• Tidak ada hasil yang ditemukan

(COVID-19)

Arifah Kaharina24

24Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FIO Unesa

P

endidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) menjadi mata pelajaran

yang wajib diajarkan di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Tujuan utama

pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan literasi fisik (1), di mana literasi fisik

digambarkan sebagai motivasi, kepercayaan diri, kompetensi fisik, pengetahuan, dan pemahaman terhadap nilai yang dapat membentuk karakter, serta bertanggung jawab atas keterlibatan dalam aktivitas fisik yang diharapkan dapat diterapkan

seumur hidup (2). PJOK bukan sekadar aktivitas fisik yang dikemas dalam bentuk

pembelajaran, melainkan lebih dari itu, PJOK sangat penting untuk mengoptimalkan dan mengembangkan keterampilan motorik, serta mengajarkan pentingnya kesehatan fisik dan penanaman nilai sikap untuk pembentukan karakter. Anak dapat belajar berinteraksi dengan teman melalui permainan, kerjasama dengan orang dan lingkungan yang berbeda, belajar bekerja secara tim dengan berinteraksi, dan nilai karakter lainnya. Pembelajaran PJOK yang berkualitas membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan fisik, kesehatan, serta memperoleh keterampilan kolaboratif yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan ke depannya dan menyelesaikan masalah yang akan dihadapi. Pembelajaran jasmani, pada prinsip

170

praktikny,a adalah aktif secara fisik melalui berbagai media pembelajaran, di antaranya melalui berbagai cabang olahraga, olahraga permainan, permainan tradisional, dll.

Pada masa pandemi Covid-19, dalam upaya percepatan pencegahan penyebaran infeksi virus yang belakangan telah diketahui tidak hanya menular

melalui droplet atau cairan, tetapi juga melalui airborne atau udara (3), seluruh

institusi pendidikan menghentikan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka atau luar jaringan (luring). Sebagian besar pemerintah di seluruh dunia telah menutup sementara lembaga pendidikan dalam upaya menahan penyebaran pandemi Covid-19. Penutupan nasional ini berdampak pada lebih dari 91%

populasi siswa dunia (4) tidak diizinkan pergi ke sekolah. Alternatifnya adalah

beralih dari pendidikan tradisional ke pendidikan secara online atau dalam jaringan (daring). Pembelajaran daring menuntut pendidik untuk berinovasi menciptakan model belajar yang menarik, menyenangkan, dan dapat dilakukan di rumah, namun tetap menjamin ketercapaian kompetensi. Dalam hal ini, jangkauan internet dan ketersediaan komputer, laptop atau smartphone menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Keterbatasan pengetahuan dan sarana teknologi baik dari pendidik maupun peserta didik, serta keterbatasan alat dan tempat dalam proses pembelajaran menjadi tantangan tersendiri. Pendidik dituntut untuk membuat peserta didik tetap aktif bergerak, mempertahankan status kebugaran jasmani yang baik di tengah keterbatasan yang dihadapi. Peran pendidik untuk memastikan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran melalui aktivitas fisik, meski hanya sedikit aktivitas fisik yang dapat dilakukan di rumah, menjadi sangat penting. WHO merekomendasikan 60 menit/hari aktivitas fisik sedang hingga berat untuk usia 6—17 tahun, dan 75 menit/minggu aktivitas fisik berat atau 150 menit/ minggu untuk aktivitas fisik sedang untuk orang dewasa dan orang tua, dengan frekuensi 2—3 hari/minggu, masing-masing mencakup aktivitas penguatan otot

dan tulang (3). Jika melibatkan siswa dalam pedoman WHO adalah prioritas, maka

materi kesehatan dan kebugaran dapat menjadi jawabannya.

Berbagai cara pembelajaran jarak jauh seperti memanfaatkan aplikasi, platform, dan sumber daya digunakan untuk membantu orang tua, pendidik, dan sekolah untuk memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran selama di rumah dari sistem manajemen pembelajaran digital (seperti CenturyTech, Edmodo, Google Classroom, Schoology, dll) hingga platform kolaborasi yang mendukung

komunikasi video langsung (seperti WhatsApp, WeChat, Skype, Zoom, dll)(5).

171

Namun, tidak sedikit peserta didik yang tidak memiliki fasilitas untuk mengikuti pembelajaran daring. Sebagian guru pada daerah zona aman harus berkunjung ke rumah peserta didik untuk pendampingan belajar. Namun pertanyaannya, “Apakah cara pembelajaran ini dapat menjamin ketercapaian kompetensi mata pelajaran PJOK, baik pengetahuan, keterampilan, dan penanaman nilai-nilai karakter seperti pembelajaran secara tatap muka di sekolah?”.

Dalam pembelajaran daring, pendidik tidak bisa menerapkan indikator maupun standar pencapaian kompetensi sama seperti pembelajaran tatap muka. Pendidik tidak bisa menuntut ketercapaian seluruh kompetensi, terlebih pada kompetensi keterampilan yang memerlukan pengawasan ketika peserta didik belajar gerak dasar karena pendidik harus memastikan peserta didik mengembangkan keterampilan dasar sesuai kemampuan dan level masing-masing peserta didik. Pandemi ini memaksa pengembangan pendidikan online yang mungkin bisa menjadi alternatif pembelajaran di masa depan ketika negara, pemerintah, dan populasi lebih siap lagi. Cara belajar secara daring memang lebih fleksibel dan dinamis, serta tidak berakhir dengan infrastruktur. Infrastruktur hanyalah langkah pertama menuju paradigma baru pengajaran dan pembelajaran di masa pascapandemi. Paradigma tersebut dapat mewakili pergeseran dari kegiatan pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik ke kegiatan yang lebih berpusat pada peserta didik termasuk kegiatan kelompok, diskusi, dan kegiatan pembelajaran langsung. Hal itu membutuhkan pemikiran ulang secara konseptual dan filosofis tentang sifat pengajaran dan pembelajaran, peran, dan koneksi antara pendidik, peserta didik, dan bahan ajar dalam komunitas pembelajaran postdigital

(6).

Pembelajaran daring harus diintegrasikan jangka panjang ke dalam kurikulum untuk mengingkatkan kualitas pengajaran. Kurikulum dan pedagogi perlu diperbarui dan harus menjadi model pedagogi daring yang berhasil dan dapat diterapkan dalam praktik guru di masa mendatang. Perlu pengembangan platform pendidikan yang memungkinkan akses ke sumber daya pembelajaran yang berkualitas tinggi, pengembangan kapasitas pendidik, staf, serta peran tenaga profesional untuk mendukung pengajaran online, serta diperlukan kerja sama; baik dari orang tua, instansi pendidikan, sektor swasta, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempromosikan dan menyosialisasikan pembelajaran online untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Peran pendidik sangat penting sebagai penyedia pendidikan jarak jauh berkualitas tinggi yang inklusif dan adil. Pendidik

172

diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan etika untuk melakukan dan terus mengembangkan model pengajaran online yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ke depan, model pembelajaran yang dapat diterapkan pascapandemi, dapat terdiri atas model pembelajaran tatap muka/luring, model pembelajaran campuran (blended learning), dan model pembelajaran online/daring

(7). Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan besar pada semua bidang

kehidupan manusia. Dalam bidang pendidikan, krisis ini harus memunculkan peluang pengembangan potensial dalam model pembelajaran untuk masa depan. Situasi saat ini membutuhkan inovasi dan strategi model pembelajaran baru untuk dikembangkan secara berlanjutan.

173

Daftar Pustaka

IPLA. 2017. Physical Literacy. https://www.physical-literacy.org.uk/ diakses pada 12 Juli 2020.

Jandrić, P., Knox, J., Besley, T., Ryberg, T., Suoranta, J., & Hayes, S. 2018. Postdigital Science and Education. Educational Philosophy and Theory, 50(10), 893–899. https://doi.org/10.1080 /00131857.2018.1454000. Sum RKW, Ha ASC, Cheng CF, Chung PK, Yiu KTC, Kuo CC, et al. 2016.

Construction and Validation of a Perceived Physical Literacy Instrument for Physical Education Teachers. PLoS ONE 11(5): e0155610. doi:10.1371/ journal.pone.0155610.

UNESCO. 2020. COVID-19 Educational Disruption and Response. https:// en.unesco.org/covid19%20/educationresponse diakses pada 12 Juli 2020.. UNESCO. 2020. Distance learning solutions. https://en.unesco.org/covid19/

educationresponse/solutions diakses pada 12 Juli 2020.

WHO. 2020. Coronavirus disease (COVID-19) pandemic. https://www.who.int/ emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 diakses pada 12 Juli 2020. Zhu, X. 2020. Building up National Online Teacher Education System. Research

in Education Development, 40(2), 3. https://doi.org/10.14121/j. cnki.1008-3855.2020.02.002.

174

175

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN