• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Peta citra lokasi penelitian Desa Koto Mesjid 197 2 Data jaringan komunikasi produksi dan pemasaran 198 3 Data Korelasi Rank Spearman antara jaringan komunikasi dengan

perubahan taraf penghidupan dan pola pikir 200

4 Data Korelasi karakteristik pembudidaya ikan dengan persepsi

terhadap kinerja pendamping 201

5 Daftar pertanyaan wawancara mendalam dengan informan 202

6 Kuisioner Data Penelitian 203

7 Kuisioner Data Vectorial Project Analisis 210

sadar dan berencana serta berkelanjutan seharusnya mampu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek terutama aspek sosial, ekonomi dan budaya, sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi wujud nyata sebagai hasil dalam pembangunan tersebut. Pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang direncanakan setidaknya memiliki dua alasan, pertama realitas pembangunan dimanapun dan dilakukan oleh siapapun serta dalam bidang apapun pasti mengarah pada perubahan sosial baik dalam bidang materil maupun non materil. Kedua, penggerak utama pembangunan adalah manusia, dalam konteks ini ide pembangunan dari manusia dan untuk manusia. Manusia melalui akal dan fikiran yang dimiliki berusaha untuk melakukan pembangunan dengan tujuan dapat mewujudkan kesejahteraan manusia (Pranadji 2005).

Permasalahan pembangunan perikanan selama masa pemerintahan orde baru, pada umumnya cenderung hanya memfokuskan kepada pembangunan sumber daya hayati perikanan. Sedangkan pembangungan yang berorientasi pada peningkatan kualitas kehidupan dan pola pikir nelayan dan pembudidaya ikan belum menjadi hal yang utama disentuh dalam pembangunan tersebut. Sehingga pembangunan sektor perikanan masih belum menjadi andalan pada saat itu.

Semenjak pemerintahan orde reformasi kebijakan pembangunan perikanan mulai digalakkan dengan dibentuknya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kebijakan pembangunan perikanan terus dikembangkan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada pengembangan potensi sumber daya perairan dan kelautan indonesia. Kebijakan tersebut dicetuskan sebagai upaya meningkatkan devisa negara dan menjaga kesinambungan sumber daya (sustainability) kelautan Indonesia. Menurut Satria (2002) pengelolaan sumberdaya perikanan dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan sumber daya yang tersedia, agar tidak hanya generasi sekarang yang dapat menikmati kekayaan sumber daya tersebut, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

Pembangunan perikanan seiring dengan peningkatan kontribusinya dilaksanakan melalui peningkatan produksi perikanan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah (processing), peningkatan pendapatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan perluasan kesempatan kerja. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka tujuan pembangunan perikanan adalah: (1) meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, bahan baku industri serta meningkatkan ekspor hasil perikanan; (2) meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan; (3) memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta menunjang pembangunan daerah; (4) meningkatkan pembinaan kelestarian sumber daya perikanan dan lingkungan hidup. Selanjutnya, ada tiga aspek yang dapat diperhatikan dalam proses pembangunan yang dijalankan yaitu; (1) peningkatan mutu dan tingkat kehidupan; (2) kemajuan sosial dalam arti persamaan dan hak perorangan; (3) perbaikan teknoekonomi dalam arti peningkatan kondisi dan nilai produksi serta supplai. Aspek inilah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan progam pembangunan perikanan (Noor 2008).

Tingginya ketergantungan pada sumber daya perikanan laut khususnya perikanan tangkap menyebabkan para nelayan mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan proses produksi, hal ini dikarenakan tingginya biaya produksi, sehingga keterbatasan produksi perikanan laut sulit menjangkau kawasan darat yang aksesnya jauh dari kawasan pesisir. hal ini menyebabkan dipandang perlu melakukan kegiatan produksi perikanan darat atau perikanan air tawar sebagai alternative memenuhi kebutuhan produksi perikanan dan pengembangan mata pencaharian yang lebih baik bagi pembudidaya kolam ataupun nelayan (Zulkarnain 2009).

Peranan komunikasi pembangunan telah banyak didiskusikan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan. Rogers (1976) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain ia menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial. Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah "as an integral part of development, and communication as a set of variables instrumental in bringing about development" (Berger & Chafee 1987) mereka juga menyatakan, dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara. Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih.

Komunikasi pembangunan hendaknya berdasarkan berbagai asumsi dan mensyaratkan kondisi tertentu. Hedebro (1984) dan Nasution (2002) menjelaskan bahwa pendekatan komunikasi pembangunan juga berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa. Studi jenis ini mendalami bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk mempromosikan penerimaan yang luas akan ide-ide dan produk baru. Supaya proses pemberdayaan dapat dijalankan sesuai dengan harapan, maka diperlukan strategi komunikasi pembangunan yang mampu menyampaikan berbagai pesan pemberdayaan sehingga dimaknai oleh para pelaku pemberdayaan sebagai suatu yang penting untuk dilaksanakan dan mampu mencapai tujuan dari pemberdayaan tersebut.

Jaringan komunikasi menurut Rogers dan Kincaid (1981) adalah suatu jaringan yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Struktur komunikasi dapat dipelajari melalui analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Lebih lanjut, salah satu tujuan penelitian komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem.

Menurut Rogers (2003) hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat homofili (homophilus), yakni kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang-orang yang memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya. Tetapi dapat juga terjadi antar orang-orang yang memiliki atribut yang tidak sama.

Setiap jenis jaringan komunikasi mempunyai kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Semakin penting suatu jenis informasi bagi suatu anggota sistem sosial, makin cepat perkembangan dan luas jangkauan jaringan komunikasinya. Jaringan komunikasi yang berhubungan dengan informasi tentang kebutuhan primer akan mempunyai jangkauan yang tercepat dan terjauh.

Jaringan merupakan jenis atau tipe tertentu dari suatu hubungan yang menyambungkan sekelompok orang atau obyek, dimana orang atau obyek tersebut berlaku sebagai aktor (node) dari jaringan (Wasserman dan Faust 1994). Dalam konteks komunikasi, suatu jaringan dibangun berdasarkan pada hubungan-hubungan komunikasi antara individu dengan individu, kelompok-kelompok, organisasi maupun masyarakat (Monge dan Contractor 2001). Interaksi dan jaringan komunikasi antar masyarakat terjadi karena kebutuhan berbagai hal, terutama menyangkut keperluan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Lubis (2000) masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk menghadapi ketidakpastian yang mereka hadapi. Selain itu masyarakat berinteraksi saling berhubungan adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hubungan sosial sebagai bentuk fungsi komunikasi yang mereka lakukan (Mulyana 2005).

Berdasarkan teori jaringan komunikasi, dalam pencarian informasi petani harus membangun strukur jaringan dengan tetangga dan sumber informasi lainnya untuk memenuhi kebutuhan usaha pertaniannya (Littlejohn 1992). Petani dalam hal ini adalah pembudidaya ikan berinteraksi dalam memenuhi keperluan hidupnya, dalam hal informasi produksi, pembudidaya ikan akan berinteraksi dengan individu yang dapat memberikan solusi atas keperluannya, misalnya penyediaan benih, pupuk, padat tebar, kebutuhan pakan, kualitas air, penanganan penyakit dan hal-hal yang menyangkut aktifitas produksi. Begitu juga dengan informasi pemasaran, pembudidaya juga akan menjalin interaksi dengan individu yang mampu membeli dan menyalurkan hasil panennya. Hubungan jaringan komunikasi yang dilakukan oleh pembudidaya ikan merupakan upaya mencari dan mendapatkan informasi agar bermanfaat bagi mereka dalam memenuhi kebutuhan usaha dan kehidupannya.

Selanjutnya, beberapa penelitian tentang jaringan komunikasi menyatakan bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan jaringan komunikasi adalah pengalaman usaha tani, persepsi terhadap teknologi dan kekosmopolitan (Syafril 2002). Menurut Rangkuti (2009b) karakteristik individu mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan. Hasil penelitian Cindoswari (2012) juga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa karakteristik individu berhubungan nyata dengan jaringan komunikasi petani dalam penerapan teknologi produksi ubikayu.

Sementara itu, Persepsi individu juga memainkan peranan dalam hal melihat pahaman dari interkasi jaringan komunikasi yang terjadi diantara individu. Menurut Robbins (2008) persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif. Variabel individual seperti persepsi mempengaruhi perilaku (Gibsons et al 1996). Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh banyak faktor serta persepsinya tentang faktor-faktor tersebut.

Peranan jaringan komunikasi sebagai bagian dari ilmu komunikasi juga berhubungan dengan terjadinya perubahan penghidupan dan pola pikir seperti yang disampaikan oleh Hedebro (1984) bahwa komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan menunjukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi. Halim (2013) juga menyatakan bahwa jaringan komunikasi (sentralitas lokal dan sentralitas global) memiliki hubungan nyata dengan perubahan perilaku produksi peternak dalam hal penerapan higien dan sanitasi pemerahan susu ternak.

Rumusan Masalah

Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar sebagai daerah andalan penghasil budidaya ikan dalam kolam di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, pembudidaya ikan di wilayah ini semakin giat melaksanakan usaha budidaya perikanan khususnya komoditas ikan patin (Pangasius hypopthalmus). Usaha masyarakat ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, Pemerintah Provinsi Riau dan PT Telkom Indonesia dengan kegiatan pemberdayaan melalui bantuan modal usaha dan pengembangan cluster ikan patin serta pengembangan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Graha Pratama Fish (Diskanlut Provinsi Riau 2010).

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan pihak PT Telkom melalui program Corporate Social Responsibilities (CSR) telah menjadikan Desa Koto Mesjid sebagai kawasan sentra minapolitan terbesar di sumatra. Hal ini dilakukan dalam membantu pembudidaya ikan mengatasi beberapa masalah penghidupan mereka, yang sebelumnya sebagai petani karet kemudian menjadi pembudidaya ikan. Upaya yang dilakukan ini dengan tujuan memberdayakan pembudidaya ikan dalam melaksanakan kegiatan usaha budidaya perikanan terutama dalam aspek produksi dan pemasaran perikanan dengan pengembangan sebuah uni usaha yaitu Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Graha Pratama Fish. Hingga tahun 2011 di wilayah Desa Koto Masjid terdapat 916 kolam ikan dengan luas mencapai 52 hektar dengan jumlah produksi per hari 8-10 ton. Selain menghasilkan ikan patin hidup, desa ini juga mengolah ikan patin menjadi salai (ikan asap), kerupuk dan nugget ikan. Desa ini juga menghasilkan bibit ikan patin, mesin pellet dan pelet. Menjadi desa perikanan terbaik di Provinsi Riau pada tahun 2011 (Budiana 2012).

Melalui usaha yang telah dilakukan tersebut, pihak PT Telkom telah meluncurkan program pemberdayaan bagi pembudidaya ikan dengan memberikan bantuan modal usaha serta menunjuk salah seorang masyarakat dari pembudidaya ikan yaitu seorang inovator dalam pengembangan usaha budidaya kolam yang ada di Desa Koto Mesjid sebagai pendamping program tersebut. Peran pendamping ini adalah sebagai fasilitator program pemberdayaan, penyebaran luasan informasi yang berhubungan dengan usaha budidaya ikan yang ada, mulai dari proses proses mendapatkan modal usaha, benih, teknologi, hingga pemasaran hasil perikanan.

Peran inovator sebagai pendamping swadaya menjadi andalan dalam program pemberdayaan di wilayah ini. Pihak swasta dan Pemerintah Daerah menjadikan inovator sebagai fasilitator swadaya yang diharapkan mampu menggerakkan dan memfasilitasi masyarakat pembudidaya ikan mencapai pemberdayaan yang diharapkan, yaitu terjadinya perubahan kualitas penghidupan dan pola pikir ke arah yang lebih baik, mandiri, sejahtera, merata dan berlanjut.

Akses kebutuhan terhadap informasi yang berhubungan dengan benih, teknologi budidaya, harga, mutu dan peluang pasar sangat diharapkan oleh pembudidaya ikan dalam mengembangkan usahanya. Informasi yang disampaikan oleh pendamping atau sesama pembudidaya ikan dapat melalui perantara dalam hal ini bisa pihak-pihak yang berwenang seperti dari Unit Pembenihan Rakyat Graha Pratama Fish, Dinas Perikanan atau antar sesama pembudidaya ikan tersebut. Informasi ini harusnya dikomunikasikan untuk membantu pembudidaya ikan dalam mengembangkan usaha budidaya perikanan yang lebih baik. Informasi dari pihak pendamping sebagai fasilitator maupun dari sesama pembudidaya ikan atau dari pihak manapun, ini dapat disebarluaskan antar satu pembudidaya ke pembudidaya lainnya melalui jaringan komunikasi secara merata dan terbuka. Agar hal ini terkoordinasi dengan baik diantara sesama pembudidaya ikan maka keberadaan individu pemegang informasi dan peran jaringan komunikasi merupakan hal sangat penting diperhatikan.

Informasi tentang produksi dan pemasaran usaha budidaya perikanan merupakan hal paling dibutuhkan dan penting bagi pembudidaya ikan dalam menjalankan usahanya. Dalam mengupayakan kebutuhan informasi tersebut pembudidaya ikan saling berintraksi dan berbagi baik dalam lingkungan sesama pembudidaya ikan atau diluar lingkungannya. Interaksi ini tentu akan melibatkan proses berbagi informasi tentang suatu objek yang dibutuhkan antara individu yang diajak berinteraksi. Proses berbagi informasi ini dapat melalui proses komunikasi interpersonal yang sekaligus membentuk jaringan komunikasi di antara pembudidaya ikan.

Penyebaran informasi secara terbuka, merata dan tidak bergantung pada satu individu akan memudahkan pembudidaya ikan dalam menjalankan usahanya. Kemudahan dalam mengakses informasi produksi dan pemasaran baik itu mendapatkan fasilitas produksi ataupun keperluan distribusi pemasaran akan memberikan peluang berkembangnya usaha budidaya perikanan menjadi lebih baik dengan ditandai perbaikan kualitas penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan, sehingga usaha pemberdayaan pembudidaya ikan dapat dicapai.

Persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dalam pelaksanaan program pemberdayaan perikanan yang ada, juga memainkan peranan penting terhadap keberhasilan program pemberdayaan, diketahui bahwa persepsi adalah penilaian pembudidaya ikan terhadap performa pendamping dalam mejalankan program sehingga informasi yang disampaikan oleh pendamping dapat diadopsi dengan mudah dan dijalankan sebagai suatu bentuk keberhasilan program atau sebagai bentuk terjadinya interaksi jaringan komunikasi antara pembudidaya ikan dengan pendamping.

Jaringan komunikasi yang terbentuk dapat memperlihatkan bagaimana bentuk dan sifat interaksi yang terjadi (Rogers 2003). Begitu juga halnya yang terjadi dengan pembudidaya ikan. Sesuai dengan maksud jaringan komunikasi, bahwa individu yang saling berinteraksi adalah dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mendapatkan manfaat yang diperlukan dalam penghidupan mereka. Tentunya manfaat yang diharapkan adalah terjadinya pemberdayaan pembudidaya ikan, yang diwujudkan dengan adanya pemerataan manfaat yang diterima, sebagai akibat interaksi dan jaringan komunikasi yang terbentuk diantara mereka dalam lingkungannya atau di luar lingkungannya.

Interaksi yang terjadi akan membentuk jaringan komunikasi antar individu pembudidaya ikan dalam sistem lingkungannya, terutama interaksi dalam memenuhi kebutuhan usaha budidaya perikanan. Interaksi komunikasi interpersonal dalam memenuhi kebutuhan keluarga diketahui berhubungan nyata dengan kebutuhan dasar, persepsi, rasa aman dan dihargai (Sihabudin 2008). Hal ini tentu akan menyebabkan terjadinya perubahan pada struktur penghidupan (livelihood) dan pola pikir (mindset) pembudidaya ikan. Manfaat yang diharapkan adalah terjadinya perbaikan terhadap pendapatan, kesempatan kerja, konsumsi pangan, adopsi teknologi, dan beberapa aspek sosial ekonomi yang akan menentukan keberhasilan pembudidaya dalam menjalankan bisnisnya.

Studi yang mengkaitkan jaringan komunikasi, karakteristik dan persepsi individu serta perubahan penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan belum banyak berkembang dan belum terpadu dilakukan terutama dalam disiplin ilmu komunikasi pembangunan dengan pendekatan posistivis dan kritis. Analisis jaringan komunikasi diharapkan mampu berkontribusi lebih banyak dalam pengembangan teori dan konsep komunikasi khususnya komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan. Pendekatan ini dipandang dapat memberikan penjelasan tentang peran dan struktur jaringan komunikasi yang lebih mendalam di dalam penelitian ini.

Salah satu kerisauan dalam berbagai program pemberdayaan yang dijalankan di pedesaan adalah, mengenai pentingnya jaringan komunikasi untuk mengakses informasi yang diperlukan oleh masyarakat, dalam memenuhi keperluan usaha dan penghidupannya. studi tentang jaringan komunikasi pada pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid dan hubungannya dengan perubahan sosial ekonomi masyarakat terutama dalam hal perubahan penghidupan dan pola pikir, menjadi bagian penting yang perlu diketahui dan ditindak lanjuti untuk menjawab kerisauan tersebut.

Konsep yang menjadi penghubung diantara pendekatan ini adalah jaringan komunikasi, karateristik individu, persepsi, perubahan penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dan pemberdayaan dalam melakukan usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid merupakan suatu realitas sosial, yang dapat digunakan untuk mempelajari peran jaringan komunikasi dengan perubahan penghidupan dan pola pikir dalam konteks teori dan praktik komunikasi pembangunan.

Penjelasan teoritis terhadap jaringan komunikasi jika dikaitkan dengan kerisauan tentang hubungannya dengan karateristik, persepsi individu, fasilitas produksi usaha budidaya perikanan dan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam upaya pemberdayaan pembudidaya ikan di pedesaan, menjadi sangat menarik untuk dianalisis dan didalami. Aktifitas usaha budidaya perikanan di Desa Koto Mesjid dapat dijadikan potret tentang jaringan komunikasi dalam sistem penghidupan sosial ekonomi pembudidaya ikan dalam lingkungannya.

Berdasarkan konsep dan teori jaringan komunikasi yang dijelaskan tersebut, Maka, dirasa penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang karakteristik dan persepsi individu dan hubungannya dengan jaringan komunikasi serta kaitan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir individu, juga siapa yang paling banyak mendapat manfaat dari jaringan komunikasi yang terjadi dalam lingkungan pembudidaya ikan dalam program pemberdayaan yang dijalankan di Desa Koto Mesjid.

Semua yang telah dijelaskan tersebut, tidak lepas dari interaksi yang terjadi antar pembudidaya ikan dalam bentuk jaringan komunikasi. analisis hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan dalam program pemberdayaan di pedesaan adalah sebuah upaya untuk melihat potret jaringan yang terjadi dalam sistem penghidupan masyarakat pedesaan. Keterbukaan informasi dan saling berbagi manfaat antar pembudidaya ikan sangat diperlukan, agar akses informasi dalam program pemberdayaan yang ada, lebih terbuka dan mudah, sehingga diharapkan akan tercapainya pemberdayaan dan revitalisasi pembangunan perikanan yang bersifat partisipatif, arif dan saling menguntungkan.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik, persepsi pembudidaya ikan terhadap pendamping dan fasilitas produksi yang diterima dalam pemberdayaan pembudidaya ikan? 2. Bagaimana jaringan komunikasi produksi dan pemasaran dalam

pemberdayaan pembudidaya ikan ?

3. Bagaimana perubahan taraf penghidupan dan pola pikir pembudidaya ikan yang terjadi dalam program pemberdayaan ?

4. Bagaimana hubungan karakteristik pembudidaya ikan, persepsi terhadap pendamping serta fasilitas produksi yang diterima dengan jaringan komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan ?

5. Bagaimana hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan dan pola pikir dalam pemberdayaan pembudidaya ikan ?

6. Bagaimana rumusan strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidayaan ikan ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disusun maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping dan fasilitas produksi yang diterima dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis jaringan komunikasi produksi dan pemasaran dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto mesjid. 3. Mendeskripsikan dan menganalisis perubahan taraf penghidupan (livelihood)

dan pola pikir (mindset) pembudidaya ikan yang terjadi dalam pemberdayaan di Desa Koto Mesjid.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis hubungan karakteristik pembudidaya ikan, persepsi pembudidaya ikan terhadap kinerja pendamping serta layanan fasilitas produksi dengan jaringan komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid.

5. Menganalisis hubungan jaringan komunikasi dengan perubahan taraf penghidupan (livelihood) dan pola pikir (mindset) dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid.

6. Merumuskan strategi komunikasi dalam pemberdayaan pembudidaya ikan di Desa Koto Mesjid.

Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan :

1. Memberikan kontribusi kepada pihak terkait seperti Pemerintah Daerah, Dinas Perikanan, Masyarakat dan seluruh stakeholders dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau.

2. Sebagai khazanah pengembangan ilmu pengetahuan dalam komunikasi pembangunan dan perubahan sosial masyarakat serta pengembangan Sumber Daya manusia (SDM)

3. Sehubungan dengan program otonomi desa di Provinsi Riau dalam mewujudkan Visi Riau 2020, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada seluruh stakeholders

4. Sebagai gambaran dan referensi bagi pembangunan perikanan dibidang budidaya perikanan secara nasional terutama pembangunan wilayah yang berbasiskan potensi dan budaya masyarakat pedesaan.

Pembangunan dan Perubahan Sosial

Pembangunan adalah suatu proses kegiatan terencana yang dilakukan dalam upaya perubahan untuk mencapai perbaikan kualitas kehidupan menjadi lebih baik. hal ini senada dengan pengertian pembangunan menurut Innayatullah (1976) pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

Bryant dan Writhe (1987) menyatakan bahwa pembangunan adalah suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi masa depan dengan mempunyai implikasi tertentu. Pertama, yaitu ia berarti memberikan perhatian terhadap "kapasitas" terhadap apa yang perlu digalakkan untuk mengembangkan kemampuan dan tenaga, guna membuat perubahan. Kedua, yaitu mencakup equity

(keadilan). Ketiga, yaitu menumbuhkan kuasa dan wewenang dalam pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai kuasa dan wewenang tertentu maka mereka menerima manfaat.

Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju ke tataran kehidupan

Dokumen terkait