• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman 1 Nilai log P untuk Beberapa Macam Pelarut Organik ... 74 2 Hasil Analisis Komposisi Asam Lemak ... Minyak Sawit Kasar (CPO)... 76 Kromatogram GC Minyak Sawit Kasar Ulangan 1 ... 77 Kromatogram GC Minyak Sawit Kasar Ulangan 2 ... 78 3 Jumlah Karotenoid yang Terjerap pada Penjerap Arang Aktif ...

10% b/v dalam Berbagai Konsentrasi Larutan CPO ... 79 4 Jumlah Karotenoid yang Terjerap pada Penjerap Arang Aktif ...

20% b/v dalam berbagai konsentrasi larutan CPO ... 79 5 Jumlah Karotenoid yang Terjerap pada Penjerap bleaching earth

2% b/v dalam Berbagai Konsentrasi Larutan CPO ... 80 6 Jumlah Karotenoid Sebelum Penjerapan Menggunakan Penjerap

Arang Aktif dan Bleaching Earth dalam Berbagai Konsentrasi .. Larutan CPO ... 80 7 Jumlah Karotenoid yang Terjerap pada Proses Penjerapan ...

Menggunakan Penjerap Arang Aktif dan bleaching earth dalam Berbagai Konsentrasi Larutan CPO ... 80 8 Jumlah Karotenoid yang Terjerap Menggunakan Penjerap ...

Bleaching Earth (BE) Dalam Berbagai Konsentrasi pada ... Larutan CPO dalam n-Heksana 50% b/v ... 81 9 Persentase Perolehan Kembali Karotenoid dari Penjerap Arang ..

aktif 10 % b/v Menggunakan Campuran Larutan n-Heksana ... dan Aseton dengan Beberapa Ratio Perbandingan ... 81 10 Persentase Perolehan Kembali Karotenoid dari Penjerap Arang ..

Aktif 20 % b/v Menggunakan Campuran Larutan n-Heksana ... dan Aseton dengan Beberapa Ratio Perbandingan ... 82 11 Persentase Perolehan Kembali Karotenoid dari Penjerap Bleaching Earth 4 % b/v Menggunakan Campuran Larutan n-Heksana ...

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis sp, Jacq.) merupakan salah satu komoditas nonmigas yang telah ditetapkan sebagai salah satu komoditi yang dapat dikembangkan menjadi produk lain untuk ekspor. Menurut Oil World (2002), industri kelapa sawit nasional merupakan salah satu sektor pembangunan unggulan. Sampai saat ini pengembangan industri minyak sawit mempunyai pasar yang cukup besar dan masih didominasi oleh produk minyak sawit kasar (CPO/Crude Palm Oil).Produksi minyak sawit Indonesia terus meningkat dengan laju sekitar 6% pertahun. Menurut IPOC (2005) dengan luas total area perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencapai 5.5 juta hektar mampu memproduksi CPO sebesar 16 juta ton sepanjang tahun 2005. Jumlah tersebut merupakan terbesar kedua di dunia setelah Malaysia dan pada tahun 2010 diproyeksikan akan menjadi yang terbesar didunia.

Penguatan dan peningkatan daya saing industri kelapa sawit di Indonesia perlu dukungan penelitian pengembangan teknologi hilir untuk memperoleh produk-produk yang mempunyai nilai tambah tinggi. Minyak sawit kasar (CPO) dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk turunan, salah satunya dengan mengambil komponen mikronutrien karotenoid dalam minyak sawit kasar menjadi produk konsentrat karotenoid. Produk ini dibutuhkan baik dalam industri pangan, farmasi, maupun industri kosmetik (May, 1994).

Komponen minor dari minyak sawit kasar mengandung 500-700 ppm karotenoid, lebih dari 80% dalam bentuk α-, β-, -karoten dengan β-karoten sebagai komponen utamanya (Goh et al., 1985; Choo. 1995). β-karoten sebagai salah satu komponen minor dari minyak sawit kasar, merupakan prekursor vitamin A dan berfungsi sebagai pro-vitamin A (Olson 1989; Hudson 1990). β-karoten memiliki 100% aktifitas vitamin A, sedangkan α- dan -karoten memiliki 50-54% aktifitas vitamin A. Senyawa karotenoida minyak sawit memiliki aktivitas pro-vitamin A 10 kali lebih besar dibandingkan dengan wortel dan 300 kali lebih besar dari tomat (Tan, 1987; Iwasaki, 1992; Susilawati E. et al., 1997) β-karoten memiliki pengaruh

biologis positif yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain untuk menanggulangi kebutaan karena xerofthalmia, mencegah timbulnya penyakit kanker, penyakit jantung koroner, mencegah proses penuaan yang terlalu dini (Ziegler, 1989; May,1994; Umegaki et al., 1994; Poppel dan Goldbohm, 1995; Sahidin et al.,

2000), meningkatkan immunitas tubuh dan juga dapat berperan sebagai antioksidan yang memusnahkan radikal bebas yang selanjutnya mengurangi peluang terjadinya penyakit degeneratif (Iwashaki dan Murokoshi, 1992; Umegaki dan Ikegami, 1994; Sikorski, 1997; Miyawaki, 1998)

Adanya warna merah kuning pada minyak sawit umumnya tidak disukai oleh konsumen, sehingga para produsen minyak makan selalu berusaha menghilangkan warna tersebut dengan cara pemucatan. Pemucatan minyak sawit dilakukan dengan menggunakan bahan penjerap, kemudian diikuti dengan pemanasan pada tekanan hampa udara. Pada proses pemucatan minyak sawit dengan menggunakan penjerap, karotenoid akan teradsorbsi oleh bahan pemucat tersebut. Karotenoid yang diadsorbsi bahan pemucat umumnya oleh pabrik tidak dimanfaatkan. Dengan pertimbangan nilai nutrisi dan fungsional β-karoten yang potensial terkandung dalam minyak sawit kasar, maka perlu dipelajari beberapa upaya untuk memperoleh karotenoid dari minyak sawit kasar.

Dengan disadarinya manfaat dari senyawa karotenoid dan besarnya kandungan senyawa karotenoid di dalam minyak sawit kasar, isolasi karotenoid dari minyak sawit kasar mendapat perhatian yang besar dari para peneliti. Berbagai cara telah dikembangkan untuk memperoleh senyawa karotenoid dari minyak sawit kasar. Beberapa metode yang telah dilakukan untuk memperoleh karotenoid dari minyak sawit kasar adalah dengan menggunakan metode penyabunan, ekstraksi pelarut, adsorbsi, urea, destilasi molekuler, iodine, membran dan distilasi molekuler (Choo et al., 1989).

Dalam upaya memperoleh senyawa karotenoid, metode adsorbsi merupakan metode yang paling banyak digunakan. Sejumlah penjerap telah banyak dicoba untuk mendapatkan karotenoid dalam jumlah tinggi. Adsorbsi menggunakan abu sekam padi telah dilakukan oleh Masni (2004) dengan memanfaatkan limbah pabrik kelapa sawit dan Hasanah (2006) menggunakan

penjerap campuran abu sekam padi/silika gel pada nisbah (30:10 b/b) dengan metode kromatografi kolom adsorbsi, perolehan kembali karotenoid pada fraksi berwarna pertama adalah sebesar 49% dengan rendemen konsentrat fraksi berwarna pertama terhadap minyak sawit kasar sebesar 3.2%. Widayanto (2007) melaporkan pemekatan karotenoid pada metil ester kasar (crude methyl ester) dengan menggunakan kromatografi kolom adsorbsi menggunakan penjerap campuran abu sekam padi/silika gel pada nisbah (30:10 b/b), rekoveri karotenoid dari total karotenoid awal CPO adalah 70.25%. Selanjutnya Baharin et al. (1998) dan Latip et al. (2000) menggunakan penjerap sintetik diaion HP-20, alumina dan silika gel. Adsorbsi silika gel lebih rendah 50% dari pada penjerap polimer sintetik dengan perolehan kembali sekitar 40-65 %. Adsorbsi dengan bleaching agent

telah berhasil dilakukan oleh Pitoyo (1988) dengan rendemen sebesar 4.06%. Pemucatan minyak sawit dan lemak lainnya yang telah dikenal antara lain pemucatan dengan adsorbsi menggunakan bahan pemucat seperti tanah liat (clay) jenis monmorilonit yang telah diasamkan dan karbon aktif.

Pada penelitian ini dilakukan kajian isolasi karotenoid dari minyak sawit kasar dengan menggunakan metode adsorbsi menggunakan bahan pemucat arang aktif dan bleaching earth sebagai penjerap, selanjutnya dilakukan kajian untuk melepaskan karotenoid yang telah terjerap.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menentukan penjerap yang efektif untuk menjerap karotenoid dari minyak sawit kasar.

2. Menentukan efektifitas pelarut yang dapat melarutkan kembali karotenoid dari bahan penjerap.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Memberikan informasi kepada para peneliti dan industri berbasis kelapa sawit, bahwa minyak sawit kasar dapat dijadikan sebagai sumber karotenoid atau pro-vitamin A, yang dapat memberikan nilai tambah dari segi finansial, sekaligus memberikan sumbangan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

2. Sebagai pengembangan ilmu dan teknologi dan dapat berguna dalam peningkatan diversifikasi hasil perkebunan kelapa sawit

Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Penggunaan arang aktif dan bleaching earth dapat menjerap karotenoid dari minyak sawit kasar dengan kandungan karotenoid yang tinggi.

2. Penggunaan pelarut campuran n-heksana dan aseton dapat menghasilkan produk karotenoid dengan tingkat rekoveri yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait