• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Belajar dan Pembelajaran

2.2.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran aktif

Ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses pembelajaran aktif antara lain:

1. Kerja kelompok

 Semua peserta didik aktif dan mendapatkan kesempatan yang sama.

 Jumlah peserta didik perkelompok tidak lebih dari 6 orang.

 Adanya umpan balik antarpeserta didik dalam kelompok, antar kelompok dan antara guru-kelompok/seluruh kelas.

2. Kegiatan belajar

 Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.

 Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.

 Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.

 Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.

3. Teknik bertanya dan penilaian proses

 Semua peserta didik diberi kesempatan yang cukup untuk mengemukakan pendapat dan bertanya.

 Setiap peserta didik diberi kesempatan lebih dahulu untuk mencoba menjawab pertanyaaan temannya.

 Guru memberi umpan balik atau catatan bagi setiap tugas yang diberikan 4. Penggunaan beragam sumber belajar

 Menggunakan lingkungan sekolah serta pengalaman sebagai sumber belajar.

 Menggunakan sumber belajar dari media cetak maupun elektronik. 5. Pajangan

 Hasil kerja, karya serta portofolio peserta didik dipajang di kelas.

Tercapainya ciri pembelajaran aktif di atas tentu tidak mudah, khususnya bagi yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran pasif. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Counfucius dalam Silberman (2004: 1) telah menyatakan tiga pernyataan sederhana tentang belajar aktif, salah satu pernyataan counfucius adalah “apa yang saya lakukan,saya paham”. Ini berarti dengan

belajar aktif, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. Sedangkan Mel silberman memperluas tiga pernyataan counfucius tersebut dengan pernyataan yang disebut paham belajar aktif. Paham belajar aktif berisi 4 pernyataan, yaitu :

a. Apa yang saya dengar, saya lupa.

b. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham.

c. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

d. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya

Salah satu alasan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara-pengajar dengan tingkat kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Berdasarkan hasil penelitian Laws et al. (1999) tentang active learning, pemahaman konsep siswa meningkat setelah diterapkan model active learning.

2.3 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2).

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Team Games

Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Awofala et al., (2012) menyatakan bahwa model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan.

Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:

a. Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Tim

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa,yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari tingkat mereka.

Berdasarkan hasil penelitian Van Wyk (2011: 9) tentang model TGT bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menumbuhkan karakter siswa.

2.4 Pemahaman Konsep

Pemahaman berasal dari kata “paham” dalam kamus bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Seseorang dikatakan paham apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskanya. Menurut Dahar (1996:160) konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk menyelesaikan suatu masalah siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.

Secara umum pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru yang telah ada dalam skema pemikiran siswa. Pada pemahaman konsep, dikenal suatu teori Benjamin Bloom yang disebut Taksonomi Bloom. Uniknya pada taksonomi ini, terdapat suatu urutan atau tingkatan yang menandakan level kemampuan siswa. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga katagori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga katagori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu : a. Pengetahuan (knowledge) / C1

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau menggali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman (comprehension) /C2

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran

c. Penerapan (application) /C3

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. d. Analisis (analysis) /C4

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan materi kedalam bagian-bagian dalam sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. e. Sintesis (syntesis) /C5

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabung bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru

f. Penilaian (evaluation) / C6

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi alat optik, maka instrumen hasil belajar ranah kognitif menggunakan C1 sampai C4 untuk siswa tingkat SMP.

Hasil belajar pada ranah afektif berhubungan dengan sikap, minat, emosi, perhatian, penghargaan, dan pembentukan karakteristik diri. Hasil belajar afektif tampak dalam siswa bertingkah laku, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman serta hubungan sosial. Hasil belajar

pada ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan kemampuan gerak dan bertindak.

2.5 Kinerja Siswa

Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1995) mengemukakan bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa berdasarkan cara siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Stiggins (1994) juga mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghendaki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat diamati.Penilaian terhadap keterampilan (skill) dan karya cipta siswa menggunakan alat ukur yang disebut dengan tes kinerja. Tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis.

Tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan digunakan lembar observasi atau sebuah format pengamatan kinerja atau penampilan siswa. Dalam lembar pengamatan tertera aspek-aspek yang diamati sesuai

dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menilai kinerja dalam proses pembelajaran (Brualdi, A. 1998) :

1. Mendefinisikan tujuan dari penilaian kinerja.

Dalam rangka mengelola penilaian yang baik, maka harus menentukan tujuan utama penilaian yang dilakukan. Tujuan penilaian kinerja dalam penelitian ini adalah untuk menilai proses yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan memahami konsep alat optik.

2. Memilih kegiatan yang akan digunakan dalam penilaian kinerja.

Setelah menentukan tujuan penilaian kinerja, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa. Kegiatan yang dinilai meliputi kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran.

3. Menentukan kriteria penilaian kinerja.

Mendefinisikan kriteria dalam penilaian kinerja dilakukan untuk memilih kegiatan-kegiatan mana yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa.

4. Membuat rubrik penilaian kinerja.

Rubrik adalah sistem penilaian dimana guru dapat menentukan tingkat kemampuan siswa melakukan tugas atau menampilkan pengetahuan tentang konsep. Dengan rubrik, guru dapat menentukan berbagai tingkat kemahiran untuk setiap kriteria. Rubrik penilaian kinerja dapat dibuat sendiri atau bisa mencontoh dari rubrik yang sudah ada. Selain itu, kinerja pada setiap tingkat harus didefinisikan secara jelas dan akurat mencerminkan kriteria yang sesuai (Popham,1995).

5. Menilai kinerja.

Langkah terakhir adalah melakukan penilaian kinerja siswa dalam proses pembelajaran.

2.6 Materi Alat Optik

Dokumen terkait