• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user dengan:

0 = kecepatan sudut awal (rad/s) t = kecepatan sudut saat t (rad/s)

= pecepatan sudut 2

s rad t = waktu (s)

4) Kinematika Rotasi

a) Gerak Rotasi Beraturan

Gerak rotasi beraturan didefinisikan sebagai gerak rotasi dengan kecepatan sudut konstan atau percepatan sudut nol. Bedasarkan persamaan (2.30) diperoleh

dt

t 0

Karena kecepatan sudut konstan, maka

t = 0 dt

= 0 t 0t 0 t 0

t = 0 t

(2.35) dengan:

0 = posisi sudut awal (rad)

t = posisi sudut saat t (rad) = kecepatan sudut (rad/s)

t = waktu (s)

b) Gerak Rotasi Berubah Beraturan

Gerak rotasi berubah beraturan didefinisikan sebagai gerak rotasi dengan percepatan sudut konstan. Berdasarkan persamaan (2.34), diperoleh

t

t

dt

0 0

Karena percepatan sudut konstan, maka

commit to user

Posisi sudut dapat ditentukan dengan memasukkan persamaan (2.36) ke persamaan (2.30), sehingga t = t

dt

0 0 = t = 0 0 t2 2 1 t dengan :

0 = posisi sudut awal (rad)

t = posisi sudut saat t (rad) 0 = kecepatan sudut awal (rad/s)

= percepatan sudut rad s2

t = waktu (s)

B. Penelitian yang Relevan

1. Yunita Kurnia Sholfiani (2006) menyimpulkan bahwa Tes diagnostik Fisika pokok bahasan Kinematika Gerak Lurus yang disusun terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal esai. Memiliki taraf kesukaran soal rata-rata sedang. Untuk soal pilihan ganda: 10 soal tergolong mudah, 15 soal tergolong sedang, dan 5 soal tergolong sukar. Untuk soal esai: 1 soal tergolong sedang dan 4 soal tergolong sulit. Dan daya pembeda soal rata-rata cukup. Untuk soal pilihan ganda: 11 soal tergolong baik, 11 soal tergolong cukup, 7 soal tergolong jelek, dan 1 soal tergolong sangat jelek. Untuk soal esai: 2 soal tergolong baik sekali, 1 soal tergolong cukup, dan 2 soal tergolong jelek. 2. Saparini (2009) menyimpulkan bahwa mahasiswa memiliki miskonsepsi pada

pokok bahasan optik geometri. Miskonsepsi terjadi pada beberapa konsep dengan tingkatan yang berbeda-beda (terdukung data). Adapun profil miskonsepsi yang dimiliki oleh mahasiswa dengan prosentase lebih dari 30 % adalah sebagai berikut: 1). Pada siang hari, mahasiswa berpendapat bahwa

(2.37)

commit to user

cahaya merambat tetapi hanya sampai pengamat saja; 2). Cepat rambat cahaya lampu senter lebih cepat dari cepat rambat cahaya lilin yang menyala, sebab intensitas cahaya lampu senter lebih besar dari pada intensitas cahaya lilin yang menyala; 3). Cepat rambat cahaya matahari lebih cepat dari cepat rambat cahaya lampu senter, sebab intensitas cahaya matahari lebih besar dari pada intensitas cahaya lampu senter; 4). Ketika merambat di udara, cepat rambat cahaya matahari lebih cepat dari cepat rambat cahaya lampu senter, sebab ketika merambat pada medium yang sama intensitas cahaya matahari lebih besar dari pada intensitas cahaya lampu senter; 5). Pengamat mengamati ikan yang berada dalam air dengan posisi mata tegak lurus ikan, menurut pengamat ikan tersebut akan kelihatan lebih kecil dari ukuran sebenarnya, sebab ketika melihat ikan sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal; 6). Bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung selalu maya, tegak dan diperkecil, sebab bayangan yang terbentuk selalu di antara cermin dan fokus cermin cembung; 7). Panjang fokus cermin lengkung sferis selalu sama dengan ½ radius kelengkungan cermin sebab fokus cermin lengkung sferis terbentuk dari perpotongan beberapa sinar pantul; 8). Panjang fokus lensa kacamata positif ketika digunakan di udara maupun di dalam air adalah sama sebab panjang fokus lensa tidak dipengaruhi oleh medium; 9). Panjang fokus lensa kacamata negatif ketika digunakan di udara maupun di dalam air adalah sama sebab panjang fokus lensa tidak dipengaruhi oleh medium; 10). Kamera akan menghasilkan Gambar yang lebih besar jika diameter lensa kamera tersebut besar.

3. Haris Ady Saputra (2011) menyimpulkan bahwa siswa SMA N 3 Surakarta dan siswa SMA N 5 Surakarta teridentifikasi memiliki miskonsepsi pada pokok bahasan Listrik Dinamis. Adapun profil miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa SMA N 3 Surakarta dengan persentase rata-rata siswa tiap tipe miskonsepsi lebih dari 30 % adalah sebagai berikut: 1). Model konsumsi arus, siswa beranggapan bahwa arus berkurang setiap melewati lampu atau hambatan; 2). Baterai lebih dianggap sumber arus; 3). Baterai dianggap sebagai sumber arus tetap; 4). Adanya pemikiran sequential reasoning; 5).

commit to user

Miskonsepsi tentang bentuk atau topologi rangkaian; 6). Miskonsepsi tentang beda potensial. Sedangkan profil miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa SMA N 5 Surakarta dengan persentase rata-rata siswa tiap tipe miskonsepsi lebih dari 30 % adalah sebagai berikut: 1). Batere lebih dianggap sebagai sumber arus; 2). Batere dianggap sebagai sumber arus tetap; 3). Adanya pemikiran sequential reasoning; 4). Miskonsepsi tentang bentuk atau topologi rangkaian; 5). Miskonsepsi tentang beda potensial.

4. Anggraeni Dwi Susilowati (2011) menyimpulkan bahwa siswa kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo teridentifikasi memiliki miskonsepsi pada pokok bahasan Optik Geometri. Adapun hasil uji coba instrumen miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo adalah sebagai berikut: Uji Coba I dilakukan pada siswa kelompok kecil dengan jumlah responden 42 siswa dan diperoleh hasil sebanyak 4 soal belum dapat dipakai untuk mengungkap miskonsepsi siswa minimal 10 % dari jumlah responden. Untuk rata-rata persentase derajat pengungkapan konsep terdapat 2 konsep yang belum memenuhi patokan minimal 50 % dapat mengungkap miskonsepsi siswa. Besarnya reliabilitas instrument tes saat uji coba I adalah 0,29 sehingga termasuk kategori rendah yang berarti instrument tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsep siswa masih rendah. Uji Coba II yang dilakukan pada siswa kelompok besar dengan jumlah responden 78 siswa dan semua soal sudah dapat dipakai untuk mengungkap miskonsepsi siswa minimal 10 % dari jumlah responden. Untuk rata-rata persentase derajat pengungkapan konsep semuanya telah memenuhi patokan minimal 50 % dapat mengungkap miskonsepsi siswa. Besarnya reliabilitas instrumen tes saat uji coba II adalah 0,69.

C. Kerangka Berpikir

Setiap siswa memiliki konsepsi-konsepsi sendiri yang telah mereka dapatkan dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Saat pembelajaran berlangsung, seringkali ada perbedaan antara konsep yang telah tertanam dalam diri siswa dengan konsep para ahli. Suatu konsep yang berbeda dengan konsep para ahli inilah yang dinamakan miskonsepsi atau salah konsep. Jika

commit to user

kesalahan konsep ini tidak segera ditangani, maka dapat menghambat proses penerimaan konsep / materi selanjutnya. Oleh karena itu, masalah ini perlu segera ditangani dengan cara melakukan diagnosis terhadap miskonsepsi yang dimiliki siswa. Diagnostik dapat dilakukan dengan cara memberikan tes

Dokumen terkait