• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andyn Kusumastuti NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Andyn Kusumastuti NIM :"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Intellectual Capital dan Mekanisme Corporate

Governance Terhadap Sustainability Report

(

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Andyn Kusumastuti

NIM : 1112082000071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii

Pengaruh Intellectual Capital dan Mekanisme Corporate

Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report

(

Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Andyn Kusumastuti

NIM : 1112082000071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Andyn Kusumastuti

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Desember 1994

3. Alamat : Jl. Raya Tanjung Barat Gg. Langgar III RT. 014/008 No. 40B, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

4. HP : 0896-7074-6085

5. E-mail : andynkusumastuti@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN Pejaten Timur 06 Petang Tahun 2000 - 2006

2. SMPN 239 Jakarta Tahun 2006 - 2009

3. SMKN 47 Jakarta Tahun 2009 - 2012

4. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 - 2016

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Bimbingan Belajar LPIA Tahun 2011 – 2012 2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan

(8)

viii

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Basket SMP Negeri 239 Jakarta (2006-2007)

2. Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMP Negeri 239 Jakarta (2007-2008) 3. English Club SMP Negeri 239 Jakarta (2007-2008)

4. Rohis SMK Negeri 47 Jakarta sebagai sekretaris (2010-2011)

5. Komunitas Tari Tradisional (KONTRAS) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai sekretaris (2014-2015)

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Suparno

2. Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 06 September 1968 3. Pekerjaan Ayah : Buruh

4. Ibu : Yuli Kristini

5. Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 21 Juli 1970 6. Pekerjaan Ibu : Mengurus Rumah Tangga

6. Alamat : Jl. Raya Tanjung Barat Gg. Langgar III RT. 014/008 No. 40B, Pasar Minggu Jakarta Selatan

(9)

ix

The Effect of Intellectual Capital and Corporate Governance Mechanism of Sustainability Report Disclosure

ABSTRACT

This research examines the effect of intellectul capital and corporate governance mechanism of sustainability report disclosure. The population of this research is listed manufacturing companies in the BEI (Bursa Efek Indonesia) on period 2013-2015. This research uses purposive sampling method and collected 276 samples. Hypothesis in this research are tested by logistic regression.

The result shows that the governance committee and intellectual capital have significant positive effect on of sustainability report disclosure, while the audit committee and independent commissioner doesn’t have a significant effect on of sustainability report disclosure.

Keywords: Intellectual Capital, Audit committee, Independent Commissioners, Governance Committee, Sustainability Report.

(10)

x

Pengaruh Intellectual Capital dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh intellectual capital dan mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode 2013-2015. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 276 sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa governance committee dan intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sustainability report, sedangkan komite audit dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sustainability report.

Kata kunci: Intellectual Capital, Komite Audit, Dewan Komisaris Independen, Governance Committee, Sustainability Report.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital dan

Mekanisme Corporate Governance terhadap Sustainability Report” dengan

baik. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah menuntun umatnya dengan penuh kesabaran menuju jalan diridhai Allah SWT beserta keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibunda Yuli Kristini dan Ayahanda Suparno terkasih, yang selalu memberikan cinta dan kasihnya, perhatian, nasehat, dukungan, doa yang tiada henti dipanjatkan, serta menjadi penyemangat terbesar dan terbaik dalam hidup untuk penulis.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., Ak., MM., CA. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan, bimbingan dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.

(12)

xii

6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 7. Kedua saudaraku, Indy dan Doni yang selalu memberikan dukungan

dan doa untuk penulis.

8. Lestia Hanifa partner ngebolang dan kuliner serta sahabat terbaikku yang telah memberikan semangat, dukungan, doa dan selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis dalam penulisan skripsi dari awal hingga akhir.

9. Sahabat tercinta dari SMK hingga sekarang alias (RUBA) Arra, Dina, Elis, Febby, Pramesh, dan Sifah) yang senantiasa memberikan semangat, dukungan serta doa kepada penulis.

10. Sahabat tercinta dan seperjuangan di kampus dari awal semester hingga sekarang (Detoakbocor) Aniah, Annisa, Arlia, Dina, Hani, Iha, Indah, Tanti dan Wiwi yang memberikan dukungan, motivasi serta doa kepada penulis.

11. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi C) dan KKN Heart 2015 yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Jakarta, November 2016

(13)

xiii

DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

ABSTRACT ... ix

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Tinjauan Literatur... 14

1. Teori Agensi (Agency Theory) ... 14

2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) ... 15

3. Sustainability Report ... 17

4. Intellectual Capital ... 23

5. Corporate Governance ... 27

a. Komite Audit ... 30

b. Dewan Komisaris Independen ... 32

(14)

xiv

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 35

C. Kerangka Pemikiran ... 44

D. Perumusan Hipotesis ... 45

1. Intellectual Capital dengan Pengungkapan Sustainability Report ... 45

2. Komite Audit dengan Pengungkapan Sustainability Report ... 46

3. Dewan Komisaris Independen dengan Pengungkapan Sustainability Report ... 48

4. Governance Committee dengan Pengungkapan Sustainability Report ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 52

B. Metode Penentuan Sampel ... 52

C. Metode Pengumpulan Data ... 53

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 54

1. Intellectual Capital (X1)... 54

2. Corporate Governance ... 56

a. Komite Audit (X2) ... 56

b. Dewan Komisaris Independen (X3) ... 57

c. Governance Committee (X4) ... 58

3. Sustainability Report (Y) ... 59

E. Metode Analisis Data ... 61

1. Definisi Regresi Logistik ... 61

2. Statistik Deskriptif ... 62

3. Uji Hipotesis ... 63

a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 64

b. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 64

c. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square) ... 65

(15)

xv

d. Uji Multikolinieritas ... 66

e. Matriks Klasifikasi ... 66

f. Model Regresi Logistik yang Terbentuk ... 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

1. Ruang Lingkup Penelitian ... 68

2. Deskripsi Populasi Penelitian... 68

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 69

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 69

2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 72

a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 72

b. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 73

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 74

d. Hasil Uji Multikolonieritas ... 74

e. Hasil Matriks Klasifikasi ... 75

f. Hasil Uji Regresi Logistik ... 76

1) Pengaruh Intellectual Capital terhadap Pengungkapan Sustainability Report ... 77

2) Pengaruh Komite Audit terhadap Pengungkapan Sustainability Report ... 78

3) Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Sustainability Report ... 80

4) Pengaruh Governance Committee terhadap Pengungkapan Sustainability Report ... 82

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Kasus-Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Indonesia ... 2

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 36

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 60

4.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 69

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 70

4.3 Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 73

4.4 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 73

4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 74

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 75

4.7 Hasil Matriks Klasifikasi ... 75

4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 76

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Grafik Perusahaan yang Menerbitkan Sustainability Report ... 7 2.1 Kerangka Pemikiran ... 44

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Sampel ... 92

2 Perhitungan Variabel Dependen ... 96

3 Perhitungan Variabel Independen... 104

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan pada umumnya menjadikan laba sebagai tujuan utama. Padahal tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk menghasilkan laba, tetapi juga harus memperhatikan dampak dari aktivitasnya, baik sosial maupun lingkungan. Aktivitas perusahaan mempunyai dampak yang sangat luas yaitu bagi perekonomian, lingkungan bahkan kehidupan sosial. Salah satu dampak dari aktivitas perusahaan adalah terjadinya kerusakan lingkungan.

Saat ini perusahaan dituntut oleh berbagai pihak dari stakeholder, tidak hanya para investor maupun kreditor saja, namun juga karyawan, supplier, konsumen, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah untuk lebih transparansi dan akuntabilitas dalam kegiatan yang berhubungan dengan sustainable perusahaan. Perusahaan juga dituntut untuk tidak hanya fokus pada pencapaian profit, namun juga fokus pada people dan planet atau sering disebut dengan triple bottom line. Dengan profit yang didapatkan perusahaan, perusahaan dapat tetap going concern. Namun dalam kenyataannya, saat ini perusahaan tidak dapat going concern hanya dengan mengedepankan profit saja, namun juga people dan planet. Hal ini disebabkan people dan planet juga terlibat dalam proses dan dampak atas aktivitas perusahaan yang sering dilalaikan oleh perusahaan (Adhipradana & Daljono, 2014).

(20)

2 Beberapa tahun terakhir banyak sekali kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggungjjawab. Contohnya kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan masih sering terjadi seperti kasus sebagai berikut:

Tabel 1.1

Kasus-Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Indonesia

No. Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Indonesia 1. Kebakaran yang terjadi di Jambi yang mengakibatkan puluhan jenis

anggrek musnah, 19.528 Ha lahan gambut terbakar, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berada di angka 730 atau katagori sangat berbahaya, lebih dari satu bulan aktivitas belajar mengajar dihentikan, penderita ispa mencapai 80 ribu jiwa, dan banyak tanaman tak berbuah. (www.tribunnews.com, Sabtu,19/03/2016)

2. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melansir Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper), di mana 21 perusahaan masuk ke dalam peringkat hitam selama 2014-2015. Dari 21 perusahaan tadi, sembilan di antaranya perusahaan baru. Sebanyak 15 perusahaan tidak melakukan pengelolaan limbah B3.Selain itu, pelanggaran yang dilakukan di antaranya adalah tidak lolos dokumen lingkungan, pencemaran air, pencemaran udara, dan perusakan lahan. (www.solopos.com, Selasa, 05/01/2016)

3. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat menemukan banyak saluran limbah 'siluman' atau ilegal di kawasan daerah aliran sungai (DAS) Citarum. Akibatnya, Sungai Citarum tercemar limbah yang dibuang dari industri. Kepala BPLHD Jawa Barat Anang Sudarna mengatakan, perusahaan-perusahaan nakal tersebut dengan diam-diam membuang langsung limbah sisa produksi ke sungai. Parahnya, modus yang mereka (industri) lakukan adalah membuat saluran yang langsung mengarah ke sungai seperti mata air. (www.republika.co.id, Kamis, 01/09/2016)

4. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh mencatat, telah terjadi kerusakan hutan di Aceh seluas 9.000 hektar akibat penebangan pohon yang sudah cukup parah sehingga mengakibatkan bencana ekologis berupa banjir di Aceh. Hutan di Kabupaten Aceh Utara semakin hari berkurang diakibatkan praktek penebangan liar dan juga pembukaan lahan baru yang di lakukan oehh perusahaan-perusahaan dengan cara tebang habis dan land clearing dan juga dengan cara pembakaran demi efisiensi biaya dan waktu. (www.waspada.co.id, Kamis, 17/09/2015)

(21)

3

Tabel 1.1 (Lanjutan)

Kasus-Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Indonesia

No. Kasus Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Indonesia 5. Empat puluh delapan tahun silam, 2 November 1967, KOMPAS

memberitakan, ”Palembang Diselimuti Kabut Tebal”. Kini, setelah hampir setengah abad, bencana asap itu masih saja terjadi, bahkan kian meluas di sejumlah wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Kita seakan tak pernah belajar, bahkan cenderung abai. Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha). Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha). (www.kompas.com, Senin, 14/09/2015)

6. Warga kelurahan Ciptomulyo mengeluh sumur mereka tercemar berat. Air sumur mengeluarkan bau menyengat dan tak layak konsumsi. Masyarakat menuding pabrik penyamak kulit sebagai sumber pencemaran air sungai dan sumur mereka. Warga setempat mengatakan bahwa air berubah keruh, bau, dan sejumlah warga terkena infeksi saluran pernafasan akut. Sebanyak 500-an penduduk terimbas pencemaran sungai dan sumur ini. Mereka khawatir limbah tersebut mengancam kesehatan. Selain itu penduduk kesulitan mendapat air minum lantaran sekitar 70 persen di antara mereka menggunakan air sumur. (www.tempo.co.id, Senin, 24/02/2014)

Sumber : Diolah dari berbagai referensi

Kasus-kasus tersebut seharusnya menjadi pertimbangan bagi sebuah perusahaan dalam pengambilan keputusan atas kepedulian sosial terhadap lingkungan. Karena apabila tidak di atasi dengan segera dan dengan baik akan berdampak buruk bagi citra perusahaan di mata publik. Selain itu kerusakan lingkungan yang parah juga dapat menjadi ancaman bagi perekonomian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan adanya tindakan pertanggungjawaban sosial kepada lingkungan sekitar perusahaan, sebagai bentuk kepedulian perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

(22)

4 Dalam dekade terakhir ini, terjadi perubahan pandangan terhadap lingkungan bisnis dimana perusahaan yang ingin bersaing harus lebih transparan dalam mengungkapkan informasinya sehingga mendukung dalam mengambil keputusan dan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang terjadi. Hal ini menuntut perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya dalam 3 hal yaitu economic, enviromental, dan social yang akan menjamin keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang (Christy & Tarigan, 2014).

Berkembang pesatnya isu sustainability development seiring dengan meningkatnya isu-isu kerusakan alam seperti polusi udara, tanah, pembuangan limbah cair, penggundulan hutan, sistem pembangunan yang tidak ramah lingkungan, sampai pada perubahan iklim. Fenomena-fenomena ini yang kemudian mengingatkan masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang ada, dikarenakan jumlahnya yang terbatas sehingga menjadikan tuntutan bagi perusahaan agar mampu menggunakannya dengan seefisien mungkin dalam memenuhi kebutuhan operasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pemahaman mengenai sustainable development. Ada lima faktor yang membuat konsep keberlajutan menjadi sesuatu yang penting, yaitu ketersediaan dana, misi lingkungan, tanggungjawab sosial, implementasi dalam kebijakan, dan mempunyai nilai manfaat (Adhipradana & Daljono, 2014).

Pertanggungjawaban sosial harus diiringi dengan adanya transparansi atas pelaporan aktivitas sosial perusahaan. Tindakan transparansi akan

(23)

5 memotivasi perusahaan untuk berupaya menjalankan usaha dengan baik guna meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan yang dapat mendatangkan manfaat untuk perusahaan dan masyarakat setempat, di sisi lain juga menambah nilai perusahaan dalam hubungan dengan investor atau stakeholder. Hal ini melihat bahwa investor saat ini tertarik terhadap informasi tambahan yang dilaporkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Praktik tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu wujud tanggungjawab sukarela yang apabila terus dikembangkan secara intensif akan memberikan manfaat berkelanjutan, karena salah satu faktor keberlangsungan masa depan perusahaan tergantung dari bagaimana CSR diterapkan di perusahaan tersebut. Sekarang kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin, apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup (Karima, 2014).

Perusahaan biasanya menginformasikan kegiatan CSR mereka dalam laporan tahunan atau laporan sosial yang terpisah yang biasa dikenala dengan laporan keberlanjutan (Sustainability Report). Sustainability Report di Indonesia telah banyak dipraktikkan dan pelaporannya sudah banyak menggunakan pedoman dari Global Reporting Initiative (GRI). Menurut

(24)

6 GRI sustainability report adalah praktik pengukuran, pengungkapan, dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal.

Sebagian besar perusahaan di Indonesia saat ini masih terfokus pada laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Perlu adanya penambahan informasi lain yang oleh manajemen untuk menarik minat para investor, karena laporan yang hanya memuat kinerja keuangan saja sudah lagi relevan (Wibowo & Faradiza, 2014).

Kebutuhan investor dan stakeholders akan informasi kinerja dari tahun ke tahun terus meningkat, bukan hanya sekedar informasi tapi juga informasi lain yang terkait tentang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk menciptakan transparansi mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial bagi para pemangku kepentingan diperlukan sebuah kerangka konsep global dengan bahasa yang konsisten dan dapat diukur dengan tujuan agar lebih jelas dan mudah dipahami. Konsep inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report).

Terkait akan pentingnya informasi tambahan, munculah laporan keberlanjutan (Sustainability Report). Sustainability report semakin berkembang yang dibuktikan dengan munculnya The Global Reporting Initiative (GRI) sebagai pemegang otoritas di dunia yang mengatur terkait sustainability report. Seperti yang dikutip oleh GRI:

(25)

7 According to GRI, sustainability reports should contain information on “an organizations vision and strategy, profile, governance structure and management systems, GRI content index, and performance indicators” (GRI, 2006: 3)

Bahwa perusahaan yang telah menerbitkan sustainability report berdasarkan G3 Guidelines disyaratkan memenuhi tipe-tipe standar pelaporan, yaitu: profil organisasi, visi, strategi, indikator kinerja, dan pendekatan manajemen.

Menurut catatan pada Report of The Judges ISRA (2011) Pengungkapan sustainability report di Indonesia di awali pada tahun 2005. Saat itu hanya 2 perusahaan saja yang baru mengeluarkan sustainability report, namun dengan berjalannya waktu dan kebutuhan akan informasi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang akuntabel dan transparan banyak perusahaan yang turut serta mempublikasikan sustainability report. Berikut data perusahaan yang menerbitkan sustainability report setiap tahunnya.

Gambar 1.1

Sumber: Report of The Judges ISRA, dan beberapa laporan yang telah diteliti. 0 10 20 30 40 50 60 70 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Perusahaan Yang Menerbitkan Sustainability Report, 2005-2013

(26)

8 Berdasarkan data di atas, kita dapat melihat bahwa setiap tahunnya perusahaan yang menerbitkan sustainability report terus meningkat. Minat perusahaan akan kebutuhan informasi tambahan kian meningkat pesat seiring diterapkannya kegiatan pertanggungjawaban sosial kepada lingkungan dan masyarakat, sehingga perusahaan dapat mengungkapkan kegiatan tersebut dalam bentuk laporan.

Di Indonesia, publikasi sustainability report sudah mulai menjadi tren, salah satunya didorong oleh adanya pemberian penghargaan tahunan atas sustainability report yang diinisiasi oleh lembaga National Center for Sustanaibility Reporting (NCSR). Selain itu, menguatnya tuntutan stakeholders mendorong perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, akuntabel, dan praktik tata kelola perusahaan yang baik (Tarigan & Semuel, 2014).

Pengungkapan sustainability report di kebanyakan negara, termasuk Indonesia masih bersifat voluntary, artinya perusahaan dengan sukarela menerbitkannya dan tidak ada aturan yang mewajibkan seperti halnya pada penerbitan financial reporting. Namun, seiring berkembangnya penelitian terkait sustainability report, semakin banyak perusahaan yang mengungkapkan sustainability report baik menjadi satu dalam laporan tahunan maupun dilaporkan secara tersendiri sebagai laporan yang terpisah.

Meskipun pengungkapan sustainability report tidak diwajibkan untuk perusahaan, akan tetapi tuntutan bagi perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, akuntabel, serta praktek tata kelola perusahaan

(27)

9 yang semakin baik (good corporate governance) mengharuskan perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela, seperti pengungkapan mengenai aktivitas sosial dan lingkungan (Utama, 2006) dalam (Nasir et al., 2014)).

Praktik dan pengungkapan Sustainability Report merupakan konsekuensi logis dari implementasi konsep dan mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang prinsipnya antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerjasama yang aktif dengan stakeholders demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Selain itu, mekanisme dan struktur governance di perusahaan dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan Sustainbaility Report di Indonesia. Dengan adanya mekanisme dan struktur governance ini dapat mengurangi asimetri informasi. Apabila asimetri informasi dibiarkan terjadi, maka dapat menyebabkan terjadinya adverse selection maupun moral hazard, dengan konsekuensi perusahaan yang tidak melaksanakan praktik dan pengungkapan Sustainability Report (Aziz, 2014).

Selain tata kelola perusahaan yang baik modal intelektual juga mengurangi asimetri informasi, dengan memberikan informasi mengenai bagaimana perusahaan mengelola aktiva yang tidak berwujud berupa modal pengetahuan yang terkait manusia, modal pengetahuan yang terkait dengan perusahaan, dan modal pengetahuan yang terkait dengan pihak luar

(28)

10 perusahaan. Selain itu modal intelektual juga membantu stakeholders lebih fokus memahami investasi yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang (Lev (2001) dalam (Cinquini et al., 2012)). Jika perusahaan-perusahaan mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing dengan yang dihasilkan oleh modal intelektual yang di miliki oleh perusahaann. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin favourable di mata konsumen (Abidin (2001) dalam (Sawarjuwono & Kadir, 2003))

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena saat ini perusahaan dituntut oleh berbagai pihak untuk lebih transparansi dan akuntabilitas dalam kegiatan yang berhubungan dengan sustainable perusahaan. Di samping itu tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk menghasilkan laba, tetapi juga harus memperhatikan dampak aktivitasnya, baik sosial maupun lingkungan sehingga dalam praktik tata kelola perusahaan yang semakin baik (Good Corporate Governance) mengharuskan perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela, seperti pengungkapan mengenai aktivitas sosial dan lingkungan.

Perusahaan yang menyediakan informasi berupa aktivitas sosial dan lingkungan akan meningkatakn reputasi perusahaan dimata masyarakat. Selain itu meskipun laporan keberlanjutan dirancang untuk menyediakan informasi keuangan dan non-keuangan, juga harus mengandung beberapa

(29)

11 informasi dalam kaitannya dengan modal intelektual. Karena terdapat sesuatu yang masih perlu disampaikan kepada pengguna laporan keuangan, yaitu nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh dari nilai lebih perusahaan adalah knowledge capital yang terdiri dari inovasi, penemuan, pengetahuan, dan keterampilan sumber daya manusia, relasi dengan konsumen.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Intellectual Capital dan

Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sustainability Report (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015)”.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aniktia dan Khadafi (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah Corporate Governance yang terdiri komite audit, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, governance committee serta kinerja keuangan yang terdiri sari profitabilitas dan leverage yang diduga mempengaruhi pengungkapan sustainability report. Sedangkan, dalam penelitian ini, peneliti mengganti variabel kinerja keuangan dengan variabel Intelektual yang diadopsi dari penelitian Cinquini, et.al. (2012).

2. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode

(30)

12 penelitian 2013-2015. Sedangkan penelitian sebelumnya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh intellectual capital dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intellectual capital dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability report.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang pengungkapan sustainability report yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi dari kegiatan CSR yang di lakukan perusahaan.

3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

(31)

13 4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai pengungkapan sustainability report sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi acuan pemahaman bagi perusahaan mengenai pengungkapan sustainability report dan pengaruh sustainability report terhadap intellectual capital dan tata kelola yang baik pada perusahaan di Indonesia.

2) Menjadi perhatian bagi masyarakat sebagai sarana informasi mengenai pentingnya pengungkapan sustainability report sebuah perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar. 3) Bagi investor, sebagai wacana untuk mempertimbangkan

aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam investasi yang tidak hanya terpaku pada pelaporan keuangannya saja, tetapi juga pelaporan keberlanjutan mengenai tindakan sosial terhadap lingkungan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sustainability report yang mengedepankan akuntabilitas dan transparansi dari kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan.

(32)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Agensi (Agency Theory )

Jensen & Meckling (1976) menggambarkan hubungan agent sebagai suatu kontrak di bawah satu lebih principal yang melibatkan agent untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Baik principal maupun agent diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri yaitu, untuk memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk menyadari kepentingan bersama mereka. (Belkaoui, 2004: hal 186)

Masalah keagenan yang timbul adalah masalah yang mendorong agent untuk bersikap seolah-olah ia sedang memaksimalkan prinsip kesejahteraan. Sebagai contoh, di mana agent adalah manajer perusahaan, manajer telah insentif meningkatkan konsumsi perquisites seperti penggunaan mobil perusahaan, akun biaya, atau ukuran pembayaran bonus dengan mengorbankan para pemegang saham. (Godfrey, 2010: hal 362)

Dalam kaitannya dengan sustainability report, agent bertanggung jawab secara moral terhadap sustainable perusahaan yang dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agent untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh

(33)

15 agent dibandingkan pemilik. Baik principal maupun agent diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agent mungkin takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan pemilik sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut.

Shareholder mendelegasikan pembuatan keputusan sehari-hari kepada manajer. Manajer ditugaskan dengan menggunakan dan mengawasi sumber-sumber ekonomi perusahaan. Untuk memberikan bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap dua kepentingan tersebut dengan menggunakan sistem tata kelola perusahaan (corporate governance), dimana di dalamnya terdapat Corporate Social Responsibility sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan dalam laporan keberlanjutan perusahaan.

2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Definisi legitimasi menurut Suchman (1995: 574) adalah:

Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of an entity are desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of norms, values, beliefs, and definitions.

Bahwa legitimasi adalah persepsi umum atau asusmi bahwa tindakan dari suatu entitas yang diinginkan tepat atau sesuai dalam beberapa sistem yang dibangun secara sesuai norma, nilai-nilai, keyakinan, dan definisi. Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan

(34)

16 terus berupaya untuk memastikan jika operasi perusahaan yang dilakukan masuk dalam bingkai dan norma masyarakat atau lingkungan perusahaan berada (Wibowo & Faradiza, 2014).

Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi perusahaan dengan masyarakat. Organisasi berusaha menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat pada kegiatannya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial masyarakat dimana organisasi adalah bagian dari sistem tersebut. Selama dua sistem nilai tersebut sama, maka akan terbangun legitimasi untuk perusahaan. Pengungkapan sustaianable perusahaan dianggap sebagai media dialog antara perusahaan dan masyarakat (stakeholder) agar mendapatkan legitimasi atas sistem manajemen lingkungannya (Aulia & Agustina, 2015).

Berdasarkan teori ini, perusahaan dapat beroperasi dengan izin masyarakat, dimana izin tersebut tidak bersifat tetap sehingga perusahaan harus dapat beradaptasi terhadap keinginan dan tuntutan masyarakat. Adapun cara atau media yang efektif untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat adalah dengan pengungkapan sustainability report yang memaparkan tanggung jawab lingkungan dan sosial perusahaan. Teori legitimasi memberikan pandangan terhadap pengungkapan informasi sosial baik positif maupun negatif. Perusahaan yang terus berusaha untuk memperoleh legitimasi melalui pengungkapan, berharap pada akhirnya akan tetap going concern (Adhipradana & Daljono, 2014).

(35)

17

3. Sustainability Report

Menurut GRI (dalam Dilling, 2009) mendefinisikan Sustainability

Report sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan aktivitas

perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada stakeholder internal maupun eksternal mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Sustainability Report merupakan bukti bahwa telah adanya komitmen dari pihak perusahaan terhadap lingkungan sosialnya yang dapat dinilai hasilnya oleh para pihak yang membutuhkan informasi tersebut.

Selain itu Sustainability Report menjadi bukti salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh suatu organisasi baik pemerintah maupun perusahaan dalam berdialog dengan warga negara ataupun stakeholder-nya sebagai salah satu upaya penerapan pendidikan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu penyusunan Sustainability Report pada saat sekarang ini menempati posisi yang sama pentingnya juga dengan pengungkapan informasi seperti yang diungkapkan dalam laporan keuangan (Nasir et al., 2014).

Dalam pengungkapannya sustainability report ini masih bersifat sukarela (voluntary),artinya belum ada standar baku yang memuat cara pengungkapannya sehingga hal ini dikembalikan kepada kebijakan dari pihak manajemen masing-masing perusahaan. Sebuah sustainability report harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal

(36)

18 dari kinerja keberlanjutan sebuah organisasi, baik kontribusi yang positif maupun negatif (GRI, 2006).

Global Reporting Initiative (GRI) merupakan salah satu organisasi internasional yang aktivitas utamanya difokuskan pada pencapaian transparansi dan pelaporan suatu perusahaan melalui pengembangan standar dan pedoman pengungkapan sustainability. Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkugan, dan dampak sosial seperti halnya konsep triple bottom line dan pelaporan corporate social responsibility) (Wijayanti, 2015)

Sustainability Reports menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) didefinisikan sebagai laporan publik di mana perusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya (WBCSD, 2002). Pengungkapan sustainability report didefinisikan sebagai laporan yang diungkapkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan yang meliputi tema Economic, Environmental, Human Rights, Labor Practices & Decent Work, Society, dan Product Responsibility (GRI, 2006).

Laporan keberlanjutan yang disusun berdasarkan kerangka pelaporan GRI mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tertentu dalam konteks komitmen organisasi,

(37)

19

strategi, dan pendekatan manajemennya. Laporan dapat digunakan untuk tujuan berikut, di antaranya:

1. Patok banding dan pengukuran kinerja keberlanjutan yang menghormati hukum,norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela

2. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan.

3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan di antara berbagai organisasi dalam waktu tertentu.

Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Index) harus memenuhi beberapa prinsip untuk menjamin kualitas informasi dan mencapai transparansi. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI (2006), yaitu:

1) Keseimbangan: Laporan sebaiknya mengungkapkan aspek positif dan negatif dari kinerja suatu perusahaan untuk dapat memungkinkan penilaian yang masuk akal terhadap keseluruhan kinerja.

2) Dapat dibandingkan: Laporan disajikan dengan seksama sehingga memungkinkan para stakeholder untuk menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu. Isu-isu dan informasi harus dipilih, dikumpulkan, dan dilaporkan secara konsisten.

(38)

20 3) Akurat/ Cermat: Informasi yang dilaporkan dalam sustainability report harus cukup akurat dan rinci bagi stakeholders dalam menilai kinerja organisasi.

4) Ketepatan waktu: Pelaporan sustainability report harus terjadwal dan informasi yang ada harus selalu tepat waktu ketika dibutuhkan para stakeholder dalam mengambil kebijakan.

5) Kesesuaian/ Kejelasan: Informasi yang diberikan dalam sustainability report harus sesuai dengan pedoman dan dapat dimengerti serta dapat diakses oleh stakeholder.

6) Dapat dipertanggungjawabkan: Informasi dan proses yang digunakan dalam penyusunan laporan harus dikumpulkan, direkan, dikompilasi, dianalisis, dan diungkapkan dalam sebuah cara yang dapat diuji sehingga dapat menetapkan kualitas dan materialitas informasi dari laporan.

Pengungkapan standar dalam sustainability report menurut pedoman GRI (2006) terdiri dari:

1) Ekonomi yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan pada sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global.

2) Lingkungan yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan terhadap makhluk di bumi, dan lingkungan sekitar termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air.

(39)

21 3) Hak Asasi Manusia yaitu adanya transparansi dalam mempertimbangkan pemilihan investor dan pemasok/ kontraktor. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 4) Masyarakat yaitu memusatkan perhatian pada dampak organisasi

terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan mengungkapkan bagaimana risiko yang mungkin timbul dari interaksi dengan lembaga sosial lainnya.

5) Tanggungjawab produk yaitu berisi pelaporan produk yang dihasilkan perusahaan dan layanan yang secara langsung mempengaruhi pelanggan, yaitu kesehatan dan keamanan, informasi dan pelabelan, pemasaran, dan privasi.

6) Sosial yaitu berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.

Berdasarkan pengungkapan standar sustainability report di atas, terdapat 79 indikator yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (GRI, 2006), yaitu:

1. Indikator Kinerja Ekonomi, terdapat 9 komponen yang meliputi aspek:

a. Kinerja Ekonomi b. Kehadiran Pasar

(40)

22 c. Dampak Ekonomi Tidak Langsung

2. Indikator Kinerja Lingkungan, terdapat 30 komponen yang meliputi aspek:

a. Material b. Energi c. Air

d. Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) e. Emisi, Efluen, dan Limbah

f. Produk dan Jasa g. Kepatuhan

h. Pengangkutan atau Transportasi, dan i. Menyeluruh.

3. Indikator Kinerja Sosial, terdapat 40 komponen yang meliputi aspek:

a. Tenaga Kerja dan Praktik Kerja yang Layak b. Hak Asasi Manusia

c. Masyarakat, dan

d. Tanggungjawab Produk

Pengungkapan sustainability reports membutuhkan pedoman pelaporan berkelanjutan yang diterima secara nasional, oleh karena itu mulai tahun 2005 secara resmi telah dibentuk sebuah organisasi independen yaitu NCSR (National Center for Sustainability Reporting). Untuk tujuan membantu, mengembangkan, mengukur dan pelaporan pelaksanaan CSR/ Corporate Sustainability (CS) (ncsr-id.org)

(41)

23 4. Intellectual Capital

Menurut Roos et al (1997) dalam (Bontis 1998) menjelaskan bahwa Intellectual capital terdiri atas semua proses dan aset yang tidak diungkapkan dalam neraca dan semua aset yang tidak berwujud (trademarks, patent, brands dan loyalitas pelanggan) yang mulai dipertimbangkan dalam metode akuntansi modern. Intellectual capital meliputi penjumlahan atas keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan.

Di Indonesia, Intellectual Capital mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2012) tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara langsung sebagai aset tak berwujud (Intangible Asset), namun lebih kurang Intellectual Capital telah mendapat perhatian . Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.

Secara umum modal intelektual merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan, apabila digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan dapat menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien, sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan keunggulan bersaing (Putri & Kurnia, 2016).

(42)

24

Intellectual Capital seringkali didefinisikan sebagai sumber daya

pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al., 2005) dan diperkuat dengan pernyataan Boekestein (2006) bahwa ketiga elemen yang terdiri dari pengetahuan yang berhubungan dengan karyawan (disebut sebagai

human capital), pengetahuan yang berhubungan dengan pelanggan

(disebut dengan customer atau relational capital), dan pengetahuan yang berhubungan dengan perusahaan (disebut dengan structural atau

organizational capital) akan membentuk suatu intellectual capital bagi

perusahaan (Sawarjuwono & Kadir, 2003).

Sawarjuwono & Kadir (2003) menyatakan banyak praktisi yang menyatakan bahwa Intellectual Capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart,1998; Sveiby, 1997; Saint-Orange, 1996; Bontis,2000) yaitu:

a. Human capital (Modal Manusia)

Human Capital merupakan lifeblood dalam modal

intelektual. Disinilah sumber inovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu perusahaan.

Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan

untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan

(43)

25

tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker 2000) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu

training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality (Sawarjuwono & Kadir, 2003)

Human Capital (HC) adalah pengetahuan, pendidikan dan

kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya dalam bekerja sama dan berkomunikasi, agar dapat berhubungan baik dengan rekan kerja maupun pelanggan (Wahyuni & Rasmini, 2016).

b. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal

Organisasi)

Sawarjuwono & Kadir (2003), structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk

intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu

(44)

26

organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka

intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal

dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Structural Capital (SC) adalah infrastuktur pendukung

dari human capital yang dimiliki oleh suatu perusahaan berupa sarana dan prasarana penunjang kinerja karyawan. Strutural

capital meliputi sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang dan kursus pelatihan(Wahyuni & Rasmini, 2016).

c. Relational Capital atau Customer Capital (Modal Pelanggan) Customer capital merupakan komponen modal intelektual

yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut (Sawarjuwono & Kadir 2003)

Customer Capital (CC) adalah kemampuan perusahaan

(45)

27

menghasilkan hubungan yang baik dengan pihak luar perusahaan, seperti pemerintah, pemasok, dan pelanggan terhadap perusahaan (Wahyuni & Rasmini, 2016)

5. Corporate Governance

Dalam dunia bisnis, praktik corporate governance telah menjadi hal utama dan menjadi pusat perhatian para manajer. IICG (Indonesian

Institute for Corporate Governace) mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan

mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Penerapan praktik Good Corporate Governance diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Berdasarkan peraturan tersebut, Corporate Governance adalah:

“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. Prinsip-prinsip good governance yang digunakan dalam penelitian ini mendasarkan pada keputusan Menteri Negara BUMN No.

(46)

117/M-28

MBU/2002 adalah (a) tranparancy, (b) independency, (c) accountability, (d) responsibility, dan (e) fairness.

a) Transparansi

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan transparansi sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Selain itu, menurut Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG) menjelaskan bahwa transparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan masyarakat.

b) Independensi

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan independensi sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(47)

29

c) Akuntabilitas

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan akuntabilitas sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Pengertian lainnya diuraikan oleh Kumaat (2011:23) akuntabilitas adalah bentuk tanggung jawab korporasi yang diwujudkan dengan menyediakan seluruh perangkat pengawasan secara komperhensif serta siap untuk digugat sesuai peraturan dan regulasi yang berlaku.

d) Pertanggungjawaban

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan pertanggungjawaban sebagai kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa pertanggungjawaban (responsibility) yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.

(48)

30

e) Kewajaran

Keputusan Menteri Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002 pasal 3 mendefinisikan kewajaran (fairness) sebagai keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya menurut KNKG menjelaskan bahwa kewajaran (fairness) mengandung unsur perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya.

a. Komite Audit

Komite audit menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate

Governance, komite audit adalah:

“Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk nmencapai tujuan komite audit.”

Tujuan dari komite audit adalah membantu dewan direksi dalam memenuhi tanggungjawab dalam melakukan pengawasan secara menyeluruh. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-M/BU/2002 menjelaskan bahwa tujuan komite audit adalah membantu dewan komisaris atau dewan pengawas dalam memstikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektifitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.

(49)

31

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi audit eksternal perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor dengan perusahaan. Hubungan pelaporan ini dimaksudkan untuk mencegah manipulasi audit oleh manajemen. Jumlah komite audit yang banyak akan mempermudah perusahaan dalam memperoleh kredit dari stakeholder, karena dewan komisaris mempunyai wewenang yang lebih luas daripada manajemen (Hasanah et al., 2014).

Pengawasan komite audit mendorong pelaksanaan Good

corporate governace yang efektif. Pengawasan secara mendalam dari

komite audit mampu mendorong perusahaan untuk melakukan pengawasan yang lebih baik sehingga prinsip-prinsip Good corporate

governace dapat terpenuhi, salah satunya prinsip transparansi dimana

perusahaan diwajibkan untuk terbuka atas segala aktivitas bisnis yang dilakukan dan kemudian melakukan pelaporan.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 Komite Audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minima rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.33/POJK.04/2014 Dewan Komisaris wajib melakukan rapat paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan.

Seringnya komite audit melakukan rapat, maka akan semakin sering para anggota komite audit bertukar pikiran dan pengetahuan

(50)

32

mengenai keputusan yang harus diambil demi kepentingan seluruh stakeholder salah satunya keputusan mengenai pengungkapan sosial perusahaan (Aniktia & Khafid, 2015)

Semakin sering komite audit mengadakan rapat, maka koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan publikasi informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan salah satu hal yang mendukung good corporate

governace adalah dengan mempublikasikan Sustainability Report. Good corporate governace merupakan suatu proses atau sistem yang

bertujuan meningkatkan nilai dan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders (Nasir et al., 2014).

b. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan mekanisme internal dari corporate

governance yang melakukan fungsi pengawasan (oversight function)

dan fungsi penasihat (advisory function) (Pelamonia, 2013). Komisaris independen merupakan komisaris yang bukan dari manajemen perusahaan. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam suatu perusahaan yaitu melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat

(51)

33

melalukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan (KNKG, 2006).

Sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi (Dyanty dan Putri, 2014).

Keberadaan dewan komisaris independen sebagai bagian dari penerapan good corporate governance akan mendorong kemungkinan perusahaan melakukan pengungkapan lebih untuk para stakeholdernya, salah satunya pengungkapan sustainability report (Aniktia dan Khafid, 2015). Aktivitas dewan komisaris merupakan pertemuan atau rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris sebagai forum komunikasi antara direksi dan manajer guna mengurangi kesenjangan (range) terhadap kegiatan operasional yang merupakan bagian dari siklus rencana bisnis ((Sanchez,et al.2011) dalam Abdillah, 2015)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan

(52)

34

masyarakat (KNKG, 2006). Komisaris independen merupakan pihak yang tidak memilki hubungan bisnis dan kekerabatan dengan stakeholder, anggota direksi dan dewan komisaris, serta perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap kebijakan yang dibuat oleh direksi.

c. Governance Committee

Keberadaan governance committee akan meningkatkan efektifitas penerapan Good Corporate Governance perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder sesuai dengan konsep Good Corporate Governance. Dengan adanya governance committee maka penerapan Good

Corporate Governance dapat terlaksana dengan baik dan mendorong

perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial serta pelaporannya (Aniktia & Khafid, 2015).

Salah satu pendukung perwujudan good corporate governance yang baik dan kompeten adalah dibentuknya sebuah governance

committee. Governance committee merupakan komite penunjang dari

dewan komisaris. Komite ini terdiri dari beberapa dewan direksi dan dewan komisaris yang kompeten dan berintegrasi tinggi. Dalam pedoman KNKG, anggota governance committee terdiri dari anggota dewan komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan (KNKG, 2006).

(53)

35

Berdasarkan code of corporate governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menyatakan komite kebijakan governance committee bertugas membantu dewan komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang berhubungan dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan.

B. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-peneliian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.

(54)

36

Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Faradina dan Gayatri (2016) Pengaruh Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan - Variabel intellectual capital - Variabel intelectualcapital dan ROA - Periode tahun 2010-2014 - Populasi penelitian - Alat uji regresi

berganda

Hasil analisis menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) dan Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA).

2. Putri dan Kurnia (2016) Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Profitabilitas dan Prodktivitas Perusahaan dalam Index LQ45 - Variabel intellectual capital - Variabel profitabilitas dan produktivitas - Periode tahun 2010-2014 - Populasi index LQ45

Hasil pengujian menunjukkan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat dikarenakan besarnya modal intelektual yang dinilai berdasarkan beban karyawan tidak menjadi jaminan atas besarnya kinerja dari para tenaga kerja. Sementara itu, modal intelektual berpengaruh positif terhadap produktivitas.

(55)

37

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman selanjutnya

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 3. Aniktia dan Khafid (2015) Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan terhadap Sustainability Report - Variabel komite audit, dewan komisaris independen, dan governance committee

- Alat uji regresi logistik - Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia - Obyek penelitian - Periode penelitian - Variabel kinerja keuangan dan kepemilikan manajerial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit, governance committee dan leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report. Sedangkan, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. 4. Marwati dan Yulianti (2015) Analisis Pengungkapan Sustainability Report pada Perusahaan Non-Keuangan Tahun 2009-2013 - Variabel sustainability report - Populasi perusahaan manufaktur yang listing di BEI - Variabel ROA, Likuiditas, Ukuran perusahaan, dan EPS - Periode tahun 2009-2013

- Alat uji regresi berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap sustainability report, current ratio tidak mempengaruhi sustainability report, size memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap sustainability report, dan EPS memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap sustainability report.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang sudah dilakukan pada Tahun I (2017): 1) perbanyakan planlet kentang, 2) pembuatan screen house untuk aklimatisasi dan produksi umbi G0/G1, 3)

For every JavaFX Beans property you want to define in an object, you introduce a private field in the class that is of the appropriate JavaFX properties and bindings

karakteristik subjek, sosial-ekonomi, status gizi dan asupan gizi serta air berdasarkan status hidrasi ibu hamil. Penelitian dilakukan pada 1 Desember 2016 sampai dengan

Nilai-nilai pendhidhikan karakter kasebut yaiku (1) jujur minangka dhasar karakter kang asale saka olah ati, sing sajrone ana karakter amanah, adil, tresna asih, gedhe

Dalam rangka mengendalikan usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan terhadap masyarakat serta untuk menjaga kelestarian lingkungan sesuai

Angkutan pedesaan di Kota Tegal dilayani sebanyak 2 trayek angkutan umum, jenis kendaraan yang digunakan adalah jenis kendaraan mini bus (Carry) berkapasitas

Prinsip intertekstualitas bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dengan latar belakang teks-teks lain; tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri,

Pada proses tahapan di atas telah ditunjukkan langkah untuk pemindahbukuan saldo jurnal khusus ke buku besar seperti Piutang Usaha, Kas, Penjualan, Pembelian Barang