• Tidak ada hasil yang ditemukan

Corporate Governance

Dalam dokumen Andyn Kusumastuti NIM : (Halaman 45-53)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

5. Corporate Governance

Dalam dunia bisnis, praktik corporate governance telah menjadi hal utama dan menjadi pusat perhatian para manajer. IICG (Indonesian

Institute for Corporate Governace) mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan

mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Penerapan praktik Good Corporate Governance diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Berdasarkan peraturan tersebut, Corporate Governance adalah:

“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. Prinsip-prinsip good governance yang digunakan dalam penelitian ini mendasarkan pada keputusan Menteri Negara BUMN No.

117/M-28

MBU/2002 adalah (a) tranparancy, (b) independency, (c) accountability, (d) responsibility, dan (e) fairness.

a) Transparansi

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan transparansi sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Selain itu, menurut Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG) menjelaskan bahwa transparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan masyarakat.

b) Independensi

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan independensi sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

29

c) Akuntabilitas

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan akuntabilitas sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Pengertian lainnya diuraikan oleh Kumaat (2011:23) akuntabilitas adalah bentuk tanggung jawab korporasi yang diwujudkan dengan menyediakan seluruh perangkat pengawasan secara komperhensif serta siap untuk digugat sesuai peraturan dan regulasi yang berlaku.

d) Pertanggungjawaban

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan pertanggungjawaban sebagai kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa pertanggungjawaban (responsibility) yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.

30

e) Kewajaran

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan kewajaran (fairness) sebagai keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa kewajaran (fairness) mengandung unsur perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya.

a. Komite Audit

Komite audit menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance, komite audit adalah:

“Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk nmencapai tujuan komite audit.”

Tujuan dari komite audit adalah membantu dewan direksi dalam memenuhi tanggungjawab dalam melakukan pengawasan secara menyeluruh. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-M/BU/2002 menjelaskan bahwa tujuan komite audit adalah membantu dewan komisaris atau dewan pengawas dalam memstikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektifitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.

31

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi audit eksternal perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor dengan perusahaan. Hubungan pelaporan ini dimaksudkan untuk mencegah manipulasi audit oleh manajemen. Jumlah komite audit yang banyak akan mempermudah perusahaan dalam memperoleh kredit dari stakeholder, karena dewan komisaris mempunyai wewenang yang lebih luas daripada manajemen (Hasanah et al., 2014).

Pengawasan komite audit mendorong pelaksanaan Good

corporate governace yang efektif. Pengawasan secara mendalam dari

komite audit mampu mendorong perusahaan untuk melakukan pengawasan yang lebih baik sehingga prinsip-prinsip Good corporate

governace dapat terpenuhi, salah satunya prinsip transparansi dimana

perusahaan diwajibkan untuk terbuka atas segala aktivitas bisnis yang dilakukan dan kemudian melakukan pelaporan.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 Komite Audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minima rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 Dewan Komisaris wajib melakukan rapat paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan.

Seringnya komite audit melakukan rapat, maka akan semakin sering para anggota komite audit bertukar pikiran dan pengetahuan

32

mengenai keputusan yang harus diambil demi kepentingan seluruh stakeholder salah satunya keputusan mengenai pengungkapan sosial perusahaan (Aniktia & Khafid, 2015)

Semakin sering komite audit mengadakan rapat, maka koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan publikasi informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan salah satu hal yang mendukung good corporate

governace adalah dengan mempublikasikan Sustainability Report. Good corporate governace merupakan suatu proses atau sistem yang

bertujuan meningkatkan nilai dan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders (Nasir et al., 2014).

b. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan mekanisme internal dari corporate

governance yang melakukan fungsi pengawasan (oversight function)

dan fungsi penasihat (advisory function) (Pelamonia, 2013). Komisaris independen merupakan komisaris yang bukan dari manajemen perusahaan. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam suatu perusahaan yaitu melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat

33

melalukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan (KNKG, 2006).

Sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi (Dyanty dan Putri, 2014).

Keberadaan dewan komisaris independen sebagai bagian dari penerapan good corporate governance akan mendorong kemungkinan perusahaan melakukan pengungkapan lebih untuk para stakeholdernya, salah satunya pengungkapan sustainability report (Aniktia dan Khafid, 2015). Aktivitas dewan komisaris merupakan pertemuan atau rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris sebagai forum komunikasi antara direksi dan manajer guna mengurangi kesenjangan (range) terhadap kegiatan operasional yang merupakan bagian dari siklus rencana bisnis ((Sanchez,et al.2011) dalam Abdillah, 2015)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan

34

masyarakat (KNKG, 2006). Komisaris independen merupakan pihak yang tidak memilki hubungan bisnis dan kekerabatan dengan stakeholder, anggota direksi dan dewan komisaris, serta perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap kebijakan yang dibuat oleh direksi.

c. Governance Committee

Keberadaan governance committee akan meningkatkan efektifitas penerapan Good Corporate Governance perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder sesuai dengan konsep Good Corporate Governance. Dengan adanya governance committee maka penerapan Good

Corporate Governance dapat terlaksana dengan baik dan mendorong

perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial serta pelaporannya (Aniktia & Khafid, 2015).

Salah satu pendukung perwujudan good corporate governance yang baik dan kompeten adalah dibentuknya sebuah governance

committee. Governance committee merupakan komite penunjang dari

dewan komisaris. Komite ini terdiri dari beberapa dewan direksi dan dewan komisaris yang kompeten dan berintegrasi tinggi. Dalam pedoman KNKG, anggota governance committee terdiri dari anggota dewan komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan (KNKG, 2006).

35

Berdasarkan code of corporate governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menyatakan komite kebijakan governance committee bertugas membantu dewan komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang berhubungan dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dalam dokumen Andyn Kusumastuti NIM : (Halaman 45-53)

Dokumen terkait