• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA SISWA"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL

ACTIVE LEARNING

BERBASIS

KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KINERJA SISWA

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Agung Cipto Harjono 4201409097

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Hari : Rabu

Tanggal : 4 September 2013

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr. Sarwi, M.Si. Dr. Sulhadi, M.Si.

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 4 September 2013

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yangberjudul

Penerapan Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa

disusun oleh

Agung Cipto Harjono 4201409097

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 4 September 2013.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP: 19631012 198803 1 001 NIP: 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Drs. Hadi Susanto, M.Si NIP: 19530803 198003 1 003

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sarwi, M.Si. Dr. Sulhadi, M.Si.

(5)

v

MOTTO

“Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari”(Sayidina Ali)

" Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya " (Abraham Lincoln)

PERSEMBAHAN Skripsi ini untuk :

Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberi doa, kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa depanku.

Kaka dan adikku terimakasih atas dukungan dan doanya.

Kekasih ku tersayang, dan beberapa sahabat ku yang senantiasa memberi dukungan.

Teman-teman kos on7.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikkan skripsi yang berjudul “ Penerapan

Model

Active Learning

Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa ”.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Kasmadi Imam S, M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

2. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES

3. Dr. Sarwi, M.Si., dan Dr. Sulhadi, M.Si, dosen pembimbing yang telah membimbing penyusunan skripsi.

4. Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si., dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen jurusan Fisika FMIPA UNNES yang telah memberikan bekal ilmu.

6. Mokh. Idi Fitriyadi, S. Pd., Kepala SMP Negeri 2 Jatibarang yang telah memberikan ijin, sehingga penulis dapat melakukan penelitian

7. Guru Fisika SMP N 2 Jatibarang yang telah membantu penelitian

8. Teman-teman angkatan 2009 Jurusan Fisika yang telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi.

(7)

vii

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, September 2013

(8)

viii

ABSTRAK

Harjono, Agung Cipto. 2013. Penerapan model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Sarwi, M.Si, Pembimbing II: Dr. Sulhadi, M.Si.

Kata Kunci : Active learning, Kooperatif, Pemahaman Konsep, Kinerja Siswa. Pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik (student centered) sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diwajibkan untuk setiap satuan pendidikan. Pembelajaran di sekolah yang menerapkan KTSP masih bersifat konvensional yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga kurang mencerminkan belajar yang bermakna bagi siswa. Penerapan model active learning berbasis kooperatif diharapkan meningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas VIII dalam pembelajaran fisika sub bahasan alat optik. Sampel diambil secara random sampling diperoleh siswa kelas VIIIE sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dari populasi yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. Kelas eksperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif, sedangkan kelas kontrol menggunakan model active learning diskusi. Data dari penelitian ini diperoleh dari tes dan observasi. Teknik analisis data tes menggunakan model kuantitatif sedangkan untuk observasi menggunakan analisis deskriptif.

(9)

ix

ABSTRACT

Harjono, Agung Cipto. 2013. Implementation Active Learning Based Cooperative Model to Increase Conceptual Understanding and Students Performance. Thesis, Physics Departement, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Semarang State University. Supervisor I: Dr. Sarwi, M.Si, Supervisor II: Dr. Sulhadi, M.Si.

Keywords : active learning, Coopertive, Conceptual Understanding, Students’ Performance.

Learning should be centered on the learners (student centered) in accordance with the demands of the Education Unit Level Curriculum (SBC) which is required for any educational institution. Learning in schools that implement the SBC is still conventional teacher-centered. Implementation of active learning based cooperative model can increase conceptual undersanding and student performance class VIII in the physics study of Optic. The sampel were taken as random sampling and the sampel were class VIII E as the experiment class and class VIII B as the control class from the population student class VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. Experiment class got active learning based cooperative and control class got active learning discussion. The data in this research were obtained by tests and observations. Technique analysis of the data uses quantitive methods, while for observation data using descriptive analysis.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Peneltian ... 5

1.5 Batasan Masalah ... 6

1.6 Penegasan Istilah ... 6

1.6. 1 Active Learning ... 6

1.6. 2 Pembelajaran Kooperatif ... 7

1.6. 3 Pemahaman Konsep ... 8

(11)

xi

1.6. 5 Alat Optik ... 9

1.7 Sistematika Skripsi ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.2 Active Learning ... 13

2.3 Pembelajaran Kooperatif ... 16

2.4 Pemahaman Konsep ... 19

2.5 Kinerja Siswa ... 21

2.6 Materi Alat Optik ... 23

2.1 Kerangka Berpikir ... 31

2.2 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Subjek dan Lokasi Penelitian ... 35

3.1. 1 Populasi dan Sampel ... 35

3.1. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2 Variabel Penelitian ... 36

3.3 Desain Penelitian ... 37

3.4 Alur Penelitian ... 37

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 39

3.5.1 Teknik dan Alat dokumentasi ... 39

3.5.2 Teknik dan Alat Observasi... 39

3.5.3 Teknik Tes ... 40

(12)

xii

3.6 Metode Analisis Data ... 43

3.5. 1 Analisis Data Tahap Awal ... 43

3.5. 2 Analisis Data Tahap Akhir ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasis Analisis Data Tahap Awal ... 49

4.3.1 Uji Homogenitas ... 49

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir ... 50

4.3.1 Kemampuan Pemahaman Konsep ... 50

4.3.2 Analisis Kinerja Siswa ... 52

4.3.3 Uji Normalitas ... 53

4.3.4 Uji Kesamaan Dua Varians ... 54

4.3.5 Uji Gain ... 54

4.3.6 Uji t Satu Sampel ... 56

4.3.7 Uji t Dua Sampel ... 57

4.3 Pembahasan ... 58

4.3.1 Pemahaman Konsep ... 58

4.3.2 Kinerja Siswa ... 62

4.3.3 Kendala-Kendala Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP... 66

5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan deskripsi komponen TGT ...7

2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata ...24

2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Miopi ...26

2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Hipermetropi ...27

2.4 Pembentukan Bayangan Pada Kamera ...28

2.5 Pembentukan Bayangan Pada Lup ...29

2.6 Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop ...30

2.7 Kerangka Berfikir ...33

3.1 Alur penelitian ...38

4.1 Data Hasil Pre-test Siswa ...50

4.2 Data Nilai Post-test Siswa ...51

4.3 Data Tiap Aspek Pemahaman Konsep ...52

4.4 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 1 ...52

4.5 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 2 ...53

4.6 Peningkatan Rata-Rata Pemahaman Konsep ...55

4.7 Peningkatan Tiap Aspek Pemahaman Konsep ...55

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba ... 71

2. Soal Uji coba ... 77

3. Rubrik Penilaian Soal Ujicoba ... 78

4. Daftar Kode Responden Kelas Uji coba Instrumen ... 82

5. Analisis Uji Coba Instrumen ... 83

6. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 84

7. Perhitugnan Reliabilitas ... 85

8. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 86

9. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 87

10. Silabus ... 88

11. RPP Kelas Eksperimen... 89

12. LDS I Alat Optik ... 95

13. LDS II Alat Optik ... 97

14. Kartu Soal Pertemuan I ... 99

15. Kartu Soal Pertemuan II ... 100

16. Kunci Jawaban Kartu Soal ... 101

17. Lembar Aturan Permainan ... 102

18. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Pos-test... 103

19. Rekap Jumlah Soal Pre-test dan Pos-test ... 106

20. Soal Pre-test dan Pos-test ... 107

(16)

xvi

22. Kriteria Observasi Kinerja Siswa... 111

23. Lembar Observasi Kinerja Siswa... 113

24. Nilai Ulangan Tengah Semester 2 Kelas VIII ... 114

25. Uji Homogenitas Populasi ... 115

26. Daftar Kode Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 116

27. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ... 117

28. Pembagian Kelompok Kelas Kontrol... 118

29. Analisis Hasil Pre-test Kelas Eksperimen ... 119

30 Analisis Hasil Pre-test Kelas Kontrol ... 120

31. Analisis Hasil Pos-test Kelas Eksperimen ... 121

32. Analisis Hasil Pos-test Kelas Kontrol ... 122

33. Analisis Hasil Pre-test Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 123

34 Analisis Hasil Pre-test Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 124

35. Analisis Hasil Pos-test Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 125

36. Analisis Hasil Pos-test Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 126

37. Uji Normalitas Data Nilai Pos-test Kelas Eksperimen ... 127

38. Uji Normalitas Data Nilai Pos-test Kelas Kontrol ... 128

(17)

xvii

40. Perhitungan Uji Gain Kelompok ... 130

41. Peningkatan rata-rata (gain) Pemahaman Konsep Masing-masing Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 131

42. Uji Gain Tiap Aspek Pemahaman Konsep ... 132

43. Uji t Satu Sampel Nilai Pos-test Kelas Eksperimen ... 133

44. Uji t Dua Sampel Data Pos-test kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 135

45. Uji t Dua Sampel Signifikasi Gain` ... 136

46. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I ... 137

47. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ... 138

48. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ... 139

49. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan II ... 140

50. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Kelas Eksperimen ... 141

51. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol... 142

52. Uji Gain Kinerja Siswa Pertemuan I dan Pertemuan II ... 143

53. Foto Kegiatan Penelitian ... 144

(18)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Salah satu prinsip untuk pengembangan KTSP adalah berpusat pada kompetensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Soehendro, 2006: 5).

(19)

Kegiatan pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik (student centered). Ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diwajibkan untuk setiap satuan pendidikan. Pada kenyataannya di lapangan menunjukan bahwa kebanyakan kegiatan pembelajaran di sekolah – sekolah yang menerapkan KTSP masih bersifat konvensional yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga kurang mencerminkan belajar yang bermakna bagi siswa.

Berdasarkanpengamatan yang dilakukan peneliti selama bulan maret 2013 di kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang, saat pembelajaran fisika berlangsungproses pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah dan penugasan kepada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya menyampaian teori dan siswa mencatat.

(20)

Active Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Active Learning lebih menekankan pada suatu pembelajaran yang membuat siswanya melakukan aktivitas belajar yang bermanfaat dan berpikir tentang apa yang siswa lakukan (Prince, 2007: 1). Siswa bukan lagi sebagai obyek melainkan subyek yang mencari informasi, mencari sumber belajar, membangun pengetahuan berdasarkan apa yang siswa lakukan, apa yang siswa lihat dan apa yang siswa dengar. Pada model ini, guru hanya sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar siswa (Yerigan, 2008: 19). Jika siswa aktif maka hal itu menunjukkan bahwa siswa tertarik pada materi yang dipelajari sehingga kinerja siswa dalam kelas pun akan meningkat. Active Learning ini juga memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menemukan beberapa konsep dengan berbagai alternatif yang berbeda antar siswa sehingga pemahaman siswa terhadap konsep meningkat.

(21)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam satu kelompok, karena keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab bersama. Pembelajaran kooperatif juga ditekankan bahwa siswa yang bekerja pada satu kelompok harus dapat bekerjasama dengan baik, hal ini akan mengarahkan siswa untuk saling membantu, saling diskusi, saling berargumen, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu (Slavin, 2005: 2). Berdasarkan hal ini, kinerja siswa dapat meningkat dan diharapkan siswa akan memahami konsep atau teori yang diajarkan dengan baik.

(22)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan yang diteliti adalah:

1. Apakah penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa?

2. Apakah penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model active learning berbasis kooperatif.

2. Mengetahui peningkatan kinerja siswa setelah diterapkan model active learning berbasis kooperatif.

1.4

Manfaat Penelitian

Bagi Guru

a. Memberikan masukan agar pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan dan kedekatan dengan siswa.

(23)

Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. b. Meningkatkan pemahaman konsep fisika pada siswa. c. Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik. d. Meningkatkan kinerja siswa dalam pembelajaran. Bagi Sekolah

Memperluas wawasan tentang berbagai model yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

1.5

Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang.

2. Penelitian ini terbatas pada penerapan model active learning berbasis kooperatif yang digunakan pada mata pelajaran fisika untuk sub pokok bahasan alat optik.

1.6

Penegasan Istilah

1.6.1 Active Learning
(24)

1.6.2 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2).

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Team Games Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Menurut Awofala ( 2012) model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan.

Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:

(25)

Penelitin ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Media pembelajaran yang digunakan adalah lembar diskusi dan kartu soal kartu soal.

1.6.3 Pemahaman Konsep

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun dalam berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk memutuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 2011).

Konsep dalam fisika adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu dan konsep yang mempermudah komunikasi antar manusia dan membantu manusia berfikir ( Berg, 1988).

Pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini adalah konsepsi siswa yang sama dengan konsepsi para fisikawan yang menyangkut pemahaman siswa dalam memahami hubungan antar konsep pada materi alat optik.

1.6.4 Kinerja Siswa

Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3).

(26)

1.6.5 Alat Optik

Materi alat optik merupakan salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran fisika SMP kelas VIII. Materi alat optik diajarkan pada siswa kelas VIII ketika memasuki semester 2 akhir. Setelah melakukan koordinasi dan menyampaikan tujuan penelitian terhadap guru fisika di SMP tempat dilaksanakan penelitian, materi alat optik dipilih sebagai materi yang digunakan dalam penelitian.

1.7

Sistematika Skripsi

Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

1.7.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar dan daftar tabel.

1.7.2 Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan

(27)

Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Bagian bab 2 ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis.

Bab 3 : Metode Penelitian

Bagian bab 3 ini berisi metode yang digunakan untuk analisis data yang meliputi: metode penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, penyusunan instrumen, prosedur penelitian dan metode analisis data. Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian bab 4 ini berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh yang disertai dengan analisis data serta pembahasannya. Bab 5 : Penutup

Bagian bab 5 ini berisi simpulan dari penelitian dan saran-saran.

1.7.3 Bagian Akhir Skripsi

(28)

11

2.1

Belajar dan Pembelajaran

Disadari atau tidak disadari, belajar merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu proses yang disebut belajar. Belajar mempunyai beberapa arti. Banyak sekali pendapat oleh para pakar psikologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007).

(29)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman siswa.

Sementara menurut aliran behavioristik upaya untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku si belajar disebut pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan mmperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku (Sughandi dkk., 2007: 34).

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2012: 14). Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa.

(30)

Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi sehingga teori-teori fisika sangat membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi. Oleh karena itu, fisika berkembang dari ilmu yang bersifat kualitatif menjadi ilmu yang bersifat kuantitatif. Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Semua proses fisika ternyata dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar. Pemahaman ini memerlukan pengetahuan abstraksi dari proses yang bersangkutan dan penalaran teoretis secara terperinci dalam komponen-komponen dasarnya secara berstruktur agar dapat dirumuskan dan diolah secara kuantitatif. Perumusan kuantitatif ini memungkinkan dilakukan analisis secara mendalam terhadap masalah yang dikaji dan melakukan prediksi tentang hal-hal yang bakal terjadi berdasarkan model penalaran yang diajukan. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya prediksi dan kontrol fisika.

2.2

Active Learning

(31)

Menurut Silberman (2004), ketika belajar adalah aktif, siswa melakukan banyak aktivitas, dan otak siswa belajar berfikir, menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Secara garis besar active learning atau pembelajaran aktif dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, keaktifan dan partisipasi penuh siswa selama proses belajar berlangsung sehingga dengan keaktifan dan partisipasi penuh maka siswa akan dapat mempelajari materi pelajaran dengan baik.

2.2.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran aktif.

Ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses pembelajaran aktif antara lain:

1. Kerja kelompok

 Semua peserta didik aktif dan mendapatkan kesempatan yang sama.

 Jumlah peserta didik perkelompok tidak lebih dari 6 orang.

 Adanya umpan balik antarpeserta didik dalam kelompok, antar kelompok dan antara guru-kelompok/seluruh kelas.

2. Kegiatan belajar

 Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.

 Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.

 Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.

(32)

3. Teknik bertanya dan penilaian proses

 Semua peserta didik diberi kesempatan yang cukup untuk mengemukakan pendapat dan bertanya.

 Setiap peserta didik diberi kesempatan lebih dahulu untuk mencoba menjawab pertanyaaan temannya.

 Guru memberi umpan balik atau catatan bagi setiap tugas yang diberikan 4. Penggunaan beragam sumber belajar

 Menggunakan lingkungan sekolah serta pengalaman sebagai sumber belajar.

 Menggunakan sumber belajar dari media cetak maupun elektronik. 5. Pajangan

 Hasil kerja, karya serta portofolio peserta didik dipajang di kelas.

Tercapainya ciri pembelajaran aktif di atas tentu tidak mudah, khususnya bagi yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran pasif. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

(33)

belajar aktif, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. Sedangkan Mel silberman memperluas tiga pernyataan counfucius tersebut dengan pernyataan yang disebut paham belajar aktif. Paham belajar aktif berisi 4 pernyataan, yaitu :

a. Apa yang saya dengar, saya lupa.

b. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham.

c. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

d. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya

Salah satu alasan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara-pengajar dengan tingkat kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Berdasarkan hasil penelitian Laws et al. (1999) tentang active learning, pemahaman konsep siswa meningkat setelah diterapkan model active learning.

2.3

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2).

(34)

Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Awofala et al., (2012) menyatakan bahwa model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan.

Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:

a. Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Tim

(35)

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa,yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari tingkat mereka.

(36)

2.4

Pemahaman Konsep

Pemahaman berasal dari kata “paham” dalam kamus bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Seseorang dikatakan paham apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskanya. Menurut Dahar (1996:160) konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk menyelesaikan suatu masalah siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.

Secara umum pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru yang telah ada dalam skema pemikiran siswa. Pada pemahaman konsep, dikenal suatu teori Benjamin Bloom yang disebut Taksonomi Bloom. Uniknya pada taksonomi ini, terdapat suatu urutan atau tingkatan yang menandakan level kemampuan siswa. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga katagori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga katagori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu : a. Pengetahuan (knowledge) / C1

(37)

b. Pemahaman (comprehension) /C2

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran

c. Penerapan (application) /C3

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. d. Analisis (analysis) /C4

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan materi kedalam bagian-bagian dalam sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. e. Sintesis (syntesis) /C5

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabung bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru

f. Penilaian (evaluation) / C6

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi alat optik, maka instrumen hasil belajar ranah kognitif menggunakan C1 sampai C4 untuk siswa tingkat SMP.

(38)

pada ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan kemampuan gerak dan bertindak.

2.5

Kinerja Siswa

Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1995) mengemukakan bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa berdasarkan cara siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Stiggins (1994) juga mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghendaki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat diamati.Penilaian terhadap keterampilan (skill) dan karya cipta siswa menggunakan alat ukur yang disebut dengan tes kinerja. Tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis.

(39)

dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menilai kinerja dalam proses pembelajaran (Brualdi, A. 1998) :

1. Mendefinisikan tujuan dari penilaian kinerja.

Dalam rangka mengelola penilaian yang baik, maka harus menentukan tujuan utama penilaian yang dilakukan. Tujuan penilaian kinerja dalam penelitian ini adalah untuk menilai proses yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan memahami konsep alat optik.

2. Memilih kegiatan yang akan digunakan dalam penilaian kinerja.

Setelah menentukan tujuan penilaian kinerja, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa. Kegiatan yang dinilai meliputi kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran.

3. Menentukan kriteria penilaian kinerja.

(40)

4. Membuat rubrik penilaian kinerja.

Rubrik adalah sistem penilaian dimana guru dapat menentukan tingkat kemampuan siswa melakukan tugas atau menampilkan pengetahuan tentang konsep. Dengan rubrik, guru dapat menentukan berbagai tingkat kemahiran untuk setiap kriteria. Rubrik penilaian kinerja dapat dibuat sendiri atau bisa mencontoh dari rubrik yang sudah ada. Selain itu, kinerja pada setiap tingkat harus didefinisikan secara jelas dan akurat mencerminkan kriteria yang sesuai (Popham,1995).

5. Menilai kinerja.

Langkah terakhir adalah melakukan penilaian kinerja siswa dalam proses pembelajaran.

2.6

Materi Alat Optik

2.6.1 Pengertian Alat Optik
(41)

2.6.2 Mata

[image:41.595.186.411.232.350.2]

Mata merupakan salah satu alat optik, karena pada mata terdapat benda optik yaitu lensa. Pembentukan bayangan pada mata dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata

Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik : 1. Kornea

Merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain dalam mata yang halus dan lunak.

2. Aqueous humor (cairan)

Terdapat di belakang kornea fungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata.

3. Lensa

Terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan.

4. Iris (otot berwarna)

(42)

5. Pupil

Berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.

6. Retina (selaput jala)

Terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, terbalik dan diperkecil. Pada retina terdapat bintik buta yang mengandung sel batang dan bintik kuning yang mengandung sel kerucut.

7. Bintik buta

Merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas atau tidak kelihatan kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning. Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.

(43)

1.

Miopi (rabun jauh)

[image:43.595.158.512.289.373.2]

Miopi atau rabun jauh adalah salah satu jenis cacat mata yang penglihatannya tampak buram jika melihat benda-benda jauh. Miopi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cekung karena dapat menyebarkan sinar agar bayangan tepat di retina. Skema pembentukan bayangan pada mata yang menderita miopi dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Miopi

2.

Hipermetropi (rabun dekat)

(44)
[image:44.595.154.506.112.193.2]

Gambar 2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Hipermetropi

3.

Presbiopi (mata tua)

Presbiopi merupakan cacat mata yang lebih banyak disebabkan oleh faktor usia. Orang yang usianya sudah lanjut, daya akomodasinya semakin lemah sehingga lensa mata sukar mencembung secembung-cembungnya dan sukar memipih sepipih-pipihnya. Cacat mata presbiopi adalah cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda jauh atau dekat dengan jelas. Untuk menolong orang yang menderita cacat mata presbiopi, harus digunakan kacamata rangkap. Lensa kacamata rangkap terdiri atas lensa cekung untuk melihat benda-benda jauh dan lensa cembung untuk melihat benda-benda dekat.

2.6.3 Kamera

Kamera merupakan salah satu alat optik yang besar manfaatnya. Dengan adanya kamera kamu dapat mengabadikan kejadian-kejadian penting dan bersejarah dalam bentuk gambar.

(45)
[image:45.595.197.426.282.382.2]

membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil di film. Kedudukan lensa terhadap film dapat diubah-ubah. Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang terbentuk jatuh tepat di atas film. Pada film, terdapat zat kimia yang peka terhadap cahaya. Cahaya gelap dan cahaya terang masing-masing akan meninggalkan jejak yang berbeda pada kamera. Dari film, gambar tersebut dapat dicuci dan dicetak.

Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan Pada Kamera

Jika diperhatikan, prinsip kerja antara kamera dan mata kita adalah sama. Mata kita menangkap bayangannya di retina yang akan diolah oleh otak melalui saraf, sedangkan pada kamera, bayangan yang ditangkap lensa dibentuk pada film. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung bersifat nyata dan terbalik. Bayangan yang dibentuk pada film kamera bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil.

2.6.4 Lup

(46)

Agar benda terlihat, maka benda diletakkan di antara titik pusat (O) dan titik fokus (F) sehingga terbentuk bayangan yang bersifat maya, tegak, dan diperbesar. Saat bayangan terbentuk di titik dekat mata, maka mata berakomodasi maksimum. Jika ingin mengamati benda dengan lup tanpa berakomodasi, maka benda diletakkan tepat di titik fokus lensa sehingga yang masuk ke mata berupa sinar sejajar. Ini dikatakan mengamati dengan mata tidak berakomodasi. Perbesaran bayangan pada lup dapat dihitung dengan persamaan berikut :

a. Mata berakomodasi maksimum

, dengan Sn adalah jarak titik dekat mata, dan f adalah jarak fokus lensa.

b. Mata tidak berakomodasi

, dengan Sn adalahjarak titik dekat mata, dan f adalah jarak fokus lensa.

[image:46.595.162.543.517.658.2]
(47)

2.6.5 Mikroskop

Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lensa ini dinamakan lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif adalah lensa yang diletakkan dekat dengan objek yang akan diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang diletakkan dekat mata. Jarak fokus lensa objektif lebih kecil dari jarak fokus lensa okuler (fob < fok).

[image:47.595.176.485.529.702.2]

Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif di antara Fob dan 2Fob. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif akan menjadi benda bagi lensa okuler. Bila diamati dengan mata berakomodasi, maka benda (bayangan dari lensa objektif) diletakkan di antara titik pusat lensa okuler dan titik fokus okuler (Fok). Sedangkan jika diamati dengan mata tanpa berakomodasi, maka benda (bayangan dari lensa objektif) diletakkan di titik fokus lensa okuler (Fok).

(48)

2.7

Kerangka Berfikir

Fakta yang ada di lapangan, pembelajaran masih bersifat informatif, siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan proses pembelajaran masih menekankan pada aktivitas mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Hal ini berakibat pada rendahnya kinerja para siswa serta kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi yang diajarkan.

Model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa. Melalui model ini, siswa akan menemukan sendiri konsep-konsep materi yang diajarkan dan mengembangkan pengetahuan tentang materi tersebut dengan diskusi kelompok. Akan tetapi, efektivitas model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran memerlukan penelitian lebih lanjut. Untuk itu perlu dibuat terlebih dahulu perangkat penelitiannya dengan membagi 2 kelas yaitu menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(49)
(50)
[image:50.595.125.512.130.733.2]

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir

Kelas eksperimen Kelas kontrol

pretest

Alternative model pembelajaran

 Pembelajaran yang terpusat pada guru

 Kinerja siswa kurang

 Siswa kurang menguasai konsep

model active learning berbasis kooperatif tipe TGT

Pembelajaran dengan Active learning dengan diskusi.

Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar

Kinerja siswa meningkat dan pemahaman konsep siswa

meningkat

Siswa kurang menguasai konsep dan kinerja siswa tetap

(51)

2.8

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ho : Peningkatan Pemahaman konsep siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model active learning diskusi.

Ha : Peningkatan Pemahaman konsep siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi.

b. Ho :Peningkatan kinerja siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model active learning diskusi .

(52)

35

3.1

Subjek dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 2 Jatibarang tahun pelajaran 2012/2013, yaitu kelas VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G dan VIII H dengan jumlah total sebanyak 228 siswa. Populasi tersebut telah diuji homogenitas dengan menggunakan uji Barlett. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada nilai UTS semester 2 diperoleh hitung2 10,726tabel2 12,59. Ini berarti H0 diterima dan artinya populasi tersebut homogen (sebelum diberi perlakuan, berada pada tingkat kemampuan akademik yang sama).

(53)

3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jatibarang yang terletak di Jalan Raya Timur Jatibarang no 14 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 13 Mei sampai dengan tanggal 24 Mei 2013.

3.2

Variabel Penelitian

Variabel yang diungkap dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu:

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2002: 3). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran active learning berbasis kooperatif.

b. Variabel terikat

(54)

3.3

Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pretest-posttest. Pola desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test (Arikunto, 2006: 86)

K

keterangan:

E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol

01 dan 02 = pre test sebelum penelitian 03 dan 04 = post-test sesudah penelitian

X = Pembelajaran dengan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT

= pembelajaran dengan model Active learning diskusi

3.4

Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian seperti Gambar 3.1

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

E 01 X 03

(55)
[image:55.595.129.513.48.318.2]

Gambar 3.1 Alur penelitian

Alur penelitian gambar 2 dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengambil nilai ulangan harian materi sebelumnya pada mata pelajaran Fisika kelas VIII tahun ajaran 2012/2013.

b) Menganalisis nilai ulangan harian dengan melakukan uji homogenitas. c) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

d) Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol.

e) Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen dengan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT.

f) Melaksanakan pembelajaran dikelas kontrol dengan model pembelajaran active learning diskusi.

g) Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. h) Menganalisis data hasil penelitian.

Pre-test

Pembelajaran fisika dengan model active learning berbasis

kooperatif tipe TGT.

Pembelajaran fisika dengan model

pembelajaran active learning diskusi

Post-test

(56)

3.5

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik dan Alat Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, surat kabar, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan awal siswa yang menjadi sampel penelitian, yaitu mengumpulkan daftar nama siswa dan nilai UTS semester genap siswa yang selanjutnya dianalisis untuk menentukan homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Alat dokumentasi meliputi lembar cheklist yang berisi hal hal yang akan didokumentasikan, dan kamera untuk dokumentasi kegiatan dalam bentuk gambar.

3.5.2 Teknik dan Alat Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati aspek afektif dan psikomotorik siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini teknik observasi digunakan untuk mengukur kinerja setiap siswa selama proses pembelajaran.

(57)

3.5.3 Teknik Tes

Tes dalam penelitian merupakan tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006: 151). Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang materi alat optik. Tes yang digunakan adalah tes uraian. Tes ini diuji cobakan kepada siswa kelas VIII A kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis dengan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

3.5.4. Pengujian Instrumen Tes

3.5.4.1 Validitas isi

Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2009: 13). Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pertanyaan yang dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2000: 272).

3.5.4.2 Reliabilitas

(58)

digunakan untuk menghitung reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 109) :

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari n = banyaknya items pertanyaan

= jumlah varians skor tiap-tiap items = varians total

Rumus varians skor items (Arikunto, 2002 : 110) :

Keterangan

= varians skor tiap items Xi = jumlah skor tiap item soal n = banyaknya siswa

Rumus varians total (Arikunto, 2002 : 111) :

Keterangan :

(59)

Hasil perhitungan r11 dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada tabel. Apabila r11> rtabel, maka instrument dikatakan reliabel (Arikunto, 2002:112).

3.5.4.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002: 112) :

dengan

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah : 0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup ( sedang) 0,70 < P ≤ 1 soal mudah

3.5.4.4 Daya Pembeda

(60)

Kriteria daya pembeda soal adalah: 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : soal jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 : soal cukup baik 0,40 < DP ≤ 0,70 : soal baik

0,70 < DP ≤ 1,00 : soal sangat baik

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Tahap Awal

3.6.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang di gunakan dalam populasi dalam keadaan homogen (mempunyai kemampuan awal yang sama) atau tidak. Data yang digunakan untuk uji homogenitas adalah nilai UTS fisika semester genap. Rumus yang digunakan adalah uji Bartlett, yaitu:

2

2

log ) 1 ( )

10

(Ln BniSi

dengan B(LogS2)

(ni1) dan
(61)

3.6.2 Analisa Data Tahap Akhir

3.6.2.1 Analisis Pemahaman Konsep

3.6.2.1.1 Metode Tes

Analisis metode tes soal uraian, skornya adalah 0-3. Setelah itu, metode tes ini dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).

Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut: 25,00% ≤ N <43,75% = tidak baik

43,75% ≤ N < 62,50% = cukup 62,50% ≤ N < 81,25% = baik

81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik 3.6.2.2 Analisis Kinerja Siswa

3.6.2.2.1 Metode Observasi

(62)

Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut: 25,00% ≤ N < 43,75% = tidak baik

43,75% ≤ N < 62,50% = cukup 62,50% ≤ N < 81,25% = baik

81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik 3.6.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji normalitas ini adalah nilai hasil post-test siswa. Rumus yang digunakan

adalah Chi Kuadrat. 2 =

Ei

Ei Oi k

i

2 1

Keterangan :

2

: harga chi kuadrat

Oi : frekuensi hasil pengamatan Ei : frekuensi yang diharapkan k : banyaknya kelas interval

(63)

n s x t 0

3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menentukan rumus t-test yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F. Rumus yang dipakai adalah:

Jika Fhitung ≤ F1/2 α (V1, V2) dengan α = 5%, kedua kelompok memiliki varians yang sama, dengan :

V1 = n1 – 1 (dk pembilang) V2 = n2 – 1 (dk penyebut) 3.6.2.5 Uji t Satu Sampel

Persamaan Uji t satu sampel dalam Sudjana (2005) adalah sebagai berikut :

Dengan arti:

x = skor rata-rata

0

= Kriteria Ketuntasan Minimum

s = standar deviasi n = jumlah siswa t = tingkat keefektifan

(64)

3.6.2.6 Uji Gain

Uji gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan pemahaman konsep sebelum perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut:

Keterangan :

g : besarnya faktor g

Spre : skor rata-rata pre test (%) Spost : skor rata-rata post test (%)

Klasifikasi besarnya dikategorikan sebagai berikut (Hake, 1998: 3).

g tinggi :

g sedang :

g rendah :

3.6.2.7 Uji t Dua Sampel

(65)

Keterangan:

__ 1

x

= Rata-rata kelas eksperimen

__ 2

x

= Rata-rata kelas kontrol

s

1 = Simpangan baku kelas eksperimen

s

2 = Simpangan baku kelas kontrol

s

1

2

= Varian kelas eksperimen

s

2

2

= Varian kelas kontrol r = Korelasi antar sampel dengan

Kriteria Pengujian:

(66)

49

4.1

Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Awal

4.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian SMP Negeri 2 Jatibarang yang terdiri dari kelas VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G dan VIII H mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak. Data yang digunakan untuk uji homogenitas ini adalah nilai UTS semester 2 pelajaran IPA. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah uji Barllet.Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Homogenitas No Sumber Variasi Hasil

1. χ2hitung 10,726

2. dk 5

3. χ2tabel 12,59

4. Kriteria Homogen

Dari analisis data diperoleh χ2

hitung= 10,726. Kemudian χ2

hitungdibandingkan dengan χ2tabel. Untuk dk= n-1 diperoleh χ2tabel= 12,59. Karenaχ2

(67)

4.2

Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir

4.2.1 Kemampuan Pemahaman Konsep [image:67.595.217.411.408.551.2]

Setelah kedua sampel diberikan pre-test kelas kontrol mendapat pembelajaran active learning dengan diskusi dan kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran active learning berbasis kooperatif (tipe TGT). Pada akhirpenelitian, kedua kelas melaksanakan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep terhadap materi optik. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti ditunjukkan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Data Hasil Pre-test Siswa

Dari Gambar 4.1 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai terendah pemahaman konsep hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 29 dan lampiran 30.

60

36,56

23,33 60

36,87

23,33

0 10 20 30 40 50 60 70

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N

i

la

i

P

e

m

a

h

a

m

a

n

K

o

n

se

p Kelas Eksperimen

(68)
[image:68.595.208.415.93.231.2]

Gambar 4.2 Data Nilai Post-test Siswa

Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 31 dan lampiran 32.

4.2.1.1 Instrumen Tes

Pemahaman konsep untuk materi optik diukur dengan menggunakan instrumen tes. Pemahaman konsep yang dikaji dalam instrumen tes meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasidan analisis. Hasil pengukuran pemahaman konsep dengan instrumen tes dapat dilihat pada Gambar 4.3. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35 dan lampiran 36.

86,67

73,65

56,67 80

68,85

50

0 20 40 60 80

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N

il

a

i

P

e

m

a

h

a

m

a

n

K

o

n

se

p

Kelas Eksperimen

(69)
[image:69.595.205.468.83.237.2]

Gambar 4.3 Data Tiap Aspek Pemahaman Konsep

Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa nilai masing – masing indikator yang diukur dengan instrumen tes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

4.2.2 Analisis Kinerja Siswa

kinerja siswa selama pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen diukur dengan metode observasi. Kinerja siswa diukur selama dua kali pertemuan yang masing masing dilakukan oleh satu observer. Hasil penilaian kinerja siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 1

82,5 57,27 45 62,5 41,95 27,5 0 20 40 60 80 100

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N il a i K in e rj a Kelas Eksperimen

Kelas Kont rol

56,25 57,5 0 10 20 30 40 50 60

Penget ahuan Pemahaman Aplikasi Analisis

[image:69.595.235.406.550.675.2]
(70)
[image:70.595.231.398.166.293.2]

Dari Gambar 4.4 diketahui bahwa nilai kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Gambar 4.5 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 2

Dari Gambar 4.5 diketahui bahwa nilai kinerja siswa kelas eksperimen pada pertemuan kedua lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perhitungan lebih lengkap kinerja siswa dapat dilihat pada lampiran 46, lampiran 47, lampiran 48, dan lampiran 49.

4.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji ini adalah data post-test. Uji normalitas ini juga digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan, apakah menggunakan statistik parametris atau non parametris. Berdasarkan hasil analisis data nilai post-test, diperoleh 2hitung ≤ 2 tabel baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil analisis uji normalitas data post-test dapat dilihat pada

90

66,53

52,5 72,5

44,29

27,5

0 20 40 60 80 100

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N

il

a

i K

in

e

rj

a

Kelas Eksperimen

(71)
[image:71.595.178.490.223.313.2]

tabel 4.2 dan uji normalitas post-test selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37 dan lampiran 38.

Tabel 4.2Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Sumber Variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

2 hitung

2 tabel

10,893 11,07

8,936 11,07 Kriteria Data bersdistribusi

normal

Data bersdistribusi normal 4.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak setelah diberi perlakuan. Hasil uji kesamaan dua varians untuk nilai post-test diperoleh Fhitung = 1.11, sedangkan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82. Karena Fhitung< Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama.dan hasil perhitungan kesamaan dua varians data post-testselengkapnya dimuat pada lampiran 39.

4.2.5 Uji Gain

(72)
[image:72.595.264.424.95.214.2] [image:72.595.211.483.358.517.2]

Gambar 4.6 Peningkatan Rata-Rata Pemahaman Konsep Hasil uji gain pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar daripada pemahaman konsep kelas kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 40 dan lampiran 42.

Gambar 4.7 Peningkatan Tiap Aspek Pemahaman Konsep Gambar 4.7 menunjukan bahwa hasil uji peningkatan rata-rata tiap--tiap aspek pemahaman konsep kelas eksperimen seluruhnya lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Peningkatan rata-ratakinerja siswa antara kelas eksperimen dankelas kontrol diperoleh dari penilaian kinerja pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 melalui metode observasi. Hasil peningkatan kinerja antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.7.

0,40 0,38 0,54 0,45 0,21 0,37 0,48 0,39 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

Penget ahuan Pemahaman Aplikasi Analisis

P e n in g k a ta n r a ta -r a ta Kelas Eksperimen Kelas Kont rol 0,51 0,46 0,48 0,5 0,52 0,54 0,56 0,58 Kelas Eksperimen

Kelas Kont rol

(73)
[image:73.595.235.413.112.253.2]

Gambar 4.8 Peningkatan Rata-Rata Kinerja Siswa

Hasiluji gain padaGambar 4.8menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan kinerja siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dimuat pada Lampiran 52.

4.2.4 Uji t Satu Sampel

[image:73.595.145.508.510.568.2]

Uji t satu sampel digunakan untuk mengetahui apakah model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Uji t Satu sampel Pos-test Kelas Eksperimen Nilai

Rata-rata 0 Dk thitung ttabel Kriteria

73,57 65 31 6,90 2.04 Terima Ho

jikathitung<ttabel Tabel.4.3 menunjukan bahwa pada taraf kesalahan 5% harga thitung = 6,90 sedangkan harga ttabel 2,04 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 43.

0,22 0,04 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

Kelas Eksperimen Kelas Kont rol

(74)

4.2.5 Uji t Dua Sampel

Uji t dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas kontrol. Hasil analisis dapat dilihat padaTabel 4.4 dan Tabel 4.5.

Tabel 4.4 Analisis Uji t Dua Sampel Nilai Pos-test Pemahaman Konsep

Kelas Rata-rata Dk thitung ttabel Kriteria Eksperimen 73,65

62 2.61 2.00 Terima Ho

jikathitung<ttabel Kontrol 68,85

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada taraf 5% harga thitung= 2.61 sedangkan harga ttabel= 2.00. Harga thitung>ttabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan pemahaman konsep kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 46, lampiran 44.

Tabel 4.5 Analisis Uji t Dua Sampelsignifikasi Gain Pemahaman Konsep

Kelas Peningkatan

Rata-rata Dk thitung ttabel Kriteria Eksperimen 0.58

62 2.69 2.00 Terima Ho

jikathitung<ttabel Kontrol 0.51

[image:74.595.145.510.306.386.2] [image:74.595.139.510.594.674.2]
(75)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan pemahaman konsep kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 46, lampiran 45.

4.3

Pembahasan

4.3.1 Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru yang telah ada dalam skema pemikiran siswa. Dalam penelitian ini pemahaman konsep ditunjukan pada pemahaman siswa terhadap konsep materi alat optik. Diharapkan siswa akan dapat mengetahui jenis-jenis alat optik dan bagian-bagianya, memahami prinsip kerja masing-masing alat optik, serta mengetahui kegunaan masing-masing alat optik. Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa SMP setidaknya diperlukan empat komponen ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

(76)

(post-test) baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dapat diketahui dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Hasil penilaian pemahaman konsep untuk masing-masing komponen dengan instrumen tes dapat dilihat pada Gambar 4.3. Dari hasil analisis data post-test, diketahui bahwa pemahaman konsep kedua kelas berdistribusi normal. Hal itu sesuai dengan uji normalitas yang ditunjukkan Tabel. 4.2. Diketahui bahwa nilai 2hitung ≤ 2 tabel baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal maka uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua varians untuk mengetahui mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak setelah diberi perlakuan. Hasil uji kesamaan dua varians untuk nilai post-test diperoleh Fhitung = 1.11, sedangkan Ftabel dengan taraf kesalahan 5% adalah 1.82. Karena Fhitung< Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama.

(77)

kelas kontrol sama –sama mengalami peningkatan pemahaman konsep dengan nilai gain kelas eksperimen 0,58 yang tergolong sedang dan nilai gain kelas kontrol 0,51 yang tergolong kategori sedang. Peningkatan rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan rata-rata kelas kontrol karena pada kelas eksperimen menggunakan metode active learning berbasis kooperatif (tipe TGT).

Dilakukan uji t satu sempel untuk mengetahui apakah metode active learningberbasis kooperatif dapat efekti

Gambar

Gambar 1.1   Bagan deskripsi komponen TGT
Gambar 2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata
Gambar 2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita
Gambar 2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita
+7

Referensi

Dokumen terkait

It is also far too anarchic; the study of international or global political econ- omy may lead one to believe that realist accounts of the world err by placing too much emphasis on

Richardus Adelbertus Bala Ujan. Pemahaman Konsep Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Segi Empat Kelas VII di SMP Budi

Layanan situs jejaring sosial Facebook dalam bentuk fitur group ini memudahkan dalam mengelompokkan sebuah kelas atau mata pelajaran tertentu. Kelompok yang sudah

Perusahaan penyedia jasa memiliki NPWP dan PKP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun pajak terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 23

Silinder pneumatik seperti pada gambar 2.2 adalah aktuator atau perangkat mekanis yang menggunakan kekuatan udara bertekanan (udara yang terkompresi) untuk

Dari hasil penelitia lanjut usia yang memiliki pasangan hidup mengalami sebagian besar tingkat kesepiannya adalah tingkat kesepian rendah 24 orang (60%) dan pada lanjut

Kemudian terkait dengan analisis aspek gramatika Bahasa Inggris, beberapa buku penunjang Gram- mar Bahasa Inggris yang digunakan yaitu A Comprehensive Grammar of

Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan dan dikelola secara berkelanjutan. Perkembangan ekowisata saat ini cukup