• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 2.1. Letak dan Luas Daerah Penelitiasn

2.2.1. Curah hujan

Pada Tabel 2.2. menunjukkan data curah hujan pada stasiun-stasiun curah hujan di Kabupaten Purworejo. Curah hujan merupakan salah satu elemen utama dalam menentukan iklim di suatu wilayah. Hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu pemicu (trigger factor) terjadinya bencana yaitu banjir dan longsor lahan di Kabupaten Purworejo. Sementara itu jika curah hujan rendah disertai suhu yang tinggi akan berakibat pada bencana kekeringan. Pada musim penghujan yang terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April, curah hujan mempunyai intensitas yang tinggi. Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan September terjadi musim kemarau dengan curah hujan yang relatif rendah. Data curah hujan di Kabupaten Purworejo menunjukkan angka yang bervariasi dengan rentang yang panjang antara 12 mm/tahun hingga 4.143 mm/tahun.

Tabel 2.2. dapat memberikan beberapa informasi mengenai besarnya curah hujan rata - rata bulanan dalam kisaran waktu 10 tahun terakhir, curah hujan bulan terkering, curah hujan bulan terbasah, bulan basah dan bulan kering di Kabupaten Purworejo. Bulan basah adalah bulan dengan rerata curah hujan lebih dari 200 mm sedangkan bulan kering mempunyai rerata curah hujan kurang dari 100mm (RTRW Kabupaten Purworejo Tahun 2009).

2.2.2. Suhu

Pada stasiun penakar hujan di Kabupaten Purworejo belum terdapat sarana pengukur suhu, sehingga data suhu udara rerata bulanan di Kabupaten Purworejo

dapat diperhitungkan menggunakan faktor ketinggian tempat. Hasil perhitungan koreksi suhu udara sebagaimana hasil penelitian Strategi Penanganan Daerah Rawan Bencana di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Curah Hujan Rata – rata 10 Tahun di Kabupaten Purworejo

No Stasiun Bulan ke CH Rerata Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Max Min BB BK 1 Banyuasin 390 310 337 237 90 60 45 1 3 177 313 341 713 0 51 62 2 Banyuurip 170 208 169 115 42 22 11 0 3 42 126 236 646 0 27 80 3 Bener 312 237 237 168 79 44 16 0 2 103 254 275 681 0 40 76 4 Jrakah 324 329 306 232 95 36 17 0 5 82 379 496 958 0 49 55 5 Gunung Butak 310 241 246 155 59 46 16 4 17 147 297 273 659 0 38 60 6 Guntur 334 242 387 282 107 45 13 0 6 162 350 367 791 0 46 64 7 Kaligesing 494 435 572 257 162 30 54 1 7 109 307 935 4143 0 50 58 8 Kedung Putri 411 429 385 290 109 48 20 3 4 120 329 456 701 0 55 54 9 Ngasinan 389 230 302 240 95 67 33 3 15 197 330 299 780 0 44 67 10 Ngombol 509 204 217 140 65 32 16 0 7 167 313 359 650 0 38 65 11 Maron 419 423 369 285 110 60 24 1 3 164 354 512 842 0 57 51 12 Purwodadi 372 318 323 197 125 53 21 9 27 219 434 410 669 0 55 50 13 Purworejo 329 325 309 201 80 18 8 10 7 151 373 422 695 0 49 59 14 Cengkawak 322 317 316 178 77 42 13 2 16 118 364 438 743 0 50 56 15 Jogoboyo 350 308 325 187 137 70 18 6 17 203 381 393 707 0 51 49 16 Loning 356 389 356 258 77 67 16 6 11 170 381 454 711 0 58 52 17 Grabag 348 317 298 165 79 20 27 7 16 188 368 394 850 0 46 57 18 Wareng 406 351 315 196 79 38 56 8 16 236 478 439 731 0 54 54 19 Bruno 428 428 383 377 142 58 31 5 9 174 439 765 3542 0 54 52 20 Rebug 332 348 353 239 85 51 13 4 3 148 425 474 840 0 54 53 21 Pekatingan 364 414 304 154 87 55 21 4 18 181 429 433 924 0 50 52 22 Sokogelap 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 1 12 0 0 0 23 Kedunggupit 297 321 302 203 139 44 10 3 10 262 397 387 681 0 55 54 24 Kalimeneng 334 337 346 190 114 46 18 4 14 197 418 470 803 0 58 50 25 Pituruh 70 43 35 35 12 1 4 0 0 20 78 74 286 0 11 60 26 Katerban 454 464 397 340 182 135 12 0 69 324 476 537 849 0 65 45 27 Kutoarjo 229 282 218 125 51 23 15 7 9 135 313 271 487 0 35 65 28 Sawangan 400 429 446 337 131 89 33 3 7 178 448 520 743 0 60 45 29 Watujagir 360 390 454 361 221 90 46 1 17 204 381 603 1140 0 61 47

Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo Tahun 2000 s/d 2009.

Pada Tabel 2.3. dapat diketahui bahwa suhu maksimum rata-rata di Kabupaten Purworejo adalah 25,93 °C hingga 30,87°C, sedangkan rata-rata suhu minimum 16,67°C hingga 21,81°C pada ketinggian antara 200 m dpal sampai dengan lebih dari 400 m dpal.

Tabel 2.3. Faktor Koreksi Suhu Udara Stasiun Penakar Hujan di Kabupaten Purworejo No. Ketinggian (m dpal) Rata-rata Suhu Max (°C)

Rata-rata Suhu Min (°C)

1. 200 30,87 21,81

2. 400 29,64 20,52

3. 800 27,17 17,95

4. > 1000 25,93 16,67

Sumber : Dokumen Strategi Penanganan Daerah Rawan Bencana di Kabupaten Purworejo.

2.3. Tanah

Jenis tanah merupakan klasifikasi yang dilakukan untuk membedakan karakter tanah berdasar pada sifat-sifat fisik dan kimia tanah berdasar unsur hara yang dikandungnya. Untuk keperluan kesesuaian lahan dalam kegiatan budidaya, maka jenis tanah merupakan faktor penentu yang perlu diketahui. Secara garis besar Kabupaten Purworejo terbagi menjadi 3 wilayah dengan jenis tanah yang berbeda, yaitu :

1. Jenis tanah alluvial

Tanah alluvial mempunyai agihan sebesar 31,9% di wilayah Kabupaten Purworejo. Untuk keperluan pertanian, jenis tanah ini mempunyai produktifitas rendah sampai dengan tinggi. Disamping untuk budidaya pertanian tanah jenis ini juga dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman.

2. Jenis tanah Regosol

Tanah regosol mempunyai produktifitas rendah sampai dengan tinggi dengan agihan sebesar 5,03%. Tanah jenis ini banyak dimanfaatkan masyarakat Kabupaten Purworejo untuk keperluan pertanian dan perkebunan.

3. Jenis Tanah Latosol

Tanah jenis Latosol mendominasi wilayah Kabupaten Purworejo dengan agihan sebesar 63,07%. Dengan produktifitas sedang hingga tinggi, jenis tanah ini merupakan tanah pertanian yang relatif baik.

Adapun secara lebih rinci agihan tanah di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Macam Tanah di Kabupaten Purworejo

No. Macam Tanah Luas (Ha) % Agihan Lokasi

1. Konsosiasi Alluvial Hidromorf

dan Latosol Coklat Kemerahan 2.221,45 2,15

Ngombol, Grabag

2. Asosiasi Alluvial Kelabu dan

Alluvial Coklat Kekuningan 18.823,71 18,19

Pituruh, Kemiri, Butuh, Kutoarjo, Bayan, Gebang, Grabag,

Ngombol, Banyuurip, Purwodadi, Purworejo

3. Asosiasi Gley Humus dan

Alluvial Kelabu 11.960,23 11,56

Bagelen,Ngombol, Pituruh, Butuh, Kutoarjo, Grabag 4.

Kompleks Latosol Coklat Tua

dan Latosol Coklat Kemerahan 7.703,43 7,44

Bayan, Banyuurip, Ngombol, Kemiri, Purwodadi, Loano, Purworejo, Kaligesing, Bagelen 5.

Aosiasi Latosol Coklat

Kemerahan dan Latosol Coklat Tua

9.809,47 9,48

Bener, Gebang, Loano, Bayan, Purworejo, Banyuurip, Ngombol, Purwodadi

6.

Kompleks Latosol Merah

Kuning dan Latosol Coklat Tua 47.758,37 46,15

Bruno, Pituruh, Kemiri, Gebang, Bener, Loano, Butuh, Kutoarjo, Bayan

7. Konsosiasi Regosol Coklat 2.698,16 2,61 Grabag, Ngombol, Purwodadi 8. Konsosiasi Regosol Kelabu 2.508,17 2,42 Grabag, Ngombol, Purwodadi

Jumlah 103.483,00 100 Kabupaten Purworejo

Sumber : Dokumen Strategi Penanganan Daerah Rawan Bencana. 2.4. Air Tanah

Kondisi hidrogeologi merupakan faktor utama penentu keberadaan air tanah di suatu wilayah. Secara umum keberadaan air tanah dalam suatu akuifer ditentukan oleh beberapa hal, yaitu tekstur dan struktur batuan penyusun akuifer. Material dengan karakter yang belum terkonsolidasi dari bahan sedimen klastik akan memiliki porositas intergranuler, sehingga air tanah akan berada di dalam ruang antar butir. Berbeda dengan batuan yang sifatnya masif dan keras, maka akan didapatkan kekar-kekar yang rapat dengan struktur bercelah dan porositas pada retakan yang ada. Pada struktur ini maka air tanah akan mengisi pada celah-celah retakan. Sedangkan pada batuan yang bersifat mudah larut seperti pada batuan karst, porositas akan berada pada rongga-rongga yang ada sehingga air tanah akan bergerak melalui rongga-rongga atau saluran-saluran.

Pada akuifer ruang antarbutir, air tanah berada dan bergerak di dalam serta melalui ruang-ruang antar butiran tanah dan batuan sehingga aliran yang terjadi termasuk aliran rembesan. Sedangkan pada akuifer bercelah air tanah, air tanah mengalir melalu retakan-retakan, rekahan-rekahan, serta celah-celah batuan sehingga akan mengalir menjadi aliran bertipe rembesan dan kompleks.

Berdasarkan agihan batuan penyusun, tipe dan karakteristik hidrolikanya, maka akuifer di Kabupaten Purworejo dapat dibedakan menjadi empat, yaitu : akuifer Purworejo, akuifer Bener, akuifer Bruno dan akuifer Kaligesing.

Akifer Purworejo terbentuk oleh 2 kelompok batuan yang tidak resisten yakni alluvium endapan sungai dan limpahan banjir pada bagian tengah, serta alluvium pematang pantai yang berada pada bagian selatan Kabupaten Purworejo. Ditinjau dari mekanisme pelolosan air tanahnya, maka akuifer Purworejo termasuk dalam tipe akuifer ruang antar butir karena mengalirkan air tanahnya melalui ruang-ruang antara butir-butir tanah/batuan. Akuifer Purworejo diperkirakan memiliki ketebalan mencapai 200 meter. Ditinjau dari produktifitasnya, akuifer tipe ini memiliki produktifitas yang tergolong sedang, dengan variasi debit mata-air antara 2-5,5 m3/detik.

Akuifer Bener termasuk tipe akuifer ruang antarbutir yang tersusun oleh material alluvium endapan sungai dan limpahan banjir dengan pola penyebaran setempat dan tidak meluas. Material utama penyusun akuifer ini meliputi pasir, kerikil, lanau dan lempung. Produktifitas akuifer Bener tergolong sedang-tinggi dengan debit mata air 2-28,5 liter/detik.

Pada bagian utara wilayah Purworejo terdapat akuifer Bruno yang tersusun atas batupasir, breksi, konglomerat dan lava. Berbeda dengan kedua akuifer terdahulu, akuifer Bruno termasuk dalam tipe akuifer bercelah dengan aliran air tanah tipe rembesan atau kompleks. Produktifitas akuifer ini tergolong rendah-tinggi dengan debit 0,08-46 (liter/detik). Akuifer ini mempunyai sebaran yang luas mendominasi wilayah utara Kabupaten Purworejo.

Akuifer Kaligesing berlokasi di bagian timur wilayah Kabupaten Purworejo, dengan sebaran yang relatif luas. Tipe akuifer ini adalah bercelah

dengan aliran air tanah tipe rembesan atau kompleks. Produktifitas aliran mata air tergolong rendah-sedang dengan debit berkisar antara 0,02-9 liter/detik.

Air tanah bergerak mengikuti gaya gravitasi sehingga akan mengalir dari wilayah perbukitan dan pegunungan di bagian utara dan timur Kabupaten Purworejo menuju ke arah selatan. Ditinjau dari aspek topografi, maka aliran air tanah akan mengalir seiring dengan pola kontur topografinya atau dari wilayah Kecamatan Loano dan Kaligesing di bagian timur menuju ke arah barat di wilayah Kecamatan Gebang, Purworejo dan Bagelen. Arah aliran selanjutnya berbelok arah ke selatan bertemu dengan aliran dari arah utara yaitu dari wilayah Kecamatan Bruno, Gebang, Bener, Pituruh, Kemiri dan selanjutnya bersama-sama menuju ke arah selatan menuju Samudera Hindia melewati wilayah Kecamatan Butuh, Kutoarjo, Bayan, Banyuurip, Purworejo, Grabag, Ngombol dan Purwodadi (RTRW Kabupaten Purworejo Tahun 2009).

BAB III

Dokumen terkait