Pada kasus ini area lengkungan pembuluh darah aorta mengalami penyempitan.
Bila penyempitannya parah, maka sirkulasi darah ke organ tubuh di rongga perut (ginjal, usus dll), serta tungkai bawah sangat berkurang, dan kondisi pasien memburuk. Seperti halnya pada atresia katup pulmonal, pada Coarctatio Aorta yang berat Prostaglandin E-1 perlu diberikan untuk mempertahankan pembukaan
Lampiran 5 : Pengenalan Penyakit Jantung (sambungan)
duktus arteriosus. Untuk selanjutnya, tindakan pelebaran dengan balon atau pembedahan perlu dilakukan.
2) Adanya lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung (septum) sehingga terjadi aliran pirau (shunt) dari satu sisi ruang jantung keruang sisi lainnya.
Karena tekanan darah di ruang jantung sisi kiri lebih tinggi dibanding sisi kanan, maka aliran pirau yang terjadi adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya, aliran darah paru berlebihan/banjir ( contoh: ASD = Atrial Septal Defect / lubang di sekat serambi , VSD = Ventricular Septal Defect/ lubang di sekat bilik).
Aliran pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan pembuluh pulmonal tetap terbuka (PDA = Patent Ductus Arteriosus). Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah bersih ke sirkulasi darah kotor, maka penampilan pasien tidak biru (asianosis).
Namun, beban yang berlebihan pada jantung akibat aliran pirau yang besar dapat menimbulkan gagal jantung kiri maupun kanan. Tanda-tanda aliran darah paru yang berlebih adalah : debaran jantung kencang, cepat lelah, sesak nafas, pada bayi sulit menyusu, pertumbuhan terganggu, sering batuk panas (infeksi saluran nafas bagian bawah). Dalam kondisi seperti tersebut diatas, perlu diberikan obat-obatan yang bermanfaat untuk mengurangi beban jantung, yakni obat diuretic (memperlancar kencing) dan obat vasodilator ( pelebar pembuluh darah ).
A. ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD) = lubang di sekat serambi. Lubang ASD kini dapat ditutup dengan tindakan non bedah : Amplatzer Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lipatan paha. Namun sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini, dan memerlukan pembedahan.
Lampiran 5 : Pengenalan Penyakit Jantung (sambungan)
B. VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD) = lubang di sekat bilik Pada VSD tertentu dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan penyumbat Amplatzer, namun sebagian besar kasus memerlukan pembedahan.
C. PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) = pembuluh penghubung aorta dan pembuluh darah paru terbuka. PDA juga dapat ditutup dengan tindakan non bedah menggunakan penyumbat Amplatzer, namun bila PDA sangat besar tindakan bedah masih merupakan pilihan utama. PDA pada bayi baru lahir yang premature dapat dirangsang penutupannya dengan menggunakan obat Indomethacine.
3) Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi tertukar (pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan pembuluh darah pulmonal / paru keluar dari bilik kiri). Kelainan ini disebut transposisi arteri besar (TGA = Transposition of the Great Arteries).
Akibatnya darah kotor yang kembali ke jantung dialirkan lagi ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis / biru di bibir, mukosa mulut dan kuku. Bayi dapat demikian, dapat dibuat lubang di sekat serambi melalui metode non bedah yang disebut Balloon Atrial Septostomy (BAS). Sementara menunggu persiapan untuk melakukan prosedur ini, PDA yang bermanfaat untuk menjamin pencampuran darah bersih perlu dipertahankan, yakni dengan memberikan Prostaglandin E-1.
Namun semua ini hanya bersifat sementara, bila kondisi pasien membaik, operasi untuk menukar posisi pembuluh darah yang terbalik ini perlu dilakukan.
Disamping kelainan pada anatomi jantung, PJB juga dapat menyangkut kelainan pada pusat listrik jantung beserta sistim hantarannya. Pusat jantung yang lemah atau adanya blok pada sistim hantaran listrik jantung, berakibat denyut
Lampiran 5 : Pengenalan Penyakit Jantung (sambungan)
Jantung / nadi yang pelan, sehingga tak mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh.
Untuk itu perlu pemasangan alat pacu jantung (pacemaker). Pada anak yang sudah cukup besar pemasangan pacu jantung dapat dilakukan tanpa bedah, namun pada bayi masih diperlukan pembedahan.
Lampiran 6 : Kematian Mendadak
Mengapa mati mendadak ?
Kasus mati mendadak sering kita dengar dalam hidup keseharian kita. Apa sesungguhnya di balik kematian mendadak itu ? Apakah betul tidak hujan tidak ada angin sekonyong-konyong orang bisa mati ? Bisa !!!
Di luar kasus penganiayaan berat, orang bisa sekonyong-konyong mati mendadak kendati sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Namun, makna sehat di sini belum tentu berarti betul secara medis terbilang sehat. Mungkin kelihatannya saja sehat, tapi sesungguhnya mengidap penyakit yang tak dirasakan atau tidak pula menunjukkan gejala maupun tanda-tanda. Penyakit jantung khususnya. Mengapa?
Pertama, karena penyakit jantung penyebab paling sering berujung kematian mendadak. Tidak semua orang terbiasa memeriksakan diri, paling kurang untuk check up. Perlahan tapi pasti, tanpa disadari, proses penyakit jantung yang mungkin sudah lama diidap terus saja berkembang.
Adapun penyakit jantung meliputi kasus-kasus (1) koroner, (2) pembengkakan jantung (akibat darah tinggi lama), (3) kelainan jantung bawaan (kebocoran jantung), dan bisa juga akibat serangan (4) infeksi jantung baik yang baru didapat maupun yang dulu (sehingga merusak otot jantung, katup, atau pembuluh darahnya). Apa pun jenis kasus penyakit jantungnya, ujungnya bisa berisiko kematianmendadak.
Kedua, tidak semua kasus penyakit jantung sudah memperlihatkan gejala atau menimbulkan keluhan pada awalnya. Tergantung jenis penyakit jantungnya, seberapa parah derajat penyakitnya, dan hal-hal lain apa saja yang memperberat penyakit jantungnya, sehingga pada suatu saat, sekadar sekali sontekan kecil saja mendadak penyakitnya sudah langsung berat, lalu mematikan.
Pengidap diabetes lama yang sudah berkomplikasi ke koroner jantung, sering tak merasakan keluhan nyeri dada (angina pectoris), si gejala jantung koroner paling khas. Itu sebab angka kematian mendadak karena serangan jantung lebih banyak
Lampiran 6 : Kematian Mendadak (sambungan)
dialami pengidap diabetes lama yang tak pernah memeriksakan kondisi jantungnya.
Itu alasan dalam ramalan medis tak mustahil kalau orang yang kelihatan sehat bisa saja mati mendadak. Namun, tentu tidak semua kasus serangan jantung yang berisiko merenggut nyawa pasti berakhir dengan kematian. Sekiranya saja ada kemudahan mendapatkan pertolongan pertama dan pasien tidak sedang berada seorang diri, ancaman kematian oleh serangan jantung mestinya bisa digagalkan.
Kalau saja tersedia pertolongan gawat darurat di tempat kejadian atau lekas-lekas mendapat pertolongan dalam hitungan golden hour (hitungan jam) dengan resusitasi jantung-paru-paru (CPR, Cardiopulmonary resuscitation), keadaan jantung mendadak berhenti berdenyut atau cardiac arrest, bisa dibuat batal merenggut nyawa.
Penyebab Gangguan
Jantung dapat terganggu fungsinya oleh sejumlah penyebab. Paling sering penyebabnya adalah sumbatan koroner. Kita tahu penyakit jantung koroner urusan puluhan tahun. Jika lemak darah (kolesterol, trigliserida) dibiarkan tinggi untuk waktu lama, lambat laun akan terbentuk karat lemak pada dinding koroner, selain pada pembuluh darah mata, ginjal, dan otak. Karat lemak pada pembuluh darah orang modern sudah mulai terbentuk sejak usia remaja.
Tanpa mengontrol lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan cuma perlu waktu sepuluhan tahun untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total. Namun, jauh hari sebelum pembuluh koroner tersumbat total akibat kekurangan jatah makanan (aliran darah pemasok oksigen), jantung seharusnya sudah lama menjerit. Jeritan jantung ini yang muncul sebagai gejala nyeri dada spesifik. Nyeri seperti tertiban, tertindih, tertekan barang berat di atas dada. Nyerinya bersifat menjalar ke lengan, leher, pundak, dan punggung.
Lampiran 6 : Kematian Mendadak (sambungan)
Awalnya nyeri hanya berlangsung beberapa detik. Namun, jika lemak darah tidak dikontrol, dan pola gaya hidup tetap berisiko memperburuk koroner, serangan gejala nyeri dada semakin hari semakin berlangsung lama. Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan sumbatan koroner sudah semakin menebal, dan sumbatan koroner sudah semakin menutup penampang pipa pembuluh, yang berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang dilayaninya semakin tipis saja.
Proses penyumbatan karat lemak bisa dihentikan bila lemak darah dan semua faktor risiko koroner ditiadakan. Sayangnya lebih banyak pengidap koroner yang abai, sehingga bukan jarang mati mendadak acap berlangsung di kamar hotel (kematian di atas pelana kuda) bersama pasangan seks yang bukan istri sendiri (sebab seks bukan dengan istri umumnya jauh lebih hot), atau saat tengah di meja makan (kelewat kenyang), atau di kamar mandi (mendadak paparan hawa dingin), atau di perjalanan (keletihan, stres, perubahan jadwal harian).
Meniadakan Faktor Risiko
Kita tidak mungkin bisa meramalkan kapan saatnya seseorang akan mengalami serangan koroner, kecuali hanya menduga saja bahwa akan datang harinya entah kapan kalau saja seseorang membiarkan hidupnya tetap di bawah ancaman berisiko koroner. Antara lain membiarkan lemak darah tinggi, mengidap darah tinggi, kencing manis, perokok, gemuk. pola dan gaya hidup tidak teratur.
Yang sebetulnya dapat dilakukan oleh mereka yang berisiko koroner atau pengidap kelainan jantung lain, seberapa bisa meniadakan semua faktor risiko itu dan mengubahnya dengan pola dan gaya hidup yang berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya, seperti dengan kembali makan teratur, tidur teratur, ada waktu jeda, mengurangi stres, cukup banyak bergerak badan.
Lampiran 6 : Kematian Mendadak (sambungan)
Yang perlu diperhatikan, pengidap jantung koroner berupaya membangun kebiasaan hidup teratur. Bagi pengidap jantung, setiap perubahan jadwal harian berisiko mengganggu kerja faali jantung yang sudah diset. Maka waspada kalau harus begadang, terlambat makan, tidak tidur siang, atau kelebihan beban kerja fisik, serta kebanjiran stres. Serangan jantung sangat sering terjadi pada kondisi hidup yang selalu berubah-ubah dari kebiasaan setiap hari seperti itu.
Jangan mandi dingin, terpapar hawa atau angin kencang sewaktu berjalan kaki, tidak mengedan kuat sewaktu buang air besar, makan kelewat kenyang, kurang waktu jeda, minum obat tidak sesuai jadwal atau dengan dosis memadai.
Termasuk mewaspadai pola kegiatan seksual yang kelewat hot, serta menjauhkan olahraga statis ( angkat beban, menggotong barang berat ).
Jangan abaikan pula keluhan perut jika tahu mengidap penyakit jantung karena gangguan perut bisa merupakan bagian dari gejala penyakit jantung juga. Jika pernapasan kurang lapang, mendadak sesak napas, mudah letih, dan tiba-tiba jantung berdebar tanpa sebab, bagian yang perlu mendapat perhatian mereka yang berisiko jantung koroner, atau sudah mengidap penyakit jantung lain sebelumnya (jantung bawaan, pembengkakan jantung, atau kelainan otot jantung oleh serangan koroner sebelumnya, atau kerusakan otot jantung oleh infeksi, efek samping obat, atau penyakit–penyakit yang lainnya). Ingat, ada jenis obat penurun lemak darah yang efek sampingnya merusak otot jantung (cardiomyopathia). Kerusakan otot jantung memperburuk penyakit jantung yang sudah ada.
Lampiran 7 : Sejarah Kota Samarinda
Sejarah Kota Samarinda, awal mula berdirinya Samarinda, perjanjian Bungaya : Pada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut Kompeni menyerang Makassar dari laut, sedangkan Arung Palakka yang mendapat bantuan dari Belanda karena ingin melepaskan Bone dari penjajahan Sultan Hasanuddin (raja Gowa) menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dapat dikalahkan dan Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667.
Kedatangan orang Bugis ke Kesultanan Kutai :
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut, mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya diantaranya ada yang hijrah ke daerah Kesultanan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Lampiran 7 : Sejarah Kota Samarinda (sambungan)
Rumah Rakit :
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau
"rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda.
Penetapan hari jadi kota Samarinda :
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi kota Samarinda. Telah ditetapkan pada peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya'ban 1078 H penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980. 21 Januari 1668/5 Sya'ban 1070 H : Kedatangan orang-orang suku Bugis Wajo mendirikan pemukiman di muara Karang Mumus.
Samarinda adalah ibu kota dari propinsi Kalimantan Timur terletak di wilayah katulistiwa pada posisi antara 116°15'36” - 117°24'16” Bujur Timur dan 0°21'18” - 1°09'16” Lintang Selatan. Secara administrasi kota Samarinda mempunyai batas – batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Muara Badak dan Kutai Kartanegara.
Sebelah Timur : Kecamatan Anggana, Sanga – Sanga, Kutai Kartanegara.
Sebelah Selatan: Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara.
Sebelah Barat :Kecamatan Loa Kulu, Tenggarong Seberang, Muara Badak, Kutai Kartanegara.
Luas kota Samarinda 718 km²dengan jumlah penduduk 579.933 jiwa jiwa (6 Februari 2004).
Lampiran 7 : Sejarah Kota Samarinda (sambungan)
Terbagi atas 6 kecamatan, Kecamatan Samarinda Seberang, Kecamatan Palaran, Kecamatan Samarinda Ilir, Kecamatan Samarinda Utara, Kecamatan Samarinda Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang.
Suhu udara rata – rata 29° Celcius ( suhu terendah 22° Celcius dan tertinggi 36°
Celcius) perbedaan suhu antara siang dan malam adalah 5° - 7° Celcius. Curah hujan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm/tahun
Topografi Samarinda meliputi tanah datar dan berbukit di ketinggian antara 10 s.d. 200 m di atas permukaan laut.
Transportasi
Air
Jembatan Mahakam di foto dari udara
Transportasi utama menuju kota Samarinda adalah melalui Sungai Mahakam yang membelahnya ditengah-tengah, sejak didirikannya pada tahun 1987 Jembatan Mahakam yang menghubungkan Samarinda kota dengan Samarinda Seberang menjadi primadona transportasi pada kota ini. Selain itu sedang dibangun pula Jembatan Mahkota II (dalam tahap konstruksi) dan Jembatan Mahkota III (tahap pembebasan lahan).Terdapat pelabuhan peti kemas, dan sekarang sedang dibangun pelabuhan baru untuk menggantikan pelabuhan yang sekarang sudah tidak sesuai dengan kondisi kota.
Lampiran 7 : Sejarah Kota Samarinda (sambungan)
Darat
Terdapat jalan darat yang menghubungkan kota Samarinda dengan Balikpapan ke selatan, kemudian Bontang dan Sangatta ke utara, serta jalan baru yang menghubungkan ke Tenggarong, serta ke Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara melalui jalan timur yang tembus sampai ke Senipah, Samboja dan Balikpapan.
Udara
Bandar Udara Temindung (kode SRI) merupakan bandar udara yang menghubungkan Samarinda dengan kota-kota di pedalaman serta Balikpapan.
Saat ini sedang dibangun Bandar Udara Sungai Siring, agar dapat didarati oleh pesawat yang lebih besar.
Lampiran 8 : Alat Bantu Jantung
Alat bantu jantung
Oleh : Team Andriewongso.com
Saat ini, penyakit jantung adalah salah satu penyakit yang menimbulkan kematian paling sering di dunia. Karenanya, saat ini, menjadi prioritas banyak ahli bagaimana cara mengatasi dan mencegah penyakit jantung. Tapi, tahukah Anda bahwa ada kisah unik di balik penemuan alat pacu (bantu) jantung yang ada saat ini? Alat bantu jantung pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Paul Zoll pada sekitar tahun 1952. Penemuan ini segera mengundang kekaguman di mana-mana. Sebab, ini merupakan salah satu inovasi yang sangat berguna untuk mengatasi penyakit jantung. Sayang, alat yang berfungsi mengontrol detak nadi ini pada awalnya bentuknya sangat besar. Ukurannya sebesar televisi ukuran kecil. Terdiri dari beberapa komponen eletronis, alat ini selain membantu, ternyata juga sering menimbulkan efek samping. Salah satu yang sering terjadi alat ini acap kali membakar kulit dan menimbulkan rasa sakit pada pemakainya. Karena itu, sejumlah penelitian dilakukan agar bisa menghilangkan efek yang kurang mengenakkan ini. Suatu ketika, Wilson Greatbatch, seorang peneliti kedokteran sedang meneliti pasiennya yang menggunakan alat ini. Tanpa sengaja, saat memasang salah satu komponen penunjangnya, ia menggunakan resistor yang beda ukuran dari biasanya. Bukannya menimbulkan masalah, tetapi justru sebaliknya. Kesalahan yang dilakukan Wilson membuat alat itu mempunyai pola kerja baru yang justru lebih padan dengan kerja jantung pada umumnya. Hal inilah yang kemudian terus diteliti dan dikembangkan Wilson. Hampir dua tahun lamanya, ia melakukan berbagai percobaan. Dan, ia akhirnya berhasil membuat alat bantu jantung yang lebih ringkas dan tidak berbahaya, bahkan bisa diimplantasikan langsung pada tubuh. Ia juga menemukan tenaga baterai yang bebas korosi sebagai bahan tenaga alat bantu itu. Sungguh, ketidaksengajaan Wilson nampaknya memberi berkah bagi banyak orang. Saat ini, sudah tak terhitung lagi berapa banyak pasien sakit jantung yang berhasil terbantu hidupnya dengan alat ini.
Lampiran 8 : Alat Bantu Jantung (sambungan)
Bandung, Kompas - Di masa mendatang, pengobatan penyakit jantung dimungkinkan melalui pendekatan genetika. Dengan pendekatan ini, seseorang yang berpotensi menderita penyakit jantung dapat dideteksi lebih dini. Sebagai langkah pengobatannya, penderita akan mendapat cangkokan sel jantung dari tubuh orang yang sehat. Demikian dikemukakan dokter spesialis jantung Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dr Erwinanto Sp JP seusai Seminar tentang Penyakit Jantung dan Ginjal di Klinik Spesialis Penyakit Dalam Perisai Husada, Bandung, Sabtu (22/3). Selain Erwin, juga tampil sebagai pembicara dokter spesialis penyakit dalam RSHS dr Rubin Gondodiputro Sp PD. Erwin mengatakan, pendekatan genetika itu merupakan upaya menetralisir reaksi yang mungkin timbul akibat penyakit jantung. "Sel yang ditanam ke tubuh calon penderita penyakit jantung bisa diambilkan dari sel jantung orang yang sehat atau sel yang bisa menumbuhkan jantung," katanya. Dengan penanaman sel itu, diharapkan otot jantung orang yang berpotensi menderita penyakit jantung tetap dalam kondisi bagus. Akan tetapi, seperti halnya kloning, penelitian yang masih dalam tahap pengujian ini diperkirakan juga memunculkan dilema dari sisi moral.
"Masalahnya, apakah dari sisi moral bisa dilakukan pengambilan sel dari tubuh seseorang untuk ditanam ke tubuh orang lain," ujar Erwinanto. Penelitian tersebut diakui belum diuji terhadap manusia. Akan tetapi, kata Erwin, hal itu semakin memperkaya cara pengobatan penyakit jantung yang sudah ada. Saat ini, sudah ditemukan berbagai cara pengobatan penyakit jantung, mulai dari operasi pintas koroner, intervensi koroner perkutan, hingga penggunaan stent. Menurut Erwin, hingga saat ini penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Ini disebabkan adanya faktor-faktor risiko penyakit jantung, yaitu merokok, diabetes, kegemukan, umur, riwayat kekeluargaan, dan jenis kelamin.
Lampiran 9 : Pertanyaan Tentang Penyakit Jantung
Beberapa pertanyaan mengenai penyakit jantung :
Amelia menulis: 17 July 2006 pada 12:26 Saya berusia 19 tahun. Saya divonis mengidap penyakit katup jantung sejak kuranglebih 6 th yang lalu. Saya sudah terbiasa sakit panas dan demam sejak kecil. Hmpir 2 bulan sekali. Saya pernah menjalani beberapa pemeriksaaan, seperti rontgen, USG, dll. Suatu ketika saya akan menjalani Cutterisasi di RS besar di Bandung, tetapi tiba-tiba orangtua saya membatalkannya. Saya kurang mengerti, apa Cutterisasi itu? Apakah memang ada hubungannya antara penyakit katup jantung dengan lebih besarnya payudara kiri, daripada payudara kanan? Apakah selamanya akan lebih besar sebelah kiri?
Sekarang saya tidak pernah lagi memeriksakan diri ke dokter. Saya dan orangtua saya memilih untuk membiarkannya saja. Apakah tidak apa-apa ?
Rando menulis: 19 July 2006 pada 16:53 Baru2 ini ibu saya kena serangan jantung, saya sedih sekali. Dia mempunyai penyakit tekanan sebelumnya, dia harus minum obat setiap hari. Apakah tidak ada cara lain untuk agar dia tidak harus minum obat? Dan bagaimana cara biar ibu saya sembuh ?
Evi Rini Panjaitan menulis: 22 July 2006 pada 13:47 Saat ini saya butuh penjelaan tentang sakit jantung. Tepatnya kurang lebih 4 thn yang lalu pulang dari kerja saya merasakan sakit nyeri didada sebelah kiri sampai di opname 1 minggu di RS CIKINI. Untuk ambil nafas saya takut sekali waktu itu, bagai buah simalakama kalau tarik nafas dada saya nyeri tidak ambil nafas saya mati. Waktu itu saya melakukan proses pemeriksaan darah, rekam jantung ( yang ditempelin didada dengan banyak kabel ), dan ronsen. Dari hasil pemeriksaan prediksi dokter ttg apakah saya kena serangan jantung tidak ada, hanya dokter berkomentar mungkin paru-paru saya ( karena saya menderita sakit asmha sejak usia 3 thn dan sekarang saya berusia 34 thn ). Dokter, akhir2 ini saya sering merasakan detak jantung yang cepat entah itu pada waktu tidur, jalan, nonton, bahkan nyebrang dan diiringi tengguk leher saya tegang dan pusing. Kalau jantung saya berdetak cepat, saya berusaha tenang, tarik nafas dan minum air hangat. Dokter apakah ini ciri2 Lampiran 9 : Pertanyaan Tentang Penyakit Jantung (sambungan)
sakit jantung. Dan dikatagorikan masuk ke mana. Tolonglah saya. Saya begitu takut.
Agus Al Bahri menulis: 15 September 2006 pada 17:50 anak wanita kami (15 thn) sering mengeluh sakit di sekitar dada sebelah kiri. sakit timbul kalau telapak
Agus Al Bahri menulis: 15 September 2006 pada 17:50 anak wanita kami (15 thn) sering mengeluh sakit di sekitar dada sebelah kiri. sakit timbul kalau telapak