• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM PERBANKAN D

C. Code Of Conduct PT Bank Mandiri

Kepercayaan masyarakat umum dan pelaku pasar terhadap bank dipengaruhi oleh etika perilaku seluruh jajaran Bank mulai dari Komisaris, Direksi, anggota executive management sampai kepada seluruh karyawannya. Kepercayaan ini sangat penting untuk membina dan memelihara hubungan bisnis dengan nasabah.54

Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat serta mewujudkan corporate governance, perlu adanya pedoman perilaku dalam berhubungan dengan nasabah, rekanan

54“Code Of Conduct,”

http://puskopditbag.org/wp-content/uploads/2014/08/code-of-Conduct- pedoman-perilaku.pdf (akses 11 Mei 2015)

dan sesama karyawan yang bersandar pada nilai – nilai etika, oleh karena itu diperlukan code of conduct yang dapat mengatur etika perilaku seluruh jajaran Bank.

Code of conduct dimaksudkan untuk sebagai standar etika dan perilaku yang harus dipedomani oleh seluruh jajaran Bank yang meliputi Komisaris, Direksi, executive management dan seluruh karyawan dalam menjalankan tugas dan kedinasan sehari-hari serta dalam melakukan hubungan bisnis dengan para nasabah, rekanan maupun dengan rekan sekerja.

Dengan dipatuhinya kebijakan ini, diharapkan dapat mencegah berkembangnya hubungan yang tidak wajar dengan para nasabah atau antara sesama pejabat Bank.

Code of conduct ini terdiri atas 13 Bab dan 15 pasal yang merupakan pedoman perilaku bagi seluruh jajaran Bank dalam melaksanakan tugas dan kedinasan sehari-hari.

Hal-hal yang diatur dalam code of conduct adalah : 1. Benturan kepentingan

2. Kerahasiaan

3. Penyalahgunaan Jabatan 4. Perilaku Insiders

5. Integritas dan Akurasi data Bank 6. Integritas Sistem Perbankan 7. Pengelolaan Rekening Karyawan

8. Pernyataan Tahunan (Annual Discloisure) 9. Sanksi Pelanggaran

10.Pengawasan Pelaksanaan dan Pemutakhiran.

Adapun Code of Conduct dari PT Bank Mandiri terdiri dari beberapa pasal yaitu : Pasal 1 :

b. Komisaris adalah komisaris Bank sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar. c. Direksi adalah Direksi Bank sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar.

d. Executive Management adalah Direksi beserta Executive Vice President (EVP) dan Senior Vice President (SVP) yang diangkat oleh direksi yang mempunyai tugas dan wewenang khusus dalam bidangnya serta mempunyai hak dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan kewenangan yang telah diberikan oleh Direksi.

e. Karyawan adalah pegawai Bank selain Executive Management dan Komisaris, baik pegawai tetap maupun pegawai kontrak yang diangkat sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku di Bank.

f. Jajaran Bank adalah Komisaris, Executive Management dan Karyawan.

g. Insiders adalah seluruh jajaran bank dan para pemegang saham Bank. Termasuk dalam pengertian Insiders adalah para pejabat/tugas yang terafiliasi dengan Bank sebagai akibat adanya penugasan oleh Bank untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Bank, seperti konsultan Hukum, Akuntan Publik dan lain-lain.

h. Hadiah atau Imbalan.

Termasuk dalam pemberian hadiah atau Imbalan adalah salah satu dari bentuk sebagai berikut :

1. Uang tunai 2. Surat Berharga

3. Barang-barang yang dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama. 4. Komisi

5. Potongan harga khusus 6. Konsesi harga

7. Barang-barang khusus kebutuhan pribadi

seperti villa, kendaraan dan lain sebagainya).

i. Bingkisan adalah barang yang penggunaannya untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan/minuman, bunga, kartu ucapan, dan lain sebagainya sebagai ungkapan tanda rasa simpati.

j. Barang promosi adalah barang yang digunakan oleh Bank atau perusahaan nasabah/tekanan untuk tujuan-tujuan promosi seperti antara lain agenda, payung, kalender, ballpoint, dan barang-barang yang memang dibuat untuk tujuan tersebut. k. Hubungan Keluarga adalah hubungan dengan dan diantara Komisaris, Executive

management serta seluruh karyawan Bank, sesuai Anggaran dasar Bank dan SK Direksi Bank Indonesia No. 31/117/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998.

Dalam peraturan ini, maka yang dianggap sebagai hubungan keluarga adalah : 1. Orang tua (kandung/tiri/angkat)

2. Adik/kakak (kandung/tiri/angkat) 3. Suami/Istri

4. Anak (kandung/tiri/angkat)

5. Suami/isteri dari anak (kandung/tiri/angkat) 6. Kakek/nenen (kandung/tiri)

7. Cucu (kandung/tiri/angkat) 8. Adik/kakak dari suami

9. Suami/isteri dari adik/kakak (kandung/tiri/angkat) 10.Orang tua dari suami/isteri

Pasal 2

Penyusunan code of conduct dimaksudkan untuk memberikan pedoman berperilaku yang wajar, patut dan dapat dipercaya bagi seluruh jajaran Bank baik dalam melakukan hubungan bisnis dengan para nasabah, rekanan maupun dengan rekan sekerja.

Pasal 3

Sasaran umum pedoman perilaku ini adalah menyusun suatu petunjuk agar setiap pelanggaran Code of Conduct oleh seluruh jajaran Bank dapat secara cepat terdeteksi. Kepatuhan pada pedoman ini dapat mencegah berkembangnya hubungan yang tidak wajar dengan para nasabah, atau antara sesama pejabat Bank. Namun demikian, pedoman ini tidak bermaksud untuk mencampuri kehidupan pribadi anggota Komisaris dan Executive Management serta karyawan Bank.

Pasal 4

Benturan kepentingan adalah suatu kondisi dimana anggota jajaran Bank dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai kepentingan di luar kepentingan dinas, baik yang menyangkut kepentingan pribadi, keluarga, maupun kepentingan pihak-pihak lain sehingga anggota jajaran Bank tersebut dimungkinkan kehilangan objektivitasnya dalam mengambil keputusan dan kebijakan sesuai kewenangan yang telah diberikan Bank Kepadanya.

Pasal 5

a. Seluruh jajaran Bank harus bertindak terhormat dan bertanggung jawab serta harus bebas dari pengaruh yang memungkinkan hilangnya objektivitas dalam peaksanaan tugas atau mengakibatkan Bank kehilangan bisnis atau reputasinya.

b. Seluruh jajaran Bank harus mengetahui dan menyadari kegiatan-kegiatan yang mungkin akan menimbulkan benturan kepentingan, serta wajib menghindarinya. Jika kegiatan tersebut tidak dapat dihindari, maka harus segera dilaporkan kepada atasan langsung. c. Seluruh jajaran Bank tidak diperkenankan memberikan persetujuan dan atau meminta

persetujuan atas fasilitas kredit, serta tingkat bunga khusus maupun kekhususan lainnya untuk :

a. Diri sendiri b. Keluarganya

c. Perusahaan dimana ia atau keluarganya mempunyai kepentingan.

d. Seluruh jajaran bank harus menghidarkan diri dari kegiatan yang berhubungan dengan suatu organisasi dan atau individu yang memmungkinkan terjadinya benturan kepentingan.

e. Seluruh jajaran Bank tidap dapat bekerja pada lembaga keuangan lain sebagai direksi, karyawan, konsultan atau anggota komisaris, kecuali apabila lembaga tersebut adalah anak perusahaan atau afiliasi Bank atau apabila dalam rangka penugasan Bank.

f. Seluruh jajaran bank tidak dapat bekerja pada perusahaan lain baik sebagai direksi, konsultan atau anggota komisaris, kecuali apabila telah mendapatkan penugasan dan ijin tertulis dari Bank.

g. Seluruh jajaran Bank tidak diperkenankan menjadi rekanan baik langsung maupun tidak langsung baik rekanan untuk barang ataupun jasa dari bagi Bank.

h. Seluruh jajaran bank akan menggunakan fasilitas dan sumberdaya serta perlatan Bank hanya untuk kegiatan Bank.

i. Seluruh jajaran Bank tidak diperkenankan mengambil barang – barang milik Bank untuk kepentingan sendiri, keluarga ataupun kepentingan pihak luar lainnya.

j. Seluruh jajaran Bank hanya dapat melakukan transaksi seluritas perdagangan valuta asing, logam mulia, transaksi derivatif dan barang lainnya untuk kepentingan sendiri apabila tidak terjadi benturan kepentingan, pelanggaran peraturan inside trading dari Bapepam, dan peraturan Perundang-undang lainnya.

Pasal 6

a. Seluruh jajaran Bank harus mengetahui dan menyadari bahwa sekuruh informasi mengenai Bank dan nasabah yang diketahui bersifat rahasia dan wajib menjaga kerahasiaan informasi tersebut.

operasional Bank, dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan lainnya untuk kegiatan di luar Bank

c. Informasi mengenai kegiatan bisnis tidak dapat disebarluaskan kepada pihak ketiga kecuali oleh dan atas nama Bank serta diharuskan oleh peraturan perundang-undang yang berlaku.

d. Setiap permintaan informasi dari pihak luar mengenai nasabah Bank, pejabat Bank yang terkait harus bertindak sesuai dengan kebijakan dan prosedur intern bank yang telah ditetapkan. Jika ada keraguan, diharuskan untuk meminta petunjuk dari atasan langsung sebelum iformasi tersebut diberikan.

e. Untuk menghindari penyalahgunaan, penyebaran informasi nasabah di lingkungan intern Bank dilakukan secara hati-hati dan hanya kepada pihak yang berkepentingan.

f. Seluruh jajaran Bank dilarang untuk menyebarluaskan informasi kepada pihak luar mengenai :

1. Kegiatan Bank dengan Pemerintah Republik Indonesia. 2. Kebijakan Internal serta prosedur kerja Bank

3. Manajemen Sistem Informasi, data dan laporan 4. Data karyawan, baik yang masih aktif maupun tidak 5. Kegiatan dengan nasabah dan rekanan

g. Kewajiban untuk menjaga hal-hal khusus yang harus dirahasiakan, tetap berlaku bagi mantan pegawai sesuai dengan Pasal 323 (1) KUHP.

Pasal 7

a. Seluruh jajaran Bank dilarang menyalahgunakan wewenang dan mengambil keuntungan baik langsung maupun tidak langsung dari pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan bisnis Bank untuk :

2. Keuntungan bagi anggota keluarganya 3. Keuntungan bagi pihak-pihak lainnya.

b. Seluruh jajaran Bank dilarang meminta atau menerima, mengizinkan, atau menyetujui untuk menerima suatu hadiah atau imbalan dari pihak keiga yang mendapatkan atau berusaha mendapatkan fasilitas dari Bank dalam bentuk fasilitas kredit “cash loan dan non cash loan” atau dalam rangka pembelian atau pendiskonloan surat-surat wesel, surat promes, cek , dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya ataupun fasilitas lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional Bank.

c. Seluruh jajaran Bank dilarang meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu hadiah atau imbalan dari pihak ketiga yang mendapatkan atau berusaha mendapatkan pekerjaan yang berkaitan dengan pengadaan barang maupun jasa dari Bank.

d. Dalam hal nasabah, rekanan, dan pihak-pihak lain memberikan bingkisan pada saat-saat tertentu seperti pada Hari Raya, perayaan tertentu, musibah dan lain-lainnya, apabila :

1. Akibat penerimaan bingkisan tersebut diyakini menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi keputusan Bank, dan

2. Harga bingkisan tersebut di luar batas yang wajar.

Maka anggota jajaran Bank yang menerima bingkisan tersebut harus segera mengembalikan bingkisan tersebut dengan penjelasan secara sopan bahwa seluruh jajaran Bank tidak diperkenankan menerima bingkisan,

e. Dalam hal pembelaan bingkisan sebagaimana disebutkan dalam bulir di atas, karena satu dan hal lain hal sulit dikembalikan, anggota jajaran Bank yang menerima bingkisan tersebut harus segera melaporkan kepada atasannya untuk mengambil tindak lanjut yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

seluruh jajaran Bank harus berusaha mendapatkan harga yang terbaik dengan potongan harga yang maksimal.

g. Dalam hal nasabah, rekanan, dan pihak-pihak lain memberikan barang promosi, maka sepanjang akibat penerimaan barang promosi tersebut diyakini tidak menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi keputusan Bank, anggota jajaran Bank dimungkinkan untuk menerima barang promosi tersebut.

h. Seluruh jajaran Bank tidak diperkenankan menggunakan jabatannya untuk meminjam dari nasabah atau berhutang kepada nasabah.

Pasal 8

a. Insiders yang memiliki informasi rahasia tidak diperkenankan menggunakan informasi tersebut untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri maupun keluarganya atau pihak ketiga lainnya dengan :

1. Mempengaruhi nasabah atau individu atau institusi dalam melakukan transaksi dengan Bank

2. Menyebarluaskan Informasi tersebut kepada nasabah atau individu atau institusi b. Seluruh jajaran Bank dilarang untuk menggunakan informasi intern untuk melakukan

pembelian, ataupun memperdagangkan sekuritas, kecuali jika informasi tersebut ialah diketahui oleh publik secara luas

c. Pada setiap saat, insiders tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan posisinya dan mengambil keuntungan bagi dirinya sediri untuk mempengaruhi proses keputusan yang berhubungan dengan dirinya.

d. Pengambilan keputusan untuk menjual atau membeli aset bank serta jasa lainnya harus dilakukan dengan mengutamakan kepentingan Bank tanpa dipengaruhi oleh insiders, apalagi bila diakibatkan oleh adanya pemberian hadiah, entertainment dsb.

a. Bank adalah industri yang sarat dengan peraturan (highly regulated industry) sehingga akurasi data yang disajikan oleh Bank benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

b. Seluruh jajaran Bank, baik atas inisiatif sendiri, perintah atasan maupun atas permintaan siapapun, tidak diperkenankan untuk membukukan, mengubah, dan atau menghapus data secara tidak benar, menyesatkan, atau sengaja mengaburkan suatu transaksi.

c. Seluruh jajaran Bank harus mengikuti prosedur standar yang telah ditetapkan oleh Bank, dimana semua perubahan atau penghapusan data hanya dapat dilakukan dengan otorisasi dari pejabat yang bertanggung jawab.

d. Seluruh jajaran Bank dilarang melakukan kecurangan dengan memanipulasi kuitansi/bukti pengeluaran biaya, kuitansi pengobatan dan/atau kuitansi dokter yang punya hubungan khusus sehingga menimbulkan biaya yang tidak wajar

Pasal 10

a. Seluruh jajaran Bank, baik secara individu maupun secara bersama-sama senantiasa berupaya untuk tidak terlibat dalam hal-hal yang dapat melemahkan atau menurunkan integritas sistem perbankan di indonesia

b. Seluruh jajaran Bank akan mengambil langkah-langkah tegas untuk memastikan bahwa dirinya tidak diperalat untuk kegiatan kriminal ataupun tidak legal lainnya.

c. Seluruh jajaran Bank harus senantiasa mawas diri dan menghindarkan keterlibatan Bank dalam kegiatan money laundering, termasuk secara individu tidak terlibat dalam penggunaan maupun perdagangan narkotika dan obat-obatan berbahaya.

d. Bank memiliki kebijakan “know Your customer” yang efektif dan prosedur yang komprehensif tanpa harus mengorbankan kepentingan nasabah.

Pasal 11.

a. Untuk memudahkan pembayaran gaji dan layanan lain yang menjadi haknya, Bank mewajibkan seluruh jajaran Bank untuk memelihara rekening pada Bank.

b. Bank harus dapat memastikan bahwa seluruh rekening karyawan cabang yang dibuka pada cang sendiri disupervisi dan diteliti, untuk memastikan bahwa penggunaan rekening tersebut sesuai dengan segala pesyaratan yang diatur dalam kebijakan personalia Bank dengan tetap memperhatikan ketentuan kerahasiaan Bank.

Pasal 12

a. Seluruh jajaran Bank harus membuat pernyataan tahunan (annual disclosure) sebagaimana terlampir dalam keputusan ini, yang brkaitan dengan pelaksanaan code of conduct ini, yang disebabkan antara lain :

1. Adanya hubungan keluarga atau kepentingan

2. Penerimaan hadiah/imbalan, bigkisan dan barang promosi 3. Pemberian kompensasi oleh pihak luar Bank

4. Sumber pendapatan lainnya di luar gaji, bonus dan tabungan pribadi. 5. Insider trading.

b. Setiap pejabat penerima pernyataan harus dapat memahami bahwa pernyataan tahunan tersebut bersifat rahasia dan wajib menjaga kerahasiaannya.

Pasal 13.

a. Apabila terjadi pelanggaran atau ketidakpastiaan terhadap kebijakan ini, maka pelanggarnya dapat dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggrannya. Keputusan yang akan diambil oleh Bank sehubngan dengan hal ini, akan disesuaikan dengan jenis dan keseriusan pelanggaran yang terjadi serat evaluasi menyeluruh atas individu yang melakukan pelanggaran

b. Semua benturan kepentingan atau pelanggaran harus dilaporkan dan ditangani oleh masing- masing atasan karyawan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Karyawan non officer

Human Resources dan Office of Compliance. 2. Karyawan officer

Melaporkan kepada dan evaluasi oleh EVP Human Resources/Training dengan tindasan kepada Compliance Director

3. Anggota Executive Mangement

Melaporkan kepada dan evaluasi oleh komisaris atau legal counsel dari Bank dengan tindasan kepada Compensation Committee

4. Komisaris

Melaporkan kepada dan evaluasi oleh Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 14

a. Executive Management yang membidangi Human Resources bertanggungjwab dalan pelaksanaan dan dokumentasi ketentuan-ketentuan Code of Conduct.

b. Apabila karena suatu hal, baik yang berasal dari internal maupu eksternal menyebabkan code of conduct ini tidak relevan lagi maka executive management bidang human resources berkewajiban untuk mengusulkan penyesuaian dan pemutakhiran kepada Direksi dsn Komisaris Bank.

Pasal 15

a. Hal- hal yang tidak belum diatur dalm keputusan ini akan diatur secara tersendiri.

b. Mengingat materi surat edaran Direksi No. DIR/001/1999/ tanggal 20 Desember 1999 tentang larangan Menerima Hadiah/Imbalan/Menggunakan Fasilitas dari Pihak -Pihak yang berhubungan dengan Bank Mandiri telah dimasukkan dalam pedoman perilaku ini maka surat edaran tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.

c. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA BANK MANDIRI DITINJAU DARI UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN

A. Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian dalam hukum Perbankan di Indonesia Prinsip kehati-hatian (prudential principle) digunakan sebagai perlindungan secara tidak langsung oleh pihak perbankan terhadap kepentingan-kepentingan nasabah penyimpan dana dan terhadap kepentingan bank itu sendiri atas risiko kerugian yang timbul dari kebijaksanaan dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Penerapan prinsip kehati-hatian merupakan suatu upaya dan tindakan pencegahan yang bersifat internal oleh bank yang bersangkutan.

1. Prinsip kehati-hatian dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Prinsip kehati-hatian (prudential principle) adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati (prudential) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1998 bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati - hatian. Ada satu pasal dalam UU Perbankan yang secara eksplisit mengandung subtansi prinsip kehati-hatian, yakni Pasal 29 ayat (2), (3) dan (4) UU Nomor 10 Tahun 1998.

Adapun ketentuan Pasal 29 ayat (2) yaitu :

bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada alasan apapun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatn usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian

dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya diterapkan prinsip kehati- hatian dalam rangka penyaluran kredit.

Sedangkan Pasal 29 ayat (4) yaitu :

untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (4) sangat erat kaitannya dengan dua pasal sebelumnya menyangkut perlindungan bagi kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Hal menarik dalam ketentuan prinsip kehati-hatian bank adalah kewajiban bagi bank untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 29 ayat 4 diatas. Penyediaan informasi tersebut dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi mengenai bank menjadi lebih terbuka. Apabila informasi tersebut telah dilaksanakan maka bank dianggap telah melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan ini juga menunjukkan bahwa bank benar – benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya. 2. Prinsip kehati-hatian dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009

tentang Penerapan Manajemen Resiko Bank Umum

Risiko merupakan bahaya ancaman atau perlindungan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Resiko juga merupakan peluang: resiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan.55

Kata kuncinya adalah “tujuan” dan “dampak/sisi yang berlawanan” Penjelasannya adalah sebagai berikut: guna mempertahankan eksistensi kehidupan, maka diperlukan suatu

55

tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan tindakan atau aktivitas. Aktivitas memiliki resiko jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya, aktivitas memberikan peluang untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Acuan dasar penerapan manajemen risiko dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 11/25/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Perubahan atas Surat Edaran No. 5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang dilaksanakan melalui suatu kerangka kerja dan tata kelola manajemen risiko dan mengikuti tahapan proses manajemen risiko yaitu identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko pada semua level.

Sejalan dengan adanya perlambatan ekonomi global, kenaikan harga BBM, dan perubahan pemerintahan, tahun 2014 Indonesia masih menghadapi pertumbuhan ekonomi yang volatile. Bank Mandiri melakukan pengelolaan risiko secara proaktif dan antisipatif, antara lain melalui stress testing dan penyusunan contingency plan serta tetap mengoperasikan Business Command Center sebagai suatu crisis management center yang terintegrasi.

Dalam penerapan manajemen risiko dikenal 8 (delapan) jenis risiko sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu :

1. Risiko Kredit

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko kredit memiliki dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank” (11/25/PBI/2009). Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit di Bank Mandiri dilakukan secara terintegrasi oleh Business Unit, Credit Operation Unit, dan Credit Risk Management Unit. Dalam pelaksanaannya, didukung oleh sistem yang

terintegrasi dan dilakukan secara end-to-end. 2. Risiko Pasar

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko pasar memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko termasuk risiko perubahan harga option” (11/25/ PBI/2009).

Manajemen risiko pasar di Bank Mandiri meliputi trading book, banking book, nilai tukar, dan manajemen pricing

3. Risiko Likuiditasi

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko likuiditas didefinisikan sebagai berikut: “Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank” (11/25/PBI/2009).

Kondisi likuiditas dipengaruhi oleh struktur pendanaan, likuiditas aset, kewajiban kepada counterparty, dan komitmen kredit kepada debitur. Bank Mandiri mengukur risiko likuiditas dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan rasio, yaitu nominal stoke based dan flow based.

4. Risiko Operasional.

Dengan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia, risiko operasional memiliki definisi sebagai berikut: “Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

Dokumen terkait