• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH PENYESUAIAN DASAR KAS MENJADI AKRUAL

Dalam dokumen draft ed sak emkm kompilasi (Halaman 55-59)

A. Biaya yang masih harus dibayar adalah biaya yang sudah terjadi dalam periode laporan keuangan namun belum dicatat atau belum dilunasi.

Contoh:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A meminjam uang dari Entitas B sebesar Rp10.000.000 untuk masa pinjaman satu tahun dengan suku bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Maka ayat jurnal penyesuaian beban bunga yang dilakukan Entitas A pada tanggal 31 Desember 20x8 adalah sebagai berikut:

D. Beban bunga Rp100.000

K. Bunga yang masih harus dibayar Rp100.000

(Rp10.000.000 x 12% = Rp1.200.000 per tahun. Maka beban bunga per bulan adalah Rp100.000).

B. Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang terjadi dalam periode laporan keuangan namun jumlah tersebut belum dilunasi pelanggan.

Contoh 1:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A menyewakan ruangan kepada Entitas B dengan pembayaran sewa bulanan sebesar Rp1.000.000 yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Maka ayat jurnal penyesuaian pendapatan sewa yang dilakukan Entitas A pada tanggal 31 Desember 20x8 adalah sebagai berikut:

D. Pendapatan sewa yang masih harus diterima (piutang sewa) Rp1.000.000

K. Pendapatan sewa Rp1.000.000

Contoh 2:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A meminjamkan uang kepada Entitas B sebesar Rp10.000.000 untuk masa pinjaman satu tahun dengan suku bunga 12% per tahun yang dibayarkan setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Maka ayat jurnal penyesuaian beban bunga yang dilakukan Entitas A pada tanggal 31 Desember 20x8 adalah sebagai berikut:

D. Pendapatan bunga yang masih harus diterima (piutang bunga) Rp100.000

K. Pendapatan bunga Rp100.000

C. Jika pembayaran atas pembelian barang atau jasa telah dilakukan entitas sebelum manfaatnya dinikmati oleh entitas, maka entitas dapat mencatat pembayaran tersebut sebagai beban dibayar di muka (aset) (Alternatif-1) atau sebagai beban (Alternatif-2).

47

Contoh:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A membayar tunai premi asuransi kendaraan sebesar Rp1.200.000 untuk periode 1 Desember 20x8 sampai 30 November 20X8.

Alternatif-1: Dicatat sebagai beban dibayar di muka (1 Desember 20x8)

D. Asuransi dibayar di muka Rp1.200.000

K. Kas Rp1.200.000

Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif-1 (31 Desember 20x8)

D. Beban asuransi Rp100.000

K . Asuransi dibayar di muka Rp100.000

Alternatif-2. Dicatat sebagai beban (1 Desember 20x8)

D. Beban asuransi Rp1.200.000

K. Kas Rp1.200.000

Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif-2 (31 Desember 20x8)

D. Asuransi dibayar di muka Rp1.100.000

K. Beban asuransi Rp1.100.000

D. Jika pendapatan telah diterima secara tunai sebelum entitas memenuhi kewajibannya kepada pelanggan, maka entitas mencatat penerimaan tersebut sebagai pendapatan

diterima di muka (liabilitas) (Alternatif-1) atau sebagai pendapatan (Alternatif-2).

Contoh:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A menerima tunai pembayaran untuk jasa konsultasi selama periode 1 Desember 20x8 sampai 31 Mei 20x8 senilai Rp6.000.000.

Alternatif-1: Dicatat sebagai pendapatan diterima di muka (1 Desember 20x8)

D. Kas Rp6.000.000

K. Pendapatan diterima di muka Rp6.000.000

Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif-1 (31 Desember 20x8)

D. Pendapatan diterima di muka Rp1.000.000

K. Pendapatan Rp1.000.000

Alternatif-2: Dicatat sebagai pendapatan (1 Desember 20x8)

D. Kas Rp6.000.000

K. Pendapatan Rp6.000.000

Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif-2 (31 Desember 20x8)

D. Pendapatan Rp5.000.000

48

E. Pembebanan persediaan barang dagang oleh entitas dapat dilakukan saat penjualan (metode perpetual) atau saat akhir periode pelaporan (metode periodik). Entitas dapat memilih rumus biaya masuk-pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang untuk menentukan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP).

Contoh:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A tidak memiliki saldo persediaan. Pada tanggal 5 Desember 20x8, Entitas A membeli 1.000 unit persediaan pada biaya perolehan Rp1.000 per unit. Pada tanggal 10 Desember 20x8, Entitas A membeli 1.000 unit persediaan pada biaya perolehan Rp1.100 per unit. Pada tanggal 15 Desember 20x8, Entitas A menjual 1.000 unit persediaan dengan harga jual Rp1.500 per unit secara tunai.

Metode MPKP-Perpetual

Metode ini mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian, serta HPP dicatat saat transaksi penjualan. Pencatatan saat terjadi penjualan:

15 Des 20x8 D. Kas Rp1.500.000

K. Penjualan Rp1.500.000 [= Rp1.500 x 1.000]

15 Des 20x8 D. HPP Rp1.000.000

K. Persediaan Rp1.000.000 [= Rp1.000 x 1.000]

Metode Rata-Rata Tertimbang-Perpetual

Metode ini mengasumsikan biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang persediaan awal periode dan persediaan yang dibeli atau diproduksi selama periode, serta HPP dicatat saat transaksi penjualan. Pencatatan saat terjadi penjualan:

15 Des 20x8 D. Kas Rp1.500.000 K. Penjualan Rp1.500.000 [= Rp1.500 x 1.000] 15 Des 20x8 D. HPP Rp1.050.000 K. Persediaan Rp1.050.000 [= Rp1.050* x 1.000] * Rp1.050 = {(Rp1.000 x 1.000) + (Rp1.100 x 1.000)} / (1.000 + 1.000) Metode Periodik

Dengan metode periodik, HPP dihitung dan dicatat entitas pada akhir periode pelaporan. Untuk persediaan barang dagang, HPP dihitung dengan formula sebagai berikut:

Persediaan awal xxx

(+) Pembelian xxx

(-) Persediaan akhir (xxx)

(=) HPP xxx

49

Dengan rumus MPKP maka nilai persediaan akhir diasumsikan adalah nilai pembelian terakhir. Sementara itu dengan rumus rata-rata, nilai persediaan akhir adalah nilai pembelian rata-rata. Pada contoh di atas sebagai berikut:

Rumus biaya MPKP – periodik Metode rata-rata tertimbang – periodik

Persediaan awal Rp – (+) Pembelian Rp2.100.000 (-) Persediaan akhir (Rp1.100.000) (=) HPP Rp1.000.000

Ayat jurnal penyesuaian (31 Desember 20x8): D. HPP Rp1.000.000 K. Persediaan Rp1.000.000 Persediaan awal Rp – (+) Pembelian Rp2.100.000 (-) Persediaan akhir (Rp1.050.000) (=) HPP Rp1.050.000

Ayat jurnal penyesuaian (31 Desember 20x8):

D. HPP Rp1.050.000 K. Persediaan Rp1.050.000

F. Entitas yang menerapkan ED SAK EMKM dapat memilih metode penyusutan tetap (a)

garis lurus, atau (b) saldo menurun. Umur penyusutan mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku.

Contoh:

Pada tanggal 1 Desember 20x8, Entitas A membeli sebuah furnitur kayu yang dicatat sebagai aset tetap. Biaya perolehan aset adalah Rp4.800.000. Umur penyusutan furnitur kayu tersebut menurut ketentuan perpajakan di Indonesia adalah 4 tahun (48 bulan).

Alternatif-1. Metode garis lurus

Tarif penyusutan tahun ke-1 = 100% / 4 tahun = 25%

Beban penyusutan tahun ke-1 = Rp4.800.000 x 25% = Rp1.200.000

Beban penyusutan bulan Desember 20x8 = 1/12 x Rp1.200.000 = Rp100.000

Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif-1 (31 Desember 20x8)

D. Beban penyusutan furnitur Rp100.000

K. Akumulasi penyusutan furnitur Rp100.000

Alternatif-2. Metode saldo menurun

Tarif penyusutan tahun ke-1 = 100% / 4 tahun = 25% x 2 = 50% Beban penyusutan tahun ke-1 = Rp4.800.000 x 50% = Rp2.400.000

Beban penyusutan bulan Desember 20x8 = 1/12 x Rp2.400.000 = Rp200.000

Ayat jurnal penyesuaian untuk Alternatif-2 (31 Desember 20x8)

D. Beban penyusutan furnitur Rp200.000

50

G. Aset takberwujud yang perolehannya tidak dapat dipisahkan dengan perolehan aset tetap.

Dalam dokumen draft ed sak emkm kompilasi (Halaman 55-59)

Dokumen terkait