PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT
BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER
DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
AINUN CHALIM
0712010014 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER DI SURABAYA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Malicha, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ii
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Desember 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran... 10
2.2.2. Merek... 13
2.2.3. Ekuitas Merek... 17
2.2.4. Respon Konsumen Terhadap Merek ... 18
2.2.5. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian Konsumen... 20
2.2.6. Minat Beli ... 24
2.2.7. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli ... 26
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ii
2.3.Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.1.1. Pengukuran Variabel ... 32
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 33
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 34
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 39
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 39
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40
4.2.1. Analisis Deskriptif ... 40
4.2.2. Uji Outlier Multivariate... 41
4.2.3. Uji Reliabilitas ... 43
4.2.4. Uji Validitas ... 44
4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted... 45
4.2.6. Evaluasi Normalitas ... 46
4.2.7. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM... 47
4.2.8. Uji Kausalitas ... 49
4.3. Pembahasan... 60
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52 5.1. Kesimpulan ... 52
5.2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin...50
Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur ...41
Tabel 4.3. Identitas Responden Menurut Pendidikan ...41
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate ...42
Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal...43
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas...44
Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated ...45
Tabel 4.7. Assessment of Normality ...46
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...48
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ...49
Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas ...50
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ...48
Gambar 4.2: Model Pengukuran dan Struktural ...49
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
i
DI SURABAYA
Ainun Chalim
ABSTRAK
Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan system perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek dan memahami perilaku merek. Ekuitas merek berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan kualitas, asosiasi merek yang kuat dan asset-asset lainnya seperti paten dan merek dagang. Jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karakteristik produk, harga kenyamanan, dan dengan sedikit mempedulikan merek, kemungkinan ekuitas merek rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan maka merek tersebut memiliki ekuitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli konsumen Coffee Corner.
Jenis data pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Coffe Corner. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling, yaitu pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengunjung yang datang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap faktor minat beli, tidak dapat diterima. (tidak signifikan negatif).
Keywords : Ekuitas Merek dan minat beli.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan sistem
perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk
selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk
mencapai hal itu adalah produk yang dewasa ini berkembang menjadi
sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang konpetitif
preferensi dan minat beli adalah kunci kesuksesan. Dengan demikian,
pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen dan tidak
lagi sekedar pertempuran produk.
Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek
dan memahami perilaku merek. Merek yang prestisius memiliki ekuitas
merek yang kuat. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk maka semakin
kuat daya tariknya untuk mengiring konsumen mengkonsumsi produk
tersebut. Itu berarti akan menghantarkan perusahaan meraup keuntungan
dari waktu ke waktu. Karena merek aset amat penting dan bernilai. Maka hal
itu merupakan Visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat,
mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan. Sehingga akan menjadi
lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki pabrik. Dan
satu-Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
satunya cara untuk memiliki pasar adalah memiliki yang dominan
(Aeker,1997).
Coffee Corner. Kedai kopi yang di Jalan Arief Rahman Hakim ini
menyediakan berbagai jenis kopi dengan harga yang terjangkau. Rasanya
yang tidak kalah dengan kedai-kedai ternama. Suasana juga terasa ketika
memasuki kafe ini. Dengan lighting berwarna kekuningan yang dipadu
interior berwarna coklat, menjadikan tempat ini cocok dijadikan tempat hang
out bersama teman-teman.
Sebagai café baru yang tentunya mempunyai banyak pesaing,
Coffee Corner harus dapat muncul dan berusaha agar dikenal bahkan unggul
di pasaran, dan melakukan strategi merek (Brand Strategy). Brand Strategy
adalah suatu manajemen brand yang bertujuan untuk mengatur semua
elemen brand dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku konsumen. Brand
yang kuat serta mempunyai value akan dapat menciptakan kekuatan merek
(brand equity) yang kemudian akan dapat menjadi keunggulan dari brand
tersebut bila dibandingkan dengan brand lainnya juga sebagai nilai lebih
yang menjadikan brand tersebut dinilai berbeda oleh konsumen ketika
konsumen melakukan keputusan pembelian (Boone dan Kurtz, 2005).
Untuk dapat memperkenalkan brand Coffee Corner kepada
konsumen, Goota melakukan brand strategy, dan salah satu brand strategy
yang dilakukan adalah mengkomunikasikan brand itu kepada konsumen
(Schultz dan Barnes, 1999). Cara lain yang dapat dilakukan adalah brand
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
positioning, brand identity, brand personality, brand extension, rebranding,
dan brand repositioning (Gelder, 2005).
Berbagai jenis kopi yang disajikan. Seperti espresso, origin coffee,
cafe latte, frappuccino, chocolate, dan cappuccino. Cappuccino adalah
varian dari kopi yang paling diminati pengunjung.
Selain kopi, cafe ini juga menyajikan 'Shisha' atau lebih dikenal
rokok ala Arab. Wadahnya cukup unik dengan aroma buah-buahan. Setiap
weekend, Shisha selalu laris manis dipesan anak muda yang datang ke cafe
ini. Untuk menghirup aroma buah dari Shisha, pengunjung harus merogoh
kantong sebesar Rp 35 ribu.
Sembari menikmati kopi dan Shisha, telinga pengunjung dimanjakan
dengan alunan musik pop yang berkumandang. Setiap malam minggu, kedai
ini menghadirkan band-band acoustic.
Cafe ini berdiri sejak 2007 dan ide dari dr Sjamsu Budiono seorang
spesialis mata. Cafe ini sehari-hari di bawah komando Triadi Setiawan sang
keponakan. Cafe ini membidik anak muda dan semua pekerja di cafe itu
semua berusia muda. Pemilik beranggapan pelanggan anak muda paling
cocok dilayani oleh anak muda juga. Tetapi empat tahun belakangan ini
Coffee Corner mengalami penurunan penjualan yang diakibatkan dari
penurunan jumlah pelanggan. Berikut adalah laporan penjualan Coffee
Corner mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Tabel 1.1. Data Pengunjung Coffee Corner tahun 2007 sampai 2010
Berdasarkan Tabel 1.1. diatas menunjukkan pengunjung Coffee
Corner mengalami penurunan yang diindikasikan karena penurunan minat
beli konsumen. Sehingga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
"Ekuitas Merek con affect customer's confidence in the purchase decision"
(Aaker 1991:16). Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri
pelanggan dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu
merek yang diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk
suatu merek, semakin besar keyakinan pelanggan. Kesadaran kualitas
menunjukkan keunikan tertentu suatu merek dibanding, merek produk
pesaing. Dengan keunikan inilah pelanggan memilliki alasan pembelian
(reason to buy) dan membuatnya yakin dan percaya diri. Aaker (1991:1 12)
menyatakan bahwa asosiasi merek dapat mempengaruhi minat beli melalui
penciptaan kredibilitas merek yang baik di benak pelanggan. Merek dengan
kredibilitas yang balk menciptakan kepercayaan yang besar atas merek
tersebut. Asosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri
pelanggan melalui penciptaan benefit association yang positif di benak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
pelanggan. Schiffman & Kanuk (2000:141) menambahkan bahwa brand
association yang postif mampu menciptakan citra merek yang sesuai dengan
keinginan sehingga dapat menciptakan minat beli merek.
Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya
tariknya di mata konsumen untuk termotivasi memilih produk tersebut.
Menurut Rangkuti (2004) apabila para konsumen beranggapan bahwa merek
tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan
melekat secara terus-menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap
merek tertentu yang pada akhirnya akan menciptakan minat beli.
Karena Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek
yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah
atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang dan jasa kepada
perusahaan atau pelanggan. Ekuitas merek berhubungan dengan nama merek
yang dikenal, kesan kualitas, asosiasi merek yang kuat dan asset-asset
lainnya seperti paten dan merek dagang. Jika pelanggan tidak tertarik pada
satu merek dan membeli karena karakteristik produk, harga kenyamanan,
dan dengan sedikit mempedulikan merek, kemungkinan ekuitas merek
rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek
walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk yang
lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan maka merek
tersebut memiliki ekuitas yang tinggi. (Aida, 2007:146)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dari fenomena dan penjelasan teori di atas peneliti ingin
mengetahui bagaimana penilaian konsumen terhadap perkembangan Coffe
Corner diukur dari ekuitas mereknya. Ekuitas merek adalah seperangkat aset
dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu
barang dan jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Menurut Aaker, ekuitas
merek diukur melalui empat dimensi yaitu brand awareness, brand
association, perceived quality dan brand loyalty
Menurut Aaker dalam Rangkuty (2002:39), ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau kepada
pelanggan perusahaan. Sedangkan menurut Durianto dkk (2001:4), ekuitas
merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan
dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau
menguranginilai yang diberikan oleh sebuah produk baik pada perusahaan
maupun pada pelanggan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
menelusuri “PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA COFFEE CORNER DI SURABAYA”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran pada latar belakang tersebut diatas, maka
penulis merumuskan permasalahan, yaitu :
Apakah ekuitas merek berpengaruh terhadap minat beli konsumen Coffee
Corner ?.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli konsumen
Coffee Corner ?.
1.4.Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini dapat membarikan masukan bagi pemilik Coffe
Corner di dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah
dilakukan oleh
1. Ponco, Epi, (2007), Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelanggan
Telkomnet Instan Terhadap Minat Pembelian Telkomnet Speedy
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh customer base brand
eguity terhadap minat pembelian. Berdasarkan hasil penelitian maka
ekuitas merek dari basis pelanggan telkomnet instan memiliki pengaruh
positif terhadap minat pembelian merek dengan pengaruh sebesar 40.47%.
2. Donna Maryati Panggabean, Amrin Fauzi dan Rismayani (2009) Analisis
Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek Papa Ron’s Terhadap Kepuasaan
Konsumen (studi Kasus Pada Restoran Papa Ron’s di Medan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor ekuitas merek yang
terdiri dari loyalitas merek, mutu yang dirasakan, asosiasi merek dan
kesadaran merek terhadap konsumen Restoran Papa Ron’s di Medan. Data
dikumpulkan melalui survei menggunakan kuesioner. Adapun teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan
diperoleh sampel sebanyak 115 responden. Untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini digunakan analisis regresi. Hasil analisis
dirasakan, asosiasi merek dan kesadaran merek berpengaruh terhadap
kepuasan konsumen Restoran Papa Ron’s di Medan.
3. Junaedi (2009) dengan judul : Pengaruh Store Atmosphere Terhadap
Minat Beli Konsumen Pada Toserba Kuningan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
store atmosphere terhadap minat beli konsumen pada toserba kuningan.
Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis
statistik uji korelasi. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa untuk analisis korelasi produk
moment dapat diartikan bahwa store atmosphere memiliki hubungan yang
kuat dengan minat beli konsumen, hal ini dapat terlihat pada perolehan r
sebesar 0,751 yang termasuk kategori kuat.
4. Inneke Qamariah (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda terhadap Loyalitas Pelanggan
(Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dimensi
ekuitas merek mana yang berpengaruh lebih signifikan pada merek sepeda
motor Honda terhadap Loyalitas Pelanggan. variabel loyalitas merek,
kesan kualitas dan asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan sepeda motor merek Honda di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, sedangkan variabel kesadaran merek tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran adalah
suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan
dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi
gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi
sasaran-sasaran individu dan organisasi. Dari beberapa definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pemasaran merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa dalam menciptakan hubungan pertukaran yang dapat memenuhi
2.2.1.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci
untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran.
Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan
terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen.
Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah
sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler
(1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan
penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif
dibanding para pesaing.
Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai
dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan
menjadi tiga elemen pokok, yaitu :
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.
Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya
memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih
b. Volume penjualan yang menguntungkan
Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh
dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat
tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat
memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat
rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan
pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan
kepuasan pada konsumen.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam
pemasaran turut berkecimpung dalam usaha yang konsisten, sehingga tujuan
perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang
menjadi keputusan.
Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18)
adalah sebagai berikut:
a. Konsep pejualan
1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.
2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya
menjadi uang tunai.
b. Konsep pemasaran
2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan
melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk
tersebut.
2.2.2. Merek
Menurut American Marketing Associattion (Kotler, 2000 : 460)
mendefinisikan merek sebagi berikut :
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasidari hal-hal
tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari
seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing.
Merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan pengalaman
dalam pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh perusahaan tentang produk
tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu
merek muncul dari presepsi dan asaosiasi positif yang dipegang oleh seseorang
dan tidak hanya terdiri dari idwe tentang fungsi perasaan dan asosiasi. Merek
dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460)
1. Atribut (attributes)
Suatu merek membawa atribut-atribut dalam benak konsumen Merek
mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama,
bergengsi tinggi.
2. Manfaat (benefits)
Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional.
Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut
“mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.
3. Nilai (Value)
Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen.
Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.
4. Budaya (culture)
Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya
Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
5. Kepribadian (personality)
Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang
memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).
6. Pemakai (user)
Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk
tersebut.
Suatu merek mempunyai lima komponen (Assael, 1993 : 393-400)
1. Nama merek (brand name)
Nama merek merupakan indicator inti yang mendasar dari merek, basis
untuk kesadaran maupun usaha-usaha komunikasi. Bahkan sering kali
menggambarkan merek tersebut. Dengan kata lain, nama merek bisa
membentuk esesnsi dari konsep suatu merek (Aaker, 1997: 277).
2. Simbol (symbol)
Simbol adalah bagian yang penting dari suatu merek yang mempunyai
bentuk yang unik. Suatu simbol dapat mengkomunikasikan
asosiasi-asosiasi atau bahkan atribut-atribut yang spesisfik (Aaker, 1997). Sebuah
symbol bisa dengan sendirinya menciptakan kesadaran, asosiasi, dan rasa
suka atau perasaan mempengaruhi loyalitas atau kesan kualitas (Aaker,
1997: 294).
3. Pengemasan (the package)
Pengemasan mencakup kegiatan-kegiatan dalam mendesain dan
memproduksi kontainer atau pembungkus untuk suatu produk. Fungsi
utama kemasan adalah untuk membungkus dan melindungi produk. Selain
itu, kemasan juga berfungsi untuk menarik perhatian, menjelaskan produk,
hingga membuat penjualan (Aaker. 1997: 287)
4. The warranty
Pernyataan tertulis yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk
mengganti atau memperbaiki produk yang rusak / cacat.
5. Citra merek (brand image)
Keseluruhan kesan yang terbuentuk dalam benak konsumen oleh
karakteristik fisik merek, nama, symbol, keriaasan, dan reputasi untuk
Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk, dan
pamberian merek dapat menambah nilai produk tersebut (Kotler dan Amstrong,
1997: 267). Pemberian merek dapat bernilai bagi perusahaan dan pelanggan.
Keuntungan pemberian merek bagi perusahaan (Assael, 1993: 400) :
1. Bila nama merek diasosiasikan dengan produk yang sukses, hal ini akan
menarik loyalitas pelanggan
2. Merek yang telah membangun dasar loyalitas konsumen telah mempunyai
kekuatan.
3. Merek dengan loyalitas konsumen juga memlihara pendukung distribusi lebuih
mudah.
4. Merek yang kuat dapat diturunkan dengan menerapkannya pada spin-offs
dalam lini produk.
Keuntungan pemberian merek (branding) bagi konsumen
1. Nama merek mengidentifikasi manfaat produk sehingga konsumen
mengetahui apa yang akan mereka peroleh.
Konsumen tidak perlu kawatir tentang variasi dalam isi dan kualitas dari satu
pembeli ke pembelian berikutnya.
2. Branding memfasilitasi belanja.
Penghargaan nama merek mengijinkan konsumen untuk membeli dengan
sedikit waktu yang diperlukan untuk membandingkan dan mencari informasi.
Konsumen ingat rasa, isi, harga, dan kinerja suatu merek. Konsumen ingat
merek mana yang memuaskan mereka dan mana yang tidak. Karena hal inilah
branding membentuk kesempatan bagi konsumen untuk menjadi loyal pada
merek.
2.2.3. Ekuitas Merek
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004: 2), dalam menghadapi persaingan
yang ketat, merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas, bernilai, dan
berkesinambungan, menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat
membantu strategi pemasaran . Keller (1993: 43) menyatakan brand equity
adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau
tidak. Pengukuran dari brand equity sangatlah berhubungan kuat dengan kesetiaan
dan bagian pengukuran dari pengguna baru menjadi pengguna yang setia.
Ada beberapa pengertian brand equity yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, yang pertama Susanto dan Wijanarko (2004: 127), ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama
dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu
barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan.
Ekuitas Merek adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan
menggunakan suatu brand atau tidak. Adapun dimensinya: Qomariah, (2008).
Brand awareness merupakan kemampuan konsumen untuk mengingat suatu
brand dan yang menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan brand lainnya.
quality persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu
produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Indikator empirik:
Kesempurnaan produk , Nilai emosional-kenyamanan, Rancangan Produk /
Desain. Brand association sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai
sebuah produk. Indikator empirik: Harga produk, Lokasi penjualan
2.2.4. Respon Konsumen Terhadap Merek
Respon memainkan peranan utama dalam mem-bentuk perilaku, dimana
respon terhadap merek sering mempengaruhi apakah konsumen akan mem-beli
atau tidak. Respon positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan
konsumen melakukan pembeli-an terhadap merek itu, dan sebaliknya respon
negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut
Swastha dan Handoko (1997: 91): “Respon adalah predisposisi (keadaan mudah
terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang
dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut”. Sedang-kan
menurut Engel, Blackwell, Minniard (1994:336) mendefinisikan respon sebagai
”Suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang bertindak dengan cara
menguntungkan atau tidak menguntung-kan secara konsisten berkenaan dengan
obyek yang diberikan”.
Respon berguna bagi pemasaran dalam banyak cara. Sikap ini kerap
digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sikap dapat pula
pasar. Sikap juga berhasil dalam membentuk pangsa pasar dan memilih target
pasar. Menurut Assael (1995 : 267) sikap memiliki tiga komponen yaitu:
1. Komponen kognitif /Berpikir : kepercayaan merek (brand belief)
Komponen ini menunjukkan pengetahuan dan keyakinan seseorang terhadap
suatu atribut manfaat (benefit) dan suatu obyek (persepsi). Umumnya persepsi
akan membentuk kepercayaan.
2. Komponen Afektif / Perasaan : evaluasi merek (brand evaluation)
Komponen ini akan menunjukan perasaaan dan keseluruhan evaluasi seseorang
terhadap suatu merek atau obyek tertentu.
3. komponen Konatif / Tindakan : maksud untuk membeli (intention to buy)
Komponen ini menunjukan kecenderungan seseorang atau konsumen untuk
bertindak suatu obyek.
Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah karena evaluasi
merek merupakn ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk menyenangi atau
tidak menyenangi merek tertentu. Kepercayaan merek datang sebelum dan
mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi merek terutama menentukan perilaku
kehendak. Dalam faktanya, evaluasi merek sesuai dengan definisi dari sikap
terhadap merek yaitu untuk mengevaluasi merek baik disenagi atau tidak disenagi
2.2.5. Tahap-tahap dalam Proses Pembelian Konsumen
Menurut Swasta (2000:120) proses konsumen untuk membeli dalam
mengambil keputusan merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah pada
kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginannya. Tahap dalam proses pembelian oleh konsumen
untuk membeli suatu produk sebagai berikut:
a. Menganalisa kebutuhan dan keinginan. Analisa untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum dapat terpenuhi atau terpuaskan. Jika
kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami
adanya kebutuhan yang belum terpenuhi atau masih ditunda pemenuhannya
serta kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
b. Menilai sumber-sumber. Tahap ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang sumber-sumber dan menilainya untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang dirasakan.
c. Menetapkan tujuan pembelian. Pada tahap ini konsumen akan menetapkan tujuan pembelian dalam membeli suatu produk atau jasa serta
mengadakan seleksi terhadap alternative pembelian berdasarkan tujuan
pembeliannya.
d. Keputusan untuk membeli. Adalah proses dalam pembelian yang nyata jadi selain konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau
tidak terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
perilaku perusahaan dapat mempengaruhi penjualan dan juga mempengaruhi
ucapan konsumen kepada pihak lain tentang produk perusahaan atau
memberikan gambaran yang buruk mengenai produk perusahaan tersebut.
Untuk memperhatikan hal tersebut hendaknya perusahaan dapat bertindak
dengan menekan kepada segi-segi tertentu atau pelayanan tertentu dari
produknya.
Sedangkan menurut Kotler (2004; 205) proses perilaku konsumen dalam
mengambil keputusan membeli mempergunakan lima tahap yang dilalui
konsumen yaitu: pengenalan masalah, mencari informasi, evaluasi alternative,
membuat keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Adapun proses dari
tahap-tahap tersebut adalah:
a. Pengenalan masalah
Pengenalan masalah adalah tahap ketika konsumen mengenali adanya
masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan
sebenarnya dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh
rangsangan internal seperti halnya kebutuhan normal seseorang seperti lapar,
haus, seks akan muncul ketingkat lebih tinggi untuk mencapai dorongan.
Kebutuhan juga timbul karena rangsangan eksternal seperti halnya rasa
kagum, ketertarikan sebuah tayangan iklan. Pada tahap ini para pemasar
perlu meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau masalah apa
yang muncul, apa yang menarik mereka dan bagaimana menarik itu
B. Pencarian Informasi
Adalah tahap dari proses keputusan membeli yang merangsang untuk
menbcari informasi yang lebih banyak. Seorang konsumen yang sudah
tertarik mungkin mencari lebih banyak Informasi tetapi mungkin juga tidak.
Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam
jangkauan konsumen miungkin akan membelinya. Bila tidak, konsumen
dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian
informasi lebih lanjut yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Dalam
memperoleh informasi, konsu men dapat melalui beberapa sumber seperti:
1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
2. Sumber Komersial: iklan, wiraniaga, agen, pameran
3. Sumber Publik: media massa, organisasi konsumen
4. Sumber Pengalaman: penggunaan produk, menguji
Mengenai sumber informasi yang digunakan oleh konsumen, pemasar
perlu mengidentifikasi sumber-sumber itu dengan cermat dan menilai pentingnya
sumber-sumber informasi itu. Konsumen perlu diminta keterangannya tentang
nagaimana mereka pertama kali, apakah informasi yang masuk selanjutnya, dan
pentingnya beberapa sumber informasi lainnya yang berbeda secara selektif.
Pemasar akan memperoleh kesimpulan bahwa informasi ini penting dan
mempunyai pengaruh dalam mempersiapkan komunikasi yang efektif terhadap
c. Evaluasi alternative
Pemasar perlu mengetahui tentang penilaian alternative, bagaimana konsumen
untuk memperoleh informasi unrtuk sampai pada pilihan mereka. Beberapa
konsep dasar akan membantu untuk memperjelas proses penilaian konsumen.
1. Sifat-sifat produk, yaitu bahwa setiap konsumen memandang suatu produk
sebagai himpunan dari sifat-sifat atau cirri-ciri tertentu.
2. Pemasar perlu memperhatikan ciri produk daripada penonjolan
ciri-ciri. Konsumen mungkin mengaitkan pentingnya bobot pentingnya ciri-ciri
yang berbeda itu dengan ciri-ciri yang sesuai, sehingga suatu perbedaan
dapat dibuat antara pentingnya suatu cirri dengan penonjolanya.
3. Seperangkat kepercayaan dimana konsumen berbeda-beda terhadap
cirri-ciri produk yang sebenarnya sesuai dengan pengalamannya, dana dampak
dari persepsi selektif, perubahan makna informasi secara selektif, dan
kemempuan mengingat kembali secara selektif.
4. Fungsi kemanfaatan untuk setiap cirri-ciri yaitu menggambarkan
bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk
dengan tingkat alternative yang berbeda-beda dari setiap cirri.
5. Prosedur penilaian, yaitu konsumen terbentuk terhadap beberapa pilihan
dari sekian banyak cirri-ciri obyek.
D. Minat Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek
dalam kumpulan pilihan serta membentuk niat pembelian. Konsumen
demikian ada dua factor yang dapat mencampuri maksud membeli dan
keputusan membeli yaitu:
1. Pendirian atau sikap orang lain
2. faktor situasi yang tidak terantisipasi
Keputusan konsumen untuk mengubah, menangguhkan, atau membatalkan
keputusan membeli dipengaruhi oleh pandangan resiko seseorang. Pemasar harus
memahami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya resiko dalam diri
konsumen serta memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi resiko
yang dirasakan.
E. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli,
melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian, tindakan pasca
pembelian dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian.
Konsumen yang puas akan terus melakukan pembelian sampai menjadi
pelanggan. Konsumen yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk
bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada
teman-teman mereka. Karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan
konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.
2.2.6. Minat Beli
Minat beli terjadi dari berbagai tahapan saat iklan masuk pada konsumen,
rasa ketertarikan terhadap produk yang diiklankan tadi, sehingga konsumen akan
mulai mencoba dengan apa yang mereka ketahui di iklan tadi, dari tahap mencoba
tadi mereka akan melakukan suatu tindakan pembelia (Tjiptono, 1998; 226).
Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap
mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (1995; 306), minat beli adalah tahap
kecenderungan repsonden untuk bertindak sebelum keputusan membeli
benar-benar dilaksanakan. Sedangkan minat pembelian ulang merupakan minat
pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan pada
masa lalu. (Thamrin, 2003; 142)
Jelas bahwa daya tarik sangat berperan terhadap usaha seseorang untuk
mencapai suatu tujuan karena didalam minat terdapat unsur dan perhatian,
sehingga kemauan yang terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa,
akan tetapi merupakan kemauan yang disertai perasaan senang. Minat beli timbul
karena adanya kebutuhan pribadi, keinginan, tuntutan pada masyarakat,
pengaruh-pengaruh dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah
pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang bersifat intrinsic yang mampu
membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian terhadap suatu barang atau
jasa karena dia merasa bahwa barang atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut
dengan dirinya. Dengan kata lain, minat beli ini dapt timbul dari kebutuhan
pribadi dan tuntutan masyarakat serta dari pikirandan perasaan terhadap barang
atau jasa yang diinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga
Menurut Junaedi (2009:102) minat beli merupakan suatu perilaku
pembelian konsumen terhadap suatu rangsangan yang diberikan para pemaar saat
akan melakukan pembelian, dengan dimensi : Attention (menarik perhatian) yang
diindikatori : Jenis produk, Produk yang dibutuhkan, Produk utama. Interest
(Menimbulkan minat lebih dalam) yang diindikatori : Label harga, Harga sesuai.
Desire (keinginan untuk membeli) yang diindikatori : Area toko yang bersih,
Tempat yang nyaman, Logo
2.2.7. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli
Pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa "Brand equity con affect customer's confidence in
the purchase decision" (Aaker 1991:16). Kesadaran merek mempengaruhi
rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian dengan mengurangi
tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang diputuskan untuk dibeli.
Semakin kecil tingkat perceived risk suatu merek, semakin besar keyakinan
pelanggan atas keputusan pembeliannya. Kesadaran kualitas menunjukkan
keunikan tertentu suatu merek dibanding, merek produk pesaing. Dengan
keunikan inilah pelanggan memilliki alasan pembelian (reason to buy) dan
membuatnya yakin dan percaya diri atas keputusan pembeliannya. Aaker
(1991:1 12) menyatakan bahwa asosiasi merek dapat mempengaruhi rasa
percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian melalui penciptaan
kredibilitas merek yang balk di benak pelanggan. Merck dengan kredibilitas
Asosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas
keputusan pembelian melalui penciptaan benefit association yang positif di
benak pelanggan. Positive beliefit association on mampu memberikan
reason to hung yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas
keputusan pembelian Schiffman & Kanuk (2000:141) menambahkan bahwa
brand association yang postif mampu menciptakan citra merek yang sesuai
dengan keinginan sehingga dapat menciptakan rasa percaya diri pelanggan
atas keputusan pembelian merek tersebut. Aaker ( 1991:40) menyatakan
bahwa tingkat brand loyalty tinggi, yaitu komitmen pelanggan yang kuat
atas merek dapat menciptakan rasa percaya diri yang besar pada pelanggan
saat mengambil keputusan pembelian (Assael, 1992:89).
Karena Brand Equity menunjukkan keunikan tertentu suatu merek
dibanding, merek produk pesaing. Dengan keunikan inilah pelanggan
memilliki alasan pembelian (reason to buy) dan membuatnya yakin dan
percaya diri atas keputusan pembeliannya. Sehingga kesimpulannya Brand
Ekuitas Merek
(X)
Minat Beli (Y)
Kesadaran Merek
(X1)
Asosiasi Merek
(X2)
Persepsi Kualitas
(X3)
2.3. Kerangka Konseptual
Menimbulkan Minat (Y2)
Keinginan untuk Membeli (Y.3) Menarik Perhatian
2.4 Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang dan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bahwa ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen Coffee
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
I. Ekuitas Merek (X) adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan
menggunakan suatu brand atau tidak. Adapun dimensinya: Qomariah, (2008).
1. Brand awareness (X1), kemampuan konsumen untuk mengingat suatu brand
dan yang menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan brand lainnya.
Dengan indikator :
a) Pengenalan merek
b) Media iklan
c) Kegiatan Promosi
2. Perceived quality (X2); persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang
diharapkan. Indikator:
a) Kesempurnaan produk
b) Nilai emosional-kenyamanan
c) Rancangan Produk / Desain
3. Brand association (X3) sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai
a) Harga produk
b) Lokasi penjualan
II. Minat Beli (Y)
Merupakan suatu perilaku pembelian konsumen terhadap suatu
rangsangan (stimulus) diberikan para pemasar saat akan melakukan
pembelian Adapun dimensinya: (Junaedi, 2009:102)
Attention (menarik perhatian), dengan indikator :
a) Jenis produk
b) Produk yang dibutuhkan
c) Produk utama
2. Interest (Menimbulkan minat lebih dalam), dengan indikator :
a) Label harga
b) Harga sesuai
3. Desire (keinginan untuk membeli, dengan indikator :
a) Area toko yang bersih
b) Tempat yang nyaman
c) Logo
3.1.1. Pengukuran Variabel
Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. Skala
interval adalah angka yang diberikan untuk membedakan, menunjukkan
peringkat dan mempunyai jarak. Sedangkan teknik pengukurannya
lain dari Bipolar Adjective dengan mengembangkan pernyataan yang
menghasilkan jawaban setuju – tidak setuju dalam berbagai rentang nilai
yang mempunyai skala 10 dengan pola sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sangat tidak setuju Sangat Setuju
3.2.Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Coffe Corner.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah
populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel yang dilakukan
adalah non probability sampling dengan teknik teknik accidental sampling,
yaitu pengambilan sampling secara sembarang (kapanpun dan dimanapun
menemukannya) asal memenuhi syarat sebagai sampel dan populasi tertentu.
Pengambilan dengan cara memberikan kuesioner kepada setiap pengunjung
yang datang
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan
pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila
terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Karena terdapat 16 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
(16 X 6 = 96) yang dibulatkan menjadi 102 responden.
3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung dari pengunjung Coffe Corner dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Interview,
Yaitu mengadakan wawancara kepada pengunjung Coffe Corner
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang
memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit.
Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh
sebagai berikut :
Persamaan Brand awareness (X1) :
X.1. = 1 Brand awareness + er_1
X.2 = 2 Brand awareness + er_2
X.3 = 3 Brand awareness + er_3
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran
model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor
analysis, maka model pengukuran dengan contoh variable harga akan
nampak sebagai berikut :
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Brand awareness
Brand awareness
X1.1 er_1
X1.2 er_2
Keterangan :
X.1 = pertanyaan tentang Pengenalan merek
X.2 = pertanyaan tentang Media iklan
X.3 = pertanyaan tentang Kegiatan Promosi
3.4.2. Outliers
Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik
secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik
unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui
munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat
kategori.
Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik
80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban
responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah
nilai ekstrim.
Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti
Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak
dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai
ekstrim itu.
Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau
sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.
3.4.3. Evaluasi atas outliers
Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier
Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <
0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah
multivariate outlier.
3.4.4. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
pembentukan indikator.
3.4.5. Uji Reliabilitas
Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana
masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang
umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70
dan variance extracted≥ 0,5 Hair et. al., (1998).
3.4.6. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah
adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang
biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan
singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati
determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil
mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak
dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. Augusty (2002 : 108).
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.
3.4.9. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF
FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].
0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya
sample dan kerumitan model. 0,95
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah singkat Perusahaan
Menjadi salah satu tempat nongkrong paling asik bagi warga sekitar
Surabaya. Tempat yang menghidangkan sajian kopi ini telah terkenal baik di
kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Coffee Corner Surabaya berlokasi di
Jalan AR. Hakim tepatnya dekat kampus ITATS.
Sebagai salah satu kafe yang terdepan dan ahli dalam dunia kopi,
Coffee Corner meracik dari 100% natural roasted kopi Arabica yang
dijadikan serbuk micro-ground sehingga membuat rasanya tetap kaya dan
full bodied seperti secangkir kopi yang fresh-brewed di Coffee Corner.
Penentuan lokasi perusahaan sangat penting karena sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup serta perkembangan perusahaan
itu sendiri, maka penentuan lokasi perusahaan ini harus dipertimbangkan
secara matang dan juga harus sesuai dengan lingkungan, situasi dan kondisi
alam serta masyarakat sekitarnya.
Coffee Corner berlokasi di Jl. Jalan AR. Hakim No. 50
Surabaya. Adapun faktor – faktor yang dipertimbangkan antara lain :
a. Transportasi yang cukup lancar mengingat letak perusahaan berada
b. Fasilitas listrik yang memadai.
c. Tidak jauh dari pusat industri di Surabaya.
Dengan pertimbangan tersebut diatas, maka Jalan AR. Hakim
mampu menjalankan operasinya dengan baik.
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Gambaran statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran jawaban responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap
unsur-unsur yang ada pada setiap variabel.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Dalam Tabel 4.1 terlihat bahwa dari 102 responden 90 responden (81,8%)
adalah laki-laki, 12 responden (18,2%) perempuan.
Tabel 4.1
Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 90 81,8 Perempuan 12 18,2
Total 102 100 Sumber : Lampiran.
b. Deskripsi responden berdasarkan Umur
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 19-20 tahun
sejumlah 40 orang (40%) selanjutnya, yang berumur sekitar 21–22 tahun
Tabel 4.2
Identitas Responden Menurut Umur
No Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 19 – 20 tahun 40 40
2. 21 – 22 tahun 60 60
Total 100 100
c. Deskripsi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar tingkat pendidikan
No tingkat pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 SD 10 9,6
2 SLTP 40 38
3 SMA 31 32,4
4 S-1 21 20
Total 102 100
Sumber : Data kuisioner Diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini adalah berpendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 10
orang atau sebesar 9,6%, SLTP sebanyak 40 orang atau sebesar 38%,
SMA sebanyak 34 orang atau sebesar 32,4%, sisanya S-1 sebanyak 21
orang atau 20%.
4.2.2. Uji Outlier Multivariate
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier
dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak
antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan
menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah
ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji
terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak
Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan
menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel
yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel
berikut :
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier Multivariate
Standard Error of Predicted
Value 6.413 19.333 10.591 3.583 102 Adjusted Predicted Value 22.169 108.510 51.726 13.589 102 Residual -66.264 63.860 0.000 27.046 102 Centered Leverage Value 0.039 0.430 0.137 0.105 102
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengujian ditemukan
bahwa terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum
43,467 ≥ 39,252. Sebanyak 5 case outlier ini harus dieliminasi sehingga N
4.2.3. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s
Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel
atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan
untuk memperbaiki ukuran – ukuran dan mengeliminasi butir – butir yang
kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang
dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.4. Pengujian Reliability Consistency Internal
Konstrak Indikator Item to Total Correlation
Perception X32 0.837 0.656 Y1 0.407
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi
karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap
construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien
Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of
thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].
4.2.4. Uji Validitas
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s
Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance
extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi
internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar
bahwa indikator – indikator individual mengukur suatu pengukuran yang
sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada
tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa
factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap
construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap
konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.
4.2.5. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal crobach’s alpha,
perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance eztracted.
Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan
memberikan penelitian kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Tabel 4.6. Construct Reliability & Variance Extrated
Konstrak Indikator X22 -0.199 0.040 0.960 Brand Association
X23 0.155 0.024 0.976
0.102 0.136
X31 0.112 0.013 0.987 Quaality
Perception X32 -0.047 0.002 0.998 0.002 0.007 Y2 0.357 0.127 0.873
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s
Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance
yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa
indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability
dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang
ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7.
Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70
pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang
terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan
pada tingkat 0,50..
4.2.6. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan kurtotis value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam bentuk statistik deskriptif.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai Z
lebih besar dari nilai kritis maka distribusi data adalah tidak normal.
Tabel 4.7. Assessment of Normality
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data
yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih
besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01
[1%] yaitu sebesar ± 2,58.
Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di luar
2,58 itu berarti asumsi normalitas tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak
menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa
jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood
estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat
menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam
estimasi selanjutnya.
4.2.7. Evaluasi Model One-Steep Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan
terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan
structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one – steep approach
to SEM). One – steep approach to SEM digunakan bila model dilandasi teori
Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Equity, & Purchase Intention
Model Specification : One Step Approach - Base Model
Brand
Tabel 4.8. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model Cmin/DF 1.637 ≤ 2,00 baik Probability 0.000 ≥ 0,05 kurang baik
RMSEA 0.079 ≤ 0,08 kurang baik
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach modifikasi ternyata
dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya
menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai
dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi
Gambar 4.3. Model Pengukuran dan Struktural
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Equity, & Purchase Intention
Model Specification : One Step Approach - Elimination Modification Model
Brand
Tabel 4.9. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix :
1.139.755.577 > 0.10 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau
singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian
besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya
Tabel 4.10. Data Uji Kausalitas
Ustd Std
Faktor Faktor Estimate Estimate Prob. Purchase_Intention Brand_Equity -0.059 -0.170 0.320 Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran
4.3. Hasil Uji Pengujian Hipotesis Penelitian
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis
yang menyatakan bahwa :
Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat
diterima [Prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].
4.4 Pembahasan
Faktor ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli, tidak dapat
diterima karena prob. kausalnya 0,320 > 0,10 [tidak signifikan [negatif].
Hal ini tidak sesuai dengan jurnal Ponco Sepi (2007) yang menyatakan
bahwa ekuitas merek dari basis pelanggan telkomnet instan memiliki
pengaruh positif terhadap minat pembelian merek dengan pengaruh
sebesar 40.47% .
Dan di cofe corner banyak pengunjung yang berusia masih muda, dan
jarang ada yang pecandu kopi. Karena itu mereka tidak mementingkan
rasa serta kualitas dari produk tersebut, mereka hanya mementingkan
berkumpul bersama teman-teman atau Cuma dibuat nongkrong saja