PELATIHAN
MANDOR PEMBESIAN /
PENULANGAN BETON
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSIKATA PENGANTAR
Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan 3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita.
Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era globalisasi.
Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan Pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau ketrampilan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan kompetensi diperlukan tersedianya “Bakuan Kompetensi” untuk semua tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi.
UU. No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (Pasal 10 Ayat (2)). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standard kompetensi kerja.
UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1 dan 2 bahwa :- (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang sumber daya air
oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Mengacu pada amanat undang-undang tersebut di atas, diimplementasikan kedalam konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi, yang oleh PUSBIN KPK (Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan Kerja.
Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing, merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.
Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud.
Jakarta, Nopember 2006 Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE. NIP : 110016435
PRAKATA
Modul : Standar dan rencana kerja pembuatan pembesian / penulangan beton merupakan uraian, penjelasan serta prinsip – prinsip umum mengenai Standar yang dipakai beserta rencana kerja umum pada pelaksanaan pembuatan pembesian / penulangan beton. Sebelum memulai pekerjaan, seorang mandor tentunya harus mempelajari dan menguasai dulu standar – standar pekerjaan yang ada, spesifikasi pembesian sesuai dokumen kontrak serta rencana kerja yang ada berupa gambar-gambar kerja, schedule kerja dan instruksi kerja. Dengan menguasai hal-hal tersebut baru seorang mandor bisa menghitung harga borongan yang berisi volume pekerjaan dikalikan harga satuan ongkos kerja.
Perlu diketahui bahwa modul ini salah satu unsur dalam satu kesatuan paket pelatihan Mandor pembesian / penulangan beton berdasarkan metodologi pelatihan berbasis kompetensi (Competency Based Training – CBT).
Biarpun telah dipersiapkan secara matang yang mengacu kepada SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah dibahas dalam konvensi nasional yang dihadiri para pakar atau ahlinya dan asosiasi profesi, dimaklumi bahwa materi pelatihan ini dimasa mendatang perlu terus disempurnakan.
Sehubungan dengan itu sumbang saran dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan.
Jakarta, November 2006
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN :
MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON
JUDUL MODUL
:
STANDAR DAN RENCANA KERJA PEMBUATAN
PEMBESIAN / PENULANGAN BETON
TUJUAN PELATIHAN
A.
Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu :
Menyiapkan, mengkoordinir dan memeriksa pembesian / penulangan pada pekerjaan konstruksi beton bertulang.
B. Tujuan Khusus Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan UUJK, K3 dan ketentuan pengendalian lingkungan kerja 2. Menguasai rencana pembuatan pembesian/penulangan beton sesuai
spesifikasi pembesian, gambar kerja, Instruksi kerja (IK), jadwal (schedule) kerja proyek
3. Membuat jadwal (schedule) kerja harian dan mingguan
4. Melakukan pekerjaan persiapan pembesian/penulangan beton 5. Mengkoordinir dan mengawasi pembuatan dan pemasangan
pembesian/penulangan beton
6. Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan dan pemasangan pembesian/penulangan beton.
7. Menguasai dan melaksanakan kontrak/perjanjian kerja
NOMOR / JUDUL MODUL : RCF – 02 : STANDAR DAN RENCANA KERJA
PEMBUATAN PEMBESIAN /
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah modul ini dipelajari peserta mampu : Menguasai standar dan rencana pembuatan pembesian / penulangan beton sesuai standar dan spesifikasi, gambar kerja, instruksi kerja, schedule kerja serta dapat menghitung harga satuan ongkos kerja.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah modul ini selesai dipelajari, peserta mampu : 1. Menguasai spesifikasi pekerjaan pembesian 2. Menguasai standar pekerjaan pembesian 3. Menguasai gambar kerja pembesian
4. Menguasai instruksi kerja pekerjaan pembesian 5. Menguasai schedule kerja pekerjaan pembesian 6. Menghitung harga satuan ongkos kerja
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
PRAKATA ... iii
LEMBAR TUJUAN ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL ... viii
PANDUAN PEMBELAJARAN ... x BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 - 1 1.1 Umum ...1 - 1 RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 2 SPESIFIKASI PEMBESIAN / PENULANGAN BETON ... 2 - 1 2.1. Umum ... 2 - 1 2.2. Contoh Spesifikasi Pembesian ...2 - 3 RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 3 STANDAR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON ...3 - 1 3.1. Umum ... 3 - 1 3.2. Standar Menurut PBI 1971 ...3 - 1 3.3. Standar Menurut SNI 07 – 2052 - 1997 ...3 - 7 3.4. Standar lainnya ...3 - 11 RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 4 GAMBAR KERJA ... 4 - 1 4.1. Membaca Gambar Kerja dan Sket Detail Konstruksi ...4 - 1 4.2. Gambar Pembesian / Penulangan Beton ...4 - 11 4.2.1. Lantai ...4 - 11 4.2.2. Dinding ...4 - 12 4.2.3. Balok ...4 - 13 4.2.4. Kolom (Pilar) ...4 - 13 4.2.5. Penulangan Jaringan ...4 - 14
4.3. Membaca gambar rencana / gambar kerja Pembesian dan Pembuatan Daftar Lengkung Pembesian
(Bar Bending Schedule) dan Daftar Potong Pembesian ...4 - 17 RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 5 INSTRUKSI KERJA ... 5 - 1 5.1. Umum ...5 - 1 5.2. Contoh Instruksi Kerja ...5 - 2 RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 6 SKEDUL KERJA ... 6 - 1 6.1. Umum ...6 - 1 6.2. Contoh Schedul Kerja Pekerjaan Beton Bertulang ...6 - 2 6.2.1. Schedul pekerjaan struktur beton bertulang ... 6 - 2 6.2.2. Gambar kerja pembesian ...6 - 3 6.2.3. Bar Bending Schedule ...6 - 3 6.2.4. Contoh rencana kerja harian / mingguan ...6 - 4 RANGKUMAN
LATIHAN
BAB 7 HITUNGAN HARGA SATUAN ONGKOS KERJA ... 7 - 1 7.1. Menghitung Ongkos Kerja ...7 - 1 7.2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Harga Borongan ...7 - 2 7.2.1. Produktifitas dan Waste ...7 - 3 7.2.2. Waste Bahan ...7 - 6 7.2.3. Produktifitas Tenaga Kerja ...7 -10 7.2.4. Produktifitas Alat ...7 - 13 7.3. Anggaran Biaya Pelaksanaan Dan Keuntungan Mandor ...7 - 16 7.4. Contoh Perhitungan ...7 - 18 7.4.1. Contoh Perhitungan Pekerjaan Batu Kali ...7 - 18 7.4.2. Contoh Perhitungan Pekerjaan
Pembesian / Penulangan Beton ...7 - 20 Rangkuman
Latihan DAFTAR PUSTAKA
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Mandor Pembesian /
Penulangan Beton dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja dan batasan-batasan penilaian serta variable-variablenya.
2. SLK (Standar Latih Kompetensi) disusun dengan mengacu kepada SKKNI, dimana uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan Unit-unit kompetensi dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja (KUK) dikaji dan dianalisis unsur kompetensinya, yaitu : Pengetahuan, Ketrampilan dan sikap kerja, selanjutnya kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran ditetapkan sesuai level kompetensinya.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul sebagai bahan pembelajaran pelatihan seperti tercantum dalam “ DAFTAR MODUL “ dibawah ini.
DAFTAR MODUL
PELATIHAN : Mandor Pembesian / Penulangan Beton
NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT
KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian
Dampak Lingkungan
1 Menerapkan UUJK, K3 dan ketentuan pengendalian lingkungan kerja
2. RCF - 02 Standar dan Rencana Kerja Pembuatan Pembesian / Penulangan Beton
2 Menguasai rencana pembuatan pembesian / penulangan beton sesuai spesifikasi pembesian / penulangan beton, gambar kerja, Instruksi Kerja (IK) dan Schedule Kerja Proyek
3. RCF - 03 Jadwal kerja harian dan mingguan 3 Membuat jadwal (schedule) kerja harian dan mingguan 4. RCF - 04 Prosedur dan teknik pembuatan
dan pemasangan pembesian / penulangan beton
A. Pekerjaan Persiapan 4 Melakukan Pekerjaan Persiapan Pembesian / Penulangan Beton B. Pembuatan dan Pemasangan
Pekerjaan Pembesian / Penulangan Beton
5 Mengkoordinir dan
mengawasi pembuatan dan pemasangan pembesian / penulangan beton
C. Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan pekerjaan pembesian / Penulangan Beton
6 Memeriksa, mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan pembuatan dan pemasangan
pembesian / penulangan beton
5. RCF - 05 Perjanjian Kerja dan Manajemen Untuk Mandor
7 Menguasai dan
melaksanakan kontrak / perjanjian kerja
Pelatihan : Mandor Pembesian / Penulangan Beton
Seri / Judul : RCF – 02. Standar dan Rencana Kerja Pembuatan Pembesian / Penulangan Beton
Deskripsi : Materi ini membahas mengenai bagaimana seorang mandor sebelum melaksanakan pekerjaannya, harus mempelajari dan menguasai standar dan rencana kerja pembesian yang meliputi spesifikasi, standar pembesian, gambar kerja, instruksi kerja dan schedule kerja. Setelah itu baru mandor dapat menghitung harga satuan ongkos kerja
Tempat kegiatan : Di dalam ruang kelas
Waktu Kegiatan : 4 jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit)
No. Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah : Pembukaan
- Menjelaskan Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus (TPU & TPK)
- Mengikuti penjelasan TPU & TPK dengan tekun dan aktif
OHT No. 1.1 s/d 1.5 - Merangsang motivasi peserta dengan
pertanyaan atau pengalamannya dalam menguasai standar dan rencana kerja pembesian
- Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas
- Waktu : 5 menit 2. Ceramah : Pendahuluan
- Sebelum melaksanakan pekerjaan dilapangan, mandor harus mempelajari dulu standar dan rencana kerja
pembesian
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 1.6 s/d 1.8
- Waktu : 5 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.1 : Pendahuluan)
3. Ceramah : Spesifikasi pembesian - Menjelaskan mengenai perlunya
mandor menguasai spesifikasi beserta contoh spesifikasi
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 2.1 s/d 2.4
- Waktu : 15 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.2 : Spesifikasi Pembesian)
4. Ceramah : Standar pembesian
- Menjelaskan mengenai macam-macam standar pembesian yang harus
dikuasai oleh mandor sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan dilapangan
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 3.1 s/d 3.8
- Waktu : 30 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.3 : Standar pembesian)
5. Ceramah : Gambar Kerja
- Menjelaskan mengenai cara membaca gambar kerja penulangan
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 4.1s/d 4.12
- Waktu : 45 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.4 : Gambar kerja)
6. Ceramah : Instruksi kerja - Menjelaskan pentingnya
melaksanakan sistem mutu dengan melaksanakan proses pekerjaan sesuai instruksi kerja (IK)
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 5.1 s/d 5.4
- Waktu : 20 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.5 : Instruksi Kerja)
7. Ceramah : Schedule kerja
- Menjelaskan mengenai schedule kerja yang menjadi pedoman waktu
pelaksanaan pekerjaan dilapangan
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 6.1 s/d 6.6
- Waktu : 15 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.6 : Schedule kerja)
ongkos kerja
- menjelaskan cara menghitung / analisa harga satuan ongkos kerja dan
membuat penawaran harga borongan
- Memperhatikan penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
- Mencatat hal-hal yang perlu - Bertanya bila perlu
OHT No. 7.1s/d 7.13
- Waktu : 45 menit
- Bahan : Materi Serahan (Bab.7 : Hitungan harga satuan ongkos kerja)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, mandor harus menguasai standar dan rencana pembuatan pembesian / penulangan beton. Pada Kompetensi Menguasai Standar dan Rencana Kerja, yang dilakukan pertama kali adalah mempelajari dokumen – dokumen yang ada, mencatat hal-hal yang penting, dapat menjelaskan substansi dari dokumen – dokumen tersebut dan yang terpenting nantinya standar dan rencana kerja tersebut akan diterapkan sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
Apa saja yang harus dikuasai seorang mandor akan diuraikan pada bab-bab berikut, dimulai dengan pada bab 2, yaitu spesifikasi pembesian / penulangan beton. Spesifikasi merupakan standar yang utama di dalam melaksanakan pekerjaan, dan seorang mandor harus betul-betul mempelajari dan menguasai spesifikasi yang diberikan oleh pemberi pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selanjutnya pada bab berikutnya yaitu bab 3 akan diuraikan hal-hal mengenai standar pembesian dan penulangan beton.
Pada item spesifikasi, diuraikan apa yang harus dilakukan kontraktor dalam hubungan kerja dengan owner misalnya dalam persyaratan administrasi dimana kontraktor harus menyerahkan brosur spec. dari baja beton dan permohonan izin apa saja yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pekerjaan pembesian. Selain itu pada item spesifikasi, owner menyebutkan standar apa saja yang harus menjadi pedoman pelaksanaan pekerjaan di lapangan, misalnya ukuran pembengkokan harus sesuai PBI (Peraturan Beton Indonesia) atau bahkan proyek – proyek dengan dana dari luar negeri memakai standar luar negeri pula yang persyaratannya tentunya berbeda dengan standar SNI, NI2 dan PBI 71.
Pengenalan standar pembesian / penulangan beton baik dari SNI atau PBI atau standar lainnya diperlukan seorang mandor meskipun biasanya mandor sudah hafal ukuran pembengkokkan misalnya, tetapi yang bersangkutan tidak tahu standar tersebut dari mana.
Beberapa spesifikasi memberikan detail standar yang diberlakukan termasuk ukuran-ukuran pembengkokkan dan sebagainya, tetapi ada juga spesifikasi yang tidak menyebutkan detail tersebut tetapi hanya menyebutkan bahwa pelaksanaan pekerjaan pembesian berdasarkan standar sesuai SNI dan PBI 71 saja.
Selain spesifikasi, pemberi pekerjaan atau kontraktor juga memberikan gambar kerja pembesian beserta Daftar pembengkokkan besi atau Bar Bending Schedule (BBS) kepada mandor. Dari kedua dokumen itu dapat dibuat daftar pemotongan besi yang berisi panjang besi beton yang akan dibengkok dan juga pemanfaatan besi beton sisanya sehingga waste besi beton betul-betul seminimal mungkin. Agar mandor dapat mempelajari dokumen gambar-gambar tersebut maka pada bab 4 akan diuraikan bagaimana kita membaca gambar kerja.
Pada prosedur Quality Assurance atau Jaminan Mutu sesuai ISO 9000 (untuk perusahaan kontraktor yang sudah melaksanakannya), terdapat suatu prosedur yang dinamakan Instruksi Kerja. Isi prosedur tersebut berupa format atau check list yang memuat langkah-langkah pekerjaan beserta kriteria keberterimaan (artinya kriteria apa saja yang harus dipedomani agar langkah pekerjaan tersebut bisa diterima dengan baik). Dengan adanya setiap langkah pekerjaannya selalu dicheck apakah betul-betul dilaksanakan dan betul-betul sesuai dengan kriteria yang ada, maka diharapkan hasil pekerjaan tersebut akan sesuai seperti yang diharapkan. Mengenai Instruksi Kerja tersebut akan diuraikan pada bab 5.
Mandor sebelum melaksanakan pekerjaannya, perlu melihat rencana kerja dari kontraktor. Dari schedule kerja kontraktor itulah nantinya mandor merencanakan pekerjaannya dengan membuat detail schedule harian dan mingguan. Bagaimana mandor mempelajari dan menguasai schedule kerja tersebut akan diuraikan pada bab 6.
Terakhir, apabila seorang mandor sudah mempelajari dan menguasai semua hal mengenai standar dan rencana kerja yang diberikan oleh pemberi pekerjaan, maka mandor tersebut bisa menghitung analisa harga satuan pekerjaan dan jumlah harga borongan. Bagaimana prinsip – prinsip perhitungan harga satuan ongkos kerja, dapat dilihat pada bab 7. Dengan mengetahui prinsip-prinsip perhitungan tersebut, diharapkan sang mandor dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik sesuai mutu, waktu dan biaya yang telah ditentukan dan terhindar dari kerugian.
RANGKUMAN
Standar dan rencana kerja harus betul-betul dipelajari, diketahui dan dikuasai oleh seorang mandor sebelum melaksanakan pekerjaannya sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan baik sesuai persyaratan yang ada. Didalam spesifikasi, diuraikan apa saja yang harus dilakukan kontraktor dalam
hubungan kerja dengan owner beserta standar apa saja yang harus dipedomani di dalam melaksanakan pekerjaan.
Standar pelaksanaan pekerjaan pembesian / penulangan beton di dalam negeri biasanya mengacu pada SNI dan PBI’ 71.
Membaca gambar kerja merupakan pengetahuan yang perlu untuk para mandor agar kondisi lapangan, letak-letak posisi pembesian dll dapat diketahui terlebih dahulu.
Prosedur instruksi kerja (IK) berisi check list yang memuat langkah-langkah pekerjaan beserta kriteria keberterimaan,
Rencana kerja secara umum atau schedule kerja kontraktor harus dipahami dulu sebelum mandor membuat rencana kerja harian dan mingguan.
Perhitungan analisa harga satuan pekerjaan atau analisa harga satuan ongkos kerja harus melihat standar dan rencana kerja yang ada.
LATIHAN
a). Apa saja isi dari spesifikasi ?
b). Kenapa mandor harus tahu juga standar pembesian sesuai PBI dan SNI ? c). Gambar apa saja yang diberikan kontraktor kepada mandor sebelum
pelaksanaan pekerjaan ? d). Apa isi dari instruksi kerja ?
BAB 2
SPESIFIKASI PEMBESIAN / PENULANGAN BETON
2.1. Umum
Spesifikasi pembesian / penulangan beton merupakan pedoman teknis bagi kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan sehingga otomatis juga merupakan pedoman pelaksanaan bagi seorang mandor.
Spesifikasi merupakan bagian dari dokumen kontrak yang mengikat antara owner / pemberi kerja dan kontraktor dan biasanya terdiri dari spesifikasi umum, spesifikasi khusus dan spesifikasi teknik.
Untuk mandor pembesian, biasanya hanya diberi oleh kontraktor berupa spesifikasi khusus pembesian / penulangan beton.
Spesifikasi teknik harus dipelajari oleh para mandor sebelum menghitung biaya pelaksanaan pekerjaan sehubungan banyak ketentuan dan aturan yang menyangkut biaya atau harga satuan pekerjaan dan proses pengadaan material dan alat. Dengan mempelajari dan menguasai spesifikasi teknik diharapkan harga borongan yang ditawar oleh mandor menjadi realistis.
Spesifikasi teknis berisi tentang : 1. Lingkup pekerjaan
2. Ketentuan, aturan dan standar yang mengikat untuk dilaksanakan 3. Syarat – syarat bahan dan alat
4. Syarat – syarat pelaksanaan menyangkut sumber daya, cara kerja dan segala sesuatu yang tercantum dalam dokumen kontrak yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan.
Perlu diketahui bahwa spesifikasi teknis tidak boleh mengarah kepada merk/ produk tertentu, metode pelaksanaan pekerjaan harus logis dan semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional misal SNI atau PBI’ 71.
Sekali lagi seorang mandor harus mempelajari secara teliti dan cermat semua ketentuan dalam spesifikasi teknis yang dapat menimbulkan biaya dalam pelaksanaannya. Agar tidak lupa, catatlah hal-hal yang penting pada spesifikasi teknis tersebut antara lain spesifikasi bahan, syarat – syarat pelaksanaan, standar yang dipakai serta syarat-syarat untuk peralatan.
Pengaruh spesifikasi teknis pada perkiraan biaya pelaksanaan pekerjaan
Ketentuan dan aturan dalam dokumen spesifikasi teknis berpengaruh kepada harga satuan dasar bahan, upah dan alat, dimana harga satuan dasar ini akan dipakai sebagai dasar perhitungan harga satuan ongkos kerja. Pengaruh spesifikasi teknis atas biaya terjadi pada :
- Metode Kerja
Untuk penyusunan biaya pelaksanaan diperlukan penetapan metode kerja yang akan digunakan. Mandor yang berpengalaman biasanya sudah mempunyai beberapa alternative metode kerja yang efisien. Dengan pemilihan metode kerja yang efisien dan efektif akan berakibat perhitungan harga satuan pekerjaan yang kompetitif.
- Bahan
Pada umumnya kontrak berdasarkan unit price, sehingga secara otomatis perjanjian borongan seorang mandor juga berdasarkan unit price.
Perhitungan pada bahan yang akan digunakan meliputi :
a). Pengecekan atas spesifikasi bahan dan harganya bila ada kesalahan spesifikasi perlu dikoreksi, demikian juga pada harga, apabila ada perubahan harga perlu dikoreksi.
b). Perhitungan atas kuantitas / volume bahan untuk pekerjaan lumpsum. c). Perhitungan volume bahan dilakukan dengan ditambah angka koefisien
bahan atau waste pada perhitungan analisa harga satuan pekerjaan / ongkos kerja.
- Upah
Perhitungan yang perlu dilakukan pada upah :
a). Perhitungan atas biaya upah dilakukan dengan ditambah angka koefisien upah berdasarkan produktifitas pekerja pada perhitungan analisa harga satuan pekerjaan / ongkos kerja sesuai metode kerja yang direncanakan. b). Perhitungan atas biaya upah dilakukan pada pekerjaan lumpsum
Bila ada perubahan volume pekerjaan merupakan resiko bagi pelaksana pekerjaan, untuk itu khusus pekerjaan lumpsum harus ada faktor resiko.
- Alat
Perhitungan yang perlu dilakukan pada alat
a). Perhitungan atas alat dilakukan pada biaya alat yang terjadi sesuai rencana metode kerja.
b). Perhitungan atas alat dilakukan dengan di tambah koefisien sesuai kondisi dan produktifitas alat.
Pekerjaan Persiapan
Untuk pelaksana pekerjaan borongan yang dikerjakan mandor, biasanya pekerjaan persiapan merupakan hal khusus menyangkut hubungan kerja dengan kontraktor dan tidak ada hubungan dengan pekerjaan persiapan sesuai kontrak antara kontraktor dan owner.
Pekerjaan persiapan antara lain mobilisasi pekerja dan tukang, akomodasi pada lokasi proyek, penyediaan peralatan K3 dan lain sebagainya.
Pada uraian berikut akan disampaikan contoh-contoh dari spesifikasi teknis khusus pekerjaan pembesian / penulangan beton sedangkan standar – standar yang biasa dipakai pada pekerjaan tersebut akan diuraikan pada bab 3.
2.2. Contoh Spesifikasi Pembesian
Tulangan Baja (1) Umum
Tulangan baja terdiri atas dua jenis yang akan digunakan yaitu tulangan baja polos atau tulangan baja ulir, yang kebutuhannya harus disesuaikan dengan standar yang tersebut pada klausul pada spesifikasi umum, dan sesuai seperti yang dibawah ini :
Potongan melintang dari setiap tulangan baja yang akan digunakan harus mempunyai bentuk yang sama dan memiliki diameter yang spesifik pada setiap titik. Diameter rata-rata tulangan yang akan dipilih secara acak dari setiap pengiriman yang memiliki perbedaan diameter lebih atau kurang dari Bentuk Tulangan Bulat berulir Bulat polos
Kuat tarik, kg/ mm2 49 - 63 49 - 63
Tegangan leleh, kg / mm2 30 atau lebih 30 atau lebih Perpanjangan, % 14 atau lebih 16 atau lebih
dua persen (2 %). Tulangan harus bersih dari sisik, oli, kotoran dan cacat produksi.
Apabila di minta oleh Direksi, kontraktor harus menyerahkan tiga (3) buah fotocopy dari brosur pabrik / lembaran spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan sebelum pengiriman dilaksanakan dan pemeriksaan dilapangan harus dilakukan oleh Direksi berdasarkan spesifikasi dan berdasarkan brosur pabrik.
(2) Daftar Bengkokkan
Kontraktor harus memahami sendiri semua penjelasan yang diberikan dalam gambar dan spesifikasi, kebutuhan akan tulang yang tepat untuk dipakai dalam pekerjaan. Daftar bengkokkan yang mungkin diberikan oleh Direksi kepada kontraktor harus memeriksa dan teliti.
Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari belitan dan bengkokkan atau kerusakan lainnya dan dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh tukang yang berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20 mm atau lebih harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh Direksi. Ukuran pembengkokkan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. NI-2, PBI 1971 kecuali jika ditentukan lain, atau diperintahkan oleh Direksi. Bentuk-bentuk tulangan baja harus dipotong sesuai dengan gambar, tidak boleh menyambung tulang tanpa persetujuan Direksi.
(3) Pemasangan
Kontraktor harus menempatkan dan memasang tulang baja dengan tepat pada tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus ada jaminan bahwa tulangan itu akan tetap pada kedudukannya pada waktu pengecoran beton. Pengelasan tempel dengar, adanya persetujuan Direksi lebih dahulu dapat diijinkan untuk menyambung tulangan – tulangan yang saling tegak lurus, tetapi cara pengelasan lain tidak akan dibolehkan. Penggunaan ganjal, alat peregangan dan kawat harus mendapat persetujuan dari Direksi. Perenggangan dari beton harus dibuat dari beton dengan mutu yang sama seperti mutu beton yang akan dicor. Perenggang tulang dari besi beton dan kawat harus sepadan dengan bahan tulangannya. Selimut beton yang ditentukan harus terpelihara.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, tulangan baja harus dipasang sedemikian, hingga terdapat selimut / penutup minimum sampai permukaan penyelesaian beton, sebagai berikut :
Kelas Beton Jenis pekerjaan Selimut Minimum
(mm) K225 Pelat Beton Pra cetak Pipa Beton 25
RANGKUMAN
Spesifikasi pembesian / penulangan beton merupakan pedoman teknis para mandor untuk menghitung biaya pelaksanaan pekerjaan serta dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan itu sendiri.
Spesifikasi teknis berisi tentang : - Lingkup pekerjaan
- Ketentuan, aturan dan standar yang mengikat untuk dilaksanakan - Syarat-syarat bahan dan alat
- Syarat-syarat pelaksanaan menyangkut sumber daya, cara kerja dan segala sesuatu yang tercantum dalam dokumen kontrak yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan.
Pengaruh spesifikasi teknis pada pekerjaan biaya pelaksanaan : - Metode kerja
- Bahan - Upah - Alat
Pekerjaan persiapan untuk mandor tidak ada hubungan dengan pekerjaan persiapan antara kontraktor dan owner. Biasanya pekerjaan persiapan untuk mandor terdiri dari mobilisasi dan demobilisasi pekerja dan tukang, akomodasi dilokasi proyek, penyediaan peralatan K3 dan lain sebagainya
Spesifikasi pembesian umumnya terdiri dari :
- Macam-macam tulangan baja dan spesifikasinya serta syarat penyerahan material
- Daftar bengkokkan dan cara memotong dan membengkok
- Pemasangan tulangan - Selimut beton
LATIHAN
a). Mengapa spesifikasi pembesian harus betul-betul dipelajari dan dikuasai oleh mandor pembesian !
b). Spesifikasi teknis berpengaruh kepada perkiraan biaya pelaksanaan pekerjaan. Uraikan secara singkat !
c). Uraikan jenis bahan baja beton beserta persyaratannya ! d). Standar pembesian diindonesia ada berapa macam ?
e). Uraikan apa saja pekerjaan persiapan yang harus dilakukan mandor pembesian !
BAB 3
STANDAR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON
3.1 Umum
Sebelum menghitung harga borongan suatu pelaksanaan pekerjaan, seorang mandor akan diberikan dulu spesifikasi teknis oleh pemberi pekerjaan, dalam hal ini biasanya perusahaan kontraktor. Ada beberapa macam spesifikasi teknis dimana ada yang mencantumkan di dalamnya bahwa standar pelaksanaan yang akan digunakan adalah PBI’ 71 misalnya, tanpa diuraikan detail dari standar tersebut. Tetapi ada juga spesifikasi teknis yang menguraikan di dalamnya detail dari pada standar yang digunakan, misalnya digunakan standar dari luar negeri. Pada spec tersebut diuraikan bagaimana cara pembengkokkan tulangan, toleransi pemotongan dan pembengkokkan tulangan, maupun pemasangan tulangan beserta toleransinya. Karena menyangkut angka keamanan konstruksi maka standar dari luar negeri mensyaratkan standar yang berbeda dibanding standar dari PBI’ 71 misalnya. Untuk itu seorang mandor meskipun sudah hafal cara-cara yang lazim dalam pelaksanaan pekerjaan, tetapi yang bersangkutan harus meminta kepada pemberi pekerjaan, apa standar yang dipakai beserta uraian detailnya.
Pada sub bab berikut akan diberikan contoh-contoh standar pembesian / penulangan beton menurut PBI’71, SNI maupun standar lainnya yang digunakan pada proyek – proyek konstruksi di Indonesia. Contoh standar tersebut hanya diambil khusus untuk item-item pelaksanaan pekerjaan dilapangan antara lain pemotongan tulangan, toleransi pemotongan, pembengkokkan tulangan, pemasangan tulangan dan toleransi pemasangan tulangan. Hal-hal lain misalnya perhitungan penulangan beton yang tidak diperlukan oleh mandor, tidak dicantumkan pada contoh berikut.
3.2 Standar Menurut PBI 1971
Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja yang terkenal dapat dipakai. Pada umumnya setiap pabrik baja mempunyai standar mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang berlaku di Negara yang bersangkutan. Namun demikian, pada umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu-mutu yang tercantum dalam Tabel 3.2.1
Tabel 3.2.1
Mutu Baja Tulangan
Mutu Sebutan
Tegangan leleh karakteristik (
au) atau tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 % (0,2) (kg/cm2) U – 22 U – 24 U – 32 U – 39 U – 48 Baja lunak Baja lunak Baja Sedang Baja Keras Baja Keras 2.200 2.400 3.200 3.900 4.800 Pembengkokkan Tulangan(1) Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara – cara yang merusak tulangan itu
(2) Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokkan sebelumnya (3) Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana
(4) Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
(5) Apabila pemanasan diijinkan batang tulangan dari baja lunak (polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850oC .
(6) Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 100 o C yang
bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan – perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin
(7) Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila diijinkan oleh perencana
(8) Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
(9) Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokkan.
TOLERANSI PADA PEMOTONGAN DAN PEMBENGKOKKAN TULANGAN (1) Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokkan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut (lihat gambar 5.4.1)
(2) Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm. (3) Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm
(4) Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar± 6 mm
PEMASANGAN TULANGAN
(1) Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan karat lepas serta bahan – bahan lain yang mengurangi daya lekat
(2) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya
(3) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan
Gambar 5.4.1
Toleransi pada pemotongan dan pembengkokkan tulangan
(4) Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan – tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
TOLERANSI PADA PEMASANGAN TULANGAN
(1) Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi – toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
(2) Terhadap kedudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.
(3) Terhadap kedudukan bengkokkan diarah memanjang ditetapkan toleransi sebesar± 50 mm, kecuali pada bengkokkan akhir.
(4) Terhadap kedudukan bengkokkan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton diujung batang memenuhi yang disyaratkan
(5) Terhadap kedudukan batang-batang tulangan pelat dan dinding ditetapkan toleransi di dalam bidang tulangan sebesar± 50 mm.
(6) Terhadap kedudukan dari sengkang – sengkang, lilitan – lilitan spiral dan ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar± 25 mm.
(7) Apabila pipa-pipa atau benda – benda lain direncanakan menembus beton atau di tanam di dalam beton, maka tulangan tidak boleh dipotong dan tidak boleh digeser tempatnya lebih jauh dari pada toleransi-toleransi yang ditentukan dalam ayat (2) s/d (6).
Umum
1) Ketentuan – ketentuan mengenai tulangan yang ditetapkan dalam bab ini berlaku umum untuk setiap bagian konstruksi yang bersifat strukturil.
2) Untuk konstruksi – konstruksi tertentu, kecuali harus dipenuhi ketentuan-ketentuan mengenai tulangan yang ditetapkan dalam bab ini, juga harus dipenuhi ketentuan-ketentuan mengenai tulangan yang ditetapkan dalam bab – bab lain dari peraturan ini yang berlaku untuk konstruksi – konstruksi itu.
Kait dan Bengkokkan
1) Kait harus berupa kait penuh seperti ditunjukkan dalam gambar, atau kait miring seperti ditunjukkan dalam gambar, dengan memperhatikan ayat (2), dimana d adalah diameter batang polos dan dp adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan menurut pasal 3.7 ayat (4).
2) Kait-kait sengkang harus berupa kait miring, yang melingkari batang-batang sudut dan mempunyai bagian yang lurus paling sedikit 6 kali diameter batang dengan minimum 5 cm, seperti ditunjukkan dalam gambar.
3) Bengkokkan harus mempunyai diameter intern sebesar paling sedikit 5 d atau 5 dp seperti ditunjukkan dalam gambar , dimana d adalah diameter batang polos dan dp adalah diameter pengenal batang yang diprofilkan menurut pasal 3.7 ayat (4).
Gambar Kait penuh
Gambar Kait miring
Gambar
Gambar
Pembengkokkan tulangan
3.3 Standar Menurut SNI 07-2052-1997
Standar ini meliputi definisi, istilah, jenis, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat uji, syarat penandaan dan cara pengemasan Baja Tulangan Beton.
Definisi
Yang dimaksud dengan baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang berpenampang bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku ingot atau Billet Baja dengan cara canai panas (hot rolling).
Jenis
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu Baja tulangan polos dan baja tulangan sirip.
(1) Baja Tulangan beton polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip disingkat BjTP
(2) Baja Tulangan beton sirip
Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus, yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksud untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relative terhadap beton, disingkat BjTS.
(1) Sifat tampak
Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
(2) Bentuk
Persyaratan bentuk baja tulangan beton adalah sebagai berikut : a. Baja tulangan beton polos
Permukaan batang baja tulangan beton polos harus rata tidak bersirip b. Baja tulangan beton sirip
Permukaan batang baja tulangan beton sirio harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan mempunyai rusuk memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip lain dengan arah melintang sumbu batang.
Sirip-sirip melintang sepanjang batang baja tulangan beton harus terletak pada jarak yang teratur, serta mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Bila diperlukan tanda angka-angka atau huruf –huruf pada permukaan baja tulangan beton, maka sirip melintang pada posisi dimana angka atau huruf diletakkan dapat ditiadakan.
Sirip melintang tidak boleh membentuk sudut kurang dari 45 o terhadap
sumbu batang, apabila membentuk sudut antara 45osampai 70 o , arah
yang berlawanan tidak diperlukan.
Ukuran
Diameter, berat dan ukuran sirip
Diameter dan berat per meter baja tulangan beton polos seperti pada tabel 1.
Diameter, ukiran sirip dan berat per meter baja tulangan beton sirip seperti pada table 2.
Tabel 1.
Ukuran baja tulangan beton polos
No. Penamaan Diameternominal (mm) Luas Penampang nominal (mm) Berat nominal (kg/m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 P6 P8 P10 P12 P14 P16 P19 P22 P25 P28 P32 6 8 10 12 14 16 19 22 25 28 32 0,2827 0,5027 0,7854 1.131 1,539 2,011 2,835 3,801 4,909 6,158 8,042 0,222 0,395 0,617 0,888 1,21 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31 Tabel 2.
Ukuran Baja Tulangan beton polos dan sirip No. Penamaan Diameter
nominal (mm) Luas penampang nominal Diameter dalam (mm) Tinggi sirip melintang (diameter dalam) Jarak sirip melintang maksimum Lebar rusuk memanjang maksimum Berat nominal Min Maks Cm2 mm mm mm mm Mm Kg/m 1 s 6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222 2 s 8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395 3 s 10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617 4 s 13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04 5 s 16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 1,58 6 s 19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23 7 s 22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98 8 s 25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85 9 s 29 29 6,605 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18 10 s 32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31 11 s 36 36 10,18 34,0 1,8 3,6 25,2 28,3 7,99 12 s 40 40 12,57 38,0 2,0 4,0 28,0 31,4 9,88 13 s 50 50 19,64 48,0 2,5 5,0 35,0 39,3 15,4
Gambar
Beberapa bentuk baja tulangan sirip
Syarat penandaan
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking) dengan huruf timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal.
Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung – ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas bajanya, seperti tabel 7
Tabel 7
Tabel untuk tanda kelas baja tulangan
K e l a s Warna Bj. TP 24 Hitam Bj. TP 30 Bj. TS 30 Biru Bj. TS 35 Merah Bj. TS 40 Kuning Bj. TS 50 Hijau
Setiap kemasan harus diberi label dengan mencantumkan : - Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat - Ukuran (diameter dan panjang)
- Kelas baja
- Nomor leburan (No. Heat)
- Nomor seri produksi dan tanggal produksi - Nomor SNI
Cara Pengemasan
Baja tulangan beton berbentuk batangan / lonjoran yang ukuran, jenis dan kelasnya sama, dibundel dan diikat secara kuat, rapih dan kokoh.
Baja tulangan beton berbentuk batangan / lonjoran yang ditekuk dengan panjang yang sama harus diikat secara kuat, rapih dan kokoh. Berat tiap bundel minimum 500 kg.
3.4 Standar lainnya
Berikut contoh standar pembesian pada proyek High Rise Building sesuai spesifikasi yang dipakai konsultan PT. Wiratman Ass. (diambil sebagian saja).
fc - 30
fc - 25
D - 10
200
200
D - 13
240
220
D - 16
295
270
D - 19
350
325
D - 22
425
375
D - 25
460
425
D - 29
530
490
D - 32
595
546
COMPRESSION DEVELOPMENT LENGTH
ℓd (mm)
80 Books
A or G
J
A or G
10
60
190
80
155
13
80
165
105
205
16
100
180
130
255
19
115
205
156
305
22
135
265
180
360
25
155
200
205
410
29
245
385
300
485
32
275
435
340
560
Bar Size
(mm)
(mm)
D
180 Books
BEAM HEIGHT
WEB REINFORCEMENT
hb < 600
-600 h
b<
900
2 x 1 D10
900 h
b<
1200
2 x 2 D10
1200 h
b<
1500
2 x 3 D13
1500 h
b< 1800
2 x 4 D13
1800 h
b< 2100
2 x 5 D13
RANGKUMAN
Standar pembesian / penulangan beton merupakan bagian dari spesifikasi teknik yang menjelaskan detail dari pemotongan dan toleransinya, pembengkokkan dan toleransinya, selimut beton dan penggunaan ganjal / spacer / tahu beton, perangkaian / penganyaman dan pemasangan pembesian / penulangan beton. Mandor harus betul-betul menguasai dan menerapkan standar pembesian yang
dipakai dilapangan. Untuk itu detail dari standar pembesian tersebut harus diminta kepada pemberi pekerjaan.
Standar yang dipakai pada proyek-proyek lokal diindonesia biasanya mengacu pada standar menurut PBI’ 71 dan SNI.
LATIHAN
a). Untuk keperluan pekerjaan dilapangan, apa saja yang harus dikuasai oleh mandor sehubungan dengan isi dari standar pembesian !
b). Secara garis besar isi dari standar menurut SNI 07 – 2052 – 1997, sebutkan ! c). Sebutkan secara garis besar isi dari standar menurut PBI’ 71 !
BAB 4
GAMBAR KERJA
4.1. Membaca Gambar Kerja dan Sket Detail Konstruksi
Sebagai Mandor anda bertanggung jawab atas mutu kerja dan mutu hasil kerja. Spesifikasi atau syarat teknis yang berkaitan dengan mutu, banyak disampaikan lewat gambar-gambar rencana. Maka Mandor harus mampu membaca gambar agar dapat menentukan langkah-langkah awal pelaksanaan pekerjaan.
Pengertian dan manfaat membaca gambar :
Pada pekerjaan konstruksi sebelum pelaksanaan di lapangan, lebih dulu dibuat gambar rencana konstruksi. Gambar-gambar, sket atau diagram digunakan untuk menjelaskan spesifikasi atau syarat teknis dan prosedur pelaksanaan pekerjaan tersebut. Bagaimanapun membaca gambar adalah tuntutan pekerjaan dan merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dan harus dimiliki mandor. Membaca gambar ialah memperhatikan sampai memahami yang tercantum pada gambar dan selanjutnya dapat menyatakan dalam langkah-langkah pelaksanaan.
Manfaat membaca gambar :
Sebagai mandor borong, anda bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan yang harus memenuhi mutu kerja dan mutu hasil kerja yang telah ditentukan. Agar dapat melaksanakan pekerjaan sesuai yang diharapkan mandor harus memahami pesan, perintah, dan syarat-syarat teknis atau spesifikasi dalam gambar berarti harus mampu membaca gambar, menerjemahkannya ke dalam langkah-langkah operasional.
Jika Mandor tidak bisa membaca gambar, yang terjadi adalah salah ukur, ukuran tidak sesuai spesifikasi, pengerjaan salah, hasil tidak memenuhi mutu, ditolak, dibongkar. Dengan membaca gambar dapat memahami seluk beluk pekerjaan dan dapat menentukan langkah-langkah pelaksanaan secara benar, mempermudah dalam memberikan perintah atau tugas, mempermudah dalam mengarahkan kerja tukang dan pekerja, mempermudah dalam mengendalikan kerja terutama berkaitan dengan prosedur atau tata cara kerja serta mutu hasil kerja.
Gambar yang digunakan di bidang Konstruksi juga banyak macamnya antara lain : Gambar situasi, gambar denah, gambar detail.
MACAM-MACAM GAMBAR
Beberapa gambar dan keguanaannya :
Gambar situasi
Gambar situasi adalah gambar sebidang lahan yang akan digunakan untuk tempat bangunan, dilihat dari atas, dengan batas-batas yang mengelilinginya depan, belakang, kanan dan kiri. Bisa digambar dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 200 tergantung kebutuhan. Digunakan untuk menunjukkan posisi atau letak bangunan pada lahan itu dan hubungannya dengan sekelilingnya.
Perhatikan contoh ini :
Posisi bangunan gudang A-B-C-D dari depan 8m, samping kanan : 7m, belakanang :10m, samping kiri : 50m – (7+10m) = 35m.
Gambar Denah Bangunan
Gambar denah bangunan adalah gambar tampak atas suatu bangunan merupakan potongan badan bangunan tersebut.
Gambar detail
Gambar detail adalah gambar suatu bagian tertentu, untuk menjelaskan bentuk dan motif yang sebenarnya, dilengkapi petunjuk dan ukuran, dan skala lebih besar (1:40; 1:25; 1:20: 1:10; 1:5)
Gambar tampak depan/samping
Gambar tampak ialah gambar yang memperlihatkan tampak keseluruhan suatu sisi bangunan dari tempat memandang bangunan tersebut.
Gambar potongan atau panampang
Gambar potongan atau penampang adalah gambar yang menjelaskan bentuk penampang atau potongan keseluruhan dilihat dari satu sisi arah tempat bangunan atau benda dipotong.
Penampang jalan dan selokan samping
Gambar-gambar sket-sket atau diagram digunakan untuk menjelaskan spesifikasi konstruksi dan prosedur yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan
Gambar tersebut merupakan dokumen resmi untuk acuan pelaksanaan pekerjaan. Maka perlu tercantum catatan tentang nama gambar dan pengesahannya. Gambar rencana konstruksi biasanya dibuat oleh perencana atau konsultan. Gambar dibuat secara jelas, rinci, tepat, benar dan selalu mencantumkan spesifikasi dengan baik.
Dibagian atas ini dapat anda lihat pula catatan tentang spesifikasi menyangkut ketentuan mutu, yaitu : MUTU BETON K175 MUTU BAJA U. 24.
Sedangkan sket-sket dibuat dengan tangan, artinya tidak menggunakan alat gambar khusus tertentu. Cukup alat tulis biasa jadi hasilnya juga sederhana, tidak sehalus dan seteliti gambar rencana. Sket-sket dibuat dengan maksud memberikan petunjuk-petunjuk khusus.
Pada pekerjaan acuan atau bekisting, sketsket dapat dibuat oleh tukang kayu, jadi tidak perlu oleh perencana. Sket-sket tersebut dibuat dengan menyatakan ukuran-ukuran yang diperlukan bagi komponen acuan, atau cara menyetelnya. Perhatikan sket di sebelah ini, dan coba kenalilah detail acuan itu.
PERBEDAAN ANTARA SKET/ GAMBAR DUA DIMENSI DAN TIGA DIMENSI
Sket atau gambar dua dimensi memperlihatkan obyek atau benda seperti yang tampak dari satu sisi yang persis berada tegak lurus di depan benda. Sket di bawah ini adalah sket dua dimensi yang memperlihatkan bentuk acuan tembok.
duplikat atau tiruan benda sebenarnya tampak tiga bidang sisinya
Sket di bawah ini memperlihatkan sket 3 dimensi bagian acuan atau bekisting, yaitu penutup samping.
SIMBOL, TANDA, DAN NOTASI PADA GAMBAR DAN SKET
Agar sket dan gambar dapat digunakan sebagai perintah kepada tukang, perlu dicantumkan catatan atau notasi, yang banyak berupa simbol, tanda, singkatan dan keterangan. Digunakan simbol, tanda, dan singkatan agar mengurangi banyaknya tulisan, agar gambar atau sket lebih jelas.
SIMBOL DAN TANDA UMUM DAN KHUSUS
Simbol arah Utara yang sering digunakan adalah seperti di bawah ini :
Garis-garis arsir umumnya untuk menunjukkan irisa, potongan, atau penampang. Agar sket bertambah jelas, bagian sket dapat diarsir sehingga terkesan berbeda dengan bagian lain.
Sket dibawah ini memperlihatkan potongan acuan dinding, yang menggunakan arsiran dengan simbol khusus yang menunjukkan jenis bahan tertentu.
Garis putus-putus biasa digunakan untuk menunjukkan bagian yang sebenarnya tidak tampak, karena terlindung, berada di dalam atau di belakang. Perhatikan contoh sket-sket berikut ini.
lubang atau lingkaran seperti di bawah ini.
SKALA, UKURAN, SINGKATAN DAN CATATAN
Skala adalah perbandingan antara jarak di atas gambar atau peta, dan jarak yang sama pada benda yang digambar atau benda sebenarnya. Misalnya jarak antara titik pada gambar adalah 1 cm sedangkan jarak sebenarnya 1m, maka skala gambar ialah 1 cm berbanding 1m, atau 1 : 100.
Skala ditunjukkan dengan skala angka 1 di kiri, tanda bagi, dan satu angka di kanan. Angka di kiri adalah angka aktual, sedangkan yang di kanan menunjukkan berapa kali ukuran tersebut diperkecil pada gambar. Jadi 1 : 200 berarti gambar adalah 1/ 200 kali ukuran benda yang digambar. Jika pada gambar 10 mm, maka ukuran sebenarnya ialah 10 x 200 mm = 2.000 mm atau 2m.
Jadi, sesuai gambar untuk sengkang perlu besi dengan diameter 8 mm, jarak satu sama lain 15 cm, lalu : 5 ø 16 berarti 5 batang besi diameter 16 mm, dan ø 19 - 16 artinya besi dengan diameter 19 mm, jarak pemasangan 16 cm. Ingat, ø besi : mm, sedangkan jarak pemasangan dalam satuan cm.
Ingat ! Ø besi = mm Jarak = cm 19 - 16 5 16 Sengkang 8 - 15
4.2. Gambar Pembesian / Penulangan Beton 4.2.1. Lantai
Umumnya bentuk gambar penulangan lantai digambarkan seperti gambar 4.2.1. Cara membaca/ memahami gambar ini dari atas ke bawah. Mula-mula kita menjumpai tulangan atas kemudian tulangan bawah. Selanjutnya bila memakai batang tulangan utama yang dibengkokkan atau ujungnya berkait, maka urutannya dilihat dari atas ke bawah yang terdiri dari jaringan atas dari batang tulangan polos kemudian batang tulangan utama (deform) dan akhirnya jaringan bawah tulangan polos.
Untuk membaca tulangan-tulangan yang terletak tegak lurus dengan tulangan utama dimulai dari arah kiri ke kanan. Bila ada beberapa batang tulangan yang sama besar serta jarak dari sumbu ke sumbunya sama, maka cukup digambar satu batang tulangan saja dan di atas batang tulangan tersebut ditulis keterangan sebagai berikut, yaitu : jumlah batang tulangan, diameter serta jenis baja kemudian jarak sumbu ke sumbu tulangan. Misalnya : 10ΦD6 – 400 (Gambar 4.21).
Untuk menyatakan jenis baja dan menunjukkan tempat lapisan batang tulangan, diberikan notasi sebagai berikut :
Untuk menyatakan jenis baja :
Baja tulangan polos 24, atau Bj. Tp 24 tandanya
PBaja tulangan deform 40, atau Bj. Tp 40 tandanya
D Untuk menyatakan tempat lapisan tulangan : Lapisan terluar
Lapisan kedua dari luar Lapisan kedua dari luar Lapisan terluar
Segitiga hitam menunjukkan arah pusat bagian konstruksi. Jumlah segitiga hitam menerangkan letaknya dilihat dari arah luar.
Catatan :
Hal di atas ini sudah jelas bahwa untuk menyatakan jenis baja maupun petunjuk/ notasi dari letak lapisan tulangan harus diterangkan di bawah renvooi (daftar keterangan gambar, biasanya dipojok kanan bawah). Apabila ada suatu lantai atau bagian dari lantai memakai tulangan yang sama, maka notasi tulangan identik ini tidak perlu diulang kembali. Pada gambar 4.2.1 ini,
D 6 – 250 adalahtulangan pembagi yang menyatakan tulangan berada di jalur tulangan A (jalut tulangan adalah suatu jalur dimana penulangan harus didistribusikan). Untuk tulangan yang identik cukup bila notasinya hanya pada jalur A saja. Notasi ini juga berlaku untuk jalur B.
4.2.2. Dinding
Suatu tulangan dinding (Gambar 4.2.2) yang tampak penampangnya seperti pada gambar tersebut akan dibaca seperti cara membaca gambar tulangan lantai.
Gambar 4.2.2
Tulangan Dinding
4.2.3. Balok
Gambar tulangan balok pada Gambar 4.2.3 adalah gambar tampak dari sisi balok.
Bagian atas dan bagian bawah dari tampak sisi balok menerangkan jumlah batang-batang tulangan, kemudian diameter serta jenis bajanya (deform), selanjutnya batang-batang tulangan ditandai dengan huruf. Bila diperlukan, tanda dengan huruf-huruf tersebut dapat ditulis kembali pada ujung batang tulangan.
Supaya lebih jelas, ujung batang yang tidak berkait akan digambar dengan sedikit dibengkokkan (misalnya lihat batang tulangan b). Letak dari tulangan akan dinyatakan pada gambar potongan penampangnya, sedangkan bentuk dari sengkang hanya digambarkan pada potongannya. Pada garis ukur bagian bawah tampak sisi balok diterangkan jumlah sengkang, diameternya serta jenis bajanya dan jarak sumbu ke sumbu (misalnya 20 sk
D10 – 250).4.2.4. Kolom (pilar)
Tulangan kolom akan diterangkan di samping tampak sisi kolom (lihat gambar 4.2.4). Pada batang-batang tulangan kolom ini tercantum keterangan (informasi) sebagai berikut : jumlah tulangan, diameter serta jenis baja dan tandanya (misalnya 8
P16a). Sedangkan letak dari batangGambar 4.2.3.a Gambar Tulangan Balok
tulangan ini dinyatakan pada gambar potongan penampangnya dan sengkang hanya digambar pada potongan ini juga.
Pada garis ukur di samping potongan tersebut tercantum juga sengkang yang dipakai yaitu : jumlah sengkang, diameter serta jenis bajanya dan jarak sumbu ke sumbu (misalnya 12 sk
P 8 – 300). Untuk perubahantulangan kolom ke balok (gambar 4.2.4.b) terkadang dibutuhkan dua tampak yang dilihat dari sisi balok (misalnya 6
P 25 a dan 2
P 20 b).Hasil dari gambar tulangan pada umumnya cenderung digambar di luar gambar tampak, dimana untuk batang-batang yang sama hanya satu batang tulangan yang digambar.
4.2.5. Penulangan jaringan
Bila penulangan konstruksi beton menggunakan tulangan jaring, maka akan berlaku peraturan sebagai berikut : jaringan digambar dalam bentuk empat persegi panjang (gambar 4.2.5.a) dimana ukurannya sesuai dengan ukuran jaring luar, pada empat persegi panjang itu ditarik garis diagonal dari kiri-bawah ke kanan-atas.
Tanda yang dipakai untuk tulangan jasing adalah angka 1, 2, 3 dan seterusnya ditulis dalam lingkaran yang terletak pada garis diagonal. Diameter tulangan dan jarak sumbu tulangan ke sumbu jaring dinyatakan dengan garis yang berujung pada lingkaran (tanda jaringan) menuju ke arah tulangan. Ukuran luar dari jaringan (dalam mm) ditulis di bagian bawah garis tersebut. Contoh untuk tulangan lantai dan dinding dengan memakai jaringan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.2.5.a Tulangan Jaring
Gambar 4.2.5.c Tulangan Lantai, jaringan tulangan atas
Gambar 4.2.5.d Tulangan Dinding, jaringan tulangan sisi belakang
Tulangan lantai dengan jaringan tulangan atas dan jaringan tulangan bawah masing-masing digambarkan. Di tempat sambungan lewatan dari jaringan akan digambarkan potongan penampangnya, sehingga letak sambungan lewatan satu dan yang lainnya dapat terlihat. Di samping itu panjang pengelasan juga dituliskan dan dalam gambar dicantumkan pula nomor-nomor tulangan serta jumlahnya yang akan dimasukkan dalam tabel. Sebenarnya bentuk tulangan jaring ada bermacam-macam, namun hal ini tidak akan dibahas karena akan terlalu jauh dan menyimpang.
4.3. Membaca gambar rencana / gambar kerja pembesian dan pembuatan Daftar Lengkung Pembesian (Bar Bending Schedule) dan Daftar Potong Pembesian
Mengingat, bahwa pekerjaan pembesian merupakan salah satu unsur pekerjaan konstruksi yang sangat penting, maka seorang mandor harus dapat membaca gambar rencana dan gambar kerja. Agar tidak salah dalam melaksanakan pekerjaan.
Setelah memahami gambar-gambar tersebut ia dapat merencanakan segala sesuatunya untuk mengadakan persiapan-persiapan untuk mengawali pekerjaan tersebut.
Macam-macam baja tulangan :
Baja tulangan terbagi dalam dua macam tulangan, menurut bentuknya, yaitu : 1. Batang polos
Batang polos, rata :
Mempunyai tanda ø di dokumen (untuk garis tengah tulangannya). Disebut juga dengan singkatan : BJTP (Baja Tulangan Polos) 2. Batang yang diprofilkan
Batangnya dapat mempunyai rusuk-rusuk, berulir.
Mempunyai tanda D di dokumen (untuk garis tengah tulangannya). Disebut juga dengan singkatan Bj TD (Baja Tulangan Diform).
Ukuran Garis Tengah Tulangan :
Garis tengah tulangan atau diameter tulangan mempunyai satuan ukuran : dalan mm atau dalaminchi .
Ukuran diameter dalam satuan mm :
6, 8, 10, 12, 14, 16, 19, 22, 25, 28, 30, 38, 40, 45 dan 50. Ukuran diameter dalam satuan inchi :
1/4”, 5/16”, 3/8”, 1/2”, 5/8”, 3/4” 7/8” 1”, 11/4” dan 11/2”. Contoh : Ø 6, Ø 25, dan seterusnya. Ø 1/4”, Ø 1”, dan seterusnya. D 6, D 25, dan seterusnya. D 1/4”, D 1”
Kualitas Besi Beton :
Tanda pada dokumen yang menunjukkan kualitas (mutu) besi beton yang disyaratkan ialah :u dengan disertai angka yang menunjukkan nilai titik lelahnya (dalam Kg/ mm2).
Contoh :
u 24, u 40, u 50, dan seterusnya.
Jadi mutu besi beton (kekuatannya) ada berbagai macam (tanda mutu besi beton biasanya dicantumkan dalam gambar/ spesifikasi).
PERINGATAN : jangan sembarangan menukar mutu besi beton.
Peraturan-peraturan Pekerjaan Pembesian :
Ada standar-standar yang dapat kita pakai pada pekerjaan pembesian, antara lain : Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI ’71)
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Untuk dapat mengetahui benar dan salah dalam praktek pekerjaan kita harus merujuk pada standar yang berlaku.
Berdasarkan gambar rencana/ gambar kerja pembesian
DAFTAR LENGKUNG DAN DAFTAR POTONG BESI BETON
Perlu dibuat :
Daftar Lengkung Pembesian
Lalu :
GAMBAR RENCANA PEMBESIAN
Contoh gambar denah pondasi gedung Pelat pondasi sloof dan kolom-kolomnya.
Tanda di atas ini memberitahukan bahwa pembesian yang diberi tanda O hanya dipasang sampai batas panah, berarti dipasang sampai batas panah kiri dan kanan.
Yakni agar dapat membedakan garis itu garis pembesian atau garis tanda, sebab kadang-kadang pada plat ada pembesian tanpa kait, terutama pembesian tambahan, biasanya gambar pembesian ada gambar kaitnya.
DAFTAR POTONG BESI BETON
Untuk dapat melakukan pemotongan besi beton yang seefisien mungkin untuk menghindarkan pemborosan akibat asal memotong besi, sehingga menjadi potongan bagian-bagian yang dapat mengakibatkan sisa potongan yang mubazir, maka perlu diperhatikan daftar ke 2, yaitu : DAFTAR POTONG BESI BETON.
Usahakan membuat kombinasi bagian-bagian a, b, c, dan seterusnya, sehingga bagian sisa sependek mungkin.
RANGKUMAN
Membaca gambar merupakan kemampuan dasar yang sangat penting dan harus dimiliki oleh mandor.
Pada pekerjaan konstruksi (bangunan gedung, jalan dan jembatan, bangunan pengairan) sebelum pelaksanaan dilapangan, lebih dulu dibuat gambar rencana konstruksi.
Gambar- gambar, sket atau diagram digunakan oleh perencana untuk menyampaikan atau menjelaskan spesifikasi atau syarat-syarat teknis dan prosedur pelaksanaan pekerjaan.
Membaca gambar merupakan tuntutan pekerjaan mandor, mandor harus mampu membaca gambar, yaitu memahami pesan, perintah, syarat-syarat teknis atau spesifikasi, dan prosedur yang ditentukan serta menentukan langkah-langkah operasional.
Membaca gambar adalah memperhatikan sampai memahami yang tercantum pada gambar, dan dapat menyatakan ke dalam langkah-langkah pelaksanaan. Dalam industri konstruksi digunakan banyak macam gambar rencana, antara
lain : Gambar situasi, gambar denah bangunan, gambar detail, gambar tampak, gambar potongan dan sebagainya.
Masing-masing macam gambar mempunyai maksud dan kegunaan sendiri, namun semua sebagai sarana untuk menyampaikan pesan atau perintah dari perencana kepada yang akan melaksanakan pekerjaan.
Perbedaan antara gambar rencana konstruksi dan sket :
PERBEDAAN ANTARA GAMBAR RENCANA KONSTRUKSI DAN SKET
GAMBAR KONSTRUKSI SKET
Dibuat oleh Perencana
Membuatnya menggunakan alat dan perlengkapan khusus untuk menggambar
Sebagai dokumen resmi perlu keterangan tentang : nama gambar, pemeriksaan/ persetujuan dan seterusnya
Bisa dibuat oleh mandor atau tukang, tidak perlu Perencana Membuatnya cukup dengan alat
tulis
Bukan merupakan dokumen resmi, sehingga tidak memerlukan keterangan
Agar sket dan gambar rencana dapat digunakan sebagai perintah kepada tukang, perlu dilengkapi catatan atau notasi.
Untuk catatan atau notasi banyak digunakan simbol, tanda, singkatan, maksudnya agar tidak terlalu banyak tulisan dan agar gambar / sket tampak lebih jelas.
Ada simbol – simbol, tanda – tanda dan singkatan – singkatan yang terdapat pada gambar dan sket.
Ada simbol-simbol, tanda – tanda maupun singkatan yang bersifat umum, antara lain :
Ada pula simbol-simbol, tanda-tanda maupun singkatan yang khusus dimiliki oleh bidang – bidang pekerjaan tertentu, antara lain :
Sebagai contoh terdapat beberapa gambar pembesian yaitu : - Gambar pembesian lantai
- Gambar pembesian dinding - Gambar pembesian balok - Gambar pembesian kolom - Gambar pembesian jaringan
Didalam membaca gambar rencana pembesian, urutannya adalah : a). Membaca gambar denah konstruksi beton bertulang
b). Membaca gambar potongan denah tersebut
c). Dari gambar potongan denah pembesian tersebut bisa dibuat daftar lengkung pembesian atau Bar bending schedule
LATIHAN
a). Mengapa mandor harus bisa membaca gambar konstruksi ? jelaskan ! b). Sebutkan beberapa macam gambar beserta kegunaannya ?
c). Sebutkan 2 hal yang merupakan perbedaan antara gambar rencana konstruksi dan sket ?
d). Mengapa dalam membaca gambar harus dapat mengartikan simbol-simbol, tanda-tanda dan singkatan – singkatan yang terdapat pada gambar tersebut ! e). 8 10 – 15 Berdasar notasi ini :
- Berapa batang besi beton yang diperlukan ? - Berapa ukuran besi tersebut ?