• Tidak ada hasil yang ditemukan

3

ruang kelas yang dibutuhkan pada periode pendidikan 2011/2012 sehingga diketahui berapa ruang kelas yang dibutuhkan sesuai jumlah siswa pada periode tersebut.

Letak persebaran sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu baik faktor geografi atau non geografi. Demikian halnya dengan persebaran sekolah SD dan SMP di Kecamatan Lasem. Ada beberapa sekolah yang terletak di desa terpencil di bukit-bukit dan ada pula sekolah yang terletak saling berdekatan di pusat kota. Dengan diketahui pola persebaran sekolah di Lasem maka akan mempermudah jalannya program pemeratan pendidikan di Kabupaten Rembang sesuai dengan indikator yang tetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang yakni :

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan :

Suatu petunjuk atau keterangan yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan dilihat dari segi peningkatan dan pemerataan partisipasi / akses pendidikan

2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing :

Suatu petunjuk atau keterangan yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan masyarakat yang bermutu, berdaya saing, dan relevansi dengan kebutuhan masyarakat.

3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan Publik :

Suatu petunjuk atau keterangan yang dapat digunakan untuk mengukur

keberhasilan pembangunan pendidikan dengan mewujudkan sistem

pengelolaan pendidikan yang efisien, efektif, dan akuntabel dengan menekankan pada peranan desentralisasi dan otonomi pendidikan di setiap jenjang pendidikan dan masyarakat, dan meningkatkan citra publik.

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti bermaksud meneliti

tentang ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA SD/MI

DAN SMP/MTs DI KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG TAHUN 2012.

commit to user

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Pentingnya program wajib belajar 9 tahun sebagai pendidikan dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak disetiap wilayah.

2. Belum diketahuinya pola persebaran bangunan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama untuk memperlancar program pemerataan pendidikan di Kecamatan Lasem .

3. Belum lengkapnya ketersediaan sarana prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 tahun 2007 mengenai

Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah(SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs) untuk menunjang kualitas pendidikan di Kecamatan Lasem.

4. Belum lengkapnya ketersediaan sarana prasarana SD/MI dan SMP/MTs sehingga belum diketahuinya ketersediaan ruang kelas yang disediakan oleh sekolah tersebut.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana distribusi dan pola spasial Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) di Kecamatan Lasem tahun 2012?

2. Bagaimana ketersediaan sarana prasarana di SD/MI dan SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs).

commit to user

5

3. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SD/MI yang tersedia di Kecamatan Lasem?

4. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SMP/MTs yang tersedia di Kecamatan Lasem?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Distribusi dan pola spasial Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)

dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) di Kecamatan Lasem tahun 2012.

2. Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana ditiap-tiap SD/MI dan SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs.

3. Ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SD/MI yang tersedia di Kecamatan Lasem.

4. Ketersediaan sarana dan prasarana (ruang kelas) SMP/MTs yang tersedia di Kecamatan Lasem.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang geografi khususnya pemetaan dan mengkaji secara spasial keberadaan SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem.

b. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya di lapangan.

commit to user

6

2. Manfaat Praktis a. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kualitas sarana dan prasarana di SD/MI dan SMP/MTs di kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2012.

b. Program Studi Pendidikan Geografi

Sebagai bahan pustaka dan media pembelajaran bagi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

c. Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang

Sebagai salah satu acuan bagi Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten Rembang dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kelancaran program pemerataan pendidikan disetiap daerah terutama tingkat kecamatan.

commit to user

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Spasial

Beberapa ahli mengemukakan tentang distribusi spasial antara lain Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) menyebutkan bahwa analisis spasial mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang

(areal data).

Pada hakekatnya analisis spasial adalah analisis lokasi yang menitik-beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74). Analisis spasial ada dua bentuk yaitu analisis spasial berbasis sistem informasi geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan analisis spasial yang berbasis sistem informasi geogafis lanjut (Advanced GIS-based spatial analysis). (http://infomygis.blogspot.com.)

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola

(spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk

pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: a) kenampakan titik (point features), b) kenampakan garis (line features), dan c) kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan

commit to user

8

distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features,

dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik

(mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati (Yunus, 2007: 52-53).

2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketersediaan berasal dari kata sedia yang berarti siap. Ketersediaan yakni kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan di waktu yang telah ditentukan. Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan fisik, baik dalam fisik, mental serta emosional sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses pendidikan yang memanfaatkan fisik untuk menghasilkan perubahan. Jadi pengertian sarana dan prasarana adalah semua yang menunjang segala kegiatan demi tercapainya suatu tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Daien (1990: 54-57) sarana adalah fasilitas yang terdapat di dalam suatu institusi yang digunakan oleh institusi tersebut yang bersangkutan untuk menunjang proses pendidikan dalam mencapai maksud dan tujuan institusi. Adapun sarana pendidikan yaitu peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses proses belajar mengajar. (http//amirblogspot.co.id//pendidikan//mutu//org)

Berdasarkan pemikiran di atas, sarana dapat dikatakan pula sebagai sarana fisik dalam dunia pendidikan yang berfungsi sebagai kelengkapan sekolah atau alat pengajaran untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah atau institusi yang terkait, sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.

commit to user

9

Beberapa contoh dalam pengelompokkan antara sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah ataupun instalasi pendidikan, diantaranya adalah :

a. Bentuk sarana

Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa sarana dalam dunia pendidikan berbentuk :

1) Bangunan sekolah

2) Ruang-ruang kelas ( meja, kursi, lemari, lampu)

3) Ruang guru

4) Kamar mandi dan tempat ibadah 5) Papan tulis dan alat tulis pembelajaran

6) Sarana peraga ( globe, peta, dan media pembelajaran lainnya )

Hal ini menunjukkan bahwa sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan. b. Bentuk prasarana

Prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat dikatakan bahwa prasarana dalam dunia pendidikan berbentuk :

1) Halaman

2) Kebun atau taman sebagai pembelajaran biologi 3) Lapangan olahraga

4) Perpustakaan

5) Ruang atau tempat guru piket 6) Jadwal belajar semua kelas

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah SMA/MA seharusnya SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

commit to user

10 1) ruang kelas, 2) ruang perpustakaan, 3) laboratorium IPA, 4) ruang pimpinan, 5) ruang guru, 6) tempat beribadah, 7) ruang UKS, 8) jamban, 9) gudang, 10)ruang sirkulasi, 11)tempat bermain/berolahraga.

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) ruang kelas,

2) ruang perpustakaan, 3) ruang laboratorium IPA, 4) ruang pimpinan, 5) ruang guru, 6) ruang tata usaha, 7) tempat beribadah, 8) ruang konseling,

9) ruang UKS,

10) ruang organisasi kesiswaan, 11) jamban,

12)gudang,

13)ruang sirkulasi,

commit to user

11

Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) ruang kelas,

2) ruang perpustakaan, 3) ruang laboratorium biologi, 4) ruang laboratorium fisika, 5) ruang laboratorium kimia, 6) ruang laboratorium komputer, 7) ruang laboratorium bahasa, 8) ruang pimpinan,

9) ruang guru, 10) ruang tata usaha, 11) tempat beribadah, 12) ruang konseling, 13) ruang UKS,

14) ruang organisasi kesiswaan, 15) jamban,

16) gudang, 17) ruang sirkulasi,

18) tempat bermain/berolahraga

Adapun hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan proses pendidikan dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama dengan pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif, efisien dan lengkapnya ketersediaan sarana dan prasarana dapat menunjang proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara langsung menunjang pelaksanaan pembelajaran di sekolah seperti: ruang,

commit to user

12

perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang laboratorium, dan lain-lain.

3. Sekolah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sekolah merupakan salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Melihat kenyataannya hingga sekarang sekolah masih dipercaya oleh sebagian besar anggota masyarakat sebagai salah satu tempat untuk belajar, berlatih kecakapan, menyerap pendidikan atau tempat proses mendewasakan anak. Menurut Hasbullah (2005: 45-46) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga, bersifat formal namun tidak kodrati. Kendatipun demikian banyak orangtua (dengan berbagai alasan) menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkahlaku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara itu, dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum.

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru (http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah). Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala

commit to user

13

sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas lain.

4. Pengertian Peta dan Pemetaan

Menurut International Cartographic Asociation (ICA) dalam Sinaga (1999: 1) peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui suatu sistem proyeksi. Peta menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan kecakapan untuk membuat dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya. Menurut Suyono dan Masrubi (1983: 1) peta secara umum diartikan sebagai gambaran roman muka bumi yang diperkecil menurut aturan tertentu. Gambaran tersebut bersifat alamiah, bersifat kulturil, maupun keduanya. Gambaran tersebut dilukiskan pada bidang yang horizontal dengan bidang tertentu.

Semua peta mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah pengetahuan dan pemahaman geografikal bagi si pengguna peta. Dalam perencanaan pembangunan, hampir semua memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut dimulai. Menurut Villanueva (1978: 2) adapun fungsi peta misalnya sebagai berikut:

a. Memperlihatkan posisi atau lokasi relative

b. Memperlihatkan ukuran (dari petandapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi).

c. Memperlihatkan bentuk-bentuk obyek di permukaan bumi dengan skala tertentu.

d. Menghimpun dan menyeleksi (peta menghimpun data dari suatu daerah dan menyatakannya di atas permukaan dengan ukuran yang secukupnya).

commit to user

14

Dari pengertian peta di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dan digambarkan menurut ukuran geometris pada suatu bidang datar dengan simbol yang digeneralisir untuk mewakili kenampakan-kenampakan sebenarnya antara lain dengan penyederhanaan, klasifikasi, penghilangan dan pembesaran.

Menurut Sukoco (1999: 7) peta dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Contoh peta umum adalah Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut dengan Topographic Map.

b. Peta Tematik

Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi, dll.). Umumnya peta tematik dibuat dari peta umum yang diambil beberapa informasi yang berkaitan dengan penelitian yang kemudian dijadikan peta dasar dalam pembuatan peta tematik, kemudian ditambahkan data tematik kedalam peta dasar tersebut.

Contoh peta tematik adalah peta kepadatan penduduk, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta geologi dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan dihasilkan beberapa peta tematik yang berhubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana SD/MI dan SMP/MTs di Kecamatan Lasem tahun 2012.

Menurut Sinaga (1995: 7) berdasarkan skalanya, peta dibedakan menjadi: a. Peta skala sangat besar, yaitu peta dengan skala > 1:10.000

b. Peta skala besar, yaitu peta dengan skala > 1:100.000 – 1:10.000 c. Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala > 1:1.000.000 – 1:100.000 d. Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala < 1:1.000.000

Menurut Villanueva (1978: 33) ada beberapa cara dalam menyampaikan skala peta sebagai berikut:

commit to user

15

Yaitu skala yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan, yang dinyatakan dalam bentuk angka / pecahan. Contoh:

− Skala angka (Numerical Scale) 1 : 50.000

− Skala pecahan (Representative Fraction) 1/50.000 b. Skala verbal (verbal scale)

Yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau skala yang menunjukkan jarak inci di peta sesuai dengan sejumlah mil di lapangan.

Contoh: one ince to one mile 1 : 63.660 c. Skala Grafis

Yaitu skala yang ditunjukkan dengan garis lurus, yang dibagi-bagi dalam bagian yang sama. Setiap bagian menunjukkan bagian yang sama pula. Contoh dari skala angka 1:50000 menjadi skala grafis sebagai berikut:

0.5 0 0.5 1 1.5 2 Km

Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa, mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai yang tinggi baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiennya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya (Sinaga 1995:3).

Suatu alat bantu yang efisisen untuk menyajikan data keruangan adalah peta. Untuk menyajikan peta yang baik, dalam arti peta yang memenuhi syarat-syarat secara kartografis, maka harus dilakukan melalui proses yang runtun dan baik pula. Menurut Murchke pemrosesan kartografi seperti yang disajikan dalam bentuk skema berikut ini:

commit to user

16

T1 T2 T3

T3=(T2) ¹

Gambar 1. Proses Kartografi

Keterangan:

Real World : Data Lapangan.

T1 : Pengumpulan Data.

Raw Data : Data mentah hasil pengumpulan data.

T2 : Proses pengolahan data yang meliputi analisis, klasifikasi dan simbolisasi pada peta (transformasi).

Map : Peta yang dihasilkan.

T3 : Pembaca dan interpretasi peta dengan harapan pengguna peta dapat memahami dan memperoleh gambaran tentang data aslinya.

Map Image : Pengertian/kesan dari pengguna peta sehubungan dengan

peta yang dibaca.

T3=(T2) ¹ : Berarti tahap pembacaan peta (T3) merupakan tahap yang tidak dapat dilepaskan atau erat kaitannya dengan tahap pemetaan (T2 ) semakin baik tahap pemetaan data akan lebih memudahkan pengguna peta dalam pembacaan peta yang didukung oleh data mentah sebagai sumber datanya.

5. Konsep Pemetaan

Peta sebagai alat komunikasi dari si pembuat peta kepada pengguna peta atau pembaca peta mengenai informasi tertentu, maka pengguna atau pembaca peta harus mampu mengungkapkan data aslinya. Supaya data yang dihasilkan sesuai yang diharapkan, dimengerti dan memberi gambaran yang jelas, rapi dan

Real World Raw Data MAP Map

commit to user

17

bersih maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai desain peta, desain peta dasar dan desain isi peta atau simbol.

Dalam membuat peta, perlu memperhatikan desain tata letak peta. Hal ini dimaksudkan supaya peta tampak lebih serasi, seimbang dan harmonis, maka penempatan dan pengaturan informasi dibuat sedemikian rupa sehingga komposisinya betul dan menarik bagi pengguna peta sehingga akan mempermudah dibaca dan dimengerti. Agar peta lebih mudah dibaca oleh pengguna peta maka harus dilengkapi dengan keterangan tepi (marginal

information). Dalam penempatan dan pengaturan informasi tepi ini perlu

diperhatikan :

a. Bagian yang kosong dalam lembar peta. b. Skala peta yang digunakan

c. Keseimbangan dalam meletakkan informasi tepi pada peta.

Informasi tepi yang dimaksud dalam peta antara lain: judul peta, skala peta, legenda, orientasi, sumber peta dan sumber data, pembuat, nomor peta, garis tepi, garis grid, dan insert. Menurut Sinaga (1995: 37) desain tata letak peta (layout peta) dapat dicontohkan sebagai berikut :

Gambar 2. Desain Tata Letak Peta Keterangan :

1. Judul Peta 6. Sumber

commit to user

18

3. Orientasi 8. Grid

4. Legenda 9. Garis Tepi

5. Peta inset

Dalam mendesain peta harus diperhatikan maksud, tujuan dan metode pemetaannya, dengan demikian peta yang dihasilkan akan nampak harmonis, menarik dan yang penting dapat memberikan informasi yang representatif, mudah dibaca dan mudah dipahami oleh pengguna peta. Dengan kata lain suatu peta untuk dapat dipergunakannya seharusnya antara pembuat peta dan desain peta dengan fungsi peta mempunyai kaitan yang erat.

Selain itu dengan pendekatan semiologis akan mempermudah dalam menyajikan data secara grafis, yaitu :

a. Analisis informasi, dalam melakukan analisis terhadap informasi ada beberapa hal yang dilakukan antara lain:

1) Menentukan jumlah komponen (variabel) informasi yang terlibat.

2) Menentukan panjang komponen.

3) Menentukan tingkat organisasi komonen.

b. Memilih dan menentukan tingkat persepsi visual simbol yang digunakan untuk mencerminkan informasi yang ditetapkan.

c. Memilih dan menentukan variabel yang paling sesuai. d. Melakukan desain simbol.

e. Meletakkan simbol, simbol yang dibuat kemudian diletakkan pada peta dasar yang telah disiapkan dari masing-masing data yang akan dihasilkan.

Dalam keseluruhan desain peta tersebut, maka desain simbol peta mempunyai peranan penting karena simbol merupakan alat bantu komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Secara garis besar simbol-simbol yang digunakan dalam peta tematik hanya mempunya ketentuan menurut temanya saja.

Pembuatan desain simbol tidak hanya diperhatikan arti dan bentuk dari simbol saja, tetapi masih ada juga hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek-aspek

commit to user

19

variabel dan persepsinya. Dalam penggambaran suatu simbol masing-masing mempunyai suatu keunggulan dan kelemahan, maka dalam hal ini dipilih simbol yang memiliki lebih banyak keunggulannya daripada kelemahannya, selain itu juga dalam menentukan simbol yang digunakan tersebut harus diperhatikan bahwa:

a. Simbol kelihatan jelas dan mudah dimengerti. b. Simbol harus kelihatan harmonis dan menarik.

c. Simbol dapat mencerminkan nilai data yang diwakilinya.

6. Pengertian Data

Dokumen terkait