Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan semua biaya yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap terhadap produk. Metode full costing digambarkan sebagai berikut:
Tabel3.1
Formula Perhitungan HPP
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variable xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx
Harga pokok produksi xxx
Sumber: Rumus Perhitungan Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing berbeda dengan metode yang digunakan perusahaan. Dengan metode full costing semua biaya yang digunakan dalam proses produksi akan diklasifikasikan
sebagai biaya produksi, baik yang besifat variabel maupun yang bersifat tetap.
Dalam perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing, ada beberapa biaya yang tidak diperhitungkan oleh perusahaan namun akan diperhitungkan oleh penulis. Biaya tersebut terdiri atas biaya packing, biaya iklan, biaya listrik, dan biaya lain-lain yang diperoleh dari hasil wawancara oleh penulis. Adapun rincian perbedaan harga pokok produksi menurut perusahaan dan dengan metode full costing:
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah segala sesuatu yang merupakan bahan pokok atau bahan utama yang diolah dalam proses produksi menjadi produk jadi.
Perusahaan menggunakan beberapa bahan baku dalam proses produksi scriunchie. Bahan baku tersebut antara lain kain dan karet. Sedangkan biaya bahan baku adalah pengorbanan sumber ekonomi yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan atau mendapatkan bahan baku tersebut. Data bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dapat
Karet 100 800 80.000
Total 652.000
Sumber: Perhitungan, 2021
Sesuai dengan data biaya bahan baku yang disajikan dalam tabel 3.2, maka biaya bahan baku yang tertinggi yaitu kain sebagai bahan baku utama dalam proses produksi yaitu sebesar Rp 572.000.
2. Biaya Tenaga kerja
Biaya tenaga kerja menurut Salman (2013: 26) adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terkait langsung dengan proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. . Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak membagi proses produksinya kedalam beberapa depertemen tertentu, dimana semua proses produksi dari awal hingga akhir dikerjakan bersama-sama oleh karyawan. Proses produksi baru akan dimulai ketika seluruh bahan baku produksi sudah tersediah seluruhnya.
Perusahaan mengeluarkan biaya tenaga 2 kerja setiap bulannya yaitu sebesar Rp 1.300.000. baiya tersebut dikeluarkan berdasarkan perhitungan perusahaan, dimana pegawai toko berlangsung jam 12.00 – 20.00 setiap harinya (offline) dan kegiatan menjahit dilakukan setiap hari sabtu dan minggu jam 10.00 – 15.00.
Tabel 3.3
3. Biaya Overhad Pabrik
a. Biaya listrik
Dalam proses produksi biaya listrik yang digunakan perusahaan hanya menyisihkan sebagian biaya untuk pembayaran listriknya. Hal ini disebabkan karena penggunaan listrik untuk proses produksi dan pemakaian rumah tangga milik perusahaan menyatuh. Karena itu perusahaan hanya memperkirakan biaya setiap bulannya yang dikeluarkan untuk biaya listrik perusahaan. Adapun biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan setiap bualannya dihitung tetap yaitu sebesar Rp 20.000.
4. Biaya depresiasi alat produksi
Selama menjalankan bisnisnya perusahaan tidak menghitung biaya depresiasi alat produksi kedalam harga pokok produksi. Hal ini disebabkan karena perusahaan mengklasifikasikan alat produksi sebagai modal awal perusahaan. Alat yang digunakan perusahaan
dalam proses produksi yaitu Mesin Jahit. Biaya depresiasi tahun 2020 digunakan untuk menghitung harga pokok produksi taksiran menurut metode full costing.
Berikut ini rumus perhitungan biaya depresiasi alat produksi.
biaya depresiasi per tahun = ℎ arga perolehan – nilai residu umur ekonomis
Berdasarkan rumus perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa biaya depresiasi untuk alat produksi setiap tahunnya. Perhitungan biaya depresiasi alatalat produksi dapat dilihat dalam tabel 3.4.
Tabel 3.4
Jadi untuk menghitung biaya depresiasi per bulan dari setiap jenis alat produksi yang digunakan perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus:
biaya depresiasi per bulan = biaya depresiasi per tahun
12 bulan
Tabel 3.5
Biaya Depresiasi Produksi Perbulan
Alat Penyusutan per tahun (Rp) Penyusutan per bulan (Rp)
Mesin Jahit 150.000 12.500
Sumber: Perhitungan, 2021
Dari hasil perhitungan tabel 3.5 dapat kita lihat total biaya depresiasi Mesin Jahit perbulan yaitu sebesar Rp 12.500.
5. Biaya Packing
UMKM menggunakan plastik bening dan plastik aksesoris dalam proses produksi tahap akhir yaitu mengemas scrunchie yang sudah siap dipasarkan kepada konsumen. Biaya kemasan atau packing merupakan biaya variabel karena jumlah besarnya akan mengikuti jumlah unit produksi. Harga plastik bening 1 pack (100 pcs) yaitu Rp 10.000, sementara untuk plastik aksesoris 1 pack (100 pcs) yaitu Rp 18.000.
Perhitungan biaya kemasan lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.6.
Tabel 3.6 sesungguhnya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengemas scrunchie yaitu sebesar Rp 192.000.
Tabel 3.7
Perhitungan HPP dengan Metode Full Costing
BIAYA PRODUKSI Biaya (Rp) Total (Rp)
Biaya Bahan Baku
Kain 572.000
Karet 80.000 652.000
Biaya Tenaga Kerja
Penjahit 1.200.000
Pegawai Toko 100.000 1.300.000
Biaya Overhead Variabel
Listrik 20.000
Packing 192.000
Biaya Overhead Tetap
Depresiasi mesin jahit 12.500
Biaya overhead pabrik 224.500
Total biaya produksi 2.176.500
Jumlah produksi 800 menggunakan metode full costing memiliki angka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan. Dari data yang diolah diperoleh total biaya produksi sebesar Rp 2.176.500 hasil tersebut merupakan penjumlahan antara total biaya bahan baku sebesar Rp 652.000, biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 1.300.000, dan total biaya overhead
BIAYA PRODUKSI Biaya (Rp) Total (Rp)
Biaya Bahan Baku
Kain 572.000
Karet 80.000 652.000
Biaya Tenaga Kerja
Penjahit 1.200.000 1.200.000
Total biaya produksi 1.852.000
Jumlah produksi 800
Harga pokok produksi per pcs
2.315
Sumber: Perhitungan, 2021
Perbedaan perhitungan harga pokok produksi antara metode yang digunakan perusahaan dengan menggunakan metode full costing dapat dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9 Selisih Keterangan Perusahaan
(Rp)
Full costing (Rp) Selisih (Rp)
Scrunchie 2.315 2.721 406
Sumber: Perhitungan, 2021
Perbandingan dari tabel 3.9 di atas diketahui bahwa selisih harga pokok produksi scrunchie adalah sebesar Rp 406 per pcs. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode yang digunakan perusahaan dan metode full costing memiliki perbedaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing harga pokok produksi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan. Hal ini karena dengan menggunakan metode full costing semua biaya dirinci secara jelas, baik itu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Sedangkan pada perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan, harga pokok produksi yang dihasilkan lebih kecil karena perusahaan tidak memasukkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik secara rinci ke dalam biaya produksinya. Perusahaan hanya merinci biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang tidak semuanya dimasukkan. Karena itu, perhitungan biaya produksi perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode full costing. Berikut adalah gambar dari produk yang diproduksi UMKM Pradshop.accessories :
Sumber: UMKM Pradshop.Accessories, 2020
Gambar 3.5
Produk UMKM Pradshop.Accessories
BAB IV