• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KONTROL DIRI SISWA DALAM MENGHADAPI PENGARUH BURUK RELASI TEMAN SEBAYA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasi Terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Sekar Birthikaningadi Hezed Christo NIM : 161114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

i

TINGKAT KONTROL DIRI SWA DALAM MENGHADAPI PENGARUH BURUK RELASI TEMAN SEBAYA

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasi Terhadap Usulan Topik-Topik

Bimbingan Pribadi Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Sekar Birthikaningadi Hezed Christo NIM : 161114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati dan menghendaki Sekar disegala situasi yang baik dalam proses pergulatan menyelesaikan skripsi ini.

Orangtuaku, Bapak Nurhadi Yuwono dan Ibu Syair Rahayuningsih yang telah mengasihi, mendukung dan mendoakan saya.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

I don’t know any other sign of superiority but kindness.

(Bethoven, Ludwig Van)

Maybe I made a mistake yesterday, but yesterday’s me is still me. I am today with all my faults. Tomorrow I might be tiny bit wiser and that’s me too.

(Kim Namjoon of BTS)

Done is Better than Perfect. Menyelesaikan sesuatu lebih baik daripada mencoba untuk lebih sempurna.

(Sekar Hezed)

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii

ABSTRAK

TINGKAT KONTROL DIRI SISWA DALAM MENGHADAPI PENGARUH BURUK RELASI TEMAN SEBAYA

(Studi Deskriptif pada Siswa kelas XI Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dan Implikasi Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial)

Sekar Birthikaningadi Hezed Christo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendekripsikan seberapa tingkat kontrol diri siswa kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta dalam pengaruh buruk relasi teman sebaya; (2) Mengidentifikasi butir-butir item pengukuran kontrol diri siswa yang teridentifikasi capaian skornya rendah dalam menghadapi pengaruh buruk relasi teman sebaya yang akan dijadikan sebagai usulan topik bimbingan pribadi-sosial.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta berjumlah 85 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuesioner Tingkat Kontrol Diri Siswa dalam Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya berjumlah 48 item. Reliabilitas instrumen diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach dengan indeks 0,912. Teknik analisis data yang digunakan adalah norma kategorisasi menurut Azwar yang terdiri dari 5 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta memiliki tingkat kontrol diri sebagai berikut: 17 siswa (20%) memilki tingkat kontrol diri sangat tinggi, 49 siswa (57.7%) memiliki tingkat kontrol diri tinggi, 19 siswa (22.3%) memiliki tingkat kontrol diri sedang, dan tidak ada (0%) siswa yang memiliki kontrol diri pada kategori rendah dan sangat rendah. Hasil analisis menunjukkan 8 item (17%) memiliki skor sedang dan 1 item (1.1%) skor rendah sebagai dasar menyusun usulan topik-topik pendampingan yaitu: (1) Aku Bisa Lakukan Sekarang, (2) Ayo Managemen Waktu, (3) Aku Berani Bersikap Asertif, (4) Selamatkan Waktu dengan Prioritas, (5) Bersikap Toleransi dan Solidaritas, (6) Aku Pribadi Selektif.

Kata Kunci: Kontrol Diri, Relasi Teman Sebaya, Topik-topik Bimbingan

(10)

ix ABSTRACT

THE STUDENTS’ SELF CONTROL LEVEL IN FACING BAD EFFECTS FROM PEER RELATIONS

(A Descriptive Study on Class XI Students of Bopkri 2 Yogyakarta in 2019/2020 Academic Year and the Implications on Social-Personal Guidance Topics)

Sekar Birthikaningadi Hezed Christo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2020

The aim of this study was to: (1) describe the class XI students’ self-control level SMA Bopkri 2, Yogyakarta related with bad influence of peer relations, (2) Identify items on student self-control measurement that identified with low achievement scores in facing the bad influence of peer relations which will become a proposed topic for personal-social guidance.

The type of the study was quantitative descriptive research. The research subjects were 85 students of Class XI of SMA Bopkri 2 Yogyakarta. The research instrument used in this study was the Students’ Self-Control Questionnaire in Facing Bad Effects of Peer Relations with 48 items. Instrument reliability was measured using Cronbach's Alpha with an index of 0.912. The data analysis technique used was the norm of categorization according to Azwar that consists of five categories namely very high, high, medium, low, and very low.

The results of this study indicated that Class XI students of SMA Bopkri 2 Yogyakarta have the following of self-control levels. There were17 students (20%) that had very high levels of self-control, 49 students (57.7%) that have high levels of self-control, 19 students (22.3%) that had a moderate level of self-control, and none of the students (0%) that had low and very low self-control. The analysis showed that there were 8 items (17%) of the questionnaire that had a moderate score and 1 item (1.1%) that had low score and become the basis for proposing mentoring topics. The proposing topics wer namely: (1) I Can Do It Now, (2) Let's Do Time Management, (3) I Dare to Be Assertive, (4) Save Time with Priority, (5) Be Tolerant and Solidarity, (6) I am a Selective Person.

Keyword: Self-Control; Peer, Guidance Topics

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya yang begitu besar kepada peneliti hingga akhirnya penelitian ini dapat selesai dengan baik. Banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat luar biasa bagi peneliti, hingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dari awal sampai akhir. Selama proses penulisan skripsi ini juga banyak pihak yang ikut terlibat dalam proses membimbing, mendampingi, serta mendukung setiap proses yang peneliti lakukan. Oleh sebab itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr

.

Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, S.Pd., M.Psi selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Dosen Pembimbing yang telah memberikan pembaruan revisi secara teliti dan masukan selama proses menyelesaikan skripsi.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling dengan sepenuh hati sudah membantu dalam proses perkuliahan.

5. Orangtua, Bapak Nurhadi Yuwono dan Ibu Sair Rahayuningsih atas dukungan, kasih sayang dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Keluarga di rumah Budhe Umi Pudjiastuti dan Mama Praspranti Wulandari

yang mengasihi, mendukung dan menasehati.

(12)

xi

7. Kakak dan Adikku Dias Sihivana, Dianti Sihkatara, Dimas Sihnugroho, Stefanus Nugroho, Voluntas Bagaskara, dan Eprafas Karunia yang selalu menghibur di rumah.

8. Sahabat yang terkasih, Lourentina Yulita, Amanda Natalia, dan Simon Manalepa yang sudah memberikan waktu dan tenaga untuk membantu mengerjakan skripsi.

9. SMA Bopkri 2 Yogyakarta yang telah memberikan waktu dan tempat melakukan penelitian.

10. Pak Edi Sutrisna Guru BK di SMA Bopkri 2 Yogyakarta yang telah membantu dalam melakukan proses perizinan penelitian di Sekolah.

11. Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta yang sudah membantu menjadi subjek penelitian.

12. Bapak Stefanus Priyatmoko atas segala kesabarannya dalam membantu melayani proses administrasi di Prodi Bimbingan dan Konseling.

13. Teman-teman mahasiswa angkatan 2016 atas kebersamaan yang sudah dilalui dan menjadi pengalaman berharga.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah telah

membantu dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

(13)

xii

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori Kontrol Diri ... 8

1. Definisi Kontrol Diri ... 8

2. Faktor-faktor Kontrol Diri ... 10

3. Aspek-aspek Kontrol Diri ... 11

4. Ciri-ciri Kontrol Diri ... 13

B. Kajian Teori Remaja ... 17

1. Pengertian Remaja ... 17

2. Ciri-ciri Masa Remaja... 18

3. Tugas Perkembangan Remaja ... 19

C. Relasi Teman Sebaya ... 21

1. Pengertian Teman Sebaya ... 21

2. Peran Teman Sebaya ... 22

3. Fakor Mempengaruhi Teman Sebaya

...

22

4. Pengaruh Relasi Teman Sebaya

...

24

D. Program Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 28

F. Kerangka Pikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 32

(15)

xiv

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33

1. Teknik Pengumpulan Data ... 33

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 36

1. Validitas ... 36

2. Reliabilitas... 37

G. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Tingkat Kontrol Diri Siswa dalam Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya Tahun Ajaran 2019/2020

... 43

2. Identifikasi Butir Item yang Perolehan Skor Rendah

... 45

B. Pembahasan ... 49

1. Deskripsi Kontrol Diri Siswa dalam Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya Siswa Kelas XI SMA Bopri 2 Yogyakarta ... 52

2. Usulan Topik-Topik Bimbingan Sesuai untuk Meningkatkan Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMa Bopkri 2 Yogyakarta ... 53

BAB V PENUTUP ... 58

A. Simpulan ... 58

B. Keterbatasan Penelitian ... 59

C. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 64

(16)

xv

DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ... 30 Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian ... 32 Tabel 3.2 Norma Skoring Kuesioner Kontrol Diri ... 34 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kontrol Diri Siswa dalam Menghadapi

Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 35 Tabel 3.4 Rekapitulasi Kisi-kisi Kuesioner Setelah Uji Coba ... 37 Tabel 3.5 Kisi-kisi Final Kuesioner Kontrol Diri ...

Tabel 3.6 Reliabilitas Item Kontrol Diri... 38 Tabel 3.7 Kriteria Guilford ... 39 Tabel 3.8 Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ... 40 Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri dalam Menghadapi

Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 41 Tabel 3.10 Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Kontrol Diri Siswa dalam

Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 42 Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat Kategorisasi Kontrol Diri Siswa dalam

Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 43 Tabel 4. 2 Kategorisasi Perolehan Skor Item Kontrol Diri Siswa dalam

Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 46 Grafik 4.1 Kategorisasi Tingkat Kontrol Diri Siswa dalam Menghadapi

Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 45 Grafik 4.2 Kategorisasi Skor Item Tingkat Kontrol Diri Siswa dalam

Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya ... 47

Tabel 4.3 Rekapitulasi Item-Item Kuesioner Kategori Sedang dan Rendah . 48

Tabel 4.4 Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial ... 54

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 65

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 66

Lampiran 3 Hasil Komputasi Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 72

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian ... 79

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Remaja seringkali ingin melepaskan diri dari orangtuanya dan mengarahkan perhatian kepada lingkungan di luar keluarganya dan cenderung lebih senang bergabung dengan teman sebayanya. Proses memisahkan diri dari orang tuanya diikuti dengan proses mencari dan bergabung dengan teman-teman sebaya karena merasa senasib (Ali &

Asrori 2011). Sehingga pembetukan identitas selalu terancam oleh ditemukannya berbagai pandangan dan pendapat lain yang berbeda dengan yang telah dimiliki. Terancamnya pembentukan identitas ini, merupakan kegoncangan yang selalu akan terjadi dalam masa perkembangan remaja (Gunarsa, 1986).

Disisi lain tidak sedikit remaja yang berperilaku menyimpang karena pengaruh teman sebayanya. Sumber permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak remaja itu terutama sekali berada di luar diri mereka sendiri.

Salah satunya kelompok teman sebaya yang bertindak menyimpang yang

menunjang timbulnya masalah-masalah pada remaja (Surya 2004). Keadaan

ini seperti terungkap dari hasil-hasil penelitian Glueck & Glueck

menemukan bahwa 98,4% anak-anak nakal adalah akibat dari pengaruh

(19)

anak nakal lainnya dan hanya 74% saja dari anak yang tidak nakal berkawan dengan yang nakal (Yusuf 2014:61). Ini berarti ikatan secara emosional dalam kelompok teman sebaya mendatangkan berbagai pengaruh besar bagi individu dalam kelompok dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki hubungan kelompok teman sebaya.

Hasil survei yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dan diterima Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (KBPP), BKKBN merilis berkait pengaruh atau yang mempengaruhi tindak perilaku remaja di tempat lingkungannya sebanyak 72% perilaku anak remaja dipengaruhi oleh teman sebayanya. Jadi, perilaku anak tersebut akan buruk atau baik, tergantung pada pengaruh yang disampaikan baik lisan maupun tulisan oleh teman sebayanya (Tribun Jateng 2016). Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mensosialisasikan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak Remaja (SNPHAR) Tahun 2018.

Dari hasil survei itu, mayoritas kasus kekerasan dilakukan oleh teman sebaya, survei dilakukan pada anak dan remaja usia 13-17 tahun sebanyak 5.383 dan usia 18-24 tahun sebanyak 4.461 jiwa. Ditemukan fakta kekerasan terhadap anak di antaranya kekerasan emosional maupun kekerasan fisik (Detik.com 2017).

Mencegah terjadinya pengaruh buruk dalam relasi teman sebaya

pada remaja maka perlu adanya kontrol diri yang konsisten dalam diri

remaja. Kay (Yusuf, 2014) mengungkapkan bahwa salah satu tugas

(20)

perkembangan remaja yaitu memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala ini, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

Remaja yang memiliki kontrol diri akan memungkinkan remaja dapat mengendalikan diri dari perilaku-perilaku yang melanggar aturan norma masyarakat karena kontrol diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan orang lain.

Hasil observasi yang peneliti lakukan selama magang 3 (Implementasi BK) di SMA 2 Bopkri Yogyakarta, terdapat beberapa siswa yang mengalami permasalahan belum mampu mengontrol dirinya yang dilakukan bersama dengan teman-teman sebayanya sehingga menimbulkan perilaku yang membawa pengaruh buruk seperti terindikasi siswa terlibat dalam anggota geng melakukan perbuatan yang menyimpang seperti ikut- ikutan teman tawuran, adanya perkelahian antar siswa yang terjadi karena beberapa teman membela temannya yang diejek oleh teman lainnya, adanya siswa-siswa yang ikut-ikutan temannya nongkrong di kantin ketika jam pelajaran kosong, dan terdapat siswa yang membolos dengan alasan guru yang kurang menarik menyampaikan materi pelajaran pada siswa menyebabkan siswa menjadi bosan dan cenderung membolos. Dikutip dari Koran Tribun bahwa tawuran antar pelajar antara sekolah swasta di Yogyakarta terjadi sekitar pukul 12.00 WIB tepatnya di belakang Galeria Mall. Seorang ditangkap sebab melakukan penusukan, Jumat (22/4/2011).

Walaupun berita ini sudah lama namun beberapa kali perilaku menyimpang

(21)

siswa masih terjadi yang tidak tersorot oleh media, ini juga berdampak pada pandangan masyarakat yang menjurus jika siswa disana bermasalah

Berdasarkan fenomena yang dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Tingkat Kontrol Diri Siswa dalam Menghadapi Pengaruh Buruk Relasi Teman Sebaya di SMA Bopkri 2 Yogyakarta dan Implikasi Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah dalam latar belakang yang diuraikan diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Glueck & Glueck menemukan bahwa 98,4%

anak-anak nakal adalah akibat dari pengaruh anak nakal lainnya dan hanya 74% saja dari anak yang tidak nakal berkawan dengan yang nakal.

2. Hasil survei yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pengaruh tindak perilaku remaja di tempat lingkungannya sebanyak 72% perilaku anak remaja dipengaruhi oleh teman sebayanya.

3. Hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak Remaja Tahun

2018 mayoritas kasus kekerasan dilakukan oleh teman sebaya,

survei dilakukan pada anak dan remaja usia 13-17 tahun

sebanyak 5.383 dan usia 18-24 tahun sebanyak 4.461 jiwa.

(22)

4. Ada siswa yang nongkrong di kantin ketika jam pelajaran kosong.

5. Terjadinya perkelahian antar siswa.

6. Ada indikasi siswa terlibat dalam anggota geng melakukan perbuatan menyimpang seperti ikut-ikutan teman tawuran.

7. Terdapat siswa yang membolos.

8. Ada siswa memiliki permasalahan kontrol diri terhadap pengaruh buruk dalam relasi teman sebaya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah adanya diatas maka dalam penelitian ini, hanya fokus untuk menjawab masalah butir 8 siswa memiliki permasalahan dalam kontrol diri pada Siswa Kelas XI di SMA Bopkri 2 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa baik kontrol diri Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta dalam menghadapi pengaruh buruk relasi teman sebaya?

2. Apa saja butir-butir pengukuran kontrol diri Siswa Kelas XI SMA

Bopkri 2 Yogyakarta yang teridentifikasi capaian skornya rendah dalam

menghadapi pengaruh buruk teman sebaya dan implikasi terhadap

usulan topik bimbingan pribadi sosial?

(23)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Mengetahui seberapa baik kontrol diri Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta dalam menghadapi pengaruh buruk relasi teman sebaya.

2. Mengidentifikasi butir-butir item pengukuran kontrol diri Siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta yang teridentifikasi capaian skornya rendah dalam menghadapi pengaruh buruk teman sebaya yang akan dijadikan sebagai usulan topik bimbingan pribadi-sosial.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah informasi dalam bidang Bimbingan dan Konseling yang dapat dijadikan refrensi terhadap pengetahuan kajian teori bagi siswa-siswi terkhusus guru BK SMA Bopkri 2 Yogyakarta dalam mengetahui kontrol diri siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam membantu siswa SMA Bopkri 2 Yogyakarta

b. Bagi Siswa

(24)

Hasil penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi siswa dalam mengendalikan diri dan sebagai bekal pengetahuan mengontrol diri sendiri untuk bertingkah laku yang terarah.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah illmu pengetahuan baru mengenai kemampuan mengontrol diri pada usia remaja dalam menghadapi konflik teman sebaya.

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang muncul dalam judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Kontrol Diri adalah individu mampu mengendalikan situasi atau kondisi yang belum bisa diterima oleh individu secara positif, baik dalam tindakan, memutuskan sesuatu maupun pikiran.

2. Pengaruh Buruk Teman Sebaya adalah dampak negatif yang diberikan seseorang kepada individu yang sama usianya.

3. Teman Sebaya adalah relasi sosial pertemanan yang dilakukan dengan tingkat kedewasaan atau usiannya sama.

4. Bimbingan Pribadi Sosial adalah bantuan yang diberikan kepada siswa

untuk menghadapi masalah-masalah siswa dengan lingkungan sosial.

(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini telah diuraikan hakikat kontrol diri, masa remaja, pengaruh relasi teman sebaya, program bimbingan Pribadi-Sosial, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir.

A. Hakikat Kontrol diri 1. Definisi Kontrol Diri

Goldfried dan Merbaum (Ghufron & Risnawati, 2011), mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.

Averill (1973) berpendapat bahwa:

Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpertasikan serta kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini

.

Synder dan Gangestad (Ghufron & Risnawati, 2011) mengatakan konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan pendirian yang efektif. Menurut Mahoney dan Thorsen (Ghufron &

Risnawati, 2012) kontrol diri meurpakan jalinan secara utuh yang dilakukan

individu dengan lingkungannya. Individu cenderung akan mengubah

perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat

(26)

mengatur kesan yang dibuat perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat, dan terbuka.

Calhout and Acocella (Ghufron & Risnawati, 2012) mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri secara kontinui yaitu pertama individu hidup bersama kelompok sehingga dalam menemukan keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain, kedua masyarakat konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya, ketika berusaha memenuhi tuntutan, dibuatkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.

Rodin (Sarafino 2011) mendefinisikan kontrol diri adalah perasaan bahwa individu dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan menghindari yang tidak diinginkan.

Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan usia. Salah satu tugas perkembangannya yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diaharapkan oleh kelompok dari dirinya kemudian bersedia membentuk perilakunya ada sesuai dengan harapan sosial, tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam (punishment) seperti yang dialami waktu anak-anak (Hurlock, 1997)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan bahwa kontrol

diri dapat diartikan sebagai kontrol diri terhadap situasi atau kondisi yang

(27)

belum bisa diterima oleh individu secara positif, baik dalam tindakan, memutuskan sesuatu maupun pikiran.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kontrol Diri

Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari dalam individu) dan faktor eksternal (lingkungan individu) (Ghufron

& Risnawita, 2011) a. Faktor Internal

Menurut Newman faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan diri seseorang itu.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal diantaranya yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan

kelurga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan

mengontrol diri seseorang Hurlock (1973). Hasil penelitian Nasiscach

(2000) menunjukkan bahwa presepsi remaja terhadap penerapan

disiplin orangtua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya

kemampuan mengontrol diri. Oleh karena itu, bila orangtua menerapkan

sikap disiplin kepada anak secara intens sejak dini dan orangtua tetap

konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia

menyimpang dari yang sudah ditetapkan maka siap kekonsensitas ini

akan diinternalisasi anak. Di kemudian akan menjadi kontrol diri

baginya (Ghufron & Risnawati, 2012).

(28)

Berdasarkan uraian diatas faktor yang mempengaruhi individu berasal dari dalam diri individu t=itu sendiri dan lingkungan dari individu tersebut.

3. Aspek-Aspek Kontrol Diri

Avrill (Ghufron & Risnawati, 2012) menyatakan jika kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decesional control).

a. Kontrol Perilaku (Behavior Control)

Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksana (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atas keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu, mencegah atau

menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian

(29)

stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.

b. Kontrol kognitif (Cognitive Control)

Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpertasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam seuatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (infromation gain) dan melakukan penilaian (apraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

c. Mengontrol Keputusan (Decesional Control)

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Menurut block dan block (Ghufron & Risnawati 2012) ada tiga jenis

kualitas kontrol diri yaitu, over control, under control, dan appropriate

(30)

control. Over Control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam berinteraksi terhadap stimulus. Under Control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan implusivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Sementara appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya

mengendalikan implus secara tepat.

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, maka untuk mengukur kontrol diri biasannya digunakan aspek-aspek seperti, kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian, kemampuan menafsirkan atau kejadian dan kemampuan mengambil keputusan.

4. Ciri-ciri Kontrol Diri

Menurut Logue (1995) orang yang mampu mengontrol diri adalah orang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memegang teguh tugas yang berulang meskipun berhadapan dengan berbagai gangguan.

b. Mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan norma yang ada.

c. Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi oleh amarah.

d. Bersikap toleransi terhadap stimulus yang berlawanan.

Sedangkan Menurut Thompson (Smet, 1994) ciri-ciri orang yang

memiliki kemampuan kontrol diri antara lain :

(31)

a. Mampu untuk mengontrol perilaku atau tingkah laku impulsif yang ditandai dengan kemampuan menghadapi stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah menjauhi stimulus,merapatkan tenggang waktu diantara stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir dan membatasi intensitas stimulus, kemampuan membuat perencanaan dalam hidup, mampu mengatasi frustasi dan ledakan emosi serta kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan perilaku, dalam hal ini bila individu tidak mampu mengontrol dirinya sendiri, maka individu menggunakan faktor eksternal.

b. Mampu menunda kepuasan dengan segera yang tujuannya ialah untuk keberhasilan mengatur perilaku dalam mencapai sesuatu yang lebih berharga atau diterima dalam masyarakat.

c. Mampu mengantisipasi peristiwa melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif. Hal ini didukung dengan adanya informasi yang dimiliki individu.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam seperti hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak

5. Fungsi Kontrol Diri

(32)

Menurut Messina & Messina (Gunarsa, 2004) menyatakan bahwa kontrol diri memiliki beberapa fungsi:

a. Membatasi perhatian individu terhadap orang lain

Dengan adanya kontrol diri, individu akan memberikan perhatian pada kebutuhan pribadinya pula, tidak sekedar berfokus pada kebutuhan-kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain di lingkunganya. Perhatian yang terlalu banyak pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain, cenderung akan menyebabkan individu mengabaikan bahwa melupakan kebutuhan pribadinya.

b. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya.

Dengan adanya kontrol diri, individu akan membatasi ruang bagi aspirasi dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi orang lain supaya dapat terkondisi secara bersama-sama. Individu akan membatasi keinginannya atas keinginan orang lain, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berada dalam ruang aspirasinya masing-masing, atau bahkan menerima aspirasi orang lain tersebut secara penuh.

c. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif

Individu yang memiliki kontrol diri akan terhindar dari berbagai

tingkah laku negatif. Kontrol diri memiliki arti sebagai kemampuan

individu menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku

(33)

(negatif) yang tidak sesuai dengan norma sosial. Tingkah laku negatif yang tidak sesuai dengan norma sosial tersebut meliputi ketergantungan pada obat atau zat kimia, rokok, alkohol dan lain sebagainya.

d. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan individu secara seimbang.

Pemenuhan kebutuhan individu untuk hidup menjadi motif bagi setiap individu dalam bertingkah laku. Pada saat individu bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, boleh jadi individu memiliki ukuran melebihi kebutuhan yang harus dipenuhinya.

Individu yang memiliki kontrol diri yang baik, akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin di penuhinya. Dalam hal ini, kontrol diri membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup, seperti tidak memakan makanan secara berlebihan, tidak melakukan hubungan seks berlebihan berdasarkan nafsu semata- mata, atau tidak melakukan kegiatan berbelanja secara berlebihan melampaui batas kemampuan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas fungsi kontrol diri mampu membatasi

perhatian individu terhadap orang lain, keinginan individu untuk

mengendalikan orang lain di lingkungannya, membatasi individu untuk

bertingkah laku negatif, dan membantu individu untuk memenuhi

kebutuhan individu secara seimbang.

(34)

B. Masa Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (2004), masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yag ditandai oleh peribahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hokum. Piaget (Hurlock, 2004) masa remaja adalah usia dimana individu dapat berinteggrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.

Seperti yang dikemukakan Monks,dkk (Rumini & Siti Sundari 2004:53) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak, masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Bangsa primitif dimana orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

2. Ciri-ciri Perkembangan Masa Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan

masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu untuk membedakannya dengan

periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan

(35)

masa-masa sulit bagu remaja maupun orang tuanya. Menurut Jatmika, (Khamim 2017) kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja itu sendiri dengan berbagai perilaku khususnya, yakni:

a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan kegangan dan perselihan dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.

b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orang tua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.

c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan orang tua.

Berdasarkan uraian diatas, ciri-ciri masa remaja mulai

menunjukkan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan

(36)

pendapatnya sendiri, remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman- temannya, remaja mengalami perubahan fisik maupun seksualitasnya, dan remaja lebih terlalu percaya diri pada dirinya sendiri.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Satu dari antara diantara ahli psikologi yang membagi masa remaja atas remaja awal dan akhir Wattenberg. William W (Susilowindradini, 1986).

Wattenberg pernah merumuskan tugas-tugas perkembangan yang khusus bagi anak dalam masa pubertas dan dalam masa remaja awal. Tugas-tugas perkembangan, dijelaskan sebagai berikut

a. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa.

Bagi remaja diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri sendiri (self-control) atas perbuatan-perbuatannya. Tugas perkembangan yang pertama ini timbul karena remaja telah bertambah perbuatan-perbuatan yang dapat dilakukan seperti halnya orang dewasa, diantara perbuatan itu ada yang boleh dan ada yang tidak boleh dilakukannya. Untuk itu perlu ada kontrol agar dirinya dapat berperilaku yang diterima oleh masyarakat lingkunganya.

b. Memperoleh kebasan.

Hal ini remaja diharapkan belajar dan berlatih bebas membuat rencana,

bebas membuat alternatif pilihan, bebas menentukan pilihan dan bebas

membuat keputusan-keputusan sendiri; melaksanakan keputusan-

keputusannya itu serta bertanggung jawab sendiri atas keputusan dan

pelaksanaan keputusannya. Diharapkan remaja berangsur-angsur

(37)

melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.

c. Bergaul dengan teman lawan jenis.

Dalam masa remaja awal ini sangat penting bagi remaja untuk menjalani apa yang sering disebut dating atau kencan ataupun romance atau pacaran.

d. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru.

Ketrampilan-ketrampilan baru itu tidak saja menyangkut apa yang dituntut dalam kerja dan jabatan kerja untuk memperoleh kebebasan ekonimis, melainkan juga bersangkutan dengan ketrampilan dalam kehidupan keluarga yang ringan-ringan dan pergaulan sosial yang biasa.

e. Memiliki citra diri yang realistis.

Dalam masa remaja mereka diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apa-apa yang lebih dan kurang pada diri mereka serta dapat menerima apa adanya diri mereka, memelihara dan memanfaatkannya secara positif.

Tugas-tugas perkembangan yang disimpulkan dari uraian diatas remaja memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa, memperoleh kebasan, bergaul dengan teman lawan jenis, mengembangkan ketrampilan baru, dan memiliki citra diri yang realistis.

C. Relasi Teman Sebaya

1. Pengertian Teman Sebaya

(38)

Menurut Santosa (2006), bahwa teman sebaya atau peer group adalah kelompok sebaya yang sukses ketika anggotanya dapat berinteraksi.

Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal-hal yang menyenangkan saja. Bersama teman sebaya siswa bisa melakukan hal-hal yang disukainya. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima suatu umpan balik tentang potensi yang ia miliki, dan belajar mengenai apakah perilakunya lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari remaja lainnya.

Sedangkan menurut Hurlock (Fatimah, 2006) kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya.

Bersama kelompok teman sebaya remaja belajar untuk saling menghargai, bertoleransi, dan bertanggung jawab.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kelompok sebaya merupakan lingkungan sosial tempat berinteraksi dimana anggotanya memiliki kesamaan usia, selain itu anggotanya juga memiliki persamaan sekolah, hobi, minat, status sosial, ekonomi, dan sebagainya.

2. Peran Kelompok Teman Sebaya

Pada masa remaja kelompok teman sebaya memiliki peranan yang

sangat besar. Terkadang remaja lebih suka untuk berkumpul dengan teman

sebayanya dibandingkan berkumpul dengan keluarganya. Sedangkan

menurut Yusuf (2014) peranan kelompok teman sebaya bagi remaja adalah

memberikan kesempatan untuk belajar tentang :

(39)

a. Bagaimana berinteraksi dengan orang lain.

b. Mengontrol tingkah laku sosial.

c. Mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan usianya.

d. Saling bertukar perasaan dan masalah.

Gladding (1995) mengungkapkan bahwa dalam interaksi teman sebaya memungkinkan terjadinya proses identifikasi, kerjasama proses kolaborasi.

Proses-proses tersebut akan mewarnai proses pembentukan tingkah laku yang khas pada remaja.

3. Faktor Mempengaruhi Teman Sebaya

Menurut Semiawan (1999) menyatakan dalam pembentukan relasi teman sebaya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan teman sebaya yaitu :

a. Kesamaan usia.

Kesamaan usia lebih memungkinkan anak untuk memiliki minat- minat dan tema-tema pembicaraan atau kegiatan yang sama sehingga mendorong terjalinnya hubungan pertemanan dengan teman sebaya ini.

b. Situasi

Faktor situasi berpengaruh di saat berjumlah banyak anak-anak akan cenderung memilih permainan yang kompetitif daripada permainan yang kooperatif.

c. Keakraban

(40)

Kolaborasi ketika pemecahan masalah lebih baik dan efisien bila dilakukan oleh anak di antara teman sebaya yang akrab. Keakraban ini juga mendorong munculnya perilaku yang kondusif bagi terbentukknya persahabatan.

d. Ukuran kelompok

Apabila jumlah anak dalam kelompok hanya sedikit, maka interaksi yang terjadi cenderung lebih baik, lebih kohesif, lebih berfokus, dan lebih berpengaruh.

e. Perkembangan kognisi

Anak yang kemampuan kognisinya meningkat, pergaulan dengan teman sebayanya juga meningkat. Anak-anak yang keterampilan kognisinya lebih unggul cenderung tampil sebagai pemimpin atau anggota kelompok yang memiliki pengaruh dalam kelompoknya, khususnya ketika kelompok menghadapi persoalan yang perlu dipecahkan.

Menurut Hurlock (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teman sebaya yaitu:

a. Anak yang dianggap serupa dengan dirinya dan memenuhi

kebutuhan. Biasanya anak cenderung memilih mereka yang

berpenampilan menarik sebagai teman baik karena daya Tarik

fisik mempengaruhi kesan pertama.

(41)

b. Pemilihan teman terbatas pada lingkungan yang relatif sempit.

Anak cenderung memilih teman dari kelasnya di sekolah dan yang dipilih adalah teman yang berjenis kelamin sama.

c. Sifat-sifat kepribadian penting dalam memilih teman. Anak lebih menyukai teman yang ramah, baik hati, sportif, jujur, dan murah hati untuk dijadikan teman bermain maupun teman baik.

Berdasarkan uraian diatas, faktor yang mempengaruhi teman sebaya mendapat tekanan yang dialami seseorang. Tekanan dalam pergaulan teman sebaya bisa berupa tekanan yang positif maupun tekanan negatif.

4. Pengaruh Relasi Teman Sebaya

Menurut Havinghurst (Santosa, 2006) menyatakan pengaruh lain dalam kelompok sebaya dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif.

a. Pengaruh positif dari kelompok sebaya yaitu :

1) Apabila dalam hidupnya individu memiliki kelompok sebaya maka lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.

2) Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.

3) Apabila individu masuk dalam kelompok sebaya, setiap anggota kelompok dapat menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya.

4) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan dan melatih kecakapan bakatnya.

5) Mendorong individu untuk bersikap mandiri.

6) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.

(42)

b. Pengaruh negatif dari kelompok sebaya yaitu :

1) Sulit menerima individu yang tidak memiliki kesamaan.

2) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota kelompok.

3) Menimbulkan rasa iri pada anggota yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.

4) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.

5) Timbulnya pertentangan antarkelompok sebaya yang satu dengan yang lainnya.

Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karenanya mereka bertingkah laku seperti kelompok teman sebayanya (Ali

& Asrori 2011).

Masalah perilaku yang terjadi selama remaja (terutama masalah

eksternal, seperti penggunaan narkoba dan perilaku kekerasan) dapat

berlanjut sepanjang masa dewasa, terkait dengan non-adaptasi sosial,

penyalahgunaan dan konflik zat Bongers dkk, (Gina, 2012). Sosial Teori

Pembelajaran menunjukkan bahwa remaja tidak perlu mengamati perilaku

yang diberikan dan mengadopsinya; ini cukup untuk memahami bahwa

kelompok sebaya menerimanya, untuk dapat memilih untuk perilaku serupa

Petraitis dkk, (Gina, 2012).

(43)

Teman sebaya mungkin sangat menentukan preferensi dalam cara berpakaian, berbicara, menggunakan zat terlarang, seksual perilaku, mengadopsi dan menerima kekerasan, mengadopsi perilaku kriminal dan anti-sosial dan dalam banyak lainnya area kehidupan remaja Padilla &

Tome, (Gina, 2012). Contohnya adalah bahwa motif utama konsumsi alkohol yang diberikan oleh remaja terkait dengan acara sosial, yang biasanya berlangsung di perusahaan teman, yaitu: minum membuat liburan lebih menyenangkan, itu memfasilitasi mendekat yang lain, ini membantu rileks atau memfasilitasi berbagi pengalaman dan perasaan Kuntsche dkk.

(Ajibade 2016). Juga, meniru perilaku berisiko mungkin lebih besar ketika konsumsi dimulai dalam konteks peristiwa sosial Larsen dkk, (Ajibade 2016)

D. Program Bimbingan Pribadi-Sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Moh. Surya (1988) mengemukakan bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Bimbingan Pribadi Sosial menurut W.S. Winkel (2013) adalah

bimbingan dalam menghdapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi

pergumulan-pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya

(44)

dibanding kerohaniann, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seks dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial).

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Yusuf (2005), merumuskan beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut :

a. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

b. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

c. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

d. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

e. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.

f. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan dengan sesama manusia.

g. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.

h. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

E. Penelitian yang Relevan

(45)

Berdasarkan penilitian Astuti yang meneliti Tingkat Kontrol Diri Remaja Terhadap Perilaku Negatif di SMP Santo Aloysius menunjukkan skor tingkat kontrol diri siswa di SMP Santo Aloysius Turi berada dalam kategori tinggi yaitu 68%. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas VIII di SMP Santo Aloysius Turi memiliki tingkat kontrol diri yang baik.

Penelitian dari Bunda yang meneliti Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Perilaku Menyimpang Peserta Didik di SMA Negeri Painan Kabupaten Pesisir Selatan, menunjukkan bahwa kontrol diri peserta didik kelas X SMA Negri 1 Painan digolongkan cukup baik dengan presentase 73,7%.

Sementara perilaku menyimpang digolongkan sangat banyak dengan presentase 44,44%.

Berdasarkan penelitian Rohmah tahun 2016 dengan judul Studi

Deskriptif Kuantitatif Kontrol Diri Terhadap Penggunaan Fitur Media

Sosial pada Remaja di Surabaya. Hasil penelitian, diperoleh 31 subjek

(52%) mempunyai tingkat kontrol diri yang tinggi, 5 subjek (8%)

mempunyai tingkat kontrol diri sangat tinggi, 17 subjek (28%) mempunyai

tingkat kontrol diri sedang, 6 subjek (10%)mempunyai tingkat kontrol diri

rendah, 1 subjek (2%) mempunyai tingkat kontrol diri. Dengan demikian,

maka gambaran kontrol diri terhadap penggunaan fitur sosial media pada

remaja di Surabaya adalah tinggi.

(46)

F. Kerangka Berfikir

(Averill 1973) Kontrol diri meurpakan kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemammpuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpertasikan serta kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini.

Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal (dari dalam individu) dan faktor eksternal (lingkungan individu) (Ghufron &

Risnawita, 2011)

Gambar 2.1

Siswa kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta

Kontrol Diri Tinggi Kontrol Diri Rendah

Faktor Internal dari dalam individu yaitu kesamaan usia dan Faktor Eksternal yang berada di luar individu, yaitu lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat.

(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai jenis atau desain penelitian, tempat dan waktu penelitian dan subjek atau populasi dan sampel penelitian, teknik dan isntrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Kartiko (2009), metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya.

Menurut Sugiyono (2015), berpendapat bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan kepada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi satu sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umunya random, pengumpulan dan menggunakan instrumen penelitian, anallisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian berada di SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Laporan

penelitian ini disusun pada bulan Maret-Mei 2019. Penelitian ini dimulai

(48)

dengan menyusun proposal penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus tahun 2019. Pada bulan Januari peneliti menyusun instrumen penelitian dan dilanjutkan pengumpulan data yang dilakukan pada hari Senin, 24 Februari 2020.

C. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Jumlah siswa dari 5 kelas yang menjadi subjek penelitian berjumlah 103 siswa, namun ada beberapa siswa yang tidak masuk sekolah sehingga subjek penelitian berjumlah 85. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan populasi. Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

Tabel 3.1

Data Subjek Penelitian

No Kelas Jumlah siswa

1. XI IBB 18

2. XI IPA 1 24

3. XI IPA 2 23

4. XI IPS 1 21

5. XI IPS 2 17

Total Jumlah Siswa 103

(49)

D. Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, ataobyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain Hatch dan Farhad (Sugiyono 2015).

Kontrol diri meurpakan kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku, kemammpuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpertasikan serta kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini(Avrill 1973). Avrill (Gufhron, 2012) menyatakan jika kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decesional control).

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan survey. Menurut Sugiyono, (2015) survey adalah : penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis.

2. Instrumen Pengumpulan Data

(50)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner dengan jawaban berskala. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2015) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Skala ini berisikan seperangkat pernyataan yang merupakan pendapat dari subyek Butir-butir item pertanyaan disusun berdasarkan pada aspek-aspek kontrol diri. Dalam metode penskalaan Likert, isi pernyataan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan menunjukkan sikap positif atau menyukai objek yang menjadi sasaran perhatuan, kemudian pernyataan unfavorable yaitu pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan mencerminkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi pusat perhatian (Supraktiknya, 2015). Dalam penelitian ini menggunakan jenis instrumen kuesioner dengan pemberian skor atau menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu (SS) Sangat Sesuai, (S)Sesuai, (TS) Tidak Sesuai, (STS) Sangat Tidak Sesuai.

Tabel 3.2

Norma Skoring Kuesioner Kontrol Diri

Pernyataan Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Skoring dilakukan dengan menjumlahkan jawaban responden pada

masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh maka

semakin tinggi pula kontrol diri siswa dalam menghadapi pengaruh buruk

(51)

relasi teman sebaya, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang didapat maka semakin rendah tingkat kontrol diri siswa terhadap pengaruh buruk relasi teman sebaya. Kisi-kisi angket kontrol diri terhadap pengaruh buruk dalam relasi teman sebaya sebelum dilakukan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Kontrol Diri Siswa Terhadap Pengaruh Buruk dalam Relasi Teman Sebaya

No Aspek Indikator

No Butir Jumlah

Item Item

Favorable

Item Unfavorable 1. Kontrol Perilaku

(Behaviour Control)

Mampu mengendalikan situasi

1, 2, 3, 4, 7, 8, 15, 16

5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14.

16

32 Mampu mengontrol

stimulus

17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 32

19, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31

16

2. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

Mampu mengantisipasi keadaan

36, 37, 39, 40, 45, 46, 47, 48

33, 34, 35, 38, 41, 42, 43, 44

16

32 Mampu melakukan

penilaian yang positif

52, 53, 56, 57, 58, 61, 60, 64

49, 50, 51, 54, 55, 59, 62, 63

16

3. Kontrol Keputusan (Decisional Control)

Menetukan tindakan yang diyakini

65, 66, 67, 68, 73,74, 75,80

69, 70, 71, 72, 76, 77, 78, 79

16 32

40 40 80

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Validitasi adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana sutau

tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya

(52)

(Supraktiknya, 2014) Instrumen valid berarti alat ukur yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur dengan teliti. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak (Sugiyono, 2015). Data yang valid adalah data yang sama antara data yang diperoleh dengan realita yang terjadi pada subjek penelitian.

Dalam penelitian ini, validitas instrumen dilakukan dengan cara expert judgement. Peneliti melakukan uji terpakai pada instrumen yang

dibuat. Uji terpakai adalah instrumen diberikan langsung kepada subjek penelitian bersamaan dengan waktu pelaksanaan penelitian.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan validitas konstruk program SPSS for Windows versi 21 untuk menghitung r hitung. Setelah itu r hitung dibandingkan dengan syarat nilai r minimal.

Rumus kolerasi yang digunakan oleh peneliti Pearson Product Moment tersebut adalah sebagai berikut:

r 𝑥𝑦 =

𝑁 ∑𝑋𝑖𝑌𝑖 ­ ( ∑𝑋𝑖 )(∑𝑌𝑖) {𝑛∑𝑋𝑖²−(∑𝑋𝑖)²}{𝑛∑𝑌𝑖2−(∑𝑌𝑖)²}

Keterangan :

r = korelasi product moment X= nilai setiap item

Y= nilai dari jumlah item N= Jumlah responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menurut Azwar (2009:

65) item koefisien korelasinya < 0,30 maka dianggap tidak valid atau

(53)

dihilangkan dan tidak digunakan untuk penelitian, sedangkan untuk item yang koefisien korelasinya > 0,30 dianggap valid dan digunakan untuk penelitian.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Kisi-kisi Kuesioner Kontrol Diri Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator

No Butir

Valid Tidak Valid

1. Kontrol Perilaku (Behaviour Control)

Mampu mengendalikan situasi

2, 6, 8, 9, 12, 13, 15, 16

1, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 14

Mampu mengontrol stimulus

20, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32

17, 18, 19, 21, 22, 23, 27 2. Kontrol Kognitif

(Cognitive Control)

Mampu mengantisipasi keadaan

34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47

33, 36, 43, 48

Mampu melakukan penilaian yang positif

53, 54, 57, 60, 61, 62

49, 50, 51, 52, 55, 56, 58, 59, 63, 64 3. Kontrol Keputusan

(Decisional Control)

Menetukan tindakan yang diyakini

65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 77, 78

76, 79, 80

48 32

Berikut tampilan dari kisi-kisi final item kisi-kisi kontrol diri dalam menghadapi pengaruh buruk relasi teman sebaya:

Tabel 3.5

Kisi-kisi Final Kuesioner Kontrol Diri

No. Aspek Indikator Nomor Butir Jumlah

Item

Favorable Unfavorable 1. Kontrol Perilaku Mengatur Pelaksana 1, 2, 3, 4, 7, 8, 15,

16.

5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14

16

(54)

Mengatur Stimulus 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 32

19, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31

16 32

2. Kontrol Kognitif Memperoleh Informasi 36, 37, 39, 40, 45, 46, 47, 48

33, 34, 35, 38, 41, 42, 43, 44

16 32 Menafsirkan Kejadia 52, 53, 56, 57, 58,

60, 61, 64

49, 50, 51, 54, 55, 59, 62, 63

16

3. Kontrol

Keputusan

Menentukan Tindakan 65, 66, 67, 68, 73, 74, 75, 80

69, 70, 71, 72, 76, 77, 78, 79

16 32

Total 40 40 80

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur pengetesannya dilakukan secara berulangkali terhadap suatu populasi individu atau kelompok. Manfaat hasil pengukuran ditentukan oleh stabilitas kinerja individu atau kelompok yang dikenai tes (Supraktiknya, 2014). Instrumen yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach(α). Adapun rumur koefisien Alpha Cronbachadalah sebagai berikut :

α = [ 𝑘

𝑘−1 ] [1 − ∑𝑆1²

𝑆𝑥² ]

Keterangan rumus :

(55)

k = jumlah instrumen pernyataan

∑𝑆1²= jumlah varians dari tiap instrumen 𝑆𝑥

2

= varians dari keseluruhan instrumen

Uji relibilitas penelitian ini menggunakan program SPSS Statistics versi 21. Hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.6 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,912 48

Hasil uji reliabilitas tersebut dikonfirmasi dengan menggunakan kriteria Guilford. Berikut tabel kriteria Guilford:

Tabel 3.7 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,41 – 0,70 Cukup

4. 0,21 – 0,40 Rendah

5. <0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria diatas, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas terhadap 48 item instrumen yang valid dengan jumlah Cronbach’s Alpha sebesar ,912 termasuk dalam kriteria tinggi.

G. Teknik Anilisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kategorisasi. Kategorisasi yang dilakukan adalah pengelompokkan data,

Referensi

Dokumen terkait

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

1) Siswa tersebut memilih karier atas bakat, minat, cita-cita, kekuatan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Siswa yang mengetahui kemampuan/ potensinya, mengetahui

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi