• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomor Halaman

1. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ...39 2. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Prima...40 3. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Varietas Carisya ...41 4. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 5...42 5. Nilai Transformasi Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan

Benih terhadap Viabilitas Benih Pepaya Genotipe IPB 8...43 6. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ( 21 minggu) ...44 7. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor ( 27 minggu) ...44 8. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor (32 minggu) ...45 9. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Arum Bogor (64 minggu) ...45 10. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Prima (10 minggu)...46 11. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Prima (71 minggu)...46 12. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Prima (135 minggu)...47 13. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Carisya (6 minggu) ...47 14. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Varietas Carisya (29 minggu) ...48 15. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 5 (10 minggu)...48 16. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 5 (29 minggu)...49 17. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (27 minggu)...49 18. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

19. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (84 minggu)...50 20. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pra Perkecambahan pada

Benih Pepaya Genotipe IPB 8 (92 minggu)...51 21. Data Warna Benih Pepaya Antar Varietas/Genotipe...52 22. Skema Alur Pelaksanaan Penelitian ...53 23. Keragaan Ukuran Benih Antar Varietas/Genotipe, A) Arum Bogor,

B) Prima, C) Carisya, D) IPB 5 dan E) IPB 8...54 24. Keragaan Kecambah Normal, A) Kecambah dengan Struktur

Daun Cacat Ringan, B) Kecambah dengan Struktur Daun Normal, C) Kecambah dengan Struktur Lengkap...54 25. Keragaan Kecambah Abnormal, A) Kecambah Tumbuh Kerdil,

B) Kecambah Terserang Cendawan, C) Kecambah dengan

Struktur Esensial Tidak Lengkap ...54 26. Keragaan Benih Utuh Pasca Semai, A) Benih Utuh, B) Benih

Utuh Segar, C) Benih Utuh Busuk ...55 27. Keragaan Benih Tumbuh setelah 30 HST, A) Benih Tumbuh

dengan Struktur Akar yang Muncul, B) Benih Tumbuh dengan Struktur Akar dan Hipokotil, C) Benih Tumbuh dengan Struktur

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian dengan potensi yang besar untuk menghasilkan komoditas buah-buahan tropis. Salah satunya adalah pepaya sebagai buah konsumsi kaya manfaat yang dapat diterima luas oleh masyarakat. Berdasarkan data FAO (2008), dinyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke empat sebagai negara produsen komoditas pepaya terbesar di dunia, di bawah India, Brazil dan Nigeria, dengan total produksi 653 276 ton.

Indonesia sebagai salah satu negara produsen pepaya terbesar di dunia ternyata belum mampu menjaga kestabilan peningkatan produksi setiap tahunnya. Nilai produksi pepaya cenderung fluktuatif. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2008), dinyatakan bahwa total produksi buah pepaya nasional mengalami peningkatan dari tahun 2003, yaitu 626 745 ton menjadi 732 611 ton pada tahun 2004. Produksi buah pepaya mengalami penurunan produksi pada tahun 2005 menjadi 548 657 ton dan meningkat kembali sampai dengan tahun 2007 menjadi 621 524 ton.

Pengembangan pepaya di Indonesia saat ini tidak terlepas dari kebutuhan akan adanya varietas yang sesuai pasar dan benih bermutu dengan jumlah yang mencukupi. Sampai dengan saat ini penggunaan benih sebagai bahan perbanyakan tanaman pepaya masih diunggulkan jika dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif melalui stek atau pun kultur jaringan, sehingga sangat penting artinya menjaga mutu benih guna mencapai produksi pepaya yang optimum dan untuk kebutuhan pasar. Dias et al. (2010) bahkan menyatakan harga benih pepaya di tingkat internasional memiliki nilai yang cukup potensial, yaitu sekitar US$ 4 000 per kilogram.

Benih pepaya merupakan benih yang memerlukan perhatian dalam proses pengadaannya guna menjaga viabilitasnya agar tetap baik. Menurut Sangakkara (1995), benih pepaya cepat mengalami proses deteriorasi setelah proses pemanenan. Sari et al. (2005) juga menyatakan benih pepaya memiliki daya simpan relatif singkat. Kandungan senyawa fenolik yang tinggi pada sarcotesta dapat meningkatnya impermeabilitas benih pada saat proses desikasi dalam

kondisi udara beroksigen, sehingga mengakibatkan dormansi. Dias et al. (2010) menambahkan bahwa benih segar pepaya mengalami dormansi pascapanen yang akan pecah setelah enam bulan penyimpanan.

Viabilitas benih pepaya juga dipengaruhi oleh kandungan kadar air dan sifat dari benih antar varietas. Menurut Dias et al. (2010), benih pepaya pada kondisi kelembaban dan suhu kamar dapat mempertahankan viabilitas benih selama 12 bulan dengan KA 8 % atau 11 %. Wulandari (2009) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa benih pepaya bersifat ortodoks (Varietas Sukma dan Calina) karena tahan simpan pada suhu ± -20ºC dan intermediet (Varietas Arum Bogor) karena tidak tahan simpan pada suhu ± -20ºC. Jika benih pepaya memiliki sifat ortodoks, maka ada kemungkinan benih dapat disimpan untuk periode jangka panjang, lebih dari 12 bulan.

Upaya untuk meningkatkan viabilitas benih pepaya dapat dilakukan dengan cara menerapkan perlakuan pra perkecambahan benih. KNO3 dan atonik

merupakan senyawa yang biasa digunakan untuk perlakuan pra perkecambahan benih. Furutani dan Nagao (1993) menyatakan bahwa benih pepaya yang direndam dalam larutan KNO31 M memperlihatkan tingkat perkecambahan yang

lebih tinggi, yaitu sebesar 50 % jika dibandingkan dengan kontrol yang hanya 11 %. Sementara itu Djanaguiraman et al. (2005) juga menyatakan perlakuan larutan atonik dengan konsentrasi 3 ppm pada benih kapas dan tomat dapat menghasilkan nilai perkecambahan yang maksimum.

Pengujian terhadap viabilitas benih dari beberapa varietas/genotipe pepaya penting untuk dilakukan, terutama pengujian terhadap benih pepaya yang telah mengalami penyimpanan. Berdasarkan karakter benih pepaya yang cepat mengalami deteriorasi, dapat mengalami dormansi, serta memiliki sifat ortodoks dan intermediet, maka pengujian benih dengan perlakuan pra perkecambahan melalui metode perendaman benih dalam larutan senyawa KNO3 atau atonik

menarik untuk dipelajari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi viabilitas lima varietas/genotipe benih pepaya yang telah disimpan pada periode 6 -180 minggu dalam kondisi kelembaban dan suhu kamar. Benih pepaya yang diuji berasal dari Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, yaitu Varietas Arum Bogor, Prima, Carisya, Genotipe

IPB 5 dan IPB 8. Diharapkan dengan pengujian yang dilakukan ini dapat menentukan mutu benih dari kelima jenis pepaya tersebut dan kedepannya dapat digunakan untuk menentukan strategi pengadaan dan penyimpanan benih pepaya.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi viabilitas benih lima varietas/genotipe pepaya yang telah disimpan pada periode 6 - 180 minggu dalam kondisi kelembaban dan suhu kamar, serta melihat pengaruh perlakuan pra perkecambahan (KNO3dan atonik) terhadap perkecambahan benih pepaya.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan nilai viabilitas antar kelompok periode simpan benih pepaya dari masing-masing varietas/genotipe.

2. Perlakuan pra perkecambahan benih dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih pepaya.

Dokumen terkait