• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4.3. Cochran Test

Menurut Durianto et al (2004), uji cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua, misalnya informasi ‘ya’ atau ‘tidak’. Penggunaan uji ini adalah untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel.

Uji cochran digunakan untuk mengetahui signifikasi hubungan setiap asosiasi merek yang ada dalam suatu produk dimulai dengan pengujian semua asosiasi. Asosiasi yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek tersebut dengan cara membandingkan dengan Chi Square Table. Brand image yang terbentuk adalah dengan ketentuan nilai cochran kurang dari nilai Chi

Square Table (Durianto et a,l 2004). Test cochran menggunakan langkah sebagai berikut :

Hipotesis pengujian :

Ho : Kemungkinan jawaban ‘ya’ adalah sama untuk semua atribut/variabel (lampiran 2 Kuesioner Susu Kalsium)

Ha : Kemungkinan jawaban ‘ya’ adalah berbeda untuk semua atribut/variabel (lampiran 2 Kuesioner Susu Kalsium)

Kemudian hitung statistik Q dengan rumus :

− − − − = 2 2 2 ) 1 ( ) 1 ( i R CN N C Cj C C Q Keterangan :

C : banyaknya variabel (asosiasi) Ri : jumlah baris jawaban ‘ya’ Cj : jumlah kolom jawaban ‘ya’ N : total responden

Dasar pengambilan keputusan :

Ho ditolak, jika Cochran hitung > x2 (Chi Square) tabel Ho diterima, jika Cochran hitung < x2 (Chi Square) tabel Dalam kasus ini :

df atau derajat kebebasan adalah jumlah variabel (atribut)-1

α atau tingkat signifikasi adalah 5 %

4.4.4. Importance Performance Analysis (IPA)

Analisis ini berfungsi sebagai salah satu alat ukur dari elemen perceived quality. Untuk analisis perbandingan performance (yang menunjukkan kinerja suatu merek produk) dengan importance (yang menunjukkan harapan responden

yang terkait dengan atribut yang diteliti) digunakan diagram Cartesius yang terbagi atas empat kuadran.

Setiap kuadran menggambarkan terjadinya suatu kondisi yang berbeda dengan kuadran lainnya. Kuadran pertama bercirikan, performance rendah tetapi

importance tinggi, yang disebut underact. Kuadran kedua bercirikan performance

tinggi dan importance yang tinggi pula, sehingga keadaan ini harus terus dipelihara/maintain. Kuadran ketiga menggambarkan tingkat performance rendah dan importance yang juga rendah, sehingga disebut daerah low priority. Kuadran yang keempat, tingkat performance tinggi tetapi importance rendah, yang disebut

overact. Cara mencari nilainya adalah dengan menggunakan perhitungan rata-rata yang hasilnya akan dipetakan dalam bentuk diagram cartesius, berupa grafik

importance performance yang dapat dilihat pada Gambar 4 (Durianto et al, 2004). Adapun rumus rata-rata yang digunakan :

( )

n f x x rata Rata =

i. i Keterangan : xi = nilai pengukuran ke – i fi = frekuensi kelas ke – i n = banyaknya responden

Gambar 4. Grafik Importance Performance

Sumber : Durianto et al, 2004

Kelemahan alat analisis ini yaitu tidak mengutamakan atribut-atribut mana yang paling diprioritaskan dari atribut lainnya yang berada pada satu kuadran yang sama. Dengan demikian hanya bisa diketahui keberadaan posisi atribut tersebut pada kuadran tertentu untuk selanjutnya bisa diketahui strategi apa yang dapat dilakukan perusahaan, apakah harus diperbaiki, dipertahankan, diabaikan, ataupun dikurangi karena terlalu berlebihan.

4.4.5. Brand Switching Pattern Matrix

Analisis ini digunakan untuk menghitung Probability Rate of Transition

(kemungkinan perpindahan merek) dari merek-merek yang diteliti (Durianto et al, 2004). Formula yang digunakan adalah :

t x x At AL Ln t PRoT x x 100% 1 − = Keterangan :

ALx = konsumen yang setia/loyal terhadap merek x yang bersangkutan Atx = total konsumen yangditeliti dari merek x yang bersangkutan t = banyaknya pengamatan (dalam contoh ini dianggap satu)

Nilai rata-rata Performance Performance Importance Kuadran IV Overact Kuadran II Maintain Kuadran I Underact Kuadran III Low Priority Nilai rata-rata Importance

Semakin kecil nilai probability perpindahan merek, semakin tinggi loyalitas konsumen terhadap merek tersebut. Hasil dari rata-rata seperti halnya dalam mencari perhitungan rata-rata pada elemen perceived quality juga dijadikan acuan dalam perhitungan brand loyalty, dan kemudian dipetakan ke rentang skala dibawah ini dengan mempertimbangkan informasi interval berikut :

8 , 0 5 1 5 _ _ _ = − = − = kelas banyaknya terendah nilai tertinggi nilai Interval

Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap variabel diferensiasinya dan sejauh mana variasinya.

Rentang skala tersebut adalah : 1,00 – 1,80 = sangat jelek 1,80 – 2,60 = jelek 2,60 – 3,40 = cukup 3,40 – 4,20 = baik 4,20 – 5,00 = sangat baik

Dasar pemberian rentang skala tersebut berdasarkan pada lima alternatif jawaban yang ditujukan kepada responden, maka rentang skala yang digunakan adalah satu sampai lima. Pemberian skala satu sampai lima ini dilakukan melalui kuesioner pada lampiran 2, kemudian responden memberi tanda silang ‘X’ atau

V. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KOTA DEPOK

5.3. Karakteristik Geografis dan Kependudukan Kota Depok

Kota Depok terletak di propinsi Jawa Barat. Lokasinya yang berada di daerah periferi Kota Jakarta, Depok merupakan daerah penyangga bagi Ibukota DKI Jakarta. Luas wilayah kota Depok adalah 20.029 ha.

Kota Depok berbatasan dengan batasan wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan DKI Jakarta (Jakarta Selatan) dan Kabupaten Tangerang. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi, Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Cibinong) dan Kota Bogor serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Secara administratif, Kota Depok terdiri atas 6 Kecamatan: Beji, Cimanggis, Sawangan, Sukamajaya, Pancoran Mas, dan Limo, dan 63 Kelurahan.

Jumlah penduduk Depok berdasarkan Profil Isian (BPS tahun 2004) mencapai 1.313.495 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 5.818 jiwa/km² dan pertumbuhan penduduk 4,70 persen per tahun. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok yang terus meningkat 3,10 persen (2000) - 6,94 persen (2005) juga merupakan salah satu faktor yang layak diperhitungkan untuk iklim usaha khususnya merebut pangsa pasar produk susu kalsium.

5.4. Karakteristik Responden Susu Kalsium

Karakteristik umum responden Susu kalsium adalah sebagai berikut : (1) Responden yang sedang membeli atau mengkonsumsi susu kalsium, (2) Responden yang berusia diatas 18 tahun, dan (3) Berdomisili di Kota Depok. Responden yang tidak memenuhi salah satu atau beberapa karakteristik diatas

tidak dipilih untuk menjadi responden, karena pada penelitian ini karakteristik responden yang dibutuhkan adalah responden yang memenuhi ketiga karakteristik diatas.

5.4.1. Responden Pengguna (User) Susu Kalsium

Pada penelitian ini jumlah pengguna (user) susu kalsium adalah sebanyak 100 orang. Untuk responden merek Anlene merupakan pengguna yang paling dominan yaitu sebanyak 60 orang (60 persen), pengguna merek Tropicana Slim Hi Lo sebanyak 19 orang (19 persen), pengguna merek Calcimex sebanyak 15 orang (15 persen), dan pengguna merek Produgen sebanyak 6 orang (6 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Responden Pengguna (User) Susu Kalsium

Merek Jumlah (Orang) Persentase (%)

Anlene Tropicana Slim Hi Lo Calcimex Produgen 60 19 15 6 60 19 15 6 Total 100 100 Jenis kemasan yang disukai atau sering dikonsumsi responden adalah

dalam bentuk kotak dengan jumlah responden sebanyak 73 orang (73 persen), sedangkan dalam bentuk kaleng sebanyak 27 orang (27 persen). Sebagian besar responden susu kalsium tinggi mengkonsumsi dalam kemasan kotak karena harga kemasan kotak jauh lebih murah dibandingkan dengan kemasan kaleng.

5.4.2. Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Responden susu kalsium yang dapat dilihat pada Tabel 6 adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan jumlah responden sebanyak 70 orang dan laki-laki berjumlah 30 orang. Untuk kelompok umur, dapat dilihat bahwa

responden yang berusia antara 18-23 tahun dengan jumlah responden sebanyak 20 orang, responden yang berusia antara 24-35 tahun dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, responden yang berusia antara 36-50 tahun dengan jumlah responden sebanyak 34 orang, dan sisanya 14 orang merupakan kelompok umur diatas 50 tahun. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden susu kalsium adalah berjenis kelamin perempuan dengan kelompok umur antara 36-50 tahun karena responden pada usia tersebut sudah semakin sadar akan pentingnya kalsium dan sudah mulai aktif mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.

Tabel 6. Responden Susu Kalsium Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Kelompok Umur

(Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah (Orang)

18 - 23 2 18 20

24 - 35 10 22 32

36 - 50 10 24 34

> 50 8 6 14

Total 30 70 100

5.4.3. Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat untuk lebih jelasnya pada Tabel 7. memberikan hasil sebagai berikut : responden susu kalsium yang berpendidikan SMU berjumlah 19 orang (19 persen), lulusan D3 berjumlah 32 orang (32 persen), lulusan S1 berjumlah 39 orang (39 persen), lulusan S2 berjumlah 7 orang (7 persen), dan lulusan S3 sebanyak 3 orang (3 persen). Kesimpulannya bahwa responden berdasarkan latar belakang pendidikan paling dominan adalah responden lulusan S1, hal ini berarti tingkatan pendidikan responden sangat mempengaruhi tingkat pembelian susu berkalsium tinggi.

Tabel 7. Responden Susu Kalsium Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Lulusan SMU 19 19 Lulusan D3 32 32 Lulusan S1 39 39 Lulusan S2 7 7 Lulusan S3 3 3 Total 100 100

5.4.4. Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Pengelompokan berdasarkan status pekerjaan responden dapat dibagi menjadi : mahasiswa berjumlah 20 orang, pegawai negeri berjumlah 16 orang, pegawai swasta berjumlah 39 orang, wiraswasta berjumlah 11 orang dan ibu rumah tangga berjumlah 14 orang. Pada Tabel 8. dibawah ini merupakan rincian status pekerjaan responden Susu kalsium, dan responden yang paling dominan yaitu sebanyak 39 orang yang berprofesi sebagai pegawai swasta karena tingkat pendapatan pegawai swasta rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain sehingga mampu membeli susu berkalsium tinggi yang harganya tergolong mahal.

Tabel 8. Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Mahasiswa 20 20

Pegawai Negeri 16 16

Pegawai Swasta 39 39

Wiraswasta 11 11

Ibu Rumah Tangga 14 14

Total 100 100

5.4.5. Responden Berdasarkan Rata-rata Uang Saku atau Pendapatan Per Bulan

Rincian rata-rata uang saku atau pendapatan responden setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel. 9. Responden yang pendapatan per bulan berjumlah

300.001 – 600.000 rupiah berjumlah 5 orang, pendapatan antara 600.001 – 1.200.000 rupiah berjumlah 27 orang, pendapatan antara 1.200.001 – 2.400.000 rupiah berjumlah 50 oang, dan lebih dari 2.400.000 rupiah berjumlah 18 orang. Kesimpulannya rata-rata uang saku atau pendapatan paling banyak responden adalah 50 orang sebesar 1.200.001 – 2.400.000 rupiah, hal ini membuktikan bahwa tingkat pendapatan yang tinggi akan mampu membeli susu berkalsium tinggi.

Tabel 9. Responden Berdasarkan Rata-rata Uang Saku atau Pendapatan Per Bulan

Rata-rata Uang Saku / Pendapatan

(Rupiah) Jumlah (Orang) Persentase (%)

300,001 - 600,000 5 5

600,001 - 1,200,000 27 27

1,200,001 - 2,400,000 50 50

> 2,400,000 18 18

Total 100 100

5.4.6. Alasan dan Frekuensi Responden Mengkonsumsi Susu Kalsium

Responden pada penelitian ini, yang paling banyak mengkonsumsi susu kalsium adalah dengan frekuensi satu kaleng/kotak setiap bulannya yaitu berjumlah 64 orang, responden yang mengkonsumsi susu kalsium dengan frekuensi dua kaleng/kotak setiap bulannya yaitu berjumlah 31 orang, dan responden yang mengkonsumsi tiga kaleng/kotak setiap bulannya berjumlah 5 orang. Kesimpulannya bahwa responden paling dominan adalah yang mengkonsumsi Susu kalsium tinggi sebanyak satu kaleng/kotak setiap bulannya.

Alasan responden untuk mengkonsumsi susu kalsium sangat bervariasi, pada pertanyaan ini responden diperbolehkan menjawab lebih dari satu tergantung pilihan jawaban mana yang sesuai dengan responden. Alasan responden terbanyak untuk mengkonsumsi Susu kalsium yaitu karena ’sadar akan pentingnya kalsium’

dengan jumlah responden sebanyak 55 orang, alasan karena ’terpengaruh iklan dan promosi’ dengan jumlah responden sebanyak 25 orang, dengan alasan karena ’anjuran dokter’ sebanyak 15 orang responden, dan karena alasan ’harga terjangkau’ sebanyak 5 orang responden. Rincian alasan responden mengkonsumsi susu kalsium dapat dilihat Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Alasan Responden Mengkonsumsi Susu Kalsium

Alasan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sadar akan pentingnya kalsium 55 55

Terpengaruh iklan/promosi 25 25

Anjuran dokter 15 15

Harga terjangkau 5 5

Jumlah 100 100

5.4.7. Tempat dan Alasan Tempat Membeli Responden Susu Kalsium

Tempat atau lokasi pembelian susu kalsium antara lain yaitu jumlah responden sebanyak 90 orang memilih tempat untuk membeli susu kalsium di pasar swalayan, jumlah ini sangat dominan mengingat sisanya yaitu sebanyak 10 orang memilih toko/warung terdekat dengan tempat tinggal untuk membeli Susu kalsium.

Tabel 11. Alasan Responden Memilih Tempat PembelianSusu Kalsium

Alasan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Dekat dengan tempat tinggal 42 42

Tempat nyaman dan praktis 33 33

Harga lebih murah 17 17

Persediaan banyak 8 8

Jumlah 100 100

Alasan yang digunakan responden dalam memilih tempat pembelian produk susu berkalsium tinggi dapat dilihat pada Tabel 11. yang paling dominan adalah karena ’dekat dengan tempat tinggal’ sebanyak 42 orang responden, ’tempat nyaman dan praktis’ merupakan alasan terbanyak kedua yaitu sebanyak 33 orang responden.

Alasan ’harga lebih murah’ dipilih oleh 17 orang responden, selanjutnya dengan alasan ’persediaan banyak’ dipilih oleh 8 orang responden. Responden memilih alasan ’dekat dengan tempat tinggal’ karena responden ingin mendapatkan susu berkalsium tinggi tanpa mengeluarkan biaya yang banyak.

VI. ANALISIS KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK DAN ANALISIS PERSEPSI KUALITAS

6.4. Analisis Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Pada sub bab ini akan dibahas tentang kesadaran merek responden susu kalsium di Kota Depok dilihat dari masing-masing tingkatan yaitu pada puncak pikiran, pengingatan kembali merek dan pengenalan merek.

6.4.1. Puncak Pikiran (Top of Mind)

Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden atau merek yang pertama kali disebut ketika responden tersebut ditanya tentang suatu kategori produk. Top of Mind merupakan tingkatan tertinggi dalam kesadaran merek dan pimpinan dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen terhadap suatu kategori produk tertentu.

Jumlah responden yang dilibatkan yaitu sebanyak 100 orang, dan dari 100 orang tersebut terdapat 64 orang menyebutkan Anlene sebagai merek yang pertama kali diingat responden, 20 orang responden mengingat pertama kali merek Tropicana Slim Hi-Lo, sebanyak 12 orang responden mengingat pertama kali merek Calcimex, dan 4 orang responden mengingat pertama kali merek Produgen. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Puncak Pikiran (Top of Mind) Merek Produk Susu Kalsium

Merek Jumlah (Orang) Persentase (%)

Anlene 64 64

Tropicana Slim Hi-Lo 20 20

Calcimex 12 12

Produgen 4 4

Hasil penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa merek Anlene paling diingat oleh sebagian besar responden, dan selanjutnya diikuti merek Tropicana Slim Hi-Lo, Calcimex dan Produgen. Top of Mind tertinggi dari elemen kesadaran merek mempunyai nilai merek (brand value) yang tinggi pula. Suatu merek yang tersimpan baik di benak konsumen akan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli suatu produk, karena konsumen tersebut sering atau setidaknya pernah mengkonsumsinya.

6.4.2. Pengingatan Kembali Merek (Brand Recall)

Tingkatan kedua kesadaran merek adalah pengingatan kembali merek (brand recall) yang merupakan pengingatan kembali merek suatu kategori produk yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan. Brand recall mencerminkan merek yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 12 yaitu merek Anlene, hal ini berarti responden langsung mengingat produk susu kalsium dengan merek Anlene ketika diberikan pertanyaan tentang top of mind.

Tabel 13. Pengingatan Kembali (Brand Recall) Merek Susu Kalsium

Merek Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tropicana Slim Hi-Lo 70 70

Calcimex 63 63

Produgen 42 42

Anlene 7 7

Merek Lain 31 31

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden mengenai brand recall dapat ditunjukkan pada Tabel 13. bahwa 70 orang menyebutkan merek Tropicana Slim Hi-Lo, 63 orang menyebutkan merek Calcimex, 42 orang

menyebutkan merek Produgen, 33 orang menyebutkan merek susu kalsium lainnya dan 7 orang menyebutkan merek Anlene.

Pada Tabel 13 ditunjukkan bahwa tingkat brand recall atau pengingatan kembali merek setelah menyebutkan merek pertama kali disebut adalah merek Tropicana Slim Hi-Lo yang paling banyak mendapat porsi terbesar. Hal ini dirasakan sangat baik mengingat untuk bisa mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tidak hanya harus menjadi top of mind, sehingga diharapkan bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan keputusan pembelian.

Perbandingan antara jumlah responden pada top of mind dan jumlah responden pada brand recall, merek susu kalsium yang harus memperbaiki kinerjanya supaya menjadi lebih baik lagi sehingga dapat lebih diingat konsumen adalah merek Calcimex dan Produgen, serta merek-merek lainnya. Untuk merek Anlene dan Tropicana Slim Hi-Lo memiliki jumlah responden yang lebih besar pada top of mind dan brand recall.

6.4.3. Pengenalan Merek (Brand Recognition)

Pengenalan merek atau brand recognition merupakan pengukuran brand awareness responden dimana tingkat kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang harus diingatkan akan keberadaan merek Tropicana Slim Hi-Lo adalah sebanyak 5 orang responden, sedangkan untuk merek Calcimex dan Produgen berturut-turut adalah 9 orang dan 11 orang. Hal ini juga membuktikan bahwa ingatan responden akan keberadaan merek Anlene sudah sangat baik. Sedangkan merek Tropicana Slim

Hi-Lo masih tetap lebih baik daripada merek Calcimex dan Produgen, karena lebih sedikit yang harus diingatkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengenalan Merek (Brand Recognition) Merek Susu Kalsium

Merek Jumlah (Orang) Persentase (%)

Anlene 0 0

Tropicana Slim Hi-Lo 5 5

Calcimex 9 9

Produgen 11 11

Jumlah 25 25

Untuk analisis keseluruhan pada elemen kesadaran merek (brand awareness) peringkat pertama dipegang oleh merek Anlene, peringkat kedua oleh merek Tropicana Slim Hi-Lo, peringkat selanjutnya dipegang oleh merek Calcimex dan Produgen. Hasil informasi ini menunjukkan bahwa merek Anlene sudah sangat merekat erat dalam benak konsumen susu kalsium di Kota Depok.

6.5. Analisis Asosiasi Merek (Brand Association)

Asosiasi Merek (Brand Association) adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait pada merek tersebut akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi promosinya, ditambah lagi jika kaitan tersebut didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.

Asosiasi-asosiasi merek yang terkait dengan produk susu kalsium adalah harganya terjangkau, kemudahan mendapat, kemasan (simbol merek, tulisan, warna) bagus dan menarik, kualitas produk tinggi, merek sudah terkenal,

khasiat/manfaat, promosi/iklan yang menarik, kandungan kalsium, mudah larut dan komposisi produk. Asosiasi-asosiasi tersebut yang digunakan pada penelitian ini merupakan instrumen yang andal/dapat dipercaya karena telah dilakukannya uji reliabilitas dengan menggunakan metode Hoyt didapat hasil r11 > rtabel. Dapat dilihat pada lampiran 3, yang berarti instrumen yang digunakan untuk mengungkap asosiasi yang terkait dengan produk susu kalsium ini dapat diandalkan, sehingga penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan asosiasi-asosiasi yang telah diujicobakan.

6.5.1. Analisis Asosiasi Merek Anlene

Hasil yang diperoleh dari 60 orang responden pengguna merek Anlene yang menjawab ‘Ya’ pada setiap asosiasi-asosiasi merek Anlene ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai Asosiasi Merek Anlene Berdasarkan Jawaban ‘Ya’

No Asosiasi Jawaban 'Ya' Persentase (%)

1 Harganya terjangkau 59 98,33

2 Kemudahan mendapat 56 93,33

3 Kemasan bagus dan menarik 37 61,67

4 Kualitas produk tinggi 52 86,67

5 Merek sudah terkenal 55 91,67

6 Khasiat / manfaatnya 53 88,33

7 Promosi / ilkan yang menarik 39 65,00

8 Kandungan kalsium 49 81,67

9 Mudah larut 35 58,33

10 Komposisi produk 54 90,00

Pengujian asosiasi merek dari tahap pertama sampai tahap ke empat hingga didapatkan hasil ‘terima Ho’ dapat dilihat pada lampiran 3.

Hasil pengujian tahap pertama terhadap kesepuluh asosiasi merek Anlene yang dilakukan dengan menggunakan tes Cochran, didapatkan bahwa nilai

Cochran hitung sebesar 72,570 atau lebih besar dari nilai Chi Square tabelnya yang hanya sebesar 16,91 dengan demikian Ho ditolak. Ini berarti tes Cochran

harus diulang dengan menghilangkan asosiasi dengan jumlah jawaban ‘ya’ yang paling sedikit yaitu ‘mudah larut’ merupakan asosiasi yang akan dihilangkan karena jumlah jawaban ‘ya’ hanya terdapat sebanyak 35 orang responden.

Asosiasi ‘mudah larut’ yang telah dihilangkan tersebut kemudian didapatkan nilai Cochran hitung sebesar 55,227 atau lebih besar dari nilai Chi Square tabelnya sebesar 15,50 dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti tes

Cochran harus diulang lagi dengan menghilangkan asosiasi dengan jumlah jawaban ‘ya’ yang paling sedikit yaitu ‘kemasan bagus dan menarik’ merupakan asosiasi yang akan dihilangkan karena jumlah responden yang menjawab ‘ya’ hanya terdapat 37 orang responden.

Asosiasi ‘kemasan bagus dan menarik’ yang telah dihilangkan tersebut kemudian didapatkan nilai Cochran hitung sebesar 35,873 atau lebih besar dari nilai Chi Square tabelnya sebesar 14,067 dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti tes Cochran harus diulang lagi dengan menghilangkan asosiasi dengan jumlah jawaban ‘ya’ yang paling sedikit yaitu ‘promosi/iklan yang menarik’ merupakan asosiasi yang akan dihilangkan karena jumlah responden yang menjawab ‘ya’ hanya terdapat 39 orang responden.

Asosiasi ‘promosi/iklan yang menarik’ yang telah dihilangkan tersebut kemudian didapatkan nilai Cochran hitung sebesar 10,769 atau lebih kecil dari nilai Chi Square tabelnya sebesar 12,60. Ini berarti proses Cochran dapat dihentikan, dan diperoleh tujuh asosiasi yang membentuk brand image merek Anlene yaitu ‘harganya terjangkau’, ‘kemudahan mendapat’, ‘kualitas produk

tinggi’, ‘merek sudah terkenal’, ‘khasiat/manfaatnya’, ‘kandungan kalsium dan ‘komposisi produk’.

6.5.2. Analisis Asosiasi Merek Tropicana Slim Hi-Lo

Hasil yang diperoleh dari 19 orang responden pengguna merek Tropicana Slim Lo dengan jawaban ‘ya’ pada setiap asosiasi merek Tropicana Slim Hi-Lo ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai Asosiasi Merek Tropicana Slim Hi-Lo Berdasarkan Jawaban ‘ya’

No Asosiasi Jawaban 'Ya' Persentase (%)

1 Harganya terjangkau 10 52,63

2 Kemudahan mendapat 19 100,00

3 Kemasan bagus dan menarik 18 94,74

4 Kualitas produk tinggi 19 100,00

5 Merek sudah terkenal 15 78,95

6 Khasiat / manfaatnya 19 100,00

7 Promosi / ilkan yang menarik 19 100,00

8 Kandungan kalsium 14 73,68

9 Mudah larut 13 68,42

10 Komposisi produk 18 94,74

Pengujian asosiasi merek dari tahap pertama sampai tahap ke lima hingga didapatkan hasil ‘terima Ho’ dapat dilihat pada lampiran 4.

Hasil pengujian tahap pertama terhadap kesepuluh asosiasi merek Tropicana Slim Hi-Lo yang dilakukan dengan menggunakan tes Cochran, diperoleh bahwa nilai Cochran hitung sebesar 40,369 atau lebih besar dari nilai

Chi Square tabelnya yang hanya sebesar 16,91 dengan demikian Ho ditolak. Ini berarti tes Cochran harus diulang dengan menghilangkan asosiasi dengan jumlah jawaban ‘ya’ yang paling sedikit yaitu ‘harga terjangkau’ merupakan asosiasi yang akan dihilangkan karena jumlah responden yang menjawab ‘ya’ hanya terdapat 10 orang responden.

Asosiasi ‘harga terjangkau’ yang telah dihilangkan tersebut kemudian didapatkan nilai Cochran hitung sebesar 28,133 atau lebih besar dari nilai Chi Square tabelnya yang hanya sebesar 15,50 dengan demikian Ho ditolak. Ini

Dokumen terkait