• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MERENCANAKAN PROGRAM BK DI SEKOLAH

(Studi Deskriptif Kompetensi Merencanakan Program BK Guru-Guru MGBK SMA/MA Sleman)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Nadia Vernanda Putri 151114022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karyaku untuk:

Orangtuaku

Bapak Agus Yustanto (Alm.) dan Ibu Irawati Terima kasih atas cinta dan dukungan yang selama ini

Kau berikan untuk anakmu ini

Dosen pembimbing tercinta Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd yang selalu memberikan perhatian, dukungan, pembaruan dan

masukan untukku dalam mengerjakan skripsi ini

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,

sedang kamu tidak mengetahui.

“QS. Al-Baqarah 1:216”

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu

“Ali bin Abi Thalib”

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

“QS. Ar-Rahman: 13”

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

TINGKAT KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MERENCANAKAN PROGRAM BK DI SEKOLAH

(Studi Deskriptif Kompetensi Merencanakan Program BK Guru-Guru MGBK SMA/MA Sleman)

Nadia Vernanda Putri Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling SMA/MA di Sleman dalam perencanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dan; (2) mengidentifikasi butir-butir item kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling SMA/MA di MGBK Sleman dalam perencanaan program Bimbingan dan Konseling yang capaian skornya teridentifikasi rendah sebagai dasar usulan topik-topik pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru Bimbingan dan Konseling merencanakan program BK.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek pada penelitian ini adalah Guru-guru BK yang tergabung dalam Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMA/MA di Sleman yang berjumlah 33.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Skala Kompetensi Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling yang berjumlah 42 item. Skala ini disusun berdasarkan aspek dan indikator menurut Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu, tahap persiapan dan tahap perancangan. Tahap Persiapan terdiri dari (1) melakukan asesmen kebutuham, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan (3) menetapkan dasar perencanaan. Tahap perancangan terdiri atas (1) menyusun rencana kerja, (2) menyusun program tahunan, dan (3) menyusun program semesteran. Nilai koefisien reliabilitas Skala Kompetensi Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling menggunakan Alpha Cronbach sebesar 0.937. Teknik analisis data menggunakan statistic deskriptif dengan kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru-guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMA/MA se-Sleman memiliki tingkat kompetensi perencanaan program Bimbingan dan Konseling yang sangat tinggi sebanyak 20 guru (61%) , 12 guru (36%) berada di kategori tinggi dan 1 guru berada di kategori sedang serta tidak ada yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah.

Kata Kunci: Kompetensi, Guru BK, Perencanaan Program

(9)

ix ABSTRACT

THE GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS COMPETENCE LEVELS IN

PLANNING THE BK PROGRAM IN SCHOOL

(A Descriptive Study on Competency in Planning the BK Program On MGBK of High School / MA Teachers in Sleman)

Nadia Vernanda Putri Sanata Dharma University

2019

The aim of this study was to: (1) describe the level of competency of SMA / MA Guidance and Counseling Teachers in Sleman in planning the Guidance and Counseling program in schools and; (2) identify the items in the SMA / MA Guidance and Counseling Teacher competency items in the MGBK Sleman related to the planning of the Guidance and Counseling program which score is identified as low to be the basis for the proposed training topics to improve the Guidance and Counseling teacher competency in planning a BK program. This research is a kind of quantitative descriptive research. The subjects in this study were BK teachers who were members of the Guidance and Counseling Teachers of SMA / MA Join Cooperation in Sleman, with total 33 teachers.

Data collection used in this study was the Guidance and Counseling Program Planning Competency Scale with 42 items. This scale was arranged based on aspects and indicators according to the Operational Guidelines for the Implementation of High School (SMA) Guidance and Counseling which were the preparation and design stages. The preparation phase consists of (1) assessing the needs, (2) activity in getting the support from the school environment, and (3) setting the basis of planning The design phase consists of (1) compiling a work plan, (2) compiling an annual program, and (3) preparing a semester program. The reliability coefficient value of the Guidance and Counseling Program Planning Competence Scale used Cronbach Alpha at 0.937. The data analysis technique used the descriptive statistic with very high, high, medium, low, and very low categorization.

The results of this study indicate that the teachers who are members of the Guidance and Counseling Teachers Join Cooperation (MGBK) of SMA / MA in Sleman that have very high levels competency in planning the Guidance and Counseling program are 20 teachers (61%), and 12 teachers (36%) in the high category, and 1 teacher in the medium category and none in the low and very low category.

Keywords: Competence, BK Teacher, Program Planning

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Subhanahu WaTaala karena dengan rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Tingkat Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada MGBK SMA/MA di Sleman.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan, dan dorongan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Juster Donal Sinaga, M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, saran, motivasi, telah membimbing dan mendampingi dengan penuh kesetiaan dan kesabaran kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

5. Kedua orangtuaku tercinta Almarhum Bapak Agus Yustanto dan Ibu Irawati atas doa, motivasi, kesetiaan, kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Musyarawah Guru BK Sleman, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Ditya Larasati, Wenny Satria N, Qorrizza Irhamna, Samiaji D, Aryanto W, dan Boy Ilmar S yang telah memberikan semangat, motivasi, saran selama peneliti menyusun skripsi ini

8. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2015 atas persahabatan, kehangatan, kekeluargaan, dan pengalaman yang tercipta selama peneliti menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(11)

xi

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 7

C. Pembatasan Masalah ... ... 8

D. Rumusan Masalah ... ... 8

E. Tujuan Penelitian ... ... 9

F. Manfaat Penelitian ... ... 9

G. Definisi Istilah ... .... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... .... 12

A. Hakikat Kompetensi ... 12

B. Hakikat Profesional ... 13

C. Guru Bimbingan dan Konseling ... 14

D. Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling ... 15

E. Hakikat Program BK ... 19

(13)

xiii

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling ... 20

2. Merancang Program Bimbingan dan Konseling ... 20

3. Prosedur Program Bimbingan dan Konseling ... 24

4. Komponen Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif.... 28

5. Isi Layanan Bimbingan ... 31

6. Ciri-ciri Program BK Komprehensif-Sistematik ... .... 34

7. Skema Kerangka Berfikir ... .... 37

BAB III. METODE PENELITIAN ... .... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Subyek Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Teknik dan Instumen Pengumpulan Data ... 41

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 44

1. Validitas Instrumen ... 44

2. Reliabilitas Instumen ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .... 55

A. Hasil Penelitian ... .... 55

B. Pembahasan ... .... 59

BAB V. PENUTUP ... .... 68

A. Simpulan ... .... 68

B. Keterbatasan Penelitian ... .... 68

C. Saran ... .... 69

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Subyek Penelitian ... 40 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Skala Kompetensi Guru Bimbingan dan

Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah ... 43 Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Skala Kompetensi Guru

Bimbingan dan Konseling Merencanakan Program BK

di Sekolah ... 45 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Skala Kompetensi Guru Bimbingan dan

Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah (Final ... 47 Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Skala ... 49 Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 49 Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Kompetensi Guru Bimbingan dan

Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah ... 51 Tabel 3.8 Kategori Skor Tingkat Kompetensi Guru Bimbingan

dan Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah

pada Guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman ... 52 Tabel 3.9 Kategori Skor Item Kompetensi Guru Bimbingan dan

Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada

Guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman ... 54 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kompetensi Guru Bimbingan dan

Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada

Guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman ... 55 Tabel 4.3 Distribusi Perolehan Skor Item Kompetensi Guru

Bimbingan dan Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada Guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman... 57 Tabel 4.4 Item-Item Skala Kompetensi Guru Bimbingan dan

(15)

xv

Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada

Guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman dengan Perolehan Skor Terendah ... 59 Tabel 4.5 Usulan Topik-Topik Pelatihan untuk Meningkatkan

Kompetensi Guru BK dalam Merencanakan Program BK ... 66

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ... 37 Gambar 4.2 Grafik Kategorisasi Tingkat Kompetensi Guru Bimbingan

dan Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah Pada MBGK SMA/MA di Sleman ... 56

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian……….74 Lampiran 2 Instrumen Penelitian………....75 Lampiran 3 Hasil Komputasi Uji Validitas Total Instrumen Penelitian…….83 Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian………...85

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini disajikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitin, manfaat penelitiandan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah proses pembinaan manusia yang sedang berkembang menuju kepribadian yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri dan masyarakat. Pendidikan mempunyai fungsi sebagai salah satu cara untuk menyiapkan generasi muda agar dapat memenuhi kebutuhan pada hidupnya baik secara jasmani dan rohani. Di dalam pendidikan, terdapat guru-guru yang membantu siswa untuk bisa berkembang menjadi manusia yang mandiri. Tetapi, keberadaan guru BK juga tidak kalah penting karena keberadaan guru Bimbingan dan Konseling di dalam pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk membantu siswa-siswi di sekolah mengembangkan dirinya dan membantu menggali potensi-potensi yang ada di dirinya lalu membantu siswa untuk menyelesaikan masalah siswa sehingga tahap perkembangannya tidak terganggu. Agar guru Bimbingan dan Konseling dapat melaksanakan hal tersebut, maka perlu dilaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling yang baik dan bermutu.

Guru BK mempunyai empat kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. Guru BK yang profesional adalah guru yang mampu mengaplikasikan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi

(19)

kepribadian dan kompetensi sosial dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menyatakan bahwa keseluruhan kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu kesatuan yang utuh, kompetensi akademik merupakan landasan untuk pembangunan kompetensi profesional, yang meliputi : (1) mendalami keseluruhan secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik Bimbingan dan Konseling, (3) mengadakan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang memandirikan konseli dan (4) mengembangkan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.

Menurut Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Konselor terkait kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh konselor adalah : (1) menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami keadaan, (2) menguasai secara mendalam kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling, (3) menyusun program Bimbingan dan Konseling, (4) mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, (5) menilai keseluruhan proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, (6) memiliki kesadaran dan memiliki komitmen terhadap etika profesional, (7) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling.

(20)

Penetapan standar kualifikasi akademik dan kompetensi terkait dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) Pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional. Kompetensi Profesional wajib dimiliki oleh guru BK karena mereka diharapkan bisa menerapkan program-program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif. Berdasarkan Permendiknas sangat jelas bahwa untuk menjadi guru BK professional, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi.

Adapun standar kualifikasi akademi guru BK dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan berpendidikan profesi konselor sedangkan kompetensi guru BK mencakup kompetensi akademik dan kompetensi professional. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dan kiat pelaksanaan layanan professional Bimbingan dan Konseling sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh melalui pendidikan akademik yang telah disebutkan, melalui latihan yang relatif lama serta beragam situasinya dalam konteks otentik dilapangan yang dikemas sebagai Pendidikan Profesional Konselor, di

(21)

bawah penyeliaan konselor senior yang bertindak sebagai pembimbing atau mentor.

Layanan-layanan yang diberikan guru BK untuk siswa sebaiknya bervariasi sesuai dengan perkembangan jaman menyesuaikan dengan siswa yang mempunyai latar belakang dan budaya yang beragam dan memberikan fasilitas yang lebih baik. Mengetahui bahwa siswa yang akan dihadapi di sekolah adalah individu yang normal dan beragam, sedangkan tujuan Bimbingan dan Konseling adalah membantu siswa agar berkembang secara optimal, maka Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya untuk siswa tertentu yang bermasalah saja, tetapi diberikan juga kepada seluruh siswa secara merata. Guru BK sebaiknya memiliki program yang berbeda setiap tahunnya agar memiliki variasi, layanan-layanan yang akan diberikan untuk siswa sesuai dengan kebutuhan mereka, dan meningkatkan kreatifitas guru BK dalam merancang program yang akan di implementasikan.

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu guru BK SMA di Sleman bahwa ada beberapa guru BK yang jarang memproses angket kebutuhan siswa, menggunakan program-program tahunan sebelumnya, masih ada juga yang jarang menggunakan alat pengumpulan data untuk mengetahui kebutuhan siswa karena beranggapan semua masalah siswa dari tahun ke tahun sama, melihat program dari sekolah lain. Jika program- program Bimbingan dan Konseling tidak dirancang sendiri oleh guru BK di setiap masing-masing sekolah, maka guru BK tersebut akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan program yang ada karena program-program

(22)

tersebut bukan dari pemikiran dan perencanaan guru Bimbingan dan Konseling sendiri.

Menurut pengalaman ketika Magang BK 3, salah satu guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Sleman berpendapat bahwa masih terdapat di lapangan bahwa guru BK khususnya di SMA se-Sleman yang lulusannya bukan dari S1 Bimbingan dan Konseling. Mereka yang bukan lulusan Bimbingan dan Konseling kurang mengerti cara untuk membuat program- program BK dan peneliti melihat dari dokumen yang ada di sekolah tempat peneliti Magang. Ada layanan Bimbingan dan Konseling yang dibuat secara spontan tanpa adanya rancangan program terlebih dahulu. Ada yang tidak tahu cara mengetahui kebutuhan siswa, ada yang kurang memahami apa saja layanan-layanan BK, ada juga guru BK yang kurang memahami cara merancang program BK.

Menurut hasil penelitian Nurrahmi (2012) tentang Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di Kalimantan Barat yang berkaitan dengan kompetensi menyelenggarakan, merancang, melaksanakan, dan mengevealuasi program Bimbingan dan Konseling, masih ditemukan guru BK yang belum memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan program-program Bimbingan dan Konseling terutama ketika merancang dan menyusun program Bimbingan dan Konseling. Berdasarkan Uji Kompetensi Guru BK tahun 2012 ditemukan hasil yang cukup memprihatin yaitu hasilnya rendah atau di bawah rata-rata dengan score 45,41 khususnya guru BK di Pontianak, hasil ini menduduki peringkat kedua dari bawah se-Kalimantan

(23)

Barat (Data LPMP Kal-Bar 2012). Hasil ini menandakan bahwa masih rendahnya kompetensi guru BK secara ilmu pengetahuan/akademik.

Hasil yang ditemukan oleh peneliti berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh saudari Nurrahmi. Dalam penelitian Nurrahmi (2012) yang membahas tentang Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling di Kalimantan Barat yang salah satunya berkaitan dengan merancang dan menyusun program Bimbingan dan Konseling memperoleh hasil yang cukup memprihatinkan yaitu hasilnya rendah dengan skor 45,51 sedangkan penelitian ini menemukan hasil yang baik yaitu 61%. Kedua hasil penelitian ini sangat bertolak belakang.

Dampak yang akan terjadi jika program-program yang terdapat di sekolah selalu sama setiap tahunnya yaitu bisa menyebabkan guru BK menjadi kurang kreatif dalam membuat program, layanan-layanan dalam program yang dibuat belum tentu dibutuhkan siswa karena setiap tahun pasti permasalahan yang dihadapi oleh siswa berbeda-beda, bisa membuat siswa kurang tertarik dengan program yang diberikan guru BK untuk siswa karena bisa saja program tersebut tidak dibutuhkan oleh siswa.

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di SMA. Guru BK SMA di Sleman merancang perencanaan program BK berpedoman pada POP BK.

POP BK memiliki tujuan memandu guru BK atau konselor dalam memfasilitasi dan memperhatikan ragam-ragam kemampuan, ragam

(24)

kebutuhan, dan ragam minat sesuai dengan karakteristik pada setiap peserta didik/konseli, memandu guru Bimbingan dan Konseling atau konselor dalam menyelenggarakan bimbingan dan kosneling agar peserta didik/konseli dapat mencapai perkembangan diri secara optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti menduga kurang kompetennya guru Bimbingan dan Konseling dalam merancang program Bimbingan dan Konseling sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Tingkat Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada MGBK SMA/MA di Sleman)”

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada beberapa guru BK yang tidak memproses angket kebutuhan siswa.

2. Masih ditemukan Guru BK yang menggunakan program tahunan yang mengikuti program sebelumnya.

3. Ada beberapa guru BK yang tidak menggunakan need asessment untuk mengetahui kebutuhan siswa

4. Ada beberapa Guru BK yang merancang program menyalin dari sekolah lain.

5. Masih ditemukan guru BK yang menganggap bahwa masalah siswa dari tahun ke tahun sama.

(25)

6. Ada beberapa guru BK yang kurang memahami apa saja layanan- layanan BK.

7. Ada guru BK yang bukan lulusan S1 Bimbingan dan Konseling.

8. Masih ditemukan beberapa guru BK yang kurang memahami cara merancang program BK.

9. Ditemukan siswa yang jenuh dengan pelayanan guru BK di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh hasil yang lebih mendalam maka peneliti berfokus pada masalah yang berkaitan dengan Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling Merencanakan Program BK di Sekolah pada MGBK SMA/MA di Sleman.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah peneliti paparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat kompetensi guru Bimbingan dan Konseling merencanakan program BK di Sekolah pada guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman?

2. Butir-butir item kompetensi guru Bimbingan dan Konseling dalam merencanakan program BK apa saja yang capaian skornya rendah sebagai dasar penyusunan usulan topik pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru BK dalam merencanakan program BK?

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk:

1. Mendeskripsikan tingkat kompetensi guru Bimbingan dan Konseling merencanakan program BK di Sekolah pada guru-guru MGBK SMA/MA di Sleman

2. Mengidentifikasi butir-butir item kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling dalam perencanaan program Bimbingan dan Konseling yang capaian skornya teridentifikasi rendah yang dapat dijadikan topik pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru BK dalam merencanakan program BK

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling tentang kompetensi guru BK SMA Se-Sleman mengenai perencanaan program BK.

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru BK

Sebagai pengetahuan guru BK khususnya guru BK SMA Negeri se-Sleman tentang data yang diperoleh terkait dengan kompetensi merencanakan program BK di sekolah.

b. Manfaat bagi peneliti

Peneliti mempunyai gambaran tentang bagaimana kompetensi guru BK se-Sleman mengenai perencanaan program BK di sekolah.

c. Manfaat bagi Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling

Dari penelitian ini, bagi guru BK yang tergabung dalam Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling dapat memperoleh pengetahuan dan gambaran tentang kompetensi mereka merencanakan program BK di sekolah dan bisa mempertahankan kompetensi yang sudah baik serta meningkatkan kompetensi yang belum maksimal.

G. Definisi Istilah

1. Perencanaan program yaitu menentukan serangkaian tindakan merancang mengenai apa yang harus dikerjakan sebelum kegiatan dilaksanakan.

2. Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan

3. Guru Bimbingan dan Konseling adalah orang yang memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya beratnggungjawab terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok itu.

(28)

4. Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling adalah wadah perkumpulan beberapa orang yang memiliki tujuan yang sama berdasarkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan standar dan tujuan yang telah ditetapkan.

5. Kompetensi adalah suatu kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang yang berpengaruh secara langsung terhadap kinerja yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan.

(29)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan tentang kompetensi professional guru BK, hakikat program Bimbingan dan Konseling, dan ciri-ciri program BK komprehensif- sistematik.

A. Hakikat Kompetensi 1. Pengertian Kompetensi

Karakteristik kompetensi menurut Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000, kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara professional, efektif dan efisien.

Pengertian dan arti kompetensi menurut Spencer dapat didefinisikan sebagai karakteristik yang mendasari seseorang yang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang diajukan acuan, efektik atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu (Moeheriono, 2012:5).

Pengertian kompetensi menurut Wibowo (2013:14), adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didiukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan

(30)

oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kompetensi adalah suatu kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang yang berpengaruh secara langsung terhadap kinerja yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan.

Karakteristik kompetensi menurut Wibowo (2013: 325-326), yaitu sebagai berikut:

a. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan.

b. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau informasi

c. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang.

d. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.

e. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau metal tertentu

B. Hakikat Profesional 1. Pengertian Profesional

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan khusus (UU No. 14 Tahun

(31)

2005). Menurut Kusnandar (2007:213), professional adalah sifat dari suatu profesi, artinya suatu kumpulan pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan atau standar operasional pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Menurut Mulyasa (2008: 45), professional adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu dan berkaitan dengan kepandaian khusus untuk menjalankannya.

Professional merupakan sikap yang mengacu pada peningkatan kualitas profesi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa professional adalah sebutan bagi seseorang yang melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik sesuai dengan profesinya masing-masing yang didasarkan pada pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku untuk melaksanakan pekerjaan secara optimal.

C. Guru Bimbingan dan Konseling

Pengertian guru Bimbingan dan Konseling menurut Sukardi (2008:6) adalah seorang guru yang bertugas memberikan bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan professional sehingga seorang guru Bimbingan Konseling harus berusaha menciptakan komunikasi yang baik dengan murid dalam menghadapi masalah dan tantangan hidup. Adapun pengertian konselor sekolah menurut Depdiknas (2008) adalah sarjana pendidikan (S1) bidang Bimbingan dan Konseling dan telah menyelesaikan program Pendidikan Profesi Konselor (PPK), sedangkan

(32)

individu yang menerima pelayanan Bimbingan dan Konseling disebut konseli.

Menurut Winkel (2005), seorang guru pembimbing (konselor) sekolah adalah orang yang memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggungjawab terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini guru pembimbing (konselor) dalam institusi pendidikan tidak dapat lepas tangan dan menyerahkan tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya kepada para konseli. Ini berarti guru pembimbing baik dari segi teoritis maupun segi praktis harus bertindak sebagai ketua kelompok diskusi dan sebagai pengatur wawancara konseling bersama. Oleh karena itu, guru pembimbing harus memenuhi syarat yang menyangkut pendidikan akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi dengan orang lain dan penggunaan teknik-teknik konseling.

Berdasarkan pengertian di atas, maka guru Bimbingan dan Konseling adalah guru yang berfungsi sebagai pemberi bimbingan kepada individu atau siswanya, untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.

D. Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling

Menurut Permendiknas nomor 27 tahun 2008 kompetensi profesional guru BK yaitu:

(33)

1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli.

a. menguasai hakikat asesmen

b. memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan Bimbingan dan Konseling

c. menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan Bimbingan dan Konseling

d. mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli

e. memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen dan pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli

f. memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi actual konseli berkaitan dengan lingkungan

g. mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling

h. menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan tepat

i. menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen.

2. Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling a. mengaplikasikan hakikat pelayanan Bimbingan dan Konseling.

b. mengaplikasikan arah profesi Bimbingan dan Konseling.

c. mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan Bimbingan dan Konseling.

(34)

d. mengaplikasikan pelayanan Bimbingan dan Konseling sesuai dengan kondisi dan tuntutan wilayah kerja.

e. Mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling.

f. mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan Bimbingan dan Konseling.

3. Merancang program Bimbingan dan Konseling a. menganalisis kebutuhan konseli.

b. menyusun program Bimbingan dan Konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan.

c. Menyusun rencana pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling.

d. Merencakan sarana dan biaya penyelenggaraan program Bimbingan dan Konseling.

4. Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif

a. Melaksanakan program Bimbingan dan Konseling.

b. Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling

c. Memfasilitasi perkembangan akademik, karir, personal, dan sosial konseli.

d. Mengelola sarana dan biaya program Bimbingan dan Konseling.

(35)

5. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling

a. melakukan evaluasi hasil, proses, dan program Bimbingan dan Konseling.

b. Melakukan penyesuaian proses pelayanan Bimbingan dan Konseling.

c. Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada pihak terkait.

d. Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program Bimbingan dan Konseling.

6. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional

a. Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan professional.

b. Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik professional konselor.

c. Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah konseli.

d. Melaksanakan referral sesuai dengan keperluan.

e. Peduli terhadap identitas professional dan pengembangan profesi.

f. Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor.

g. Menjaga kerahasiaan konseli

7. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling

a. memahami berbagai jenis dan metode penelitian.

(36)

b. mampu merancang penelitian Bimbingan dan Konseling.

c. melaksanakan penelitian Bimbingan dan Konseling.

d. memanfaatkan hasil penelitian dalam Bimbingan dan Konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan Bimbingan dan Konseling.

E. Hakikat Program BK

1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Menurut Hikmawati (2011:1) Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadinya, sosial, belajar, dan perencanaan karir melalui berbagai ragam layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah tahun 2014 pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk kemandirian dalam kehidupannya.

(37)

b. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling

Menurut Winkel (2005:119) program Bimbingan dan Konseling adalah suatu rangkaian kegiatan Bimbingan dan Konseling yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu.

Pendapat Winkel mengenai pengertian program Bimbingan dan Konseling didukung oleh Pengurus besar Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (2001) berpendapat bahwa program Bimbingan dan Konseling merupakan satuan rencana dari keseluruhan kegiatan Bimbingan dan Konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti periode bulanan, semesteran, dan tahunan (Yusuf, 2008:14).

Berdasarkan dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian program Bimbingan dan Konseling adalah suatu kegiatan Bimbingan dan Konseling yang terencana dan akan dilakukan pada waktu yang tertentu seperti pada periode bulanan, semesteran, dan tahunan.

2. Merancang Program Bimbingan dan Konseling

Program Bimbingan dan Konseling di SMA disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, struktur program Bimbingan dan Konseling terdiri dari atas

(38)

rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, bidang layanan, rencana operasional (action plan), pengembangan tema/topik, rencana evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut, serta anggaran biaya. Struktur program Bimbingan dan Konseling merupakan komponen- komponen yang harus ada namun bukan sebagai sebuah tahapan.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 27 tahun 2008 ada tujuh aspek kompetensi professional guru BK yaitu :

a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli.

b. Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling.

c. Merancang program-program Bimbingan dan Konseling.

d. Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif.

e. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling.

f. Memiliki kesadaran dan memiliki komitmen terhadap etika profesional.

g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 Dari tujuh aspek kompetensi profesional guru BK, peneliti berfokus pada poin merancang program-program Bimbingan dan Konseling. Indikator pada pelaksanaan merancang program-program Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai berikut:

(39)

1) Menganalisis kebutuhan konseli

Sebelum merancang program Bimbingan dan Konseling, tahap pertama yang harus dilakukan oleh guru BK adalah mengumpulkan data. Tujuan dari pengumpulan data tersebut adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang konseli, serta konselor menolong konseli mendapatkan pemahaman tentang pribadinya. Setelah konselor mengetahui informasi tentang konseli, konselor bisa mengetahui apa bakat-bakat yang dimilki oleh konseli, minat, kemampuan dalam belajar, kemampuan intelektualnya, relasi dengan lingkungan sekitar dan konselor bisa menganalisis kebutuhan konseli.

Menurut Santoadi (2010: 15) identifikasi kebutuhan dan analisis situasi dapat dirumuskan tujuan macam-macam strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan bimbingan yang dirumuskan berdasarkan kondisi nyata dari peserta didik yang nyata akan membuat program bimbingan memiliki visi yang realistis. Visi yang realistis ini bisa dijadikan bahan pemikiran penting dalam program bimbingan yang komprehensif.

2) Menyusun program Bimbingan dan Konseling yang berkelanjutan berdasarkan kebutuhan konseli secara komprehensif dengan perkembangan pendekatan

Setelah konselor menganalisis kebutuhan konseli maka konselor menyusun program Bimbingan dan Konseling yang berkelanjutan

(40)

berdasarkan kebutuhan konseli secara komprehensif dengan perkembangan pendekatan. Menurut Nurihsan (2006:22) bahwa pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi- potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh individu secara optimal.

Setiap individu memiliki potensi dan kekuatan tertentu kemudian kekuatan-kekuatan tersebut dikembangkan dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang mengalami masalah. Bimbingan perkembangan ini bisa dilaksanakan secara individual, kelompok dan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses dalam kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.

3) Menyusun rencana pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling

Setelah konselor menyusun program-program Bimbingan dan Konseling, berikutnya konselor menyusun perencanaan untuk pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling secara terstruktur dan terjadwal agar semua program yang sudah disusun bisa terlaksanakan dengan baik.

4) Merencanakan sarana dan biaya untuk penyelenggaraan program Bimbingan dan Konseling

Konselor juga harus membuat rincian-rincian dana pada setiap program-program yang memang membutuhkan biaya. Rincian-rincian dana tersebut diserahkan kepada kepala sekolah agar kebutuhan dana

(41)

tersebut dapat dibiayai oleh pemerintah. Biaya yang dirancang secara garis besar diperuntukan untuk pengadaan dan pemeliharan perlengkapan Bimbingan dan Konseling, dan biaya kegiatan penelitian dalam pengembangan bidang Bimbingan dan Konseling.

Berdasarkan identitas individual dan kelas disusun rancangan program layanan Bimbingan dan Konseling secara individual, kelompok, klasikal, kelas besar dan atau menggunakan media-media BK. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dirancang secara khusus untuk dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling serta dapat pula dirancang dengan berkolaborasi.

3. Prosedur Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling

Menurut POP (Pedoman Operasional Penyelenggaraan) BK SMA tahun 2016 merancang program-program Bimbingan dan Konseling terdapat dua tahap, yaitu : tahap persiapan dan tahap perancangan. Aspek dan indikator merancang program-program Bimbingan dan Konseling akan dipaparkan untuk menjadi dasar penyusunan instrumen:

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri atas guru BK melakukan asesmen kebutuhan, mendapatkan dukungan pimpinan dan staf-staf sekolah, menetapkan dasar perencanan layanan Bimbingan dan Konseling.

1) Melakukan asesmen kebutuhan

Asesmen kebutuhan dilakukan bertujuan untuk menemukan kondisi peserta didik yang akan dijadikan dasar dari merencanakan

(42)

program Bimbingan dan Konseling. Langkah-langkah untuk melakukan asesmen adalah:

a). Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program layanan.

Langkah awal dalam melakukan asesmen kebutuhan adalah menentukan data yang akan diukur/diungkapkan untuk penyusunan program layanan Bimbingan dan Konseling. Data yang perlu diungkap antara lain adalah data tentang tugas-tugas perkembangan peserta didik, permasalahan dan prestasi peserta didik.

Menurut Santoadi (2010:14) data-data yang penting untuk dijadikan dasar mengidentifikasi kebutuhan adalah: (1) data diri seperti tentang kemampuan pada dirinya (bakat, prestasi belajar, intelegensi), riwayat tentang pendidikan, kepribadian, minat, dan aspirasi karier, hobi, catatan kesehatan, kemampuan ekonomi, dan lain-lain. (2) data latar belakang sosial budaya seperti etnisitas, keluarga asal, komunitas asal. Data-data yang akan digali dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan khusus peserta didik di sekolah.

b). Memilih instrument pengumpulan data sesuai kebutuhan data yang dapat digunakan dalam asesmen kebutuhan

Memilih instrument data sesuai kebutuhan data diantaranya adalah (1) instrumen dengan pendekatan masalah, seperti Alat

(43)

Ungkap Masalah Umum (AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM-PTSDL), Daftar Check Masalah (DCM), (2) instrument dengan pendekatan SKKPD (Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik) yaitu Inventori Tugas Perkembangan, (3) instrument dengan pendekatan tujuan bidang layanan (pribadi, sosial, belajar dan karir) dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman wawancara dan angket sosiometri. Instrumen-instrumen tersebut dapat dipilih oleh guru BK sesuai dengan kebutuhan kegiatan perencanaan program Bimbingan dan Konseling.

c). Mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginterpretasi data hasil asesmen kebutuhan.

Pengumpulan data data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dipilih. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan menginterpretasi hasil analisis data dilakukan sesuai dengan manual. Setiap instrument pengumpulan data yang telah memiliki manual. Bila instrument yang digunakan adalah instrument yang belum standar maka pengolahan, analisis dan interpretasi hasil analisis data menggunakan manual yang disusun sendiri.

2) Mendapat dukungan kepala dan komite sekolah

Program Bimbingan dan Konseling hendaknya memperoleh dukungan dari berbagai pihak penting yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan komite sekolah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untukmendapatkan dukungan dari pihak tersebut misalkan

(44)

konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi dan persuasi. Kegiatan tersebut dilakukan sebelum menyusun program dan selama penyelenggaraan kegiatan.

3) Menetapkan dasar perencanaan program

Perencanaan layanan Bimbingan dan Konseling didasarkan pada landasan filosofis dan teoritis Bimbingan dan Konseling. Landasan ini berisi keyakinan filosofis dan teoritis, misalnya bahwa peserta didik itu unik dan harus dilayani dengan penuh perhatian: Setiap peserta didik dapat meraih keberhasilan, untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan upaya kolaboratif: program Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan: program Bimbingan dan Konseling dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan setiap peserta didik. Selain mendasarkan pada landasan filosofis dan teoritis, perencanaan Bimbingan dan Konseling juga harus didasarkan pada hasil asesmen kebutuhan peserta didik.

b. Tahap perancangan dalam perencanaan program

Tahap perancangan terdiri dari 2 kegiatan yaitu penyusunan program tahunan dan penysunan program semesteran. Setiap kegiatan diuraikan menjadi sebagai berikut.

a). Penyusunan program tahunan Bimbingan dan Konseling

Struktur dari program tahunan Bimbingan dan Konseling terdiri atas : 1) rasional, 2) dasar hukum, 3) visi dan misi, 4) deskripsi kebutuhan, 5) tujuan, 6) komponen program (layanan

(45)

perencanan individual, layanan responsive, layanan dasar dan dukungan sistem), 7) bidang layanan, 8) rencana operasional, 9) pengembangan tema/topik, 10) rencana evaluasi pelaporan dan tindak lanjut, 11) sarana prasarana dan 12) anggaran biaya.

b). Penyusunan program semesteran Bimbingan dan Konseling

Setelah guru Bimbingan dan Konseling merancang program tahunan dalam bentuk kalender, maka dirinci kembali kedalam bentuk program semester. Program semester ini dikembangkan berbasis pada rencana operasional yang telah disusun sebelumnya.

4. Komponen Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Muro dan Kottman berpendapat bahwa struktur program Bimbingan dan Konseling komprehensif di klasifikasikan kedalam 4 jenis layanan (Yusuf, 2008:26) yaitu:

a. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bimbingan ini adalah layanan bantuan untuk peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas, dalam rangka mengembangkan potensi atau kekuatan peserta didik secara optimal. Layanan ini memiliki tujuan yaitu untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang dengan normal, mempunyai mental yang sehat, mempunyai keterampilan dasar hidupnya, peserta didik dapat memahami dirinya sendri dan lingkungannya, peserta didik mampu mengembangkan potensi dan masalahnya.

(46)

b. Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan layanan bantuan untuk peserta didik yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Layanan ini bertujuan untuk membantu peserta didik memenuhi kebutuhannya yang dirasakan sekarang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Layanan ini bersifat kuratif, isi dari layanan ini adalah bidang (1) pendidikan; (2) belajar; (3) sosial; (4) pribadi; (5) karir; (6) tata tertib di sekolah; (7) narkotika dan perjudian; (8) perilaku sosial; dan (9) kehidupan lainnya.

c. Layanan Perencanaan individual

Layanan perencanaan individual bisa diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua peserta didik agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depan peserta didik, berdasarkan dari pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh peserta didik. Tujuan dari layanan ini adalah membimbing seluruh siswa agar (a) mempunyai kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengolahan terhadap perkembangan peserta didik, baik terkait dengan aspek pribadi, sosial, belajar dan karir; (b) bisa belajar untuk memahami perkembangan dirinya sendiri; (c) dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dibentuk secara proaktif.

(47)

Teknik bimbingan adalah konsultasi dan konseling. Isi dari layanan perencanaan individual yaitu :

1) Bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program yang sesuai dengan bakat, minat dan karakteristik kepribadian peserta didik.

2) Bidang karir dengan bidang topik-topik mengidentifikasi kesempatan karir yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang positif terhadap dunia kerja dan merencanakan kehidupan karirnya.

3) Bidang sosial-pribadi dengan topik-topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang dimiliki konseli, belajar untuk menghindari konflik antar teman sebaya dan belajar untuk bisa memahami perasaan orang lain.

d. Dukungan sistem

Ketiga komponen di atas, merupakan layanan BK secara langsung diberikan kepada peserta didik. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan dari managemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan juga kepada peserta didik.

Menurut Ellis (1990:27) dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional; hubungan antar staf dan masyarakat,

(48)

konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan (Yusuf 2008:31).

Dukungan sistem meliputi 2 aspek yaitu pemberian layanan dan kegiatan manajemen. Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing yang meliputi : a) konsultasi dengan guru-guru mata pelajaran, b) menyelenggarakan program kerjasama dengan orangtua, c) berpartisipasi dalam merencakan kegiatan-kegiatan sekolah, d) bekerja sama dengan anggota lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling.

Kegiatan manajemen merupakan usaha untuk program Bimbingan dan Konseling melalui kegiatan-kegiatan a) pengembangan program, b) pengembangan staf, c) pemanfaatan sumber daya dan d) pengembangan penatan kebijaksaan.

5. Isi Layanan Bimbingan

Selain 4 jenis layanan diatas, dalam program Bimbingan dan Konseling juga terdapat beberapa layanan, yaitu (1) pengumpulan data; (2) pemberian informasi; (3) bantuan penempatan; (4) konseling; (5) referral dan (6) evaluasi tidak lanjut (Nurihsan, 2006:19).

(49)

a. Layanan Pengumpulan Data

Supaya guru BK lebih mudah untuk memahami potensi dan kekuatan peserta didik, masalah yang dialami oleh peserta didik, diadakan layanan pengumpulan data. Data-data yang dikumpulkan oleh guru BK adalah data pribadi, keluarga, sosial, budaya, agama, kecerdasan spiritual, ketekunan, kerajinan dan sebagainya.

Pengumpulan data bisa menggunakan melalui teknik angket, wawancara, observasi, studi dokumen dan tes.

b. Layanan Informasi

Layanan ini memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik. Tujuan dari layanan informasi ini adalah supaya peserta didik memiliki pengetahuan tentang dirinya, lingkungan pekerjaan, masyarakat, serta sumber-sumber belajar termasuk internet. Informasi yang diperoleh peserta didik sangat diperlukan agar peserta didik lebih mudah untuk merencanakan dan mengambil keputusan.

c. Layanan Penempatan

Layanan ini merupakan layanan untuk membantu peserta didik dalam memperoleh tempat bagi pengembangan potensi yang mereka miliki. Tujuannya adalah supaya setiap peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimiliki secara optimal.

Setiap peserta didik diharapkan mampu menempati kelompok, jurusan, program studi, serta saluran kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki.

Gambar

Tabel 3.1     Data Subyek Penelitian  .............................................................
Gambar 2.1      Skema Kerangka Berfikir  .........................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penerapan konseling kelompok realita dengan teknik WDEP dapat meningkatkan kedisiplinan belajar siswa kelas

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pada proses biosorpsi logam di dalam larutan, karena pH akan mempengaruhi muatan pada situs aktif atau

Penelitian ini bertujuan:(1) mendeskripsikan tingkat kemampuan berempati mahasiswa Angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin tentang Sukuk

Intensitas mengikuti Pembinaan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat tinggi-rendahnya usaha pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Formula ampas kelapa terpilih memiliki hasil kandungan serat (2,37 %) cukup rendah dari pada tepung ampas kelapa formula awal, hal ini sejalan dengan penelitian

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi