Gambar 2.2. Skema Penentuan Uji Kebutuhan Vitamin secara Kuantitatif
Pengaruh berupa gejala yang ditimbulkannya dapat dievaluasi menggunakan berbagai kriteria dan mengindikasikan berapa konsentrasi optimum dari jenis vitamin yang sedang dikaji tersebut dibutuhkan oleh ikan. Apabila pakan uji memunculkan gejala kekurangan akan vitamin, maka berarti bahwa vitamin dengan kadar tertentu dalam pakan tersebut tidak sesuai untuk diberikan pada ikan uji dan oleh karena itu pakan tersebut tidak lagi digunakan. Sebaliknya bila terdapat pakan uji yang tidak memunculkan gejala kekurangan vitamin atau memberikan pengaruh terhadap ikan uji sebagaimana pakan kontrol, maka vitamin dengan kadar sebagaimana dalam pakan uji tersebut ditetapkan sebagai kebutuhan terendah dalam pakan. Selanjutnya pakan tersebut diujikan kembali pada ikan yang dipelihara di dalam kolam dengan kepadatan tinggi. Apabila pakan tersebut memunculkan beberapa gejala yang merugikan bagi ikan, misalnya stres atau penyakit, maka berarti bahwa kadar vitamin dalam pakan tersebut perlu untuk ditingkatkan kembali diatas kadar yang telah ditetapkan berdasarkan pada percobaan laboratorium (Gambar 2.3).
Penambahan vitamin dalam pakan hingga kadar tertentu yang lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan ikan adalah penting dikarenakan beberapa alasan.
Pertama, jenis vitamin tertentu mungkin saja rusak selama proses pembuatan dan
penyimpanan pakan. Sebagai contoh adalah terjadinya oksidasi vitamin C (ascorbic acid). Oksidasi vitamin C merupakan masalah yang umum terjadi. Proses oksidasi ini dapat dipercepat oleh adanya pengaruh panas, kelembaban, perubahan pH, keberadaan logam-logam tertentu, dan oksidasi lipid yang sedang berlangsung. Oksidasi vitamin dapat dikontrol melalui berbagai macam cara, diantaranya adalah: a) pakan sebaiknya dilindungi dengan berbagai bentuk vitamin yang sudah diproteksi; b) penggunaan berbagai jenis lemak yang mudah
teroksidasi hendaknya dihindarkan atau dibatasi; c) kondisi penyimpanan yang kurang tepat sebaiknya dihindari; dan d) pakan sebaiknya segera dipergunakan setelah pembuatan (pelleting) selesai. Kedua, kandungan vitamin dari berbagai bahan penyusun pakan cukup bervariasi.
Gambar 2.3. Skema Prosedur Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kriteria dan Gejala Bio-Fisiologis yang Ditimbulkan Pakan Uji terhadap Ikan Uji.
Sementara itu, kadar yang sebenarnya dari berbagai vitamin dalam bahan penyusun pakan tersebut tidaklah diketahui kecuali setiap bahan dianalisis. Dengan demikian lebih mudah dan lebih aman mengasumsikan tak ada vitamin dalam pakan yang sesuai jumlahnya dengan kebutuhan ikan. Ketiga, beberapa bahan penyusun pakan mengandung berbagai faktor anti-nutritional yang ada secara alami. Faktor-faktor anti-nutritional ini mungkin mengurangi ketersediaan
TEST DIETS COMPLETE DIET
Minimum dietary requirement Ada gejala
kekurangan
Tak ada gejala kekurangan
¾ Pertumbuhan normal ¾ Tak ada perubahan
metabolik ¾ Tak ada gejala
kekurangan
¾ Stres dikarenakan kepadatan tinggi
¾ Muncul penyaklit ¾ Berbagai gejala yang belum
Membutuhkan vitamin dalam pakan dengan konsentrasi diatas kadar minimum
berdasarkan percobaan laboratorium Pakan tak
atau berpengaruh terhadap fungsi beberapa vitamin tertentu. Keempat, hendaknya dibuat perkiraan akan terjadinya pencucian atau pelepasan berbagai vitamin dari pakan tersebut ketika pakan diberikan pada ikan. Lepasnya vitamin ke dalam air merupakan masalah utama pada pemberian pakan untuk krustase, dimana pellet mungkin saja berada beberapa jam di dalam air bak atau kolam sebelum benar-benar dikonsumsi.
M
ineral
Definisi dan Pengertian Mineral.
Definisi dan pengertian akan mineral yang dikelompokkan kedalam mineral esensial bagi ikan dan hewan berbeda dengan definisi untuk asam amino maupun asam lemak. Menurut Prof.Dr.Ir. Toha Sutardi, MSc. (2004), seorang guru besar pada bidang ilmu nutrisi ternak, IPB, definisi mineral esensial dikategorikan berdasarkan pada 3 kriteria, yaitu konservatif yang berat kriteria persyaratannya, liberal yang ringan kriteria persyaratannya, dan moderat dengan kriteria persyaratan diantaranya. Beliau menganut paham liberal, yaitu bilamana defisiensinya mengakibatkan perubahan fungsional dari optimal menjadi sub-optimal maka mineral tersebut dapat dikategorikan sebagai mineral esensial. Beliau berpendapat bahwa suatu elemen dapat dipertimbangkan bersifat esensial jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1) dipertahankan pada status homeostasi, jika kelebihan akan diekskresi; 2) sudah ada sejak lahir dan menurun sejalan dengan bertambahnya usia; dan 3) merupakan bagian (kofaktor) enzim serta gejala defisiensi yang ditimbulkan dapat diatasi. Sedangkan menurut Georgievskii (1982), seorang ahli nutrisi mineral berkebangsaan Rusia menyatakan bahwa suatu elemen dapat dipertimbangkan bersifat esensial jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1) jika selalu terdapat di dalam hewan pada konsentrasi yang hampir sama untuk setiap individu hewan; 2) jika kandungan dari elemen yang diberikan tersebut di dalam berbagai jaringan yang berbeda mengikuti urutan (sekuensi) yang sama; 3) jika suatu pakan yang defisien akan elemen tersebut menghasilkan gejala-gejala defisiensi yang jelas pada hewan dan perubahan-perubahan biokimia yang jelas dalam jaringan; dan 4) jika gejala-gejala dan perubahan-perubahan yang ditimbulkan tersebut dapat dicegah atau dieliminasi dengan penambahan elemen yang sedang dikaji ke dalam pakan uji.
Mineral terdapat dalam sel dan jaringan tubuh hewan dalam berbagai macam fungsi, kombinasi kimiawi, dan kadar sifat, yang bervariasi menurut elemen dan jaringannya. Kadar elemen esensial biasanya harus dipertahankan dalam kisaran yang relatif sempit bila integritas struktural dan fungsional dari jaringan ingin tetap terjaga serta pertumbuhan, kesehatan, dan produktivitas hewan tersebut tetap tidak terganggu.
Klasifikasi Mineral.
Berdasarkan pada kebutuhan atau penggunaannya oleh seekor hewan, mineral dibagai menjadi 2 kelompok, yaitu makro-mineral dan mikro-mineral. Makro-mineral terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang relatif besar. Jenis mineral yang disebutkan di bawah ini sekaligus merupakan contoh dari makro- dan mikro-mineral esensial bagi ikan. Makro-mineral tersebut meliputi kalsium (Ca), klorin (Cl), magnesium (Mg), fosfor (P), potasium (kalium, K), dansodium (natrium, Na). Beberapa peneliti menambahkan sulfur (belerang, S)
sebagai salah satu dari kelompok makro-mineral. Mikro-mineral meliputi tembaga (copper, Cu), yodium (iodine, I), besi (iron, Fe), mangan (manganese, Mn), selenium (Se), dan seng (zinc, Zn). Penelitian yang berkembang pesat pada akhir-akhir ini memasukkan beberapa jenis mikro-mineral lainnya ke dalam kelompok mikro-mineral esensial. Mikro-mineral esensial tersebut adalah kobal (Co), molibdenum (Mo), fluorin (F), timah (Sn), nikel (Ni), silikon (Si), vanadium (V), kromium (Cr), arsenik (As), timbal (Pb), dan litium (Li).
Peran Mineral.
Mineral mempunyai beberapa peran secara bio-fisiologis. Berbagai fungsi penting dari mineral meliputi: a) Fungsi Stuktural. Mineral dapat membentuk komponen struktural dari jaringan dan organ tubuh. Tulang dan gigi tersusun atas komponen utama seperti Ca, P, Mg, F, Si. Protein otot mengandung P dan S. Mineral seperti Zn dan P membantu stabilitas struktural terhadap berbagai molekul dan membran, dimana mineral tersebut menjadi bagiannya; b) Fungsi Fisiologikal. Mineral terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan sebagai elektrolit, yaitu keterkaitannya dengan fungsi mempertahankantekanan osmotik, keseimbangan asam-basa, permeabilitas membran, dan iritabilitas jaringan. Mineral seperti Na, K, Cl, Ca, dan Mg terdapat dalam darah. Beberapa jenis mineral mempunyai fungsi fisiologikal pada cairan otak dan tulang belakang serta pada cairan pencernaan (gastric juice); c) Fungsi Katalitik. Mineral dapat berperan sebagai katalis dalam sistem enzim dan hormon, sebagai komponen spesifik dan integral dari struktur metaloenzim atau sebagai aktivator yang kurang spesifik dalam sistem tersebut; d) Fungsi Regulatori. Beberapa tahun terakhir ini, berbagai mineral telah ditemukan berperan dalam regulasi replikasi dan diferensiasi sel. Sebagai contoh, Ca mempengaruhi trasduksi signal, Zn mempengaruhi transkripsi, dan I berperan sebagai bagian dari tiroksin yaitu memperpanjang kemantapan akan peran regulatorinya.
Respons Dosis Mineral.
Hewan memberikan respons yang berbeda terhadap perbedaan dosis dan sifat mineral yang masuk ke dalam tubuh. Hubungan respons dosis antara suplai atau pemasukan mineral dan produksi hewan menunjukkan adanya batas marjinal antara konsentrasi mineral dalam pakan yang berkecukupan, kekurangan, atau bersifat racun. Grafik dan kisaran marjinal bergerak ke kanan bilamana daya serap dari sumber mineral menurun. Dengan demikian, grafik ‘A’ mewakili sumber mineral dengan daya serap yang lebih, dan ‘B’ (garis putus) mewakili sumber mineral yang lebih sedikit dapat diserap (Gambar 2.4).Gambar 2.4. Skema Respons Hewan terhadap Dosis Mineral dalam Pakan (diadiopsi dari Underwood dan Suttle, 1999)
‘Kebutuhan’ ditetapkan berada dalam batas kecukupan tengah yang berkisar dari kebutuhan minimum hingga tingkat aman yang diijinkan, bergantung pada daya serap mineral dan berbagai variabel yang diambil sebagai bahan pertimbangan. Berdasarkan pada Gambar 6.4 terlihat pula bahwa kebutuhan ikan akan jenis mineral tertentu perlu ditetapkan dengan seksama. Tingkat kecukupan kebutuhan mineral (yaitu minimum hingga optimum) berada pada kisaran yang bervariasi, yaitu sempit hingga luas. Namun demikian, secara umum dapat dinyatakan bahwa kekurangan maupun kelebihan mineral dalam pakan, baik untuk jenis mineral dengan daya serap rendah maupun tinggi, dapat bersifat merugikan hewan yang mengkonsumsinya. Bahkan, peneliti lainnya menyatakan bahwa diluar kisaran marjinal dapat mengakibatkan kematian.
Kebutuhan Mineral.
Ikan dapat menyerap sejumlah mineral secaralangsung dari air, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), sodium (natrium, Na),
potasium (kalium, K), besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), dan selenium (Se). Hal
ini mengurangi kebutuhan mineral dalam pakan. Namun, hal tersebut juga membuat penelitian tentang kebutuhan mineral sulit dan tidak meyakinkan. Sebagian besar peneliti setuju bahwa ikan membutuhkan semua jenis mineral yang dibutuhkan oleh hewan lainnya.
Kalsium dan fosfor secara langsung paling terlibat dalam perkembangan dan pertumbuhan tulang rangka, dan ke dua mineral tersebut berperan pada banyak reaksi biokimia lainnya. Ikan menyerap kalsium secara langsung dari air dengan insang dan kulit. Kebutuhan kalsium ditentukan oleh kimia air.
Fosfor dalam pakan lebih kritis. Fosfor diturunkan dari fosfat dalam pakan. Tanda-tanda kekurangan fosfor meliputi pertumbuhan lambat, efisiensi pakan menurun, bentuk tulang yang tidak normal (deformitis). Ketersediaan fosfor dalam bahan penyusun pakan sangat bervariasi. Bahan penyusun pakan dari biji-bijian mengandung fosfor dalam bentuk yang diketahui sebagai fitin (phytin). Ketersediaan fosfor dalam fitin adalah rendah. Hewan dengan perut sederhana kekurangan enzim untuk melepaskan fosfor.
Magnesium berfungsi dengan berbagai enzim sebagai kofaktor. Kebutuhannya dalam pakan dapat dipenuhi dari air atau pakan. Kekurangan
magnesium menyebabkan nafsu makan hilang, pertumbuhan menurun, ‘suka tidur’ (letargia), bentuk tulang belakang tidal normal, degenerasi sel, dan kejang.
Sodium (Na), potasium (K), dan klorin (Cl) adalah elektrolit. Sodium dan klorin terdapat dalam cairan di luar sel. Potasium terdapat di dalam sel, yang merupakan kation intraseluler. Dikarenakan melimpahnya elemen-elemen tersebut di lingkungan, tanda-tanda kekurangan sulit dihasilkan.
Tembaga merupakan bagian dari berbagai jenis enzim dan dibutuhkan untuk aktivitas enzim-enzim tersebut. Meskipun dibutuhkan oleh ikan, tembaga dapat bersifat racun pada konsentrasi antara 0.8 hingga 1.0 m per liter air. Ikan lebih toleran terhadap tembaga dalam pakan daripada dalam air.
Yodium diperlukan untuk pembentukan berbagai hormon dari kelenjar tiroid. Ikan dapat memperoleh yodium dari air atau pakan. Sebagaimana hewan darat, kekurangan yodium mengakibatkan kelenjar tiroid tumbuh, suatu kondisi seperti gondok atau gondong (goiter).
Besi diperlukan untuk pembentukan komponen darah merah. Komponen tersebut membawa oksigen. Dikarenakan air alamiah rendah akan besi, pakan merupakan sumber utama besi. Kekurangan besi mengakibatkan kekurangan darak (anemia). Besi pada kandungan yang tinggi dapat menjadi racun dan menurunkan pertumbuhan, diare, kerusakan hati, dan kematian.
Mangan berfungsi sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor. Meskipun mangan dapat diserap dari air, mangan lebih efisien diserap dari pakan. Kekurangn mangan mengakibatkan pertumbuhan menurun dan tulang kerangka yang tidak normal.
TUGAS!!
Selanjutnya Anda disarankan untuk merangkum (dalam bentuk Tabel) kebutuhan beberapa jenis ikan, baik ikan air tawar maupun laut, akan berbagai makro-mineral penting tertentu (misalnya: kalsium, klorin, magnesium, fosfor, potasium, dan sodium). Informasi dapat diproleh dari
Selenium melindungi sel dan membran terhadap peroksida yang berbahaya. Kekurangan selenium mengakibatkan pertumbuhan menurun. Selenium dan vitamin E, ke duanya diperlukan untuk mencegah penyakit otot pada beberapa spesies. Bilamana selenium dalam pakan melebihi 13 hingga 15 mg per kg pakan kering, selenium menjadi racun, yang menghasilkan pertumbuhan menurun, efisiensi pakan yang rendah, dan kematian.
Seng juga merupakan bagian dari banyak jenis enzim. Seng dalam pakan diserap dengan lebih efisien daripada yang terlarut dlam air. Kalsium dan fosfor dalam pakan, tipe protein asam fitat, suatu bentuk dari seng, semuanya mempengaruhi penyerapan dan penggunaan dari seng. Kekurangan seng mengakibatkan pertumbuhan tertahan, katarak, ekor dan kulit geripis, kerdil atau kuntet, dan kematian.
Mineral lainnya seperti fluorida dan kromium mungkin penting, namun bukti masih terbatas. Kebutuhan ikan akan kromium (Cr+3) telah diteliti sejak tahun 2003 oleh Subandiyono dan Sri Hastuti, dosen pada Program Studi Budidaya Perairan, FPIK, UNDIP. Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kebutuhan kromium meningkat berdasarkan klasifikasi feeding habit ikan, yaitu 3.0 ppm untuk gurame (herbivora), 4.5 ppm untuk nila (omnivora), dan 4.5 – 6.0 ppm untuk lele (omnivora).
TUGAS!!
Selanjutnya Anda disarankan untuk merangkum (dalam bentuk Tabel) kebutuhan ikan, baik ikan air tawar maupun laut, akan berbagai mikro- mineral penting tertentu (misalnya: besi, tembaga, mangan, seng, kobal,
iodium, selenium, dan kromium). Informasi dapat diproleh dari jurnal, buku, maupun internet.
2.3.
P
ENUTUP
2.3.1.
R
angkuman
V
itamin
V
itamin merupakan komponen organik dan diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Vitamin dibagi menjadi 2 kategori, yang larut dalam air dan larut dalam lemak. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air berperan sebagai ko-enzim. Fungsi vitamin yang larut dalam lemak agak spesifik. Jumlah yang berlebihan dalam pakan dapat meracuni, disebut hipervitaminosis. Ikan menetapkan kebutuhan tertentu akan vitamin dalam pakan. Pada budidaya ekstensif, makanan alami cukup berlimpah menyediakan berbagai jenis vitamin esensial. Pada budidaya intensif, jumlah dan jenis makanan alami terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, vitamin perlu dan harus disediakan dari pakan. Penentuan kebutuhan vitamin secara kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan berbagai pengaruh bio-fisiologis yang ditimbulkan antara ikan yang diberi pakan kontrol dengan ikan yang diberi pakan uji yang mengandung secara lengkap semua jenis vitamin yang dibutuhkan ikan kecuali satu jenis vitamin tertentu yang akan dikaji pengaruhnya. Penentuan kebutuhan vitamin secara kuantitatif dapat dilakukan dengan cara memberi makan ikan menggunakan pakan uji dan pakan kontrol yang merupakan pakan lengkap atau murni, dan selanjutnya mengamati perbedaan gejala bio-fisiologis yang ditimbulkannya pada ikan uji.M
ineral
M
ineral esensial definisi dikategorikan berdasarkan pada 3 kriteria, yaitu konservatif, liberal, dan moderat. Mineral dikategorikan esensial bilamana defisiensinya mengakibatkan perubahan fungsional dari optimal menjadi sub-optimal. Elemen dipertimbangkan bersifat esensial jika: 1) dipertahankan pada status homeostasi, jika kelebihan akan diekskresi; 2) sudah ada sejak lahir dan menurun sejalan dengan bertambahnya usia; dan 3) merupakan bagian (kofaktor) enzim serta gejala defisiensi yang ditimbulkan dapat diatasi. Pendapat lain, suatu elemen dipertimbangkan bersifat esensial jika: 1) selalu terdapat di dalam hewan pada konsentrasi yang hampir sama untuk setiap individu hewan; 2) kandungan dari elemen yang diberikan tersebut di dalam berbagai jaringan yang berbeda mengikuti urutan (sekuensi) yang sama; 3) suatu pakan yang defisien akan elemen tersebut menghasilkan gejala- gejala defisiensi yang jelas pada hewan dan perubahan-perubahan biokimia yang jelas dalam jaringan; dan 4) gejala-gejala dan perubahan-perubahan yang ditimbulkan tersebut dapat dicegah atau dieliminasi dengan penambahan elemen yang sedang dikaji ke dalam pakan uji. Mineral dibagai menjadi makro-mineral dan mikro-mineral. Fungsi bio- fisiologis penting dari mineral meliputi fungsi: a) stuktural, b) fisiologikal, c) katalitik, d) regulatori. Kekurangan maupun kelebihan mineral dapat bersifat merugikan, bahkan kematian. Dikarenakan melimpahnya mineral di lingkungan, tanda-tanda ikan kekurangan mineral sulit dihasilkan.
D
AFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN
26. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, Boca Raton, Florida. 223 p.
27. Cho, C.Y., Cowey, C.B. and Watanabe, T. 1985. Finfish Nutrition in Asia- Methodological Approaches to Research and Development. IDRC, Canada. 154 p.
28. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p.
29. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798 p.
30. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press, Amsterdam. 822 p.
31. Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge Univ. Press. New York. 387 p.
32. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical, Singapore. 645 p.
33. Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand reinhold, New York. 260 p.
34. NRC. 1977. Nutrient Requirements of Warmwater Fishes. Nation. Acad. Sci., Washington, DC., USA. 78 p.
35. NRC. 1982. Nutrient Requirements of Warmwater Aquatic Animals. Nation. Acad. Press, Washington, DC., USA. 252 p.
36. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning, USA. 621 p.
37. Steffens, W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Ltd., England. 384 p.
38. Tacon, A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-A Training Manual: The Essential Nutrients. FAO-UN., Brazil. 117 p.
39. Underwood, E.J. and Suutle, N.F. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. CABI Pub., UK. 624 p.
40. Webster, C.D. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Pub., USA. 448 p.
I I I . N ON -N U T RI EN DAN AN T I -N U T RI EN
3.1.
P
ENDAHULUAN
3.1.1.
D
eskripsi Singkat
B
erbagai macam pakan mengandung berbagai komponen atau bahan non- nutrien yang dapat mempengaruhi ikan. Beberapa dari komponen tersebut bersifat alamiah atau keberadaannya dalam pakan masuk bersama-sama dengan bahan pakan yang digunakan, dan yang lainnya ditambahkan dengan sengaja ke dalam pakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Berbagai komponen non-nutrien yang termasuk ke dalam kelompok ini pada hakekatnya bersifat positif dan bermanfaat, baik bagi peningkatan daya tahan, stabilitas, daya tarik atau atraktan, dan rasa atau stimulan pakan; maupun demi peningkatan kualitas daging dan kesehatam ikan.Sebaliknya, komponen anti-nutrien pada hakekatnya bersifat negatif dan merugikan, baik bagi pakan maupun ikan yang mengkonsumsinya. Keberadaannya dalam pakan sangat tidak dikehendaki. Beberapa komponen anti-nutrien berasal dari bahan penyusun pakan yang digunakan, dan sebagian lainnya terjadi melalui proses-proses alamiah atau menemukan jalannya sendiri ke dalam pakan.
3.1.2.
R
elevansi
Pemahaman terhadap komponen makro- dan mikro-nutrien saja belumlah cukup untuk dapat menyediakan pakan lengkap dan terbaik untuk ikan. Berbagai komponen non-nutrien mampu meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan. Sebaliknya, komponen anti-nutrien dapat sangat merugikan baik bagi pakan
maupun ikan yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, materi suplemen ini, yang merupakan bagian terakhir dari bahan ajar ini sangat penting untuk dipahami guna melengkapi berbagai macam pemahaman tentang nutrien serta kebutuhannya oleh ikan yang dibudidayakan sebagaimana telah dijabarkan pada pokok-pokok bahasan sebelumnya.
3.1.3.
K
ompetensi
S
tandar Kompetensi
P
ada akhir penyajian materi suplemen ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan kembali berbagai komponen non-nutrisi penting yang mempengaruhi kualitas pakan dan yang mengganggu pertumbuhan serta kesehatan ikan pada kegiatan budidaya perikanan.K
ompetensi Dasar
P
ada akhir pemaparan dari materi ini hendaknya mahasiswa telah mampu menyebutkan, menjelaskan, dan/atau mendiskripsikan kembali mengenai:• Perbedaan mendasar antara non-nutrien dan anti-nutrien;
• Beberapa contoh komponen yang termasuk kedalam kelompok non- nutrien dan anti-nutrien;
• Peran non-nutrien penting pada pakan dan ikan; • Sumber asal beberapa jenis komponen anti-nutrien;
• Pengaruh negatif komponen anti-nutrien bila terdapat dalam pakan; • Memahami peran berbagai faktor non-nutrisi dalam pakan;