• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Unsur-unsur Metodologi Tafsir

3. Corak Penafsiran

Dalam kamus bahasa Indonesia corak diartikan bunga atau gambar (ada yg berwarna-warna) pada kain (tenunan, anyaman, dsb), misalnya corak kain sarung ini kurang bagus. 2 berjenis-jenis warna pada warna dasar (seperti pada kain, bendera, dsb;). 3 Sifat (paham, macam, bentuk) tertentu, misalnya, perkumpulan itu tidak tentu coraknya.161 Sementara dalam kamus Indonesia-Arab, corak diartikan dengan warna

( ٌنْوَل)

dan bentuk

( ٌلْكَش)

.162 Corak dengan istilah lawn (warna) sering digunakan oleh para ahli tafsir. Istilah lawn

ٌنْوَل

jamaknya alwa>n

ٌناَو ْلأ

dapat dijumpai dalam kitab al-Z|ahabi> al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, seperti ditulisnya

ِّلك في ِيرِسْف َّ تلا ُناَولأ

ُخ

ٍةوْط

(warna/corak penafsiran al-Quran pada setiap fase) dan

ِرْصَع في ِيرِسْفَّ تلا ُناَولأ

ِثْيِدَلْا

(corak penafsiran pada abad modern). Para ulama tafsir di Indonesia umumnya menggunakan kata corak, sebagaimana terdapat dalam buku-buku mereka. Corak penafsiran ialah suatu warna, arah atau kecendrungan pemikiran atau ide

159Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodologi Tafsir al-Qur’an: Strukturalisme, Semantik, Semiotik dan Hermeneutik, h. 62. Lihat juga Nasharuddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, h. 165.

160Lihat M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, h. 180. Lihat juga Abd. Muin Salim, Mardan, dan Achmad Abu Bakar,

Metodologi Penelitian Tafsir Maud}u>’i>, h. 44.

161Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 275.

tertentu yang mendominasi sebuah karya tafsir.163 Corak juga diartikan sebagai kecendrungan atau spesifik seorang mufasir.164 Dalam corak, terletak pada dominan atau tidaknya sebuah pemikiran atau ide. Seorang teolog, misalnya, penafsirannya dominan oleh pemikiran dan konsep-konsep teologis, begitupun seorang ahli fikih, penafsirannya didominasi oleh konsep-konsep fikih. 165

Corak-corak penafsiran yang dikenal selama ini antara lain: 1) corak sastra bahasa, 2) corak filsafat dan teologi, 3) corak fikih atau hukum, 4) corak penafsiran ilmiah, 5) corak tasawuf, 6) corak sastra budaya kemasyarakatan.166 Selain itu terdapat juga corak haraki dan corak hida>’i>.167

1) Corak Sastra Bahasa

Corak sastra bahasa, timbul akibat banyaknya orang non-Arab yang memeluk agama Islam, serta akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri di bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan al-Quran.168 Corak ini bertumpu pada analisis kebahasan, tidak jarang tafsir ini sangat kental dengan nalar baya>ni> dan bersifat deduktif di mana posisi teks al-Quran menjadi dasar penafsiran, dan bahasa

163Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 388.

164Anshori, Menafsirkan al-Qur’an dengan Ijtihad, h. 88.

165Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 388.

166Lihat M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, h. 107-108. Lihat juga 'Abd al-H{ayy al-Farma>wi>, Al-Bida>yah fi> Tafsi>r al-Maud}u>’i>: Dira>sah Manhajiyyah Maud}u>’iyyah, h. 29-41.

167Anshori, Menafsirkan al-Qur’an dengan Ijtihad, h. 92-93.

168M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, h. 107.

menjadi perangkat analisisnya. Parameter kebenaran yang dipakai dalam aktivitas penafsiran ini adalah kebenaran pada dataran tekstual atau harfiah.169

Di antara kitab tafsir yang menggunakan corak sastra bahasa adalah: a) Al-Kasysya>f karya al-Zamakhsyari>.

b) Tafsi>r Irsya>d al-‘Aqlu al-Salim Ila> Maza>ya> al-Kita>b al-Kari>m karya Abu> al-Su‘u>d Muh}ammad bin Muh}ammad al-‘Ima>di>.

2) Corak Filsafat dan Teologi

Corak filsafat dan teologi muncul akibat adanya penerjemahan kitab filsafat yang mempengaruhi beberapa pihak, serta masuknya penganut agama-agama lain ke dalam Islam yang pada akhirnya menimbulkan pendapat yang dikemukakan dalam tafsir mereka.170 Corak ini adalah kecendrungan pendekatan penafsiran al-Quran dengan filsafat. Corak ini biasanya untuk menjangkau maksud-maksud esensial yang dikandung ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang fenomena wujud alam dan penciptanya.171 Dalam menyikapi corak dan ilmu filsafat, cendekiawan Islam terbagi ke dalam dua kategori:

a) Menolak ilmu-ilmu yang bersumber dari buku-buku para filosof karena dianggap bertentangan dengan akidah dan agama. Mereka menolak paham-paham tersebut dan membatalkan atau meluruskannya dengan membuat sebuah kitab tafsir.172 b) Mengagumi filsafat. Mereka menekuni dan menerimanya selama tidak

bertentangan dengan norma-norma Islam. Mereka berusaha memadukan antara

169Lihat H. U. Syafrudin, Paradigma Tafsir Tekstual dan Kontekstual, h. 40.

170Abd. Muin Salim, Mardan, dan Achmad Abu Bakar, Metodologi Penelitian Tafsir Maud}u>’i>, h. 46.

171Anshori, Menafsirkan al-Qur’an dengan Ijtihad, h. 90.

filsafat dan agama.173

3) Corak Fikih/hukum

Corak fikih lahir muncul akibat perkembangan ilmu fikih dan terbentuknya mazhab-mazhab fikih, maka masing-masing golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka terhadap ayat-ayat hukum.174 Pada corak fikih, porsi tafsir terhadap ayat-ayat hukum lebih dominan. Penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum dibahas secara panjang lebar dibanding dengan ayat-ayat yang tidak berkaitan dengan hukum Islam langsung.175Pada corak ini mufasir yang ahli dalam bidang fikih berusaha menetapkan hukum-hukum yang berupa praktek yang pada umumnya masih bersifat global belum terinci dan tambahan penjelasan dari hadis untuk mencapai hukum-hukum amaliyah. Di samping itu, mufasir juga menguasai kaidah-kaidah fikih.176

Diantara kitab tafsir yang menggunakan corak fikih adalah: a) Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Jas}s}a>s} (w. 370 H) bermazhab hanafi>.

b) Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Kayya> al-H{arra>si> (w. 504 H) bermazhab sya>fi>.. c) Al-Ja>mi' li Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Qurt}ubi> (w. 671 H) bermazhab ma>liki>. d) Kanz al-'Irfa>n fi> Fiqh al-Qur’a>n karya Miqda>r al-Suyu>t}i> bersekte al-ima>mi> al-is\na>

'asyari>.177

173Lihat 'Abd al-H{ayy al-Farma>wi>, Al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i>: Dira>sah Manhajiyyah Maud}u>’iyyah, h. 33-35.

174Abd. Muin Salim, Mardan, dan Achmad Abu Bakar, Metodologi Penelitian Tafsir Maud}u>’i>, h. 46

175Lihat Mus}t}afa> Zaid, Dira>sa>t fi> al-Tafsi>r, h. 14.

176Muh}ammad ‘Ali> Iya>zi>, al-Mufassiru>n H}aya>tuhum wa Manhajuhum, h. 88.

4) Corak tasawuf

Corak ini muncul akibat gerakan-gerakan sufi, maka muncul pula tafsir yang dilakukan oleh para sufi yang bercorak tasawuf.178 Pada corak ini, porsi tafsir terhadap ayat-ayat bernuansa tasawuf lebih dominan, sehingga mufasir cendrung menakwilkan ayat al-Quran dengan penjelasan yang berbeda dengan kandungan tekstualnya, yakni berupa isyarat yang hanya dapat diungkapkan oleh mereka yang sedang menjalankan perjalanan menuju Allah swt. (suluk). Akan tetapi, terdapat kemungkinan untuk menggabungkan antara penafsiran tekstual dan penafsiran isyarat tersebut.179

Diantara kitab tafsir yang menggunakan corak sufistik adalah: a) Tafsi>r al-Tastari> karya al-Tastari> (w. 283 H).

b) Lat}a>’íf al-Isya>ra>t karya al-Qusyairi> (w. 514 H). 5) Corak penafsiran ilmiah

Corak 'ilmi> lahir akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha penafsir untuk memahami ayat-ayat al-Quran sejalan perkembangan ilmu pengetahuan.180 Corak tafsir ini, cendrung menafsirkan al-Quran secara ilmiah dan memadukannya secara relevansif dengan perkembangan ilmu pengetahuan.181 Upaya penafsiran secara ilmiah akan berdampak pada penampakan fungsi al-Quran sebagai petunjuk dan

178

Abd. Muin Salim, Mardan, dan Achmad Abu Bakar, Metodologi Penelitian Tafsir Maud}u>’i>, h. 46.

179Lihat 'Abd al-H{}ayy al-Farma>wi>, Al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Maud}u>’i>: Dira>sah Manhajiyyah Maud}u>’iyyah, h. 30. Bandingkan Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, Juz II, h. 110-111.

180M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, h. 108.

pemisah antara yang hak dan yang batil dan akan menunjukan sifat fleksibilitas al-Quran yang dipandang sesuai untuk dipedomani umat manusia dalam segala waktu dan tempat.182 Di antara kitab tafsir yang menggunakan corak 'ilmi> adalah al-Jawa>hir fi> tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya T{ant}awi> Jawhari>.183

6) Corak Sastra Budaya Kemasyarakatan

Corak sastra Budaya kemasyarakatan (al-adab wa al-ijtima>'i>) adalah corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat al-Quran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah masyarakat berdasarkan petunjuk ayat, dengan mengemukakan petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti dan indah didengar.184 Corak ini berprinsip bahwa al-Quran merupakan kitab sastra terbesar dan bacaan mulia yang mampu memengaruhi jiwa terdalam manusia secara sestetik. Corak ini bertujuan untuk mengembalikan al-Quran kepada pesan awalnya yang ditujukan kepada jiwa pendengar dan pembaca (manusia).185

Diantara kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah: a) Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya Mah}mu>d Syaltu>t.

b) Tafsi>r al-Mana>r karya Muh}ammad Ra>syi>d Rid}a> (w. 1354 H). c) Tafsi>r al-Mara>gi> karya Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi> (w. 1945 H). 186

7) Corak H{araki> (pergerakan)

182Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir: Aplikasi Model Penafsiran, h. 93

183Lihat Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, Juz II, h. 201-211.

184M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, h. 108.

185Lihat H. U. Syafrudin, Paradigma Tafsir Tekstual dan Kontekstual, h. 34-35.

Corak tafsir ini ditulis dan disusun oleh seorang tokoh pergerakan umat Islam. Dalam hal ini mufasir berusaha menjelaskan maksud Allah dalam al-Quran, khususnya yang terkait dengan perubahan pergerakan sosial ke arah yang lebih baik. Mufasir menekankan perhatiannya untuk mengajak masyarakat agar kembali kepada ajaran agama yang benar, mensucikan agama dari segala khurafat dan israiliyat.187 Al-S}a>bu>ni> mengatakan bahwa ayat-ayat al-Quran dalam corak ini akan dibawa ke arah pergerakan kemasyarakatan dan keorganisasian dan memungkinkan mengandung unsur politik, baik itu ingin menduduki sebuah jabatan maupun untuk melengserkan jabatan (revolusi dan kudeta) yang bersifat positif, al-amr bi al-ma'ru>f wa al-nahy 'an al-munkar.188 Tafsir corak ini mengajak umat untuk memperbaiki keadaan sosial yang buruk ke arah keadaan sosial yang lebih baik. Salah satu contoh kitab tafsir bercorak h{araki> adalah Tafsi>r fi> Z}ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}ub.189

8) Corak al-Hida>’i>

Corak al-hida>’i> adalah corak tafsir yang menekankan petunjuk hidayah Allah sebagai tujuan puncaknya. Tafsir corak ini menjelaskan ayat-ayat al-Quran dengan menampakkan hidayah al-Quran di dalamnya. Corak tafsir ini menawan jiwa dan membuka hati serta mendorong jiwa untuk mendapat petunjuk Allah. Dalam hal ini, seorang mufasir tidak terlalu banyak memperhatikan penjelasan lafaz, i’ra>b, qira>’at, bala>gah, petunjuk-petunjuk seni, serta penerapan sastra yang terdapat di dalamnya.

187Muh}ammad ‘Ali> Iya>zi>, al-Mufassiru>n H}aya>tuhum wa Manhajuhum, h. 52.

188Lihat Muh}ammad 'Ali> al-S{a>bu>ni>, al-Tibya>n fi> 'Ulu>m al-Qur’a>n h. 203.

Salah satu contoh kitab tafsir bercorak al-hida>’i adalah Tafsi>r al-Mana>r karya Muhammad Abduh.190