• Tidak ada hasil yang ditemukan

Control Mutuality (Kontrol Mutualitas)

4.4 Kualitas Hubungan Partai Gerindra dengan followers-nya dalam Twitter @Gerindra pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014

4.4.1 Control Mutuality (Kontrol Mutualitas)

Kontrol mutualitas adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur sejauh mana persetujuan kepada pemilik kekuasaan yang sah untuk mempengaruhi satu sama lain. Upaya sepihak untuk mencapai kontrol oleh salah satu pihak terkait dengan penurunan persepsi kompetensi komunikator dan kepuasan dalam hal peningkatan aktivitas. Di sisi lain, kontrol mutualitas didefinisikan sebagai konsep tentang kekuatan yang seimbang (Bortee dan Waters, 2007). Kekuatan dalam proses pembuatan keputusan merupakan salah satu bentuk keseimbangan yang dimaksud oleh kontrol mutualitas.

Hallahan (2008, p.53) dalam Edman (2010, p. 22) menyebutkan bahwa control mutuality untuk komunikasi online digunakan untuk melihat apakah publik memiliki kemampuan untuk berbagi percakapan

mutualitas pada komunikasi online. Kontrol Mutualitas semakin terlihat jika organisasi dan publik terlibat dalam komunikasi dua arah. Grunig menjelaskan bahwa dalam kontrol dan bekerjasama merupakan dasar dari komunikasi dua arah (two way symetrical), yakni terjadi hubungan yang simetris antara Public Relations dan publiknya dalam dialog dan diskusi.

Grunig dan Hon (1999) dan Ki dan Hon (2007) menjelaskan bahwa dalam menghasilkan relasi yang tidak bergejolak dan bersifat positif, jika dalam relasi setiap pihak mengambil bagian dalam kegiatan pengambilan keputusan, serta keseimbangan pembagian peran. Paine (2011, p.7) menyebutkan bahwa keikutsertaan adalah langkah awal organisasi dalam membangun kualitas hubungan antara pelanggan dengan reputasi perusahaan, dalam penelitian ini adalah dengan publiknya. Respon Public Relations yang cepat akan membuat kualitas hubungan menjadi lebih baik, dan reputasi perusahaan akan meningkat. Pada Partai Gerindra, pihak yang bertugas menjalankan fungsi Public Relations dalam membina, mempertahankan, dan mengelola hubungan dalam media sosial adalah tim digital strategist, salah satunya bernama Noudhy Valdyno. Tim tersebutlah yang melakukan tweet atau memberikan feedback kepada followers-nya. Dalam media sosial, publik bebas dalam mengutarakan opini mereka, percakapan tidak dapat dikontrol (Paine, 2011, p.72-73).

Gambar 4.6 Grafik Frekuensi Indikator Kontrol Mutualitas (control mutuality)

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Dari hal tersebut terlihat bahwa melalui twitter, Gerindra melalui tim digital strategist-nya ingin membangun kontrol mutualitas dengan followers-nya melalui berbagai pesan dan issue. Dari gambar grafik 4.6 terlihat bahwa kontrol mutualitas (control mutuality) yang terkandung dalam pesan yang diberikan oleh Gerindra baik berupa tweets ataupun feedback sebesar 18% yang diambil dari jumlah sampling total sebanyak 499 pesan. Gerindra yang khusus mengelola media sosial. Dalam mengelola twitter, Partai Gerindra setiap hari melakukan tweet dari pagi hari hingga dini hari untuk berinteraksi dengan publiknya. Dilihat dari fungsi Public Relations-nya, Partai Gerindra benar-benar memanfaatkan media sosial sebagai media komunikasi dua arah dengan publiknya dalam menjalin, menjaga, dan mempertahankan hubungan sesuai dengan tujuan politik (Stromback dan Kiousis, 2011, p.8)

organisasi dapat mendapatkan lebih dari apa yang mereka inginkan, dengan memberikan apa yang diingankan oleh publik. Berdasarkan hasil temuan peneliti pada twitter @Gerindra yang disesuaikan dengan indikator kontrol mutualitas, terlihat dalam pesan yang disampaikan oleh Gerindra kepada followers dengan melemparkan isu-isu tertentu, membuka diri untuk publik ikut serta dalam percakapan dialogis dengan partai, seperti meminta saran, menerima saran, dan lain-lain. Hal ini tampak dalam pesan yang disampaikan oleh Gerindra untuk membangun kontrol mutualitas (control mutuality) melalui :

Gambar 4.7 Grafik Frekuensi Indikator Kontrol Mutualitas (control mutuality) dalam konten pesan Gerindra

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Dari gambar 4.7 terlihat bahwa kontrol mutualitas dalam konten pesan yang disampaikan oleh Gerindra paling banyak terdapat dalam pesan informatif (3.8%). Dalam pesan informatif, terdapat pula memberikan informasi kepada followers untuk meminta saran, tanggapan, masukkan; membalas pertanyaan followers terkait informasi, serta polling

opini. Kontrol mutualitas dengan penekanan keikutsertaan merupakan langkah awal organisasi dalam membangun kualitas hubungan dengan publik serta peningkatan reputasi organisasi. Pesan yang mengandung keikutsertaan bagi followers merupakan salah satu sarana sosialisasi politik dalam menjaring partisipasi politik dari followers dan memunculkan kesadaran politik bergerak aktif dalam aktivitas politik (Subiakto dan Ida, 2012, p.64).

Gambar 4.8 Grafik Frekuensi Indikator Kontrol Mutualitas (control mutuality) dalam konten pesan Followers

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa kontrol mutualitas (control mutuality) yang terkandung dalam pesan yang diberikan oleh followerws, baik berupa tweets ataupun feedback sebesar 28.3% yang diambil dari

jumlah sampling total sebanyak 767 pesan dan grafik 4.6 menunjukkan bahwa konten pesan yang mengandung kontrol mutualitas (control mutuality) tertinggi adalah pesan informatif (12.5%). Hasil menunjukkan presentase yang lebih tinggi dari Gerindra, oleh karena jumlah followers banyak, dan pesan balasan yang diberikan oleh followers berjumlah lebih dari 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa followers ikut serta berpartisipasi aktif berdialog pada pesan yang diberikan Gerindra, memberikan masukan, memberikan informasi, polling opini, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, kontrol mutualitas (control mutuality) yang terlihat dari pesan yang diberikan Gerindra, menunjukkan bahwa dalam hubungan positif, organisasi dan publik memiliki beberapa tingkat kontrol atas yang lain (Hon dan Grunig, 1999, p.19). Meskipun, followers memiliki presentase lebih tinggi, namun kontrol tetap dipegang oleh Gerindra. Hal tersebut ditunjukkan Gerindra ketika memberi balasan (feedback) kepada followers-nya masih memilah-milah (tidak semua diberi feedback), oleh karena dalam media sosial, publik bebas dalam mengutarakan opini mereka, percakapan tidak dapat dikontrol (Paine, 2011, p.72-73) dan respon merupakan salah satu pengaruh dalam peningkatan reputasi organisasi.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa bahwa followers dan Gerindra sama-sama memiliki kekuatan seimbang dan persetujuan untuk mempengaruhi satu sama lain. Dalam komunikasi online, kontrol mutualitas melihat apakah publik memiliki kemampuan berbagi percakapan dengan organisasi. Followers ikut ambil bagian dalam penentuan keputusan dan memahami tujuan yang ingin dicapai oleh Gerindra melalui kerjasama dan konsensus dari kedua pihak. Adanya interaktivitas yang menjadi karakteristik media sosial menjadi salah satu terbentuknya kontrol mutualitas (control mutuality) untuk terciptanya komunikasi dialogis, yang menyebabkan hubungan simetris antara organisasi dan perusahaan. Grunig mengatakan bahwa kontrol dan

bekerjasama merupakan dasar dari komunikasi dua arah (two way symetrical), yakni terjadi hubungan yang simetris antara Public Relations dan publiknya dalam dialog dan diskusi. Interaktivitas adalah sejauh mana komunikator dan respon publik untuk, atau bersedia memfalitasi kebutuhan komunikasi satu sama lain (Sundar, dkk, 2003, p.34).

Berikut contoh Berikut contoh interaksi melalui pesan dalam Twitter @Gerindra :

Gambar 4.9 dialog antara followers dan Gerindra dalam pemberian saran

Gambar 4.10 tweet Gerindra untuk polling opini Sumber : Twitter @Gerindra 20 Maret 2014, 7.53 PM

Kedua gambar di atas termasuk kontrol mutualitas, kerena adanya keterlibatan dalam komunikasi dua arah yang terjadi antara organisasi dan publiknya (followers). Grunig menjelaskan bahwa dalam kontrol dan bekerjasama merupakan dasar dari komunikasi dua arah (two way symetrical), yakni terjadi hubungan yang simetris antara Public Relations dan publiknya dalam dialog dan diskusi. Dalam kedua tweet tersebut terlihat bahwa Gerindra mengajak followers untuk ikut serta memberi masukkan dalam memberikan pengaruh kepada keputusan organisasi. Tidak hanya itu, dari kedua tweet tersebut juga terlihat bahwa adanya hubungan timbal balik, yakni Gerindra mengajak publik untuk berbagi dalam pembuatan keputusan secara bersama-sama (Waldt dan Botha, 2011, p.7-8)

Grunig dan Hon (1999) dan Ki dan Hon (2007) menjelaskan bahwa dalam menghasilkan relasi yang tidak bergejolak dan bersifat positif, jika dalam relasi setiap pihak mengambil bagian dalam kegiatan pengambilan keputusan, serta keseimbangan pembagian peran. Dari hasil penelitian,

ditemukan bahwa Prabowo merupakan pengaruh penting bagi followers untuk mendukung Gerindra. Hal ini membuat, Gerindra juga banyak membuka forum diskusi atau isu terkait dengan Prabowo sebagai calon presiden yang diusung oleh partai Gerindra. Dari hasil kontrol mutualitas yang ada, sebagian besar followers antusias dalam mendukung Gerindra oleh karena sosok Prabowo.

4.4.2 Trust (Kepercayaan)

Trust atau kepercayaan adalah sebuah indikator untuk mengukur sebuah tingkatan kepercayaan dan kesediaan dari salah satu pihak untuk membuka diri pada pihak lainnya. Kepercayaan ini memiliki tiga dimensi, yakni integritas, dapat diandalkan, dan kompetensi. Publik menyukai hubungan dengan organisasi yang terbuka, jujur, dan terjamin. Seorang Public Relations akan mendapat kualitas yang baik dengan pengguna media sosial, yakni editor, reporter, dan orang-orang yang berpengaruh, maka mereka semua akan percaya dengan kita, dan berbalik kepada kita dalam setiap gagasan dan opini saat krisis (Paine, 2011, p.5-6).

Kepercayaan dapat meningkatkan loyalitas, word of mouth, dan reputasi. Paine (2011, p.170-175) menjelaskan bahwa dalam era tranparasi, target audience akan mengambil nilai besar pada karakter. Trust merupakan hasil dari perilaku komunikasi, dimana informasi yang disediakan akurat, memberikan penjelasan setiap keputusan, dan mendemontrasikan dengan tulus hati, serta keterbukaan. Stephanie dan Bonin mengatakan bahwa dalam evolusi Public Relations, media sosial berbicara tentang membangun hubungan dan memiliki komunikasi yang jujur .

Gambar 4.11 Grafik Frekuensi Indikator Trust (Kepercayaan) Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Dari gambar 4.11, terlihat bahwa trust atau kepercayaan merupakan dimensi dengan tiga indikator, yakni integritas, dapat diandalkan, dan kompetensi. Secara keseluruhan, kepercayaan (trust) berjumlah 25.5% untuk Gerindra dan 15.1% untuk followers. Adapun ketiga indikator tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 4.12 Grafik Frekuensi Indikator Integritas dalam konten pesan Gerindra

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Grafik 4.9 Frekuensi Indikator Integritas dalam konten pesan followers

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Integritas (integrity) adalah tingkat kepercayaan dimana seseorang yakin bahwa organisasi berjalan dengan benar dan bersikap adil. Integritas juga berbicara tentang bagaimana organisasi berbicara jujur dan sesuai dengan kebenaran. Pada dimensi ini, terdapat konsistensi tentang apa yang dikatakan dan perbuatan yang dilakukan. Secara keseluruhan, integritas dalam pesan Gerindra memperoleh jumlah 2.2% dan 1.4% dalam pesan followers @Gerindra. Indikator integritas (integrity) ditemukan terbanyak dalam pesan yang berkonten citra tokoh dan citra partai, yang berkaitan dengan pencitraan, baik dari sisi Gerindra maupun

Berikut adalah contoh tweet indikator integrity (integritas) :

Gambar 4.13 Integrity (integritas) yang ditunjukkan Gerindra melalui retweet followers

Sumber : Twitter @Gerindra, 17 Maret 7.01 PM

Tweet di atas, termasuk kategori integritas (integrity), oleh karena sesuai dengan definisi integritas (integrity), yakni konsisten, terpercaya, bersih, dan peduli rakyat. Integritas dibangun oleh Gerindra melalui pesan tweet yang di retweet oleh Gerindra dari followers-nya. Pesan di atas ingin menunjukkan bahwa Gerindra membangun kepercayaan dengan menonjolkan integritas partai. Dalam media sosial saat ini, Paine (2011) menemukan bahwa sesama pengguna media sosial berkomunikasi dan saling percaya satu sama lain melalui media sosial, dibandingkan dengan organisasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Public Relations politik ingin menciptakan reputasi bahwa Gerindra merupakan partai yang berintegritas, dengan meretweet perkataan orang lain.

Di sisi lain, terlihat bahwa balasan yang diberikan oleh salah satu followers mempertanyakan hal tersebut, apakah Gerindra benar

berintegritas atau tidak. Hal tersebut terjadi oleh karena, Gerindra jarang mengeluarkan tweet yang berisi tentang integritas partai, hal tersebut terlihat dari jumlah yang didapat, yakni untuk pesan pencitraan tokoh sebesar 1.4% dan pesan pencitraan partai sebesar 0.8% dari total sampling pesan Gerindra yang ada (499), sedangkan dari pesan followers, terlihat bahwa pesan pencitraan tokoh sebesar 0.5% dan pesan pencitraan partai sebesar 0.5% dari total sampling pesan Gerindra yang ada (499), Paine menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kepercayaan yang tinggi, keterjaminan dan transparansi organisasi melalui media sosial merupakan hal yang penting. Jumlah yang didapat merupakan jumlah yang rendah, jika dilihat dari keseluruhan sampling.

Gambar 4.14 Integritas (integrity) Gerindra yang ditunjukkan followers Sumber : Twitter @Gerindra, 27 Maret

Tweet tersebut di atas juga termasuk dalam tweet integritas (integrity), hal tersebut dikarenakan adanya pernyataan dari followers yang mengungkapkan bahwa Prabowo membebaskan Wilfrida, seorang TKI tanpa memandang agama dan perbedaan. Penekanan terjadi pada kata perbedaan, dengan kata lain, komunikan ingin mengutarakan bahwa Prabowo calon presiden dari Gerindra adalah orang yang adil (tidak membedakan publik). Seperti dibahas pada indikator sebelumnya, Prabowo merupakan sosok yang sangat berpengaruh bagi followers atau publik untuk menjalin komunikasi dengan Gerindra. Tweet tersebut merupakan salah satu reply dari tweet Gerindra yang berbunyi “Selamat pagi tweeps, awali pagi yang cerah

ini dengan berdoa ! Selamat beraktivitas”. Pesan dari followers ini merupakan salah satu pengukuhan kepercayaan yang dibentuk oleh Gerindra kepada publiknya melalui twitter.

b. Dapat Diandalkan (dependability)

Gambar 4.15 Grafik Frekuensi Indikator Dapat Diandalkan (dependability) dalam konten pesan Gerindra

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Gambar 4.16 Frekuensi Indikator Dapat Diandalkan (dependability) dalam konten pesan followers

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Dapat diandalkan (dependability) berarti kepercayaan seseorang yang yakin bahwa organisasi memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang dijanjikannya. Dalam hal ini, hal yang relevan dengan isi tweet baik dari pesan Gerindra ataupun followers adalah adanya kejelasan visi-misi, kejelasan program, dan penagihan janji jika tidak ditepati. Dari gambar grafik 4.15 terlihat bahwa dapat diandalkan (dependability) sebesar 8% dari pesan Gerindra dan 3.3% dari pesan followers. Hal tersebut tertuang dalam konten pesan citra tokoh dan citra partai politik yang menjadi penekanan dari pesan Gerindra (terbanyak), yakni masing-masing sebesar 2% dan 3.8% dari sampling keseluruhan. Dalam pesan followers terlihat bahwa dapat diandalkan (dependability) dengan jumlah tiga tertinggi terdapat dalam pesan citra tokoh sebesar 0.8%, polling opini sebesar 0.7%, dan dari isu-isu yang diangkat sebesar 0.8%. Berikut adalah contoh tweet dari dependability (dapat diandalkan) :

Gambar 4.17 Gerindra menonjolkan dependability (dapat diandalkan) yang ditujukan kepada followers, melalui jawaban Prabowo

Sumber : Twitter @Gerindra, 16 Maret 2014 pk 10.28 PM

Gambar 4.18 Gerindra dapat diandalkan (dependability) yang ditunjukkan followers

Sumber : 17 Maret 2014

Kedua tweets di atas dikategorikan ke dalam dapat diandalkan (dependability), oleh karena pada gambar pertama, Gerindra menjawab sebuah pertanyaa dari followers, perihal pencalonan wakil presiden untuk Prabowo, dan Gerindra membentuk trust (kepercayaan) dalam dependability (dapat diandalkan) oleh jawaban langsung dari Prabowo Subianto, dengan cara retweet reply Prabowo, selaku tokoh politik yang diusung sebagai calon presiden. Prabowo Subianto selaku politikus (calon presiden yang diusung oleh Gerindra), memiliki peran selaku komunikator politik, yang berkewajiban untuk melakukan komunikasi politik dalam bentuk pemasaran politik, public relations politik, kampanye politik, atau lobi politik. Di sisi lain, komunikator politik yang kredibel dapat meningkatkan citra dimata publiknya (Arifin, 2014, p.209-210).

Pada gambar kedua, dapat diandalkan terlihat pada reply followers yang mengatakan bahwa Gerindra merupakan partai yang memiliki visi misi jelas dalam menjalankan kegiatannya, ketika terpilih menjadi wakil rakyat dan Prabowo menjadi presiden. Tweet yang kedua menunjukkan adanya pengukuhan akan hal tersebut yang ditandai dengan lihat visi misi Prabowo, saya yakin pilihan saya Gerindra is the best. Hal tersebut juga ingin menunjukkan bahwa Public Relations

politik ingin menciptakan reputasi Gerindra merupakan partai yang dapat diandalkan (dependability). Kedua tweet di atas merupakan pesan yang mewakili citra dari tokoh politik yang diangkat, yakni Prabowo Subianto. Dari sisi Gerindra, mengemas pesan yang membentuk Prabowo Subianto sebagai sosok yang dapat diandalkan, dan followers juga menyatakan demikian dalam reply atau balasan yang diungkapkannya.

c. Kompetensi (Competence)

Gambar 4.19 Grafik Frekuensi Indikator Kompetensi (competence) yang ditunjukkan Gerindra berdasarkan konten pesan

Gambar 4.20 Grafik Frekuensi Indikator Kompetensi (competence) yang ditunjukkan followers-nya berdasarkan konten pesan

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Kompetensi (competance) adalah tingkat kepercayaan dimana organisasi memiliki kemampuan untuk melakukan yang seharusnya dilakukan. Kompetensi (competance) ini berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan teknikal serta interpersonal dalam menjalankan pekerjaan. Robbins (2013, p.423) yang dikutip oleh Santi (2013), menyebutkan bahwa orang akan lebih mendengarkan dan bergantung kepada mereka yang dianggap memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai. Berdasarkan grafik di atas, dua tertinggi terlihat bahwa kompetensi tertuang dalam pesan yang berkaitan dengan citra tokoh dan citra partai politik yang menjadi penekanan dari pesan Gerindra, yakni masing-masing sebesar 5% dan 4.6%. Dalam konten pesan followers terlihat bahwa kompetensi (competance) terdapat dalam pesan yang berkaitan dengan citra tokoh sebesar 5.2%, citra partai sebesar 1.8%.

Darisini terlihat bahwa Gerindra mengemas pesan yang menonjolkan kompetensi (competence) untuk membentuk kepercayaan kepada publiknya, dalam hal ini followers melalui penonjolan citra politik Prabowo Subianto dan Partai Gerindra sendiri. Berikut contoh kompetensi (competence) dalam twitter @Gerindra :

Gambar 4.21 Gerindra menujukkan kompetensinya (competence) Sumber : 16 Maret 2014, pk 10.00 PM

Gambar 4.22 Gerindra menujukkan kompetensinya Sumber : 16 Maret 2014, pk 10.00 PM

Kedua Tweet tersebut merupakan kompetensi (competence) karena dalam tweet pertama dinyatakan bahwa Gerindra membentuk trust (kepercayaan) berupa competence (kompetensi) dengan menunjukkan keyakinannya dalam memenangkan pilihan presiden oleh Prabowo. Dalam hal ini, Gerindra ingin menunjukkan bahwa Gerindra mampu untuk melakukan apa yang dikatakannya. Sedangkan dalam tweet kedua Gerindra juga menekankan bahwa alasan Prabowo dan Gerindra maju dalam pemilu adalah untuk mengubah sistem yang salah. Dari sini terlihat bahwa Gerindra ingin menunjukkan pada followers bahwa ia yakin dapat merubah sistem yang salah, dengan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan apa yang dikatakan. Dari ketiga indikator, kompetensi (competence) merupakan unsur kepercayaan (trust) yang ditonjokan Gerindra dibandingkan dengan dua indikator lainnya. Grunig juga menegaskan bahwa sistem komunikasi dari organisasi merupakan

indikator kuat dalam keefektifan sebuah organisasi, yang kemudian mempengaruhi pertumbuhan performa efisien untuk dapat bertahan.

Gambar 4.23 Followers yang menyatakan kompetensi (competence) Gerindra Sumber : 31 Maret 2014, pk 1.45 AM

Gambar 4.24 Followers yang menyatakan kompetensi (competence) Gerindra Sumber : Twitter @Gerindra, 4 April 2014 pk 3.50 AM Dari kedua tweets yang dikeluarkan oleh followers tersebut juga termasuk dalam indikator kompetensi. Hal tersebut oleh karena pada tweet pertama terlihat bahwa followers menyatakan koruptor akan takut jika Prabowo dan Gerindra menang. Hal tersebut menunjukkan bahwa followers yakin dengan Gerindra bahwa ia mampu melakukan apa yang dikatakannya. Selain itu, pada tweet yang kedua terlihat bahwa followers mendukung penuh Gerindra, oleh karena percaya Prabowo akan menjadikan Indonesia bangkit dari permasalahan. Hal ini menunjukkan bahwa followers yakin pada Gerindra dan Prabowo dengan kemampuan yang dimiliki dapat membuat Indonesia bangkit dari masalah.

Kedua tweet yang diberikan oleh followers terhadap Gerindra tersebut mendapat feedback dari followers lain sebanyak 16 retweets dan 7 favorit, serta 10 retweets dan 3 favorit. Sesuai dengan teori bahwa dalam media sosial saat ini, Paine (2011) menemukan bahwa

sesama pengguna media sosial berkomunikasi dan saling percaya satu sama lain melalui media sosial, dibandingkan dengan organisasi. Tidak hanya itu, pengelolaan yang baik oleh tim digital strategist Gerindra, dengan menyampaikan berita-berita tentang kemampuan dan kecakapan serta teknis yang dimiliki Gerindra serta Prabowo, pernyataan, dan janji yang telah terucap kepada followers terbukti disampaikan oleh followers. Solis dan Breakenridge menyatakan bahwa media digital politik dapat memungkinkan mendapatkan kepercayaan dan persahabatan online dengan publik. Hal tersebut juga sesuai dengan Stephanie dan Bonin yang menyatakan bahwa Dalam evolusi Public Relations, media sosial berbicara tentang membangun hubungan dan memiliki komunikasi yang jujur.

4.4.3 Commitment (Komitmen)

Komitmen (commitment) adalah mengukur sejauh mana satu pihak percaya dan merasa bahwa hubungan yang terjalin layak untuk dipertahankan dan dipromosikan. Indikator ini memiliki dua dimensi, yakni komitmen berkelanjutan yang mengacu pada tindakan tertentu dan komitmen yang secara afektif berkaitan dengan emosional dan perasaan (Grunig, 1999, p. 19-20). Hallahan (2008, p. 52) menyebutkan bahwa dengan adanya akses teknologi, organisasi menunjukkan komitmen mereka untuk berkomunikasi dengan publik kunci. Huang (2001) dalam Austin (2008, p.21) menyatakan bahwa organisasi penting untuk terus menggabungkan nilai yang ada di masyarakat dengan nilai yang dibawa oleh organisasi untuk komitmen kelanjutan organisasi.

Gambar 4.25 Grafik Frekuensi Indikator Komitmen (commitment) Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Dari gambar grafik 4.25, terlihat bahwa komitmen (commitment) merupakan dimensi dengan dua indikator, yakni komitmen berlanjut dan komitmen emosional. Secara keseluruhan, kepercayaan (trust) berjumlah 20.2% untuk Gerindra dan 5.3% untuk followers. Adapun ketiga indikator tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Komitmen Berlanjut

Gambar 4.26 Grafik Frekuensi Indikator Komitmen berlanjut Gerindra berdasarkan konten pesan

Gambar 4.27 Grafik Frekuensi Indikator Komitmen berlanjut followers @Gerindra berdasarkan konten pesan

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Komitmen berlanjut mengacu pada tindakan tertentu yang dilakukan dengan aksi nyata. Komitmen berkelanjutan biasanya berkaitan dengan adanya keterkaitan yang membuat seseorang untuk terus dapat melakukan kegiatan bersama-sama organisasi secara berkelanjutan (Grunig, 1999, p.19-20). Huang (2001) dalam Austin (2008, p.21) menyatakan bahwa organisasi penting untuk menggabungkan nilai yang ada dalam masyarakat dengan nilai organisasi untuk komitmen berkelanjutan dari organisasi tersebut. Dari gambar grafik 4.26 terlihat bahwa komitmen berkelanjutan yang tampak dalam pesan Gerindra, keempat tertinggi adalah citra partai yang bersifat positif sebesar 2.8%, pesan informatif yang diangkat sebesar 3.0%, event sebesar 3.2%, dan tertinggi adalah pesan persuasif sebesar 6.2%. Sedangkan, dari pesan followers @Gerindra, menunjukkan dua tertinggi adalah pesan informatif sebesar 2.6% dan persuasif sebesar 1%.

Dalam indikator ini, Gerindra membangun hubungan dengan berkomitmen, yakni mentransmisikan pesan kepada publik dengan komitmen yang berlanjut. Hal-hal yang termasuk dalam komitmen berlanjut adalah komitmen-komitmen yang diberikan Gerindra kepada publik selama masa kampanye berlangsung; termasuk pula janji-janjinya, serta meminta dukungan publik; khususnya followers untuk memiliki hubungan jangka panjang hingga memilih Partai Gerindra saat pemilu legislatif berlangsung, bahkan sampai pemilu presiden. Tidak hanya itu, Gerindra juga mengadakan event, seperti kampanye untuk membentuk komitmen

berlanjut dari publik, khususnya followers melalui twitter hingga pemilu berlangsung. Komitmen berlanjut berkaitan dengan keterikatan yang dapat membuat seseorang berkomitmen terus

Dokumen terkait