• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Perhitungan Pekerjaan Batu Kali

Dalam dokumen PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON (Halaman 100-109)

HITUNGAN HARGA SATUAN ONGKOS KERJA

7.4. Contoh perhitungan

7.4.1. Contoh Perhitungan Pekerjaan Batu Kali

Pada umumnya perhitungan harga borongan masih menggunakan analisa BOW, namun kini banyak analisa yang digunakan berdasarkan pengalaman. Ada dua kelompok angka pecahan atau angka koefisien dalam daftar analisa BOW.

Pertama : Angka pecahan untuk menghitung bahan-bahan yang diperlukan Kedua : Angka pecahan untuk menghitung upah mengerjakan

jumlah bahan pembentuk campuran di jaman belanda. Sedangkan angka koefisien upah diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan oleh sejumlah tenaga dengan jumlah volume pekerjaan selama 7 – 8 jam dalam satu hari. Dalam buku Analisa BOW tercantum angka-angka pecahan seperti berikut : 1 m3 pekerjaan galian tanah :

Upah : 0,75 pekerja 0,025 Mandor

Tertinggi dengan 0,75 pekerja dan 0,025 mandor dalam satu hari dapat diselesaikan pekerjaan galian tanah sebanyak 1 m3. Agar tidak bingung, kita hilangkan angka pecahan itu dengan misalnya dikalikan dengan angka 40. Jadi nya seperti berikut, jadi 40 m3 pekerjaan galian tanah dapat diselesaikan oleh 30 pekerja dan 1 mandor dalam 1 hari.

Agar anggaran biaya yang ditawarkan itu memperoleh keuntungan dan kepuasan pemilik pekerjaan, anda jangan melupakan BMW.

BMW artinya :

B = Biaya tepat sasarannya

M = Mutu dapat dipertanggungjawabkan W = Waktu benar-benar sesuai rencana

Untuk lebih memahami, mari kita lihat contoh analisa BOW pada urutan G 32 L untuk Bahan, 625 untuk upah. Untuk 1 m3 pasangan 1 semen : 2 pasir diperlukan bahan dan upah.

Misalnya :

Batu kali : Rp. 50.000,-/ m3 Semen : Rp. 20.000,-/ m3 Pasir : Rp. 50.000,-/ m3 Maka hitungannya seperti ini : Bahan : 1,2 m3 batu kali

1,2 x Rp. 50.000,- = Rp. 60.000,-5,294 zak PC 5, 294 x Rp. 20.000,- = Rp. 105.880,-0,4275 m3 pasir 0,425 x Rp. 50.000,- = Rp. 21.375,-Jumlah = Rp. 187.255,- (a)

Misalnya :

Tukang batu : Rp. 20.000,- / hari Kep. Tk. Batu : Rp. 25.000,- / hari Pekerja : Rp. 10.000,- / m3

Mandor : Rp.20.000,- / hari Maka hitungannya seperti ini Upah : 1,2 tukang batu

1,2 x Rp. 20.000,- = Rp. 24.000,-0,12 kep tk. Batu 0,12 x Rp. 25.000,- = Rp. 3.000,-3,60 pekerja 3,60 x Rp. 10.000,- = Rp. 36.000,-0,18 mandor 0,18 x Rp. 20.000,- = Rp. 3.600,-Jumlah = Rp. 66.600,- (b)

Jadi ongkos 1 m3 pekerjaan batu kali = a + b = Rp. 253.855,- dan untuk realisasi harga bahan maupun upah mengikuti harga daerah setempat. Walhasil anda pun bisa membuat analisa berdasarkan pengalaman sendiri tanpa melepas patokan yang ditetapkan BOW.

Koef Koef

 Koefisien upah bisa dari BOW atau pengalaman mandor. Agar harga bisa bersaing, sebaiknya tidak mengambil nilai koefisien dari BOW.  Semua biaya baik bahan, upah maupun peralatan di transfer menjadi

biaya per kg besi beton.

 Dapat dimasukkan biaya persiapan, mobilisasi dan akomodasi tukang dan pekerja.

 Koefisien upah tergantung dari produktifitas tenaga kerja  Koefisien alat tergantung dari produktifitas alat.

 Apabila termasuk penyediaan bahan, maka koefisien bahan tergantung dari waste bahan.

Contoh analisa harga satuan pembesian / penulangan beton per Kg

Bahan : Besi beton = ……… Transport lokal = Rp. ... A = Rp. ………../ kg Upah : Koefisien x Rp. 150.000 = Rp. ... Koefisien x Rp. 100.000 = Rp. ... Koefisien x Rp. 50.000 = Rp. ... B = Rp. ... / kg Peralatan :

Sewa Bar Bender = Rp. ... Sewa Bar Cutter = Rp. ... Alat-alat bantu = Rp. ...

C = Rp. ... / kg

A + B + C = Rp. ……… / kg (Harga satuan pembesian per kg besi beton) (Disediakan Owner)

Upah mandor = Rp. 150.000/ hari Upah tukang = Rp. 100.000/ hari Upah pekerja = Rp. 50.000/ hari

Catatan :

Koefisien bias dari BOW atau pengalaman mandor

RANGKUMAN

 Dengan menghitung harga satuan ongkos kerja secara teliti dan cermat, mandor akan dapat menyusun harga borongan yang wajar untuk ditawarkan, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

 Dengan harga wajar, kemungkinan penawaran akan dapat diterima, dapat dilaksanakan dengan tetap mempertahankan mutu, dan mendapat keuntungan yang cukup, serta memperolah kepercayaan dan peluang order berikutnya dari pemberi kerja.

 Perhitungan perlu dilakukan berdasar ketentuan dan satu cara yang berlaku, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga seperti tempat, waktu dan sebagainya.

 Sebagai dasar perhitungan, dahulu masih digunakan analisa BOW. Namun sekarang telah dikembangkan cara-cara lain sesuai perkembangan teknologi. Karena itu hitungan harga satuan ongkos kerja bias berbeda-beda, tergantung keahlian dan pengalaman masing-masing.

 Faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi biaya dan harga borongan antara lain :

- Jenis dan sifat pekerjaan (misalnya mudah atau sulit / berbahaya) - Tempat, letak, lokasi pekerjaan (jauh, dekat, transport sulit) - Volume pekerjaan (volume besar, harga dapat ditekan) - Keadaan cuaca di tempat pekerjaan (banyak hujan)

 Ketrampilan dan produktifitas tukang, efisiensi penggunaannya dan tingkat upah juga sangat mempengaruhi biaya dan harga. Tukang yang tidak produktif dan kurang efisien penggunaannya, akan menimbulkan pemborosan upah, sehingga biaya dan harga borongan tinggi.

 Faktor waktu juga sangat mempengaruhi biaya / harga. Jika pekerjaan harus selesai dalam waktu singkat, harga / biaya cenderung tinggi.

 Berkaitan dengan bahan yang dapat mempengaruhi biaya / harga antara lain : langkanya bahan, salah beli, kelebihan, jarak tempat tersedianya barang jauh, dan sebagainya.

 Penyediaan dana dan cara pembayaran juga mempengaruhi biaya/ harga. Jika tidak ada uang muka, mandor terpaksa meminjam uang ke bank dengan resiko membayar bunga, sehingga menaikkan biaya / harga borongan.

tambahan yang tidak terduga.

 Dalam menghitung harga borongan, ada 2 faktor yang sangat penting yang mempengaruhi hal tersebut yaitu produktifitas dan waste.

 Faktor produktifitas dipakai untuk menghitung kebutuhan sumber daya tenaga kerja dan peralatan dan faktor waste dipakai untuk menghitung kebutuhan sumber daya bahan / material.

 Dengan menghitung produktifitas tenaga kerja dan peralatan serta waste bahan secara benar maka tercapai penawaran harga borongan yang realistis sesuai kemampuan mandor.

 Data produktifitas dan waste perlu diketahui untuk :

a) Mengetahui tingkat kemampuan mandor dalam efisiensi b) Untuk dasar peningkatan efisiensi seorang mandor

Butir a) terkait penyusunan penawaran harga borongan agar menghasilkan harga penawaran yang realistik

Butir b) berupa program menerus untuk meningkatkan efisiensi

 PRODUKTIVITAS =

Out put : Kuantitas atau volume Input : Tenaga kerja atau alat

(alat termasuk operator)

 Faktor yang mempengaruhi produktifitas : – Kondisi pekerjaan dan lingkungan – Ketrampilan tenaga kerja / kapasitas alat – Motivasi tenaga kerja / operator

– Cara kerja (metoda)

– Manajemen (SDM dan alat)

 Waste : kelebihan kuantitas material yang digunakan / didatangkan yang tidak menambah nilai pekerjaan. Agar tercapai efisiensi, harus diusahakan waste serendah mungkin.

 Kemampuan mandor pembesian menekan waste tercermin dari kemampuannya mengatur / menghitung dan menempatkan besi beton sisa untuk dimanfaatkan.  Jenis waste ada dua yaitu waste individu yang menyangkut satu jenis material

dan waste campuran yaitu menyangkut material campuran

INPUT

WAKTU

SATUAN

PER

OUTPUT

 Penyebab waste material :

- Masa tunggu / idle, material di datangkan jauh sebelum waktu yang diperlukan

- Akibat transportasi khusus material lepas (bulk) seperti pasir, koral dll. - Stok bahan berlebihan

- Kerusakan / cacat, baik material maupun produk jadi termasuk material yang ditolak (reject)

- Kehilangan, termasuk penyusutan

 Waste khusus mandor pembesian / penulangan beton :

- Mandor membuat daftar pembengkokkan besi. Apabila dilaksanakan maka akan terjadi besi beton sisa.

- Mandor harus mampu menghitung dan mengatur penempatan besi beton sisa.

- Kemampuan mandor memperkecil waste dalam arti beton sisa yang betul-betul tidak bisa dipakai menjadi minimal akan mempertinggi kredibilitasnya.  Anggaran biaya pelaksanaan adalah jumlah biaya yang dianggarkan untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai bentuk yang ada.

 Dalam menghitung harga satuan ongkos kerja, pekerjaan dipecah – pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, disebut Pos Pekerjaan.

 Dari masing-masing pos pekerjaan dapat dihitung harga satuan pos pekerjaan, berdasarkan perhitungan analisa biaya. Dari perhitungan biaya yang terinci tersebut dapat diharapkan hasil perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan.

 Harga jual adalah harga pokok (anggaran biaya pelaksanaan) ditambah keuntungan mandor, ditambah lagi pajak yang harus disetor ke pemerintah.  Ada dua kelompok angka pecahan yang disebut angka koefisien dalam daftar

analisa misalnya BOW. Pertama inilah angka pecahan untuk menghitung bahan-bahan yang diperlukan berdasar satuan volume. Kedua, angka pecahan untuk menghitung upah atau ongkos mengerjakan.

 Angka koefisien bahan diperoleh dari hasil penelitian laboratorium terhadap jumlah bahan pembentuk campuran.

 Angka koefisien upah diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan oleh sejumlah tenaga dengan sejumlah volume pekerjaan selama 7 – 8 jam dalam satu hari.

kepuasan serta kepercayaan pemberi kerja, ingatlah BMW yaitu : - Biaya tepat sasaran

- Mutu dapat dipertanggungjawabkan - Waktu benar-benar sesuai rencana.

LATIHAN

a. Mengapa mandor harus pandai menghitung harga satuan ongkos kerja ? b. Mengapa waktu yang singkat menyebabkan biaya pelaksanaan tinggi ?

c. Sebutkan hal-hal yang berkaitan dengan penyediaan bahan yang mempengaruhi biaya / harga / anggaran pekerjaan.

d. Dalam BOW ada angka – angka pecahan, misalnya 0,75 pekerja, 0,625 mandor. Apa itu ? Dan untuk apa ?

Dalam dokumen PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON (Halaman 100-109)

Dokumen terkait