• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN KECAP ABC DI SURABAYA (Studi Pada Giant Margerejo Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN KECAP ABC DI SURABAYA (Studi Pada Giant Margerejo Surabaya)."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajuk an Oleh

Dwi Sa tr io Widodo

0812010065/FE/EM

F AK ULTAS EKO NOMI

UNIVERSITAS P EMBANGUNAN NASIO NAL “VETERAN”

J AWA TIM UR

(2)

MINAT BELI KONSUMEN KECAP ABC DI SURABAYA

(Studi Pada Giant Marger ejo Sur abaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Sk r ipsi S-1 J ur usan Manajemen

Diajuk an Oleh

Dwi Sa tr io Widodo

0812010065/FE/EM

F AK ULTAS EKO NOMI

UNIVERSITAS P EMBANGUNAN NASIO NAL “VETERAN”

J AWA TIM UR

(3)

KATA PENGANTAR ... I

DAFTAR ISI ... III

DAFTAR TABEL ... VI

DAFTAR GAMBAR ... VII

DAFTAR LAMPIRAN ... VIII

ABSTRAKSI ... IX

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1.Pemasaran ... 11

2.2.1.1. Definisi Pemasaran ... 11

2.2.1.2. Konsep Pemasaran ... 13

2.2.1.3. Strategi Pemasaran ... 13

2.2.2.Ekuitas Merek ... 15

2.2.2.1.Pengertian ekuitas merek ... 15

2.2.2.2.Pengukuran ekuitas merek ... 16

2.2.3.Minat Beli ... 26

2.2.4.Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli ... 27

(4)

2.4. Hipotesis ... 29

Bab III Metode Penelitian 3.1. Definisi Operasional ... 30

3.1.1.Definisi Operasional Variabel ... 30

3.1.2.Pengkuran Variabel ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.2.1.Populasi ... 34

3.2.2.Sampel ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.3.1.Jenis Data ... 34

3.3.2.Sumber Data ... 35

3.3.3.Pengumpulan Data ... 35

3.4. Uji Kualitas Data ... 35

3.4.1.Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 35

3.4.1.1.Uji Outlier Univariat ... 36

3.4.1.2.Uji Outlier Multivariate ... 36

3.4.2.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

3.4.3.Uji Normalitas Data ... 37

3.5. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 38

3.6. Asumsi Model ... 38

3.6.1.Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 41

3.6.2.Pengujian model dengan Two-Step Approach ... 41

3.6.3.Evaluasi Model ... 43

(5)

4.1.2.Visi dan Misi Perusahaan ... 49

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

4.2.1.Gambaran Umum Keadaan Responden ... 49

4.2.2.Deskripsi Variabel Ekuitas Merek ... 51

4.2.3.Deskripsi Variabel Minat Beli ... 54

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipótesis ... 56

4.3.1.Uji Normalitas dan Sebaran Linderitas ... 56

4.3.2.Evaluasi atas Outlier ... 57

4.3.3.Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 58

4.3.4.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 58

4.3.5.Pengujian Model Dengan One-Step Approach ... 62

4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 63

4.4. Pembasahan ... 64

Bab V Kesimpulan dan Sar an 5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 66

Daftar Pustaka

(6)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Top Brand Indeks Industri Kecap ... 5

Tabel 1.2 Data Penjualan Kecap ABC Giant Margerejo ... 6

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 50

Tabel 4.4 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Dimensi Brand awarness... 51

Tabel 4.5 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Brand association ... 53

Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Perceived Quality ... 54

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Variabel Minat Beli .. 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 57

Tabel 4.10 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis ... 59

Tabel 4.11 Pengujian Reliability Consistency Internal ... 60

Tabel 4.12 Construct Reliability & Variance Extrated ... 61

(7)

Gambar 1.1. Top Brand Indeks Industri Kecap ... 4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29

Gambar 3.1 Goodness to Fit Indices ... 43

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Rekapitulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Lampiran 5 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor

Analysis

Lampiran 6 Pengujian Reliability Consistency Internal

Lampiran 7 Hasil Pengujian Kausalitas

(9)

Dwi Satr io Widodo

ABSTRAKSI

Merek atau brand bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut (minat beli). Dan selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekuitas Merek (X), dan Minat Beli (Y). Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang menonton iklan kecap ABC yang berjumlah 110 orang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Structural Equatioan Modelling (SEM).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap minat beli, dimana semakin baik ekuitas sebuah merek maka akan semakin besar minat konsumen untuk membeli merek tersebut

Keyword : ekuitas merek, minat beli

(10)

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masa lah

Memasuki era globalisasi ini, produsen dihadapkan pada persaingan yang

ketat. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan

perusahaan dalam mendongkrak angka penjualan produknya, perilaku konsumen

menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pemasaran

sebuah produk bagi perusahaan. Dalam konsep pemasaran, salah satu cara untuk

mencapai tujuan perusahaan adalah dengan mengetahui apa kebutuhan dan

keinginan konsumen sehingga produk mampu diserap oleh pasar

(Kotler dan Armstrong, 2001: 87)

Merek atau brand bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat

dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Konsumen

melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah produk,

dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam produk tersebut (Kotler,

2004:285). Karena itu merek merupakan aset penting dalam sebuah bisnis.

Meskipun merek bersifat intangible, tapi nilai sebuah merek lebih dari pada sesuatu yang tangible. Saat ini merek menjadi faktor penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan yang bernilai. Produk menjelaskan atribut inti

sebagai suatu komoditi yang dipertukarkan, sedangkan merek menjelaskan

(11)

label untuk mengelompokkan produk-produk dan jasa yang dimiliki dalam satu

kesatuan dapat membedakan group produk dengan produk yang dimiliki

perusahaan pesaing.

Merek sendiri berfungsi untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari

seseorang atau sekelompok penyaji dan membedakannya dari produk sejenis dari

penyaji lain (Kotler, 2000:163). Lebih dari itu merek adalah sesuatu yang

dibentuk dalam pikiran pelanggan dan memiliki kekuatan membentuk

kepercayaan pelanggan (Peter dan Alson, 1996:168). Jika perusahaan mampu

membangun merek yang kuat dipikiran pelanggan melalui strategi pemasaran

yang tepat, perusahaan akan mampu membangun mereknya. Dengan demikian

merek dapat memberi nilai tambah pada nilai yang ditawarkan oleh produk

kepada pelanggannya yang dinyatakan sebagai merek yang memiliki ekuitas

merek (Aaker, 2003:14).

Sebuah merek memiliki aset dan liabilitas merek yang menambah atau

mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan

atau para pelanggan perusahaan yang biasa disebut Ekuitas merek

(Aaker, 2003:15). Aaker (2003:165) juga mnejelaskan bahwa ekuitas merek

berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan kualitas, dan aset-aset

lainnya seperti paten, dan merek dagang, jika pelanggan tidak tertarik pada satu

merek dan membeli karena karakteristik produk, harga, kenyamanan, dan dengan

sedikit memperdulikan merek sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli

suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk

yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek

(12)

merek dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu Kesadaran Merek

(Brand Awareness), Asosiasi Merek (Brand Associations, Persepsi Kualitas (Perceived Quality), danLoyalitas merek (Brand Loyalty), jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk harga,

kenyamanan, dan dengan sedikit memperdulikan merek, kemungkinan ekuitas

merek rendah sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek

walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih

unggul, misalnya dalam hal harga kepraktisan, maka merek tersebut memiliki

ekuitas tinggi.

Sedemikian pentingnya peran ekuitas merek sebagai landasan dalam

menentukan langkah dan strategi pemasaran dari suatu produk, sehingga sering

kali ekuitas merek memperoleh pengkajian yang mendalam. Semakin kuat ekuitas

merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk

mengkonsumsi produk tersebut (minat beli). Dan selanjutnya dapat menggiring

konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk

mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu ( Durianto, 2001: 3). Minat Beli

merupakan suatu situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan tersebut.

Minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang

menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ( Kotler 2002 : 15).

Penelitian sebelumnya mengenai ekuitas merek dan minat beli dilakukan oleh

Hartini (2008) yang mengatakan bahwa ekuitas merek berpengaruh terhadap

minat beli.

Memasuki era globalisasi, persaingan di dunia bisnis akan semakin tinggi.

(13)

belahan dunia manapun tak terkecuali Indonesia. Pada era global ini berbagai

teknologi mutakhir di segala bidang kehidupan diciptakan selain itu juga sumber

informasi dan komunikasi semakin mudah dan cepat dengan hadirnya internet

sehingga masyarakat diseluruh dunia akan terhubung tanpa hambatan yang

berarti.

Persaingan bisnis saat ini semakin ketat, salah satunya adalah pada

persaingan perusahaan makanan dan minuman, persaingan yang ketat pada

perusahaan makanan dan minuman dikarenakan pertumbuhan indsutri makanan

yang semakin meningkat. Menurut Riset (Marketing 12/XI/Desember 2011)

persaingan ketat terjadi antara dua produsen kecap yaitu ABC dan Bango,

berdasarkan hasil pengamatan Top Brand dari tahun 2000 hingga 2011 ini cukup

menarik untuk dicermati. Berikut adalah tabel pergerakan Top Brand tahun 2000

hingga tahun 2011:

(14)

Tabel 1.1

Top Brand Indeks Industri Kecap

Merek Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Bango 39,1% 40,0% 41,3% 47,0% 47,2%

ABC 49,1% 48,5% 47,9% 39,0% 41,6%

Sedap 0,0% 0,0% 1,6% 4,6% 3,7%

Indofood 2,0% 2,0% 1,6% 1,8% 1,9%

Sumber : Marketing 12/XI/Desember/2011

Berdasarkan gambar dan tabel diatas Top Brand kecap manis dari tahun

2007 hingga tahun 2011 menarik untuk diamati. Tahun 2007 Indeks Top Brand

ABC berada diatas kompetitornya seperti kecap Bango, kecap Sedaap dan kecap

Indofood. Namun dua tahun berikutnya pergerakan indeks Top Brand kecap ABC

terlihat menurun. Hal ini sangat berbeda dengan agresivitas kecap manis merek

Bango dibawah perusahaan Unilever dimana pergerakannya secara konsisten terus

mengalami peningkatan dan memperkecil gaps indeks kecap manis merek ABC,

sehingga perjalanan di tahun 2009 menuju 2010 dan tepatnya di Top Brand

Award tahun 2010 kecap manis Bango mengalahkan kecap manis ABC yang

sudah selama 8 tahun berada di peringkat tertinggi top brand indeks.

Top Brand Indeks sendiri adalah sebuah penghargaan terhadap merek-merek yang memiliki Top Brand Index (TBI) tinggi dengan mengukur top of mind awareness (yaitu didasarkan atas merek yang pertama kali disebut oleh responden ketika kategori produknya disebutkan), last used (yaitu merek terakhir kali

(15)

masing-masing parameter (

http://www.kiaceramics.com/news/kia-ceramics-raih-top-brand-ke-7-di-tahun-2011).

Menurunnya Top Brand Indeks kecap ABC yang kalah oleh kecap Bango mengindikasikan bahwa masyarakat saat ini lebih mengingat kecap Bango ketika

disebutkan nama kecap manis atau bisa dibilang popularitas kecap ABC oleh

kecap Bango selama beberpa tahun terakhir hal ini disebabkan karena kurang

efektifnya strategi pemasaran yang dilakukan oleh Kecap ABC. Mengusung

slogan ”Nyata enaknya” serta menambahkan label ”mantap” pada kemasan

belum cukup untuk menancap kuat di benak konsumen, bila dibandingkan dengan

strategi pemasaran yang dilakukan oleh kecap Bango yang mengadakan program

festival jajanan Bango di kota-kota di Indonesia.

Permasalahan yang terjadi pada kecap ABC juga dapat dilihat dari data

penjualan kecap ABC pada Giant Margerejo selama periode September-Desember

2011.

Tabel 1.1

Data Penjualan Kecap ABC Giant Mar ger ejo

No Tahun Bulan Penjualan

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penjualan kecap ABC

Giant Margerejo turun selama perioed September hingga Desember 2011.

Penjualan kecap ABC Giant Margerejo pada bulan September sebesar 1280 turun

menjadi 1150 pada bulan Oktober dan terus turun pada bulan November dan

(16)

Menurut Aaker (2003:165) jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek

dan membeli karena karakteristik produk harga, kenyamanan, dan dengan sedikit

memperdulikan merek, kemungkinan ekuitas merek rendah sedangkan jika para

pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para

pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga

kepraktisan, maka merek tersebut memiliki ekuitas tinggi. Sedemikian pentingnya

peran ekuitas merek sebagai landasan dalam menentukan langkah dan strategi

pemasaran dari suatu produk, sehingga sering kali ekuitas merek memperoleh

pengkajian yang mendalam. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin

kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut

(minat beli). Dan selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan

pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari

waktu ke waktu (Aaker dalam Warnaningtyas, 2008)

Peneliti mengambil objek masyarakat Surabaya merupakan salah satu kota

terbesar di Indonesia dan saat ini banyak industri kecil kecap di Surabaya yang

berkembang sehingga persaingan bisnis kecap di Surabaya semakin meningkat

(http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=7&aid=1115).

Berdasarkan permasalahan diatas maka penelti mengambil judul dalam

penelitian ini adalah Pengar uh Ek uitas Mer ek Terhadap Minat Beli

Konsumen Kecap Abc Di Sur abaya.

1.2.Per umusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah Ekuitas Merek Berpengaruh Terhadap Minat Beli Konsumen

(17)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh Ekuitas Merek

Terhadap Minat Beli Konsumen Kecap Abc Di Surabaya”

1.4.Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian diatas maka manfaat yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk kepentingan ilmiah

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian

selanjutnya agar faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini dapat

dikembangkan, sehingga mampu mengcover kondisi yang komplek dalam

(18)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

A. Har tir ini War naningtyas (2008)

Judul dari penelitian ini adalah "Pengaruh Brand Equity Terhadap Minat

Membeli Ulang Pasta Gigi Pepsodent". Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah Brand Equity berpengaruh terhadap Minat Membeli Ulang Pasta

Gigi Pepsodent. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

brand . Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

berganda. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah brand awareness, brand

association, dan perceived quality, berpengaruh terhadap minat pembelian ulang.

Brand Equity terbentuk melalui proses dimana adanya penggunaan pada masa

lampau dapat memperkuat brand awarness, brand association, dan perceived

quality

B. Humdiana (2005)

Judul dalam penelitian ini adalah Analisis Elemen-elemn Ekuitas Merek

Produk Rokok Merek Djarum Black. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk mengukur kemampuan setiap variabel merek pada produk rokok

Djarum Black dalam membangun suatu ekuitas merek yang mampu menciptakan

nilai bagi pelanggan dan bagi perusahaan.Metode yang digunakan dalam

(19)

dalam penelitian ini adalah terdapat kelemahan pada kemudahan memperoleh

Djarum Black.

C. Epy Ponco Istiyono (2007)

Judul dari penelitian ini adalah pengaruh ekuitas merek berbasis pelanggan

Telkomnet Instan Terhadap Minat Pembelian Telkomnet Speedy. Tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kesan

kualitas merek (perceived brand quality), kesan nilai merek untuk biaya

(perceived brand value for the cost), dan keunikan merek (brand uniqueness)

Telkomnet Instan terhadap minat pembelian merek Telkomspeedy. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier

berganda. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ekuitas merek dari basis

pelanggan (Customer Base Brand Equity) Telkomnet-Instan memiliki pengaruh

positip kepada minat pembelian merek TelkomSpeedy.

D. Mohammad Rizan (2008)

Judul dalam penelitian ini adalah Analisis Asosiasi Merek, Nilai Produk

Dan Kualitas Pelayanan Serta Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas

Konsumen Sepeda Motor Bekasi. Tujuan yang ingin mdicapai dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh asosiasi merek, nilai produk dan kualitas

pelayanan terhada[ kepuasan dan loyalitas. Teknik analisis yang digunakan adalah

SEM. Hasil dalam penelitian ini adalah Asosiasi merek, nilai produk dan kualitas

pelayanan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen dan

(20)

E. Lili Kar mila F (2009)

Judul dalam penelitian ini adalah Pengaruh Store Atmosphere Terhadap

Minat Beli Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan. Tujuan yang ignin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Store Atmosphere

terhadap minat beli konsumen. Teknik analisis ytang digunakan adalah regresi

linier. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah Store Atmosphere

berpengaruh terhadap minat beli konsumen.

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Pemasar an

2.2.1.1.Definisi Pemasar an

Istilah marketing pemasaran ialah kegiatan menganalisa, merencana,

mengimplementasi dan mengawasi segala kegiatan (programs), guna mencapai

Kegiatan utamanya terletak pada merancang penawaran yang dilakukan

perusahaan agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan yang dilakukan

perusahaan agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar dengan

menggunakan politik harga, cara-cara komunikasi dan cara distribusi, menyajikan

informasi, memotivasi dan melayani pasar Kotler (1978) dalam Alma (2000:86).

Shultz (1961) dalam Alma (2000:86) memberikan definisi manajemen

marketing ialah merencanakan, pengarahan dan pengawasan seluruh kegiatan

pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan. Kemudian menurut Ben

M. Enis (1974) dalam Alma (2000:86) secara ringkas ia menyatakan bahwa:

Manajemen pemasaran ialah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan.

(21)

memperbaiki pemasarannya, maka ia harus melakukan kegiatan pemasaran itu

sebaik mungkin.

Untuk keberhasilan kegiatan manajemen pemasaran pada sebuah

perusahaan, maka diperlukan masukan. Masukan inimisalnya informasi kegiatan

yang berjalan di lapangan. Ini adalah merupakan masukan informasi yang harus

diproses. Setelah diadakan analisis, dari berbagai sumber informasi lainnya,

akhirnya munculah output (luaran), yaitu berupa suatu keputusan atau

kebijaksanaan yang harus ditempuh guna mencapai tujaun perusahaan. Setelah

keputusan diambil dan dilaksanakan, ditunggu bagaimana pelaksanaanya. Inilah

yang disebut feedback (balikan) yang sangat berguna bagi manajemen untuk

memperbaiki kebijaksanaan lebih lanjut. Dengan demikian proses manajemen

pemasaran akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas (Alma, 2000:87).

2.2.1.2.Konsep Pemasar an

Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada saat

penyusunan konsep pemasaran yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang

memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan

hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena

itu pemasar memainkan peranan dalam pengembangan strategi konsep pemasaran.

Dalam peranan strateginya, pemasaran mencakup setiap usaha untuk

mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka

mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama,

bisnis apa yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat

(22)

dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar

perspektif produk, harga, promosi, dan distribusi (bauran pemasaran) untuk

melayani pasar. Ada banyak implikasi dari aspek rasional dan emosioanal

konsumen bagi konsep pemasaran (Tjiptono, 2000:126).

2.2.1.3.Str ategi Pemasar an

Startegi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang

berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang

dipergunakan untuk melayani pasar sasaran.

Strategi pemasaran memberi arah dalam kaitannya dengan variabel-

variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen

bauran pemasaran. Strategi pemasaram merupakan cara yang akan ditempuh oleh

perusahaan untuk mencapai kinerjanya dengan memusatkan perhatian pada

konsumen, pesaing dan tujuan perusahaan.

Alma (2000:157) menyatakan bahwa strategi perusahaan adalah pola

keputusan yang menentukan dan mengukapkan sasaran, maksud kebijaksanaan

utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis

yang dikejar oleh perusahaan. Penentuan strategi dapat dilakkan dengan membuat

tiga macam keputusan yaitu: konsumen mana yang akan dituju, kepuasan seperti

apa yang diinginkan konsumen tersebut dan marketing mix (bauran pemasaran)

seperti apa yang akan dipakai untuk memberikan kepuasan kepada konsumen

(23)

2.2.2. Ekuitas Mer ek

2.2.2.1.Penger tian Ekuitas Mer ek

Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dari jasa.

Nilai ini mencerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak

terhadap merek, harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan

(Kotler & Keller, 2007:334). Pendapat lain dikemukakan oleh Aaker (1997:22)

dalam Humdiana (2007) yang berpendapat bahwa ekuitas merek adalah

seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suaut merek , nama

dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh

sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.

Dari sisi konsumen, Knapp (2001) dalam Sitinjak (2005:170)

mendefinisikan ekuitas merek sebagai totalitas dari persepsi merek, mencakup

kualitas relatif dari produk dan jasa kinerja keungan, loyalitas pelanggan,

kepuasan dan keseluruhan penghargaan terhadap merek. Kanuk et. al. (2001)

dalam Sitinjak (2005:170), mengutarakan bahwa ekuitas merek adalah inherent

dari nama merek yang dikenal dan nilai tambah dari produk yang diperoleh dari

persepsi konsumen terhadap asosiasi merek.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa ekuitas

merek sebagai kombinasi dari kesadaran konsumen akan merek, persepsi kualitas

(24)

2.2.2.2.Pengukuran Ekuitas Mer ek

Menurut Humdiana (2005) brand equity tidak terjadi dengan sendirinya.

Brand equity dibangun oleh asset dan liabilitas yang terdiri dari Brand awareness

(Kesadaran Merek), Brand association (Asosiasi Merek), Perceived quality

(Persepsi Kualitas), Brand loyalty (Loyalitas Merek).

1. Brand awareness (Kesadar an Mer ek )

Menurut Aaker (1997) dalam Humdiana (2005) kesadaran Merek adalah

kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali pada suatu

merek. Menurut Durianto dkk (2001), kesadaran merek merupakan kesanggupan

seorang calon pembeli untuk mengenali,mengingat kembali suatu merek sebagai

bagian dari suatu kategori produk tertentu. Berdasarkan definisi diatas tentang

kesadaran merek, maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek merupakan

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

Peran kesadaran merek dalam ekuitas merek tergantung pada sejauh mana

tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek

(Aaker dalam Rangkuty, 2002). Tingkat kesadaran merek dari tingkat terendah

sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut :

1) Unaware Of Brand (Tidak menyadari merek)

Adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana

(25)

2) Brand Recognition (Pengenalan merek)

Adalah tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan suatu merek

muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided

recall).

3) Brand Recall

Brand Recall (Pengingatan kembali terhadap merek) Adalah pengingatan

kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall).

4) Top Of mind

Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama

kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut

merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.

Kesadaran merek menciptakan merek yaitu sebagai berikut

(Humdiana, 2005):

a.Jangkar yang menjadi acuan asosiasi lain

Suatu merek yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi

melekat pada merek tersebur karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat

tinggi di benak konsumen. Sebaliknya, jika kesadaran akan merek tersebut

rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada

merek tersebut.

b.Familier / rasa suka

Jika kesadaran akan suatu merek tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan

merek tersebut, dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap

(26)

c.Substansi / komitmen

Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang

sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi, jika kesadaran atas merek tinggi,

kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan

kesadaran konsumen yang tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain:

1) Diiklankan secara luas

2) Eksistensi yang sudah teruji dengan waktu

3) Jangkauan distribusi yang luas

4) Merek tersebut dikelola dengan baik

Oleh karena itu, jika kualitas kedua merek adalah sama, kesadaran merek akan

menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian.

d.Mempertimbangkan merek

Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang

tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak

akan dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merek-merek yang

disimpan dalam ingatan konsumen adalah yang disukai atau dibenci

2. Brand association (Asosia si Mer ek)

Aaker (2004: 79) mendefinisikan asosiasi merek sebagai segala sesuatu

yang terdapat di dalam ingatan atau memori seseorang mengenai suatu merek.

Ingatan terhadap sebuah merek akan semakin meningkat seiring dengan makin

seringnya mengkonsumsi suatu merek maupun mendapatkan informasi mengenai

merek tersebut. Aaker (2004: 84) berpendapat bahwa asosiasi merek dapat

(27)

Asosiasi merek menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan

loyalitasnya pada merek tersebut.

Menurut Tandjung (2004:59), Asosiasi merek adalah segala sesuatu yang

“terjalin” di dalam ingatan sebuah merek. Asosiasi itu tidak hanya eksisi namun

juga mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika

dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Juga akan lebih kuat

apabila kaitan itu didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Sebuah

merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk

yang bermakna.

Menurut Simamora (2001:3) asosiasi merek adalah persepsi dan citra yang

dikaitkan oleh orang dengan merek tertentu. Patut dicatat bahwa asosiasi merek

dapat pula negatif dan hal ini dapat mengurangi atau memotong ekuitas sebuah

merek. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa asosiasi

merek adalah persepsi seseorang terhadap sebuah merek tertentu.

Menurut Simamora (2001: 82), asosiasi merek yang menciptakan nilai

bagi perusahaan dan para pelanggannya juga dapat digunakan untuk :

1) Membantu memproses atau menyusun informasi

Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan

spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah

asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa

mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat

mengambil keputusan. Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi mengenai

(28)

2) Membedakan / memposisikan merek

Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk

membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain.

Asosiasi-asosiasi pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting. Jika

sebuah merek sudah dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para

kompetitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertetu atau untuk

suatu aplikasi tertentu, para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang.

3) Membangkitakan alasan untuk membeli

Banyak asosiasi merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat

pelanggan (customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik

untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini

merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa

asosiasi juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan

kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut

4) Menciptakan sikap / perasaan positif

Beberapa asosiasi mampu merangasang suatu perasaan positif yang akhirnya

merembet ke merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi mampu

menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan

mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain

(29)

Suatu asosiasi bisa menghasilkan suatu landasan bagi suatu perusahaan dengan

menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk

baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan

tersebut

Keller (2003: 177) membagi tipe asosiasi merek menjadi tiga bagian: (1)

Atribut yaitu sifat merek yang tidak nampak seperti persepsi harga, citra

pengguna, personalitas merek, dan perasaan terhadap citra merek; (2) Manfaat

yaitu manfaat yang diperoleh seorang konsumen ketika memilih, membeli dan

menggunakan sebuah merek barang atau jasa; (3) Perilaku yaitu segala sesuatu

yang berhubungan dengan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh konsumen

terhadap sebuah merek barang atau jasa

3. Perceived quality (Per sepsi Kualitas)

Menurut Aaker (2004) Kesan atau persepsi kualitas merupakan persepsi

konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Simamora (2001)

menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas

atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara

relative dengan produk-produk lain. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001),

persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas

atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang

diharapkan oleh pelanggan. Berdasarkan definisi diatas tentang persepsi kualitas,

(30)

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkaitan dengan harapan pelanggannya.

Secara umum nilai-nilai atau atribut dari kesan konsumen dapat

digambarkan sebagai berikut (Rangkuti, 2002):

1. Alasan membeli

Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli.

Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus dipertimbangkan, dan

selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.

2. Diferensiasi/posisi

Diferensiasi mempunyai didefinisikan sebagai suatu karakteristik penting dari

merek, apakah merek tersebut bernilai atau ekonomis juga berkenaan dengan

persepsi apakah merek tersebut terbaik atau sekadar kompetitif terhadap

merekmerek

3. Harga optimum

Keuntungan ini memberikan pilihan-pilihan dalam menetapkan harga optimum

yang bisa meningkatkan laba atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi

pada merek tersebut.

4. Minat Saluran distribusi

Keuntungan ini yaitu meningkatkan minat para distributor dikarenakan dapat

menawarkan suatu produk yang memiliki persepsi kualitas tinggi dengan harga

yang menarik dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut untuk menyalurkan

(31)

5. Perluasan Merek

Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai

perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk

kedalam kategori produk baru.

4. Brand loyalty (Loyalitas Mer ek)

Menurut Rangkuty (2002), loyalitas merek adalah satu ukuran kesetiaan

konsumen terhadap suatu merek. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001),

loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan kepada

sebuah merek. Berdasarkan definisi tentang loyalitas merek loyalitas merek

merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah

merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya

seorang pelanggan beralih ke merek dihadapi adanya perubahan, baik menyangkut

harga maupun atribut lainnya.

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapatiadanya

beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing tingkatannya menunjukan tantangan

pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun

tingkatan loyalitasmerek tersebut menurut Aaker dalam Durianto dkk (2004),

adalah sebagai berikut :

a. Switcher (Berpindah-pindah)

Adalah tingkatan loyalitas paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen

(32)

mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek

memegang peranan kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling tampak

dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya

murah dan banyak konsumen lain yang membeli merek tersebut.

b. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)

Adalah pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi

suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek

produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan

usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Jadi, pembeli ini dalam membeli suatu

merek karena alasan kebiasaan.

c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang dikonsumsi.Namun

pembeli ini dapat saja berpindah merek dengan menanggung biaya peralihan

(switching cost), seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan

peralihan merek tersebut. Untuk menarik minat pembeli kategori ini, pesaing

perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan

menawarkan berbagai manfaat sebagai kompensasi.

d. Likes The Brand (Menyukai merek)

Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut.

Rasa asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman

menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tingggi. Dan

(33)

e. Committed Buyer (Pembeli yang berkomiten)

Adalah kategori pembeli yang setia. Pembeli ini mempunyai kebanggaan dalam

menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik

dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri

yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk

merekomendasikan / mempromosikan merek yang digunakannya kepada orang

lain.

Loyalitas merek memiliki beberapa manfaat / nilai bagi perusahaan.

Manfaat-manfaat tersebut antara lain (Durianto dalam Humdiana (2005)):

a. Mengurangi biaya pemasaran (Reduced marketing cost)

Akan lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya

untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika

loyalitas merek meningkat. Ciri dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli

suatu produk karena harganya murah.

b. Meningkatkan perdagangan (Trade leverage)

Loyalitas yang kuat terhadap merek akan menghasilkan peningkatan

perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Dapat disimpulkan

bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka

selama ini.

c. Menarik minat pelanggan baru (Attracting new customers)

Semakin banyak pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada

merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk

(34)

mengandung risiko tinggi. Pelanggan yang puas umumnya akan

merekomendasikan merek tersebut kepada orang yang dekat dengannya sehingga

akan menarik pelanggan baru.

d. Memberi waktu untuk merespon ancaman persaingan (Provide time to respond

competitive threats)

Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk

merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang

unggul, pelanggan yang loyal akan memberi waktu pada perusahaan tersebut

untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau

menetralisasikannya.

2.2.3. Minat Beli

Menurut Durianto, dkk (2003:109), minat untuk membeli merupakan

sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk

tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Minat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana

pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan minat beli

sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu.

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli

suatumerek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian

(Assael,2001). Pengertian minat beli menurut Howard (1994) dalam Durianto

(2004: 44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit

(35)

merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan rencana

pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh

para pemesar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik

para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk

memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah

kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli

benar-benar dilaksanakan.

Minat beli dalam penelitian ini diukur oleh lima konsep yaitu Attention,

Interest, Desire, Action, dan Satisfaction. berarti komunikan dalam melalukan kegiatan dimulai dahulu dengan meumbuhkan perhatian. Apabila perhatian sudah

berhasil terbangkitkan, kini menyusul upaya menumbuhkan minat. Upaya ini

berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut dengan kepentingan

komunikan. Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikan untuk

melakukan ajakan, bujukan, atau rayuan komunikator. Di sini, himbauan

emosional (emotional appeal) perlu ditampilkan oleh komunikator sehingga pada

tahap berikutnya komunikan mengambil keputusan untuk melakukan suatu

ekgiatan sebagaimana diharapkan daripadanya dan berakhir pada kepuasan bila

adanya kesesuaian antara harapan dengan yang didapatkan (Karmela:2009).

2.2.4. Penga r uh Ek uitas Merek Ter hadap Minat Pembelian

Sebuah merek memiliki aset dan liabilitas merek yang menambah atau

mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan

atau para pelanggan perusahaan yang biasa disebut Ekuitas merek

(Aaker, 2003:15). Aaker (2003:165) juga menjelaskan bahwa ekuitas merek

(36)

lainnya seperti paten, dan merek dagang, jika pelanggan tidak tertarik pada satu

merek dan membeli karena karakteristik produk, harga, kenyamanan, dan dengan

sedikit memperdulikan merek sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli

suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk

yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek

tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi. Menurut Aaker (2003:165), ekuitas

merek dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu Kesadaran Merek

(Brand Awareness), Asosiasi Merek (Brand Associations, Persepsi Kualitas

(Perceived Quality), dan Loyalitas merek (Brand Loyalty), jika pelanggan tidak

tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk harga,

kenyamanan, dan dengan sedikit memperdulikan merek, kemungkinan ekuitas

merek rendah sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek

walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih

unggul, misalnya dalam hal harga kepraktisan, maka merek tersebut memiliki

ekuitas tinggi.

Sedemikian pentingnya peran ekuitas merek sebagai landasan dalam

menentukan langkah dan strategi pemasaran dari suatu produk, sehingga sering

kali ekuitas merek memperoleh pengkajian yang mendalam. Semakin kuat ekuitas

merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk

mengkonsumsi produk tersebut (minat beli). Dan selanjutnya dapat menggiring

konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk

mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu.( Durianto 2001: 3). Pernyataan

tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Istiyono (2007) yang

menyatakan bahwa ekuitas merek berpengaruh terhadap minat beli. Istiyono

(37)

sebuah produk, ketika keterlibatan konsumen meningkat sejalan dengan itu

konsumen akan memproses informasi tentang sebuah produk secara mendalam,

kenaikan pemrosesan informasi ini umumnya juga akan meningkatkan tingkat

rangsangan konsumen terhadap sebuah produk atau merek. Aaker dalam Istiyono

(2007) mengungkapkan ekuitas merek adalah janji penjual untuk secara konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli, pada

sebuah merek setidaknya terdapat tiga nilai yang diberikan oleh merek, yaitu nilai

fungsional, nilai emosional dan nilai ekspresi diri. Berdasarkan teori diatas maka

dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek berpengaruh terhadap ekuitas merek

sehingga semakin baik ekuitas merek yang ada pada suatu merek maka akan

semakin meningkat pula keinginan konsumen tersebut untuk melakukan

pembelian.

2.3. Ker angka Konseptual

Gambar 2.1

Ker angka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah diduga ekuitas merek berpengaruh positif

terhadap minat beli konsumen kecap ABC di Surabaya.

Ekuitas Merek (X)

(38)

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Untuk kemudahan dalam memahami penelitian ini serta menghindari

kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi operasional variabel-variabel

yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:

3.1.1 Definisi Operasional Var iabel

1. Ekuitas Merek (X)

Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan

dengan suaut merek , nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai

yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para

pelanggan perusahaan (Aaker, 1997). Dimensi ekuitas merek dalam penelitian ini

adalah (Humdiana, 2005):

A. Brand awareness (Kesadar an Mer ek)

Brand awarness adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali

dan mengingat kembali pada suatu merek

1) Top Of mind

Keadaan dimana dibenak konsumen mengingat kecap merek ABC saat pertama

disebutkan nama kecap.

2) Brand Recall

Keadaan dimana konsumen dapat mengingat kecap merek ABC dengan

(39)

3) Brand Recognition (Pengenalan merek)

Keadaan dimana konsumen dapat mengenal kembali kecap merek ABC dengan

bantuan media promosi seperti halnya iklan.

B. Brand Association (Asosiasi Merek)

Brand association atau asosiasi merek adalah segala sesuatu yang terdapat

di dalam ingatan atau memori seseorang mengenai suatu merek. Indikatornya

adalah sebagai berikut (Rizan, 2008):

1) Atribut merek

Kemampua konsumen mengingat atribut-atribut yang dimiliki oleh kecap

merek ABC seperti halnya harga dan kemasan kecap merek ABC.

2) Manfaat Yang Didapatkan

Manfaat yang diperoleh konsumen setelah membeli dan menggunakan kecap

merek ABC

C. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

Perceived Quality adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan

maksud yang diharapkannya. Indikator perceived quality dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut (Humdiana, 2005):

1) Performance

(40)

2) Importance

Tingkat kepentingan yang dirasakan oleh konsumen terhadap kecap ABC

dalam setiap aktifitas yang dilakukan oleh konsumen.

2. Minat Beli (Y)

Minat beli merupakan minat untuk membeli merupakan sesuatu yang

berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta

berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu dalam hal ini

adalah rencana untuk membeli kecap merek ABC. Indikator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Karmela, 2009)

1) Attention

Perhatian yang dilakukan konsumen dalam membeli kecap merek

2) Interest

Ketertarikan lebih konsumen untuk membeli kecap merek ABC

3) Desire

Keinginan konsumen untuk membeli kecap merek ABC

4) Action

Pembelian yang dilakukan konsumen terhadap kecap merek ABC

3.1.2 Pengukuran Var iabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval, yaitu merupakan ukuran yang semata-mata menunjukkan urutan

(ranking) obyek penelitian berdasarkan atribut, tetapi juga memberikan informasi

tentang jarak perbedaan antara tingkatan obyek yang satu dengan obyek yang lain.

(41)

analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya

tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam

bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 5 dalam

penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut :

Keterangan :

Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Netral (N) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

3.2. Tek nik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran

yang menjadi objek penelitian (Riduan, 2002:03). Populasi dalam penelitan ini

adalah Ibu-ibu yang mengunjungi Giant Margerejo .

3.2.2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2003:73) adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh sampel penelitian Tehnik sampel yang digunakan

adalah metode non propobality sampling dengan accidental sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

(42)

sebagai sampel, untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan

menggunakan pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48) :

1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10

kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10 bila terdapat 10

indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Mengacu pada pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48)

pada poin kedua yaitu Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi,

pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi maka jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 11 x 10 = 110 orang atau responden.

3.3. Tek nik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Untuk menganalisa data yang baik maka diperlukan data yang valid, supaya

mengandung suatu kebenaran. Jenis data dalam penelitian ini adalah data

sekunder yakni data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, yaitu

dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada pelanggan kecap ABC

3.3.2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari pelanggan kecap ABC di Surabaya yang

(43)

3.3.3. Pengumpulan Data

a. Wawancara

Digunakan untuk mendapatkan bukti-bukti yang berkaitan/keterangan yang

lebih mendalam, khususnya berhubungan dengan beberapa hal yang belum

jelas dari data yang ada, wawancara ini dilakukan kepada pemilik responden

guna mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria

b. Kuesioner

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan

kepada pelanggan kecap ABC

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Outlier Univar iat dan Multivar iat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002:52).

3.4.1.1 Uji Outlier Univar iat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

(44)

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score ≤ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.1.2 Uji Outlier Multivar iat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab walaupun

data yang dianalisis menunjukkan tida ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dokombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuang

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteris Jarak Mahalanobis pada tingkat P < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan X2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai X2 Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indokator-indikator dalam

daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini

dijelaskan sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya

(45)

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai alpha

cukup tinggi (berkisar > 0,70) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain

instrumen tersebut dapat diandalkan (Ferdinand, 2002 : 193).

3.4.3. Uji Nor malitas

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang ±2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

b. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang ±2,58 maka distribusi

adalah normal.

3.5. Tek nik Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

(46)

Gambar 3.1 Ker angka Ber pikir SEM

Berikut juga akan dijelaskan persamaan salah satu variabel yakni dimensi

variabel asosiasi merek.

X2.1 = λ1 Atribut merek er_1

X2.2 = λ2 Manfaat yang didapatkan + er_2

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk

diuji unidimensinalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variabel peran akan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.2 : Contoh Model Pengukuran Variabel Dimensi Asosiasi Merek

Asosiasi Merek (X2)

X2.1

X2.2

er_1

er_2

(47)

Keterangan :

X2.1 = Pernyataan tentang pertanyaan indikator pertama

X2.2 = Pernyataan tentang pertanyaan indikator kedua

er_j = error X1j

3.6. Asumsi Model

a. Uji Nor malitas dan Linier titas

1. Normlitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji

dengan metode-metode statistik.

2. Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji

normalitas itu disebut sebagai Z-value.pada tingkat signifikan 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data

adalah tidak normal.

3. Normal Probability Plot (SPSS 10.1).Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola

penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

b. Evaluasi Atas Outlier

1. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier.

2. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P <0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square X2 pada df sebesar jumlah variabel

bebasnya. Ketentuan: bila Mahalanobis > dari nilai X2 adalah multivariate

(48)

3. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai sktrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi (Hair, 1998).

c. Deteksi Detek si Multicollinier ity dan Singular ity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan

apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi

Multikolinieritas dan reliabilitas

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya

diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variabel construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan

antara setiap observerd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji

dengan construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan

Variance-ectracted dihitung dengan rumus berikut :

[

]

(49)

Sementara dapat dihitung dengan formula Eyr j = 1 – [Standardize

Loading] secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7

dan variance extracted 0,5 (Hair et.al.,1998). Standardize Loading dapat diperoleh

dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct

standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

3.6.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Causal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t tabel berarti significan

3.6.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to sturctural equation modelling (SEM) digunakan

untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan

jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach

bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model

struktural pada One Step Approach (Hair et.al., 1998). Yang dilakukan dalam

two step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan

estimasi terhadap structural model (Anderson dan Gerbing, 1988). Cara yang

dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two step approach adalah sebagai

(50)

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summed-scale bagi setiap kontrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap

indikator tersebut distandadisasi (Z-score) dengan mean = 0, deviasi standar =

1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang

berbeda-beda tersebut (Hair et.al., 1998).

b. Menetapkan error [c] dan lambda R] terms, error terms dapat dihiitung dengan

rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson dan

Gerbing, 1988]. Perhitungan construk reliability (a) telah dijelaskan pada

bagian sebelumnya dan deviasi standar (a) dapat dihitung dengan bantuan

program aplikasi statistik SPSS. Setelah error (c) dan lambda (X) terms

diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis

model pengukuran SEM.

Keterangan akan symbol-simbol didalam SEM adalah sebagai berikut :

: Faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu

sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia maya.

: Variabel terukur/observed variable/indicators variables

yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui

(51)

Garis dengan anak panah satu arah → = garis yang menunjukkan

hubungan yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju

anak panah merupakan variable dependen.

Garis dengan anak panah dua arah ↔ = garis yang menunjukkan

hubungan yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel

berkorelasi.

3.6.3. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola "confirmatory" menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan

pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis

menggambarkan "god fit" dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tesebut

mempunyai suatu "poor fit" dengan data. Amos dapat menguj i apakah model

"good fit" atau "poor fit". Jadi, "good fit" model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

Goodness of fit, yakni Chi-square, Probality, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,

CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model

(52)

Goodness to Fit Indices

Goodness Of

Fit Index

Keterangan Cut off Value

X2-Chi Square Menguji apakah covariance

populasi yang destimasi sama

covariance sample (apakah model

sesuai dengan data

Diharapkan kecil, a-5

atau paling baik antara

1 dan 2

Probability Uji signifikansi terhadap

perbedaan mariks yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2

atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan

Chi-Square pada sample besar.

≤ 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang

varians dalam matriks sample

yang dijelaskan oleh matriks

covariance populasi yang

diestimasi (analaog dengan R2

dalma regresi berganda)

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00

TLI Pembandingan antara model yang

diuji terhadap baseline model

likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya

sample yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih

dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model

(53)

rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang kecil dan signifikan.

X2 bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sample yaitu terhadap

sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan chi-square

hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu,

uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini

perlu dilengkapi dengan uji yang lain.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR OF APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan

mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai

RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model

dietimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang kecil atau sama dengan 0,08

merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.

3. GFI-GOODNES OF FIT INDEKS

DFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks keseusian

ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks

kiovarians sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang

terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non-statistika yang mempunyai

rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang

tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah "better fit". GFI yang

Gambar

Gambar 1.1 Top Brand Indeks Industri Kecap
Tabel 1.1 Top Brand Indeks Industri Kecap
Tabel 1.1 Data Penjualan Kecap ABC Giant Margerejo
Gambar 3.2 : Contoh Model Pengukuran Variabel Dimensi Asosiasi Merek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi kualitas, kesadaran merek, dan loyalitas merek merupakan bagian dari ekuitas merek yang bisa dijadikan variabel pengukur minat beli konsumen (Jalivand,

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekuitas merek secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap preferensi merek dan niat beli konsumen.. Kata kunci:

Berdasarkan situasi di atas, penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Store Atmosphere dan Ekuitas Merek terhadap minat beli Konsumen dengan Study Kasus

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasa percaya

Penelitian ini menganalisis pengaruh dimensi sepuluh ekuitas merek (kesadaran, loyalitas asosiasi merek, persepsi kualitas, dan perilaku pasar) terhadap minat

Dalam menjaga dan meningkatkan asosiasi merek yang lebih dominan berpengaruh terhadap minat beli, ada baiknya pihak de Boliva dapat membangun asosiasi merek

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel ekuitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasa percaya

Berdasarkan uji parsial (t test), kesimpulannya adalah bahwa kesadaran merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek berpengaruh secara parsial terhadap minat beli