2 3

4 Sangat Tidak Sesuai 1 4

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019, item pernyataan kuesioner ini berdasarkan indikator dari aspek-aspek yang diukur.

b. Menyebar kuesioner pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019.

c. Menghitung validitas dan reliabilitas hasil penelitian serta melakukan analisis data yang terkumpul.

Kisi-kisi skala kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling tersaji pada tabel berikut:

(45)

28

Tabel 3.2

Kisi-kisi Alat Ukur Kemampuan Komunikasi Interpersonal

No Aspek No Item

Jumlah total

Fav Unfav

1 Keterbukaan 1,3,5,7,9 10,12,14,16,

18 10

2 Empati 21,23,25,27,29 30,32,34,36,

38 10

3 Sikap Mendukung 11,13,15,17,19 2,4,6,8,

50 10

4 Sikap Positif 41,43,45,47,49 20,22,24,26,

28 10

5 Keterbukaan 31,33,35,37,39 40,42,44,46,

48 10

Jumlah Total 25 25 50

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen

Menurut (Sugiyono, 2020) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pada penelitian ini dilakukan uji validitas isi dari pendapat ahli (expert judgement) yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

Perhitungan uji validitas yang kedua dilakukan menggunakan validitas psikometrik yaitu dengan cara menghitung korelasi antara masing- masing skor item pernyataan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson product moment dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Rumus korelasi Pearson product moment adalah sebagai berikut:

(46)

29

𝒓 = 𝒏∑𝒙𝒚 − (∑𝒙)(∑𝒚) √{𝐧∑𝐱𝟐− (∑𝒙)𝟐} {𝒏∑𝒚𝟐− (∑𝒚)𝟐 }

Keterangan:

r = Korelasi produk moment x = Nilai setiap butir instrumen y = Nilai dari jumlah butir instrumen n = Jumlah subyek penelitian

xy = Hasil perkalian antara skor x dan y

Menurut (Sugiyono, 2020) syarat minimum untuk butir instrumen yang valid adalah r = 0,30. Jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total ≤ 0,30 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil perhitungan uji validitas dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22 menunjukkan dari 50 item, diperoleh 38 item yang valid dan 12 item yang tidak valid. Berikut rekapitulasi hasil uji validitas skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019:

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

No Aspek Nomor Item Terpakai Nomor Item Tidak Terpakai

Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable

1 Keterbukaan 7,9 12,14,16, 18 1,3,5 10

2 Empati 23,25,27,

29

30,32,34,

36,38 21

3 Sikap Mendukung 11,13,15,

17,19 4,6,8,50 2

4 Sikap Positif 41,43,45, 47 22,26 49 20,24,28

5 Kesetaraan 31,35,37, 39 42,44,46, 48 33 40

Jumlah 38 12

(47)

30 2. Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2020). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α).Adapun rumus reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

α =2 (1-

𝑺𝟏 𝟐 + 𝑺𝟐 𝟐

𝑺𝒙 𝟐

)

Keterangan rumus:

α = Reliabilitas Skala

𝑆1 2 dan 𝑆2 2 = Varian skor belahan 1 dan varian skor belahan 2 𝑆𝑥 2 = Varian skor skala

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22, diperoleh hasil perhitungan uji reliabilitas pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

Cronbach's Alpha

No of Items

,929 38

(48)

31

Setelah itu hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford:

Tabel 3.5 Kriteria Guilford

Berdasarkan kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas terhadap 38 item instrumen yang valid dengan hasil Cronbach’s Alpha sebesar 0,929 termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul (Sugiyono, 2020). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean teoritis, standar deviasi, dan perhitungan persentase.

Menurut (Sugiyono, 2020) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

No. Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,41 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0,40 Rendah

5. <0,20 Sangat Rendah

(49)

32

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi

Norma/Kriteria Skor Kategori

µ + 1,5 σ < X Sangat Baik µ + 0,5 < X ≤ µ + 1,5 σ Baik µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ Sedang

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ Buruk

X ≤ µ - 1,5 σ Sangat Buruk

Keterangan:

X = skor total subjek

µ = Mean teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan skor minimum

σ = Standard deviation, yaitu lurus jarak sebaran yang dibagi dalam 6 satuan standar deviasi

Kategorisasi diatas diterapkan sebagai patokan dalam mengelompokkan tinggi rendah kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 berdasarkan jumlah 38 item yang valid, diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimal teoritik: 4 x 38 = 152 Skor minimum teoritik: 1 x 38 = 38 Luas jarak: 152 – 38 = 114

Standar deviasi: 114 : 6 = 19 Mean teoritik: (152 + 38) : 2 = 95

Hasil perhitungan data skor subjek disajikan dalam norma

(50)

33

kategorisasi kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 yang tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 3.7

Norma Kategorisasi Deskriptif Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

Angkatan 2019

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori µ + 1,5 σ < X 124<X Sangat Baik µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 105<X≤124 Baik

µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 86< X ≤105 Sedang µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 67< X ≤86 Buruk

X ≤ µ - 1,5 σ X ≤67 Sangat Buruk

Peneliti mencari kategorisasi perolehan skor item kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan N = 82, diperoleh unsur perhitungan skor item sebagai berikut:

Skor maksimal teoritik: 4 x 82 = 328 Skor minimum teoritik: 1 x 82 = 82 Luas jarak: 328 – 82 = 246

Standar deviasi: 246 : 6 = 41 Mean teoritik: (328 + 82) : 2 = 205

Hasil perhitungan data skor item disajikan dalam kategorisasi skor item kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 yang tersaji dalam tabel berikut:

(51)

34

Tabel 3.8

Norma Kategorisasi Skor Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori µ + 1,5 σ < X 267<X Sangat Baik µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 226<X≤267 Baik

µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 185< X ≤226 Sedang µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 144< X ≤185 Buruk

X ≤ µ - 1,5 σ X ≤144 Sangat Buruk

(52)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh setelah menyebarkan kuesioner kemampuan komunikasi interpersonal pada subjek penelitian, maka dapat dilihat gambaran kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Baik 124<X 32 39%

Baik 105<X≤124 47 57,30%

Sedang 86<X≤105 3 3,70%

Buruk 67<X≤86 0 0%

Sangat Buruk X≤67 0 0%

Jumlah 82 100%

Kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 jika dilihat dalam grafik yaitu sebagai berikut:

(53)

36

Gambar 4.1

Grafik Hasil Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 32 (39%) mahasiswa yang menunjukkan kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori sangat baik, 47 (57,30%) mahasiswa yang menunjukkan kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori baik, 3 (3,70%) mahasiswa yang menunjukkan kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori sedang dan 0 (0%) mahasiswa yang menunjukkan kemampuan komunikasi interpersonal pada kategori buruk dan sangat buruk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma tergolong pada kategori baik.

39%

57,30%

3,70%

0% 0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

(54)

37

2. Identifikasi item-item kuesioner kemampuan komunikasi interpersonal yang capaian skornya rendah

Berdasarkan perhitungan masing-masing item kemampuan komunikasi interpersonal, maka diperoleh hasil pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Skor Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Kategori Interval Frekuensi Presentase Nomor Item

Sangat

Baik 267<X 19 50%

4,6,7,8, 13,14,15,16, 17,23,27,29, 31,35,36,37,

39,41,46

Baik 226<X≤267 15 39,50%

9,11,12,18,19,22, 25,30,32,34,38,

42,44,48,50 Sedang 185<X≤226 4 10,50% 26,43,45,47

Buruk 144<X≤185 0 0% -

Sangat

Buruk X≤144 0 0% -

Jumlah 38 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa terdapat 19 (50%) item yang berada dalam kategori sangat baik, 15 (39,50%) item yang berada dalam kategori baik, 4 (10,50%) item yang berada dalam kategori sedang dan 0 (0%) item yang berada dalam kategori buruk dan sangat buruk.

(55)

38 B. Pembahasan

1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019 menunjukkan hasil bahwa kemampuan komunikasi interpersonal terindikasi baik. Hal ini berarti sebagian besar mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 mampu memenuhi aspek-aspek individu yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Hal ini seturut dengan Devito (dalam Suranto, 2011) yang menyatakan bahwa terdapat lima aspek atau sikap positif yang perlu dipertimbangkan dalam komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

Pertama, di dalam aspek keterbukaan mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2019 mampu untuk membuka diri, jujur, dan tidak menyembunyikan informasi mengenai dirinya. Kedua, di dalam aspek empati mahasiswa mampu merasakan jika seandainya menjadi orang lain, memahami sesuatu yang dialami orang lain dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Selanjutnya yang ketiga, di dalam aspek sikap mendukung mahasiswa mampu untuk memahami dan mendengarkan guna mendukung terselenggaranya komunikasi secara terbuka. Keempat, di dalam aspek sikap positif

(56)

39

mahasiswa mampu memberikan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan yang kelima di dalam aspek kesetaraan mahasiswa mampu mengakui kepentingan bersama, menganggap sama- sama bernilai, berharga, dan saling memerlukan.

Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Sujarwo, 2017) yang menunjukkan bahwa mahasiswa dan mahasiswi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2015 dan 2016 mampu untuk berkomunikasi dengan baik dan saling mendukung satu sama lain serta memberikan sikap positif kepada pasangan. Adanya sikap keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan dalam diri setiap mahasiswa akan membuat kemampuan komunikasi interpersonal antar mahasiswa terjalin dengan baik.

Pada masa usia dewasa awal, mahasiswa memiliki tugas baru dalam kehidupannya yaitu bergabung dalam suatu kelompok sosial. Hal ini sangat diperlukan untuk memasuki dunia dewasa, sehingga mahasiswa sudah cukup mampu untuk berkomunikasi dengan baik, serta menjalin hubungan dalam lingkungan sosialnya. Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Pada masa ini merupakan masa permulaan yang mana seseorang mulai menjalin hubungan yang baik untuk dapat berkomunikasi dalam kelompok sosialnya.

Kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

Item yang termasuk dalam kategorisasi rendah yaitu pada nomor 6 “Ketika saya di kecewakan saya seringkali mengingat hal-hal yang membuat saya semakin gelisah”, 24 “Saya

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang