• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENGELOLAAN FASILITATOR

D. CUTI DAN HARI LIBUR

a. Setiap Fasilitator yang telah memiliki masa kontrak kerja 12 bulan atau lebih diproyek Generasi Sehat dan Cerdas berhak atas cuti tahunan. Dengan demikian, terhadap Fasilitator yang bersangkutan berhak untuk meninggalkan tugas dengan tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium dan tunjangan.

b. Setiap Fasilitator berhak mengambil Cuti Tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja. Apabila seorang Fasilitator pada tahun anggaran berjalan hanya mempergunakan beberapa hari dari jumlah total hak cuti tahunan, maka sisa hari dari hak cuti tahunan Fasilitator bersakutan pada tahun anggaran berikutnya dianggap gugur atau hilang.

c. Segala bentuk izin meninggalkan tugas dengan alasan lain diluar sakit dengan keterangan dokter (maksimal 5 hari) dapat dikonversikan dengan perhitungan jumlah hari cuti tahunan. Konversi dilakukan dengan cara mencatatkan pada LWK setiap bulan berjalan.

d. Prosedur pengajuan cuti tahunan adalah sebagai berikut:

1) Fasilitator mengajukan permohonan cuti secara tertulis kepada Satker Provinsi dengan tembusan Supervisornya, Korprov dan PjOKab sekurang-kurangnya 14 hari kerja sebelum pelaksanaan ijin cuti tahunan.

2) Satker Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan atau surat penolakan cuti setelah mempertimbangkan rekomendasi Supervisor dari Fasilitator bersangkutan.

2. Cuti Sakit

a. Setiap Fasilitator berhak mengajukan izin meninggalkan tugas selama maksimal 5 (lima) hari apabila menderita sakit dengan dibuktikan melalui surat keterangan dokter. Fasilitator yang sakit tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium dan tunjangan.

b. Apabila Fasilitator menderita sakit sehingga membutuhkan istirahat lebih dari 5 (lima) hari maka terhadap bersangkutan tetap diijinkan dengan memotong sisa jumlah hari pada cuti tahunan. Fasilitator yang sakit tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium dan tunjangan.

c. Apabila Fasilitator menderita sakit sehingga membutuhkan istirahat lebih dari 5 (lima) hari dapat diberikan ijin cuti dengan memotong sisa jumlah hari pada cuti tahunan. Fasilitator yang bersangkutan akan memperoleh honorarium dan tunjangan secara penuh apabila jumlah hari cuti sakit, jumlah hari cuti tahunan dan jumlah hari kerja dalam satu bulan dimaksud minimal 17 hari kerja.

d. Apabila seorang Fasilitator telah kehabisan hak cuti namun berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan sakit maka pengaturan ijin cuti diatur sebagai berikut:

1) Fasilitator yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selama minimal 17 hari kerja.

2) Fasilitator yang bersangkutan akan mendapatkan honorarium apabila dalam satu bulan hanya memenuhi 10 sampai dengan 16 hari kerja

3) Fasilitator yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan tidak memenuhi minimal 10 hari kerja

4) Apabila dalam bulan kedua Fasilitator dimaksud berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan masih sakit, maka Fasilitator dimaksud dibebas tugaskan tanpa honorarium dan tunjangan.

5) Jika pada bulan ketiga Fasilitator dimaksud sudah sembuh maka Faslitator dapat kembali bekerja, dan sebaliknya jika Fasilitator bersangkutan masih sakit maka Satker Provinsi wajib menetapkan Surat Keputusan PHK.

e. Supervisor dari Fasilitator yang sakit sebagaimana butir 2.d.4). di atas berkewajiban untuk mengendalikan kinerja program di lokasi tugas bersama-sama dengan rekan satu tim di lokasi penugasan atau antar kecamatan dikabupaten setempat.

f. Satker DPMD Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan/penolakan cuti sakit maupun pemberian dispensasi cuti sakit selama 1 (satu) bulan berdasarkan rekomendasi dari supervisor Fasilitator yang bersangkutan.

g. Prosedur pengajuan dispensasi cuti sakit adalah sebagai berikut:

1) Fasilitator yang sakit mengajukan permohonan cuti sakit secara tertulis paling lambat 1 (hari) setelah tidak hadir di lokasi tugas.

2) Setiap surat ijin cuti sakit harus dilampiri surat keterangan dokter.

3) Satker Provinsi wajib menerbitkan surat persetujuan terhadap ijin cuti sakit apabila dapat dibuktikan surat keterangan dokter adalah benar adanya.

4) Pengajuan perpanjangan ijin cuti sakit dengan menggunakan cuti tahunan diajukan paling lambat 1 (satu) hari menjelang ijin cuti sakit berakhir.

5) Satker Provinsi menerbitkan surat persetujuan tambahan ijin cuti sakit apabila dapat dibuktikan surat keterangan dokter adalah benar adanya, dan dapat dibuktikan Fasilitator yang bersangkutan masih memiliki sisa cuti tahunan.

6) Satker Provinsi menerbitkan surat persetujuan tambahan ijin cuti sakit tanpa pemberian honorarium dan tunjangan selama 1 (satu) bulan apabila dapat dibuktikan bahwa Fasilitator yang bersangkutan tidak memiliki sisa cuti tahunan dan berdasarkan surat keterangan dokter/rumah sakit dinyatakan Fasilitator bersangkutan harus dirawat atau dibebaskan tugas dan pekerjaan.

7) Satker Provinsi berkewajiban menerbitkan Surat PHK terhadap Fasilitator yang menderita sakit apabila pada bulan ketiga masih sakit berdasarkan surat keterangan dokter/rumah sakit.

3. Cuti Melahirkan

Setiap Fasilitator Perempuan berhak atas Cuti Melahirkan maksimal 3 (tiga) bulan berturut-turut mulai dari pra maupun pasca melahirkan. Fasilitator yang bersangkutan tetap memperoleh hak atas pembayaran honorarium tanpa tunjangan operasional kerja. Prosedur cuti melahirkan adalah sebagai berikut:

a. Fasilitator mengajukan permohonan cuti melahirkan secara tertulis kepada Satker Provinsi dengan tembusan Supervisornya, Korprov, dan PjOKab sekurang kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan cuti.

b. Satker Provinsi akan menerbitkan surat persetujuan/penolakan cuti berdasarkan rekomendasi dari supervisornya.

c. Fasilitator bersangkutan wajib masuk kerja setelah Cuti Melahirkan berakhir. 4. Cuti Ibadah Haji

Fasilitator yang mengajukan Cuti Ibadah Haji wajib menggunakan cuti tahunannya secara penuh yaitu 12 (dua belas) hari, dan diberi dispensasi tambahan cuti tambahan selama 1 (satu) bulan tanpa menerima honorarium dan tunjangan. Prosedur pengajuan Cuti Ibadah Haji adalah sebagai berikut:

a. Fasilitator mengajukan permohonan cuti melaksanakan ibadah haji secara tertulis kepada Satker Provinsi dengan dengan tembusan Supervisornya, Korprov, dan PjOKab sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan cuti.

b. Fasilitator melaksanakan serah terima pekerjaan kepada teman satu tim dan supervisor atasan langsung.

c. Fasilitator bersangkutan wajib masuk kerja setelah Cuti Ibadah Haji.

d. Fasilitator yang mengajukan hak cuti haji akan memperoleh honorarium dan/atau tunjangan untuk pekerjaannya sebelum atau sesudah menjalankan ibadah haji dengan pengaturan sebagai berikut: 1) Fasilitator yang bersangkutan akan tetap mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam

satu bulan masih dapat melaksanakan tugas selamaminimal 17 hari kerja termasuk cuti tahunan. 2) Fasilitator yang bersangkutan mendapatkan honorarium apabila dalam satu bulan memenuhi 10

sampai dengan 16 hari kerja termasuk cuti tahunan.

3) Fasilitator yang bersangkutan tidak akan mendapatkan honorarium dan tunjangan apabila dalam satu bulan tidak memenuhi minimal 10 hari kerja termasuk cuti tahunan.

Dokumen terkait