• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

2.1. Context Aware

Context-Aware adalah penggunaan context untuk menyediakan informasi dan layanan yang task-relevant secara interaktif antara user dan elemen yang berada di sekitar lingkungan. Sebuah sistem merupakan Context-Aware jika sistem tersebut menggunakan contextuntuk menyediakan informasi dan layanan yang relevan kepada user, dimana relevansi tergantung pada kegiatan user (Abowd et al., 1999). Taksonomi fitur Context-Aware yaitu:

a. Contextual sensing

Kemampuan mendeteksi informasi kontekstual dan menyampaikannya kepada user, dengan kata lain meningkatkan sistem sensor user.

b. Contextual adaptation

Kemampuan mendeteksi atau memodifikasi layanan secara otomatis, berdasar pada konteks saat ini.

c. Contextual resources discovery

Memberikan kemampuan kepada aplikasi Context-Aware untuk mencari dan memberdayakan sumber daya dan layanan yang relevan terhadap konteks user. d. Contextual augmentation

Kemampuan mengasosiasikan data digital dengan konteks yang dimiliki oleh user. User bisa melihat data ketika berada pada sebuah konteks yang diasosiasikan.

Mekanisme inti dari Context-Awareness yaitu (Abowdet al.,1999): a. Identity awareness (Who)

Kewaspadaan lingkungan terhadap identitas user. Yang termasuk kategori ini adalah profiluser, personalisasi, dan model user.

b. Location awareness(Where)

Kapasitas lingkungan dalam mengenali lokasi pada ruangan terbuka atau tertutup.

c. Mobility awareness (When)

Kapasitas lingkungan dalam penggunaan sistem terdistribusi dan komunikasi mobile untuk mengenali perubahan lokasi user ke lokasi yang lain.

d. Activity awareness (What)

Kewaspadaan lingkungan dalam hal sensitifitas dan responsifitas pada aktifitas keseharian user

2.2. Augmented Reality

Augmented Realityadalah konsep pelapisan konten visual (seperti grafik) di atas pemandangan dunia nyata seperti yang terlihat melalui sebuah kamera. AR mentransformasi perangkat mobile ke dalam sesuatu yang digambarkan sebagai suatu cermin ajaib sehingga akan terjadi interaksi dengan dunia nyata (Wahyutamaet al.,2013).

Ronald T. Azuma mendefinisikan Augmented Reality sebagai penggabungan benda-benda nyata dan maya di lingkungan nyata, berjalan secara interaktif dalam waktu nyata dan maya di lingkungan nyata, berjalan secara interaktif dalam waktu nyata, dan terdapat integrasi antar benda dalam tiga dimensi,yaitu benda maya terintegrasi dalam dunia nyata. Augmented Reality (AR) juga adalah variasi dari Virtual Environtment (VE) atau yang lebih dikenal dengan Virtual Reality (VR), sedangkan virtual reality memiliki arti sebuah situasi dimana pengguna secara keseluruhan berada di dalam lingkungan maya. Ketika berada di lingkungan itu pengguna sendiri tidak dapat melihat dunia nyata sekitarnya. Berbeda dengan AR yang masih dapat melihat dunia nyata dan objek maya hanya ditampilkan ke

lingkungan nyata. Oleh karena itu, AR hanya sebagai tambahan realitas dan bukan menggantikannya (Azuma, 1997).

Gambar 2.1. Diagram Ilustrasi Augmented Reality

Augmented reality dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan ada tidaknya penggunaan marker yaitu: marker dan markerless (Geroimenko, 2012). Marker dapat berupa foto sebuah objek nyata atau gambar buatan dengan pola unik. Marker AR erat kaitannya dengan pengenalan pola yang mengkalkulasikan posisi, orientasi, dan skala dari objek AR. Sedangkan metode markerless yaitu metode pelacakan AR yang menggunakan objek di dunia nyata sebagai marker atau tanpa menggunakan marker buatan.

2.2.1. Augmented Reality Browser

Augmented RealityBrowser adalah pengganti dari Web browser di dunia nyata, melapisi konten multimedia interaktif di dunia fisik atau objek yang mereka lihat(Langlotz et al., 2014). Fungsi inti dari AR browser hanya untuk menampilkan sebagian besar penjelasan informasi tekstual yang teregistrasi ke dalam objek atau tempat-tempat di dunia nyata. Hal ini meningkatkan informasi objek dunia nyata dengan menambah informasi digital (Kinikar et al. 2013). Ada dua jenis pendekatan AR browser yaitu

a. Location Based AR Browser b. Visual Based AR Browser

2.2.2. Markerless Augmented Reality

Salah satu dari metode Augmented Reality yang saat ini sedang berkembang adalah metode Markerles Augmented Reality, dengan metode ini pengguna tidak perlu lagi mecetak sebuah marker untuk menampilkan elemen-elemen digital. Dalam hal ini, marker yang dikenali berbentuk posisi perangkat, arah, maupun lokasi. Ketika aplikasi AR ini mengenali tanda yang sudah dikenali, biasanya akan memvisualisasikan video maupun gambar. Total Immersion dan Qualcomm adalah salah satu perusahaan yang mengembangkan Augmented Reality dengan berbagai macam teknik Markerless Tracking diantaranya adalah Face Tracking, 3D Object Tracking, Motion Tracking dan GPS Based Tracking (Akbar, 2012).

a. Face Tracking

Dengan menggunakan algoritma yang mereka kembangkan, komputer dapat mengenali wajah manusia secara umum dengan cara mengenali posisi mata, hidung, dan mulut manusia, kemudian akan mengabaikan objek-objek lain di sekitarnya seperti pohon, rumah, dan benda-benda lainnya. Teknik ini pernah digunakan di Indonesia pada Pekan Raya Jakarta 2010 dan ToyStory 3 Event.

b. 3D Object Tracking

Berbeda dengan Face Tracking yang hanya mengenali wajah manusia secara umum, teknik 3D Object Tracking dapat mengenali semua bentuk benda yang ada disekitar, seperti mobil, meja, televisi, dan lain-lain.

c. Motion Tracking

Pada teknik ini komputer dapat menangkap gerakan, Motion Tracking telah mulai digunakan secara ekstensif untuk memproduksi film-filmyang mencoba mensimulasikan gerakan. Contohnya pada film Avatar, dimana James Cameron menggunakan teknik ini untuk membuat film tersebutdan menggunakannya secara real time.

d. GPS Based Tracking

Pengembangan teknik ini lebih diarahkan pada smartphone, karena teknologi GPS dan kompas yang tertanam pada smartphone tersebut. Dengan memanfaatkan fitur GPS yang berfungsi sebagai penentu lokasi pengguna pada saat itu berada sehingga lokasi terdekat yang ingin dituju dapat dilihat melalui implementasi augmented reality. Teknik ini berguna sebagai pemandu selayaknya fungsi GPS, namun dilengkapi dengan marker informasi arah yang dituju. Dalam implementasinya, teknik ini mengharuskan tersambungnya koneksi GPS dan kebutuhan paket data yang ada pada smartphone, karena data-data lokasi yang dimiliki GPS memiliki akses langsung dari satelit agar cepat mendeteksi wilayah yang telah dijadikan sebuah objek marker informasi pada Augmented Reality. Akses internet memiliki fungsi sebagai pemanggilan data-data berupa latitude, longitude, serta informasi yang mendukung setiap lokasi yang disimpan pada server sehingga beban ukuran aplikasi dapat diminimalisir. Teknik GPS based tracking sebenarnya membutuhkan peran kompas dan akselerometer sebagai pengatur ukuran layar secara horizontal dan vertikal agar marker lokasi dapat dilihat ketika kamera handset berada posisi yang sesuai dengan lokasi tersebut. Namun ketika handset tidak berada dalam sudut pandang lokasi tersebut maka marker tersebut tidak akan tampak (Kim, Y. & Kim, W., 2014).

2.2.3. Kebutuhan Dasar Augmented Reality

Dalam penerapan teknologi augmented reality dibutuhkan beberapa kebutuhan dasar dari sisi hardware maupun software. Dimulai dari sisi hardware, kebutuhan dasar AR mencakup kamera, GPS, sensor akselerometer, dan kompas. Sedangkan dari sisi software dibutuhkan sistem operasi mobile untuk mengakses komponen-komponen hardware tersebut pada perangkat. Platform yang digunakan adalah Android yang menyediakan library yang berisi kelas-kelas untuk mengakses komponen-komponen yang diperlukan.

Dokumen terkait