• Tidak ada hasil yang ditemukan

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (avery good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative Non centrality Indeks (RNI). Indekx ini diperoleh dengan rumus :

db -Cb d -C -1 RNI CFI= =

Dimana C adalah diskrepansi dari model yang dievaluasi dan d adalah derajat bebasnya. Sementara cb dan db adalah diskrepansi dan derajat bebas dari baseline model yang dijadikan pembanding.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian 4.1.1. Gambar an Umum Per usahaan

Salah satu pioner dan merupakan produsen kecap manis terbesar di Indonesia adalah PT. Heinz ABC dengan produk andalannya yaitu kecap manis ABC. PT. Heinz ABC dengan kecap manis merek ABC sebagai salah satu produk unggulannya telah menguasai pasar kecap manis di Indonesia selama bertahun-tahun. Awalnya, kecap ABC di produksi oleh perusahaan sekelas UKM, lalu pada February 1999, saham mayoritas pendiri kecap yang terdiri atas tujuh varian ini dibeli oleh HJ Heinz Co. Dengan pengambil alihan saham ini maka nama perusahaan menjadi PT Heinz ABC Indonesia. Alsan dalam melakukan akuisisi ini adalah dengan melihat potensi pasar Indonesia cukup besar dan menjanjikan. Nama ABC yang telah melekat di hati keluarga Indonesia menjadi kekuatan fondasi bagi Heinz untuk menghadirkan produk yang lebih beragam. PT HAI pun memiliki kebijakan mutu sendiri yaitu PT HAI bertanggung jawab untuk menghasilkan produk yang bermutu, aman dikonsumsi, halal, sesuai peraturan yang berlaku serta dapat memenuhi kepuasan konsumen melalui upaya peningkatan mutu, produktivitas dan kualitas sumber daya manusia yang berkenasimbungan.

Visi

Menjadi Perusahaan makanan dan minuman terdepan yang unggul dalam inovasi, mutu dan nilai

Misi

Membangun lingkungan kerja bermotivasi tinggi dimana karyawan berjuang dalam membentuk tim berkinerja tinggi-HAI (berlandaskan pada kepercayaan, perdebatan, yang sehat, komitmen, pertanggungjawaban, dan pencapaian hasil kelompok) yang dapat melampaui keinginan ”Stakeholder”

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Gambar an Umum Keadaan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang melihat iklan kecap ABC, setelah disebarkan kuesioner maka jumlah responden dalam penelitian ini adalah berjumlah 110 orang.

1. Desk r ipsi Kar ak ter isitik Responden Ber dasarkan J enis Kelamin

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Perempuan 110 100

Total 110 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden dalam penelitian ini adalah perempuan yakni sebanyak 110 orang atau sebesar 100%, dan tidak ada responden laki-laki dalam penelitian ini.

2. Desk r ipsi Responden Ber dasa rkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 17-26 Tahun 30 27,2

2 27-36 Tahun 34 30,9

3 > 36 Tahun 46 41,9

Total 110 100

Sumber : Hasil penyebaran kuesioner

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia lebih dari 36 tahun yakni sebanyak 46 responden atay 41,9%, responden yang berusia 27-36 tahun sebanyak 34 responden atau 30,9% dan responden yang berusia 17-26 tahun sebanyak 30 responden atau 27,2%

3. Desk r ipsi Kar ak ter isitik Responden Ber dasarkan Pendidikan Akhir Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 SMA 48 43,6

2 Diploma 29 26,3

3 S1 33 30,1

Total 110 100

berpendidikan terakhir SMA sebanyak 48 responden atau 43,6%, Diploma sebanyak 29 orang atau 26,3%, dan berpendidikan terakhir S1 sebesar 33 responden atau 30,1%

4.2.2. Deskr ipsi Var iabel Ekuitas Mer ek

Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suaut merek , nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Berikut adalah deskripsi variabel ekuitas merek berdasarkan dimensinya masing-masing:

1. Brand awareness (Kesadar an Mer ek)

Brand awarness adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali pada suatu merek. Berikut aalah deskripsi variabel Brand awareness (Kesadaran Merek):

Tabel 4.4.

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Dimensi Brand awarness

No. Pernyataan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1

Konsumen langsung teringat kecap merek ABC ketika pertama kali disebutkan nama kecap

0 4 45 46 15 110

Prosentase 0 3,6 40,9 41,8 13,6 100

2

Konsumen dapat mengingat kecap merek ABC tanpa bantuan media promosi seperti halnya iklan

0 7 54 40 9 110

Prosentase 0 6,4 49,1 36,4 8,2 100

3

Konsumen mulai dapat mengenal kembali kecap merek ABC dengan bantuan media promosi seperti halnya iklan

0 5 56 43 6 110

Prosentase 0 4,5 50,9 39,1 5,5 100

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui deskripsi dimensi

Brand awarness adalah sebagai berikut :

a. Pada item pernyataan pertama mengenai konsumen langsung teringat kecap merek ABC ketika pertama kali disebutkan nama kecap sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 46 jawaban atau 41,8%

b. Pada item pernyataan kedua mengenai konsumen dapat mengingat kecap merek ABC tanpa bantuan media promosi seperti halnya iklan sebagian besar responden netral terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 3 sebanyak 54 jawaban atau 49,1%.

c. Pada item pernyataan ketiga mengenai konsumen mulai dapat mengenal kembali kecap merek ABC dengan bantuan media promosi seperti halnya iklan sebagian besar responden sebagian besar responden netral terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor terbanyak ada pada skor 3 sebanyak 56 jawaban atau 50,9%

2. Brand Association (Asosiasi Merek)

Brand association atau asosiasi merek adalah segala sesuatu yang terdapat di dalam ingatan atau memori seseorang mengenai suatu merek. Berikut adalah deskripsi variabel Brand association :

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Brand association

No. Pernyataan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1 Konsumen dapat mengingat dengan jelas

atribut-atribut (kemasan, harga) kecap ABC 0 5 64 35 6 110

Prosentase 0 4,5 58,2 31,8 5,5 100

2 Konsumen merasa mendapatkan banyak

manfaat setelah menggunakan kecap ABC 0 1 53 47 9 110

Prosentase 0 0,9 48,2 42,7 8,2 100

Sumber : Jawaban Kuesioner

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui deskripsi dimensi

Brand association adalah sebagai berikut :

a. Pada item pernyataan pertama mengenai konsumen dapat mengingat dengan jelas atribut-atribut (kemasan, harga) kecap ABC sebagian besar responden netral terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 3 sebanyak 64 jawaban atau 58,2%.

b. Pada item pernyataan kedua mengenai konsumen merasa mendapatkan banyak manfaat setelah menggunakan kecap ABC sebagian besar responden netral terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 3 sebanyak 53 jawaban atau 48,2%.

3. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

Perceived Quality adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya

Tabel 4.6.

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Perceived Quality

No. Pernyataan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1 Konsumen merasakan kinerja atau kualitas

kecap ABC saat ini semakin baik 0 5 42 56 7 110

Prosentase 0 4,5 38,2 50,9 6,4 100

2

Konsumen memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap kecap ABC dalam setiap aktifitas yang dilakukan

0 5 45 53 7 110

Prosentase 0 4,5 40,9 48,2 6,4 100

Sumber : Jawaban Kuesioner

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui deskripsi dimensi

Perceived Quality adalah sebagai berikut :

a. Pada item pernyataan pertama mengenai konsumen merasakan kinerja atau kualitas kecap ABC saat ini semakin baik sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 56 jawaban atau 50,9%.

b. Pada item pernyataan kedua mengenai konsumen tingkat kepentingan yang tinggi terhadap kecap ABC dalam setiap aktifitas yang dilakukan sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 53 jawaban atau 48,2%.

4.2.3. Deskr ipsi Var iabel Minat Beli

Minat beli merupakan minat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu dalam hal ini adalah rencana untuk membeli kecap merek ABC. Berikut adalah deskripsi jawaban responden mengenai variabel minat beli:

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Minat Beli

No. Pernyataan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1 Konsumen memperhatikan kualitas kecap

merek ABC sebelum melakukan pembelian 0 1 16 68 25 110

Prosentase 0 0,9 14,5 61,8 22,7 100

2 Konsumen memiliki Ketertarikan untuk

membeli kecap ABC 0 0 9 82 19 110

Prosentase 0 0 8,2 74,5 17,3 100

3 Konsumen berkeinginan untuk membeli

kecap ABC 0 0 24 68 18 110

Prosentase 0 0 21,8 61,8 16,4 100

4 Konsumen melakukan pembelian kecap ABC

sesuai dengan kebutuhan 0 0 16 72 22 110

Prosentase 0 0 14,5 65,5 20,0 100

Sumber : Jawaban Kuesioner

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui deskripsi dimensi minat beli adalah sebagai berikut :

a. Pada item pernyataan pertama mengenai konsumen memperhatikan kualitas kecap merek ABC sebelum melakukan pembelian sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 68 jawaban atau 61,8%.

b. Pada item pernyataan kedua mengenai konsumen memiliki Ketertarikan untuk membeli kecap ABC sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 82 jawaban atau 74,5%.

c. Pada item pernyataan ketiga mengenai Konsumen berkeinginan untuk membeli kecap ABC sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 68 jawaban atau 61,8%.

d. Pada item pernyataan ketiga mengenai konsumen melakukan pembelian kecap ABC sesuai dengan kebutuhan sebagian besar responden setuju terhadap pernyataan tersebut hal ini dapat dilihat dari skor jawaban terbanyak ada pada skor 4 sebanyak 72 jawaban atau 65,5%.

4.3. Deskr ipsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis 4.3.1. Uji Nor malitas dan Sebar an Linier itas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58.

Hasil pengujian normalitas pada penelitian ini akan ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas

Variable min max kurtosis c.r.

X11 2 5 -0,550 -1,177 X12 2 5 -0,250 -0,535 X13 2 5 -0,154 -0,331 X21 2 5 0,148 0,317 X22 2 5 -0,476 -1,019 X31 2 5 -0,150 -0,321 X32 2 5 -0,208 -0,446 Y1 2 5 0,205 0,438 Y2 3 5 0,856 1,833 Y3 3 5 -0,375 -0,803 Y4 3 5 -0,104 -0,222 Multivar iate -2,53 -0,785

Batas Nor mal ± 2,58

Sumber : Lampiran 3

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di dalam ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius

model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.3.2. Evaluasi atas Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair,1998).

Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat

p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [χ2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya (df = 11). Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai χ2 adalah

multivariate outlier. Pada penelitian ini terdapat outlier apabila nilai Mahalanobis distancenya > 31,264. Untuk lebih memperjelas uraian mengenai evaluasi outlier multivariate berikut ini akan disajikan tabel Uji Outlier Multivariate :

Tabel 4.9.

Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 2,006 95,571 55,500 19,431 110

Std. Predicted Value -2,753 2,062 0,000 1,000 110

Standard Error of Predicted Value 4,037 12,944 8,673 1,563 110

Adjusted Predicted Value 2,008 107,673 55,710 19,958 110

Residual -56,312 47,551 0,000 25,297 110

Std. Residual -2,111 1,782 0,000 0,948 110

Stud. Residual -2,299 1,852 -0,004 1,009 110

Deleted Residual -67,673 52,240 -0,210 28,675 110

Stud. Deleted Residual -2,351 1,875 -0,004 1,017 110

Mahalanobis Distance [MD] 1,505 24,667 10,900 4,091 110

Cook's Distance 0,000 0,096 0,011 0,016 110

Centered Leverage Value 0,014 0,226 0,100 0,038 110

(a) Dependent Variable : NO. RESP

Berdasarkan tabel di atas, setelah dilakukan pengujian diketahui nilai MD maksimum adalah 24,667 lebih kecil dari 31,264. Oleh karena itu diputuskan dalam penelitian tidak terdapat outlier multivariate (antar variabel).

4.3.3. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998).

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program AMOS 4.0 diperoleh hasil Determinant of Sample Covariance Matrix adalah > 0 yaitu sebesar 17,009 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multikolinieritas dan singularitas dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi.

4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/construct akan diuji dengan melihat faktor loading faktor dari hubungan antara setiap observed variabel dan latent variabel. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance extracted.

Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis

Konstrak Indikator Faktor Loading

1 2 3 4 Brand Awareness X11 0,697 X12 0,604 X13 0,624 Brand Association X21 0,736 X22 0,676 Perceived Quality X31 0,739 X32 0,622 Purchase Intention Y1 0,518 Y2 0,519 Y3 0,779 Y4 0,720 Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loading masing-masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya baik.

Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas setiap skala (variabel atau indikator observarian). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha

yang dihasilkan.

Hasil pengujian reliabilitas Consistency Internal dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11

Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total

Correlation Koefisien Cronbach's Alpha Brand Awareness X11 0,804 0,678 X12 0,791 X13 0,744 Brand Association X21 0,867 0,664 X22 0,863 Perceived Quality X31 0,854 0,630 X32 0,855 Purchase Intention Y1 0,751 0,735 Y2 0,707 Y3 0,785 Y4 0,747 Sumber : Lampiran 6

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan cukup baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998]. Tidak terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5.

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama. Construct reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut:

[ ]

[

S dardize Loading

]

j

]

Loading Stadardize liability Construct ε ∑ + ∑ ∑ = 2 2 tan Re

[ ]

[

S dardize Loading

]

j Loading Stadardize xtracted Variance E ε ∑ ∑ ∑ = 22 tan Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 – [Strespondenrdize loading] secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,5

4.01, dengan melihat estimasi setiap construct strespondenrdize regression weight terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

[ ]

2

tan

1 S dardize Loading j= −

ε

Hasil pengujan Construct Reliability dan Variance Extraced dalam penelitian ini akan ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.12

Construct Reliability & Variance Extrated

Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL Kuadrat Error [εj] Construct Reliability Variance Extrated Brand Awareness X11 0,697 0,486 0,514 0,678 0,413 X12 0,604 0,365 0,635 X13 0,624 0,389 0,611 Brand Association X21 0,736 0,542 0,458 0,666 0,499 X22 0,676 0,457 0,543 Perceived Quality X31 0,739 0,546 0,454 0,635 0,467 X32 0,622 0,387 0,613 Purchase Intention Y1 0,518 0,268 0,732 0,733 0,416 Y2 0,519 0,269 0,731 Y3 0,779 0,607 0,393 Y4 0,720 0,518 0,482

Batas Dapat Diter ima ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber : Lampiran 7

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang- dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,7 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,5.

4.3.5. Pengujian Model Dengan One-Step Approach

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (One Step Approach to SEM). One step aprroach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa direspondensi teori yang kuat serta validitas & reliabilitas data sangat baik (Hair et.al.,1998). Hasil estimasi dan fit model one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi Amos 4.01 terlihat pada Gambar dibawah ini:

Gambar 4.1.

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Kriteria Hasil Nilai

Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 1,258 ≤ 2,00 baik Probability 0,127 ≥ 0,05 baik RMSEA 0,049 ≤ 0,08 baik GFI 0,924 ≥ 0,90 baik AGFI 0,900 ≥ 0,90 baik TLI 0,956 ≥ 0,95 baik CFI 0,968 ≥ 0,94 baik Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta.

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 17,009 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas dibawah ini.

4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikasi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung.

Tabel 4.13.

Hasil Pengujian Kausalitas

Ustd Std

Prob.

Faktor ï Faktor Estimate Estimate

Minat Beli ï Ekuitas Merek 0,099 0,299 0,020

Batas Signifikansi ≤ 0,10

Sumber : Lampiran 8

Dilihat dari tingkat probabilitas arah hubungan kausal, hipotesis yang menyatakan bahwa ekuitas merek berpengaruh positi signifikan terhadap minat beli karena nilai probanilitasnya 0,020 < 0,10 .

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitan yang ingin mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli maka dapat diketahui bahwa ekuitas merek berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas 0,020 < 0,10. Hal ini menjelaskan bahwa semakin sebuah merek memiliki nilai tambah bagi konsumen sehingga konsumen tersebut dapat mengenali dengan baik merek tersebut seperti halnya dapat langsung mengingat kecap ABC saat disebutkan nama kecap, semakin banyak ingatan konsumen akan merek kecap ABC seperti halnya kemasan atau harga, dan memiliki persepsi baik akan kualitas kecap ABC tersebut maka akan semakin besar kemungkinan pula konsumen tersebut untuk tertarik dan melakukan pembelian kecap ABC. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli dapat diterima kebenarannya.

Sebuah merek memiliki aset dan liabilitas merek yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan

dalam menentukan langkah dan strategi pemasaran dari suatu produk, sehingga sering kali ekuitas merek memperoleh pengkajian yang mendalam. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut (minat beli). Dan selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu.( Durianto 2001: 3). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Istiyono (2007) yang menyatakan bahwa ekuitas merek berpengaruh terhadap minat beli. Istiyono (2007) mengungkapkan minat beli merupakan keterlibatan seseorang dengan sebuah produk, ketika keterlibatan konsumen meningkat sejalan dengan itu konsumen akan memproses informasi tentang sebuah produk secara mendalam, kenaikan pemrosesan informasi ini umumnya juga akan meningkatkan tingkat rangsangan konsumen terhadap sebuah produk atau merek. Hasil ini mendukung penelitian terdahulu Hartirini Warnaningtyas (2008) yang menyebutkan bahwa ekuitas merek berpengaruh terhadap minat beli.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik ekuitas merek maka semakin besar pula minat beli konsumen terhadap kecap ABC di Surabaya.

5.2. Sar an

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan yaitu adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan bagi perusahaan produsen kecap ABC dapat memperhatikan faktor ekuitas merek dari kecap ABC karena dapat memppengaruhi minat beli konsumen seperti halnya lebih banyak memperkenalkan kecap ABC kepada konsumen agar konsumen mudah ingat kecap ABC.

2. Diharapkan bagi perusahaan dapat berinovasi dengan produk yang dihasilkan agar konsumen dapat lebih banyak memiliki pilihan dalam hal melakukan pembelian

3. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian ekuitas merek dengan variabel dependent lainnya seperti halnya kepuasan pelanggan atau keputusan pembelian.

Aaker, David. 2004. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum.

Alma, Buchari, 2000, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeto

Durianto, Darmadi., Sugiarto & Tony Sitinjak., 2001, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Humdiana. 2005. Analisis Elemen-elemn Ekuitas Merek Produk Rokok Merek Djarum Black. Jurnal ekonomi perusahaan. Jakarta.

Istiyono, Epy Ponco. 2007. Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelanggan Telkomnet Instan Terhadap Minat Pembelian Telkomnet Speedy. Jakarta, Rizan, Mohammad. 2008.

Analisis Asosiasi Merek, Nilai Produk, Dan

Kualitas Pelayanan, Serta Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Dan

Loyalitas Konsumen Sepeda Motor. Di Bekasi. Jakarta

Simamora, Bilson. 2002. Memenagkan pasar dengan Pemasaran efektif dan Profitabel. Jakarta : Prenada Media

Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, Cetakan kelima, Penerbit CV. Alphabeta, Bandung.

Swastha, Basu, 2000, Manajemen Pemsaran :Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta

Tandjung, Jenu, Widjaja, 2004, Marketing Management: Pendekatan Pada Nilai-Nilai Pelanggan, Cetakan Keempat, Bayumedia Publishing, Malang Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Andi

Warnaningtyas, Hartirini. 2008. Pengaruh Brand Equity Terhadap Minat Membeli

Dokumen terkait