• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A Data Waktu Proses Produksi LAMPIRAN B Hasil Uji Keseragaman Data LAMPIRAN C Hasil Uji Normal

LAMPIRAN D Tambahan Data Waktu Proses Produksi

LAMPIRAN E Hasil Uji Keseragaman Data dengan Penambahan Data LAMPIRAN F Hasil Uji Normal dengan Penambahan Data

LAMPIRAN G Lembar Rencana Proses Kemeja Tangan Pendek LAMPIRAN H Lembar Rencana Proses Kemeja Tangan Panjang LAMPIRAN I Lembar Rencana Proses Celana Bermuda

LAMPIRAN J Lembar Rencana Proses Celana Kanvas

LAMPIRAN K Multi Product Process Chart Kemeja dan Celana LAMPIRAN L Perhitungan Kebutuhan Luas Area Lantai 1 (Satu) LAMPIRAN M From To Chart

LAMPIRAN N Pengolahan Data Initial Layout LAMPIRAN O Part Routing

LAMPIRAN P Tampilan Hasil dari Software Flow Planner LAMPIRAN Q Hasil Layout Akhir

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan membuat latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penetilitan, serta sistematika penulisan.

I.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan industri pada saat ini semakin meningkat dikarenakan banyak perusahaan yang baru didirikan. Suatu perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain apabila perusahaan tersebut memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan lain, terutama perusahaan yang bergerak di bidang industri garmen. Salah satu kelebihan yang harus dimiliki oleh perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yaitu tata letak pabrik yang efektif dan efisien. Tata letak pabrik yang efektif dan efisien dapat diperoleh dari perancangan tata letak fasilitas yang terencana dan mengikuti langkah/prosedur (Wignjosoebroto, 2003). Perancangan tata letak fasilitas merupakan suatu landasan utama pada sebuah pabrik dalam mengatur fasilitas-fasilitas pabrik untuk memaksimasi kelancaran proses produksi, meminimasi penggunaan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang proses produksi, dan meminimasi gerakan perpindahan material (Wignjosoebroto, 2003).

Berdasarkan definisi perancangan tata letak fasilitas, dapat diketahui bahwa dengan melakukan perancangan tata letak fasilitas dapat dihasilkan keunggulan-keunggulan bagi perusahaan. Keunggulan tersebut diantaranya meminimasi penggunaan luas area pabrik, memaksimasi kelancaran proses produksi, mengurangi proses pemindahan bahan, dan meminimasi jarak perpindahan bahan. Keunggulan dari perancangan tata letak fasilitas akan sangat berpengaruh untuk perusahaan-perusahaan, terutama perusahaan yang baru akan dibangun agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN

I-2

Proses penentuan luas area secara efektif dari setiap departemen perusahaan dapat terwujud dengan melakukan perancangan tata letak fasilitas. Penentuan luas area yang efektif dapat menghemat penggunaan luas area tersedia dari perusahaan. Perusahaan yang melakukan perancangan tata letak fasilitas dapat meminimumkan penggunaan luas area seperti jarak antar mesin atau peralatan serta ruang tempat kerja dari setiap departemen.

Kelancaran proses produksi dapat terjadi pada sebuah perusahaan apabila tata letak dari setiap stasiun kerja berurutan sesuai dengan aliran proses produksi dari produk yang dihasilkan perusahaan. Tata letak yang tepat dari setiap stasiun kerja perusahaan dapat diperoleh apabila perusahaan melakukan perancangan tata letak fasilitas. Tata letak dari setiap stasiun kerja meliputi tata letak mesin atau peralatan serta fasilitas-fasilitas penunjang proses produksi di pabrik.

Kegiatan proses pemindahan barang sering dilakukan dalam proses produksi di suatu pabrik. Proses pemindahan barang yang minimal dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, terutama terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain biaya, proses pemindahan barang dapat berpengaruh terhadap waktu proses produksi yang berlangsung di perusahaan. Proses pemindahan barang yang minimal dapat terjadi di suatu perusahaan apabila perusahaan melakukan perancangan tata letak fasilitas.

Jarak perpindahan barang pada proses produksi sangat berpengaruh terhadap proses pemindahan barang pada suatu perusahaan. Apabila jarak perpindahan barang dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain semakin dekat maka akan mengurangi waktu proses pemindahan barang. Jarak perpindahan barang yang semakin dekat dapat diperoleh suatu perusahaan apabila perusahaan melakukan perancangan tata letak fasilitas.

Apabila perusahaan tidak melakukan perancangan tata letak fasilitas, maka dapat menimbulkan beberapa permasalahan bagi perusahaan. Permasalahan yang terjadi diantaranya kesalahan dalam penentuan jumlah mesin yang dibutuhkan dalam proses produksi, penempatan mesin yang tidak sesuai dengan proses produksi, dan penentuan tata letak fasilitas yang tidak sesuai dengan aliran proses produksi. Permasalahan tersebut dapat mempengaruhi ukuran dari luas area yang dibutuhkan setiap stasiun kerja, ketidaklancaran proses produksi, waktu dan jumlah proses pemindahan barang, serta jarak perpindahan

BAB I PENDAHULUAN

I-3

barang pada perusahaan. Permasalahan-permasalahan yang dapat terjadi bagi perusahaan akan membuat perusahaan kalah dalam bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan karena melakukan perancangan tata letak fasilitas secara terencana dan sesuai dengan langkah/prosedur. Dengan demikian, apabila perusahaan ingin mampu bersaing dengan perusahaan lain, perusahaan tersebut perlu memiliki keunggulan yang telah disebutkan sebelumnya dengan melakukan proses perancangan tata letak fasilitas yang terencana dan sesuai dengan langkah/prosedur.

PT X merupakan sebuah perusahaan baru yang akan dibangun di daerah kawasan industri di Katapang, Bandung, Jawa Barat. PT X bergerak dalam bidang industri garmen yang nantinya akan menghasilkan produk berupa kemeja dan celana. PT X memiliki luas tanah sebesar 2000 m2 dengan lebar 18,5 m dan panjang 108 m. PT X menginginkan rancangan tata letak fasilitas yang tepat agar dapat bersaing dengan perusahaan yang sudah berdiri sejak lama. Penelitian ini dilakukan untuk membantu PT X dalam merancang tata letak fasilitas agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah ada dengan memiliki keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan sebelumnya. Bentuk luas tanah yang dimiliki oleh PT X dapat dilihat pada Gambar I.1.

Gambar I.1 Bentuk Luas Tanah PT X

I.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil dan akan membangun sebuah perusahaan baru yang bergerak di bidang industri garmen. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan, PT X ingin memanfaatkan bahan baku berupa kain yang sudah dikenal oleh banyak perusahaan garmen dengan memproduksi sendiri kain tersebut menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN

I-4

produk berupa kemeja dan celana. Keinginan dari pemilik perusahaan diwujudkan dengan rencana pembangunan perusahaan baru dari PT X yang bergerak di bidang industri garmen. Rencana pembangunan perusahaan baru tidak mempengaruhi perusahaan lama yang bergerak di bidang industri tekstil. Perusahaan lama dari PT X akan tetap memproduksi kain berkualitas yang ditujukan untuk berbagai perusahaan garmen baik untuk perusahaan garmen yang dimiliki oleh PT X maupun perusahaan garmen secara umum.

PT X telah membeli lahan dengan luas 2000 m2 yang memiliki lebar 18,5 m dan panjang 108 m. Lahan yang telah dibeli oleh PT X tidak dapat diperluas karena di sekeliling lahan yang telah dibeli oleh PT X terdapat pabrik dari perusahaan lain. Lahan yang telah dimiliki oleh PT X akan dimanfaatkan untuk membangun perusahaan garmen. Pada lahan yang tersedia akan dibangun lahan hijau. Hal tersebut dilakukan untuk mematuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 yang menyebutkan bahwa setiap pemilik bangunan wajib menyediakan lahan hijau. Pemilik PT X menginginkan adanya area kantor, area proses produksi, gudang bahan baku, gudang barang jadi, dan fasilitas-fasilitas pendukung atau fasilitas kerja.

Pada bagian kantor, pemilik PT X menginginkan adanya enam departemen yang terdiri dari Departemen Pemasaran, Departemen Perencanaan Produksi dan Produksi, Departemen Akuntansi dan Keuangan, Departemen Pembelian, Departemen Distribusi dan Penyimpanan, serta Departemen Sumber Daya Manusia. Keinginan dari pemilik PT X diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik PT X. Setiap departemen tersebut memiliki fungsi, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda namun setiap departemen akan saling bekerja sama dalam menjalankan tugasnya agar dapat mencapai tujuan dari perusahaan. Jumlah orang untuk setiap departemen berbeda-beda disesuaikan dengan tugas yang dilakukan oleh departemen tersebut.

Proses produksi yang akan berlangsung di PT X terdiri dari proses pemotongan kain, penjahitan, pelubangan kancing, bartek, pemasangan kancing, dan proses finishing. Proses produksi dilakukan untuk menghasilkan produk berupa kemeja dan celana. Kemeja dan celana yang akan dihasilkan oleh PT X terdiri dari beberapa model. Model dari produk ditentukan oleh pemilik perusahaan serta permintaan dari department store yang memesan produk. Model dari setiap kemeja dan celana yang akan diproduksi oleh PT X tidak terdapat perbedaan yang

BAB I PENDAHULUAN

I-5

signifikan. Dengan demikian, proses produksi dari setiap model kemeja dan celana menggunakan alur produksi yang sama. PT X tidak memproduksi kemeja dan celana untuk wanita karena kemeja dan celana yang akan diproduksi oleh PT X khusus untuk pria. Salah satu contoh kemeja yang akan diproduksi pada PT X dapat dilihat pada Gambar I.2.

Gambar I.2 Contoh Kemeja dari PT X

Desain kemeja pada Gambar I.2 ditentukan oleh perusahaan yang memesan kemeja. Kemeja pada Gambar I.2 merupakan kemeja yang diproduksi oleh PT X untuk pria dewasa. Sedangkan salah satu contoh dari celana yang akan diproduksi pada PT X dapat dilihat pada Gambar I.3.

Gambar I.3 Contoh Celana dari PT X

Desain dari celana pria pada Gambar I.3 berdasarkan permintaan dari perusahaan yang memesan celana. Proses produksi dari kemeja dan celana hampir serupa, hanya terdapat sedikit perbedaan pada proses penjahitan. Aliran proses produksi dari kemeja dapat dilihat pada Gambar I.4.

BAB I PENDAHULUAN

I-6

Pembuatan Pola Pemotongan Kain Proses Sablon Proses Bordir

Proses Setrika Kerah dan Kantong dengan

Kain Keras

Proses Penggambaran Pola Jahit pada Kerah dan

Kantong

Proses Penjahitan Kantong Bagian Luar Proses Pembalikan Kantong Proses Penjahitan Kantong Bagian Dalam Proses Penjahitan

Kerah Bagian Luar + Penggabungan dengan Kaki Kerah Proses Pembalikan

Kerah Proses Penjahitan

Kerah Bagian Dalam

Proses Obras Bagian Lengan dengan Badan Bagian Depan

dan Belakang

Proses Lilit Bagian Badan Depan dengan Badan Belakang

Proses Penjahitan Kerah pada Badan

Proses Penjahitan Kantong pada Badan

Proses Kamsay

Badan Bagian Depan Proses Bartek

Proses Pemasangan Kancing Proses Pelubangan

Kancing Proses Washing

Proses Pasang Merk Proses Setrika

Kemeja Proses Pemasangan Label Proses Pelipatan Kemeja Proses Pengepakan Kemeja Proses Pemeriksaan Kemeja

Gambar I.4 Aliran Proses Produksi Kemeja

Proses pembuatan pola dan pemotongan kain dilakukan pada stasiun kerja yang sama yaitu stasiun kerja cutting. Proses sablon dan bordir tidak selalu dilakukan pada setiap kemeja bergantung dari desain setiap kemeja. Proses setrika kerah dan kantong dengan kain keras sampai proses kamsay badan bagian depan merupakan proses jahit. Proses setrika kemeja hingga proses pengepakan kemeja merupakan proses yang dilakukan pada stasiun kerja finishing. Aliran proses produksi dari celana dapat dilihat pada Gambar I.5.

Pembuatan Pola Pemotongan Kain Proses Sablon Proses Bordir

Proses Penggambaran Pola

Jahit pada Kantong

Proses Penjahitan Kantong Bagian

Dalam

Proses Pemasangan Tali pada Pinggang Proses Kamsay pada

Pinggang Proses Penjahitan

Kantong pada Celana Proses Obras Bagian

Depan dengan Belakang Proses Penjahitan

Kantong Bagian Luar Proses Pembalikan

Kantong

Proses Bartek Proses Washing Proses Pemasangan Merk Proses Pemasangan Kancing Proses Setrika Celana Proses Pemasangan Label Proses Pelipatan Celana Proses Pengepakan Celana Proses Pemeriksaan Celana

BAB I PENDAHULUAN

I-7

Proses pembuatan pola dan pemotongan kain sama dengan pada aliran proses kemeja yang dilakukan pada stasiun kerja yang sama yaitu stasiun kerja

cutting. Proses sablon dan bordir tidak selalu dilakukan pada aliran proses produksi celana bergantung dari desain celana. Proses penggambaran pola jahit pada kantong sampai pemasangan tali pada pinggang berlangsung pada stasiun kerja jahit. Terdapat sedikit perbedaan proses jahit kemeja dan celana yaitu pada saat menjahit kantong. Salah satu perbedaan proses jahit kemeja dan celana yaitu pada aliran proses produksi kemeja terdapat proses setrika kantong sedangkan pada aliran proses produksi celana tidak terdapat proses setrika kantong. Proses pemasangan kancing sama seperti proses sablon dan bordir tidak selalu ada pada aliran proses produksi celana bergantung dari desain setiap celana. Proses setrika celana hingga proses pengepakan celana merupakan proses finishing. Setiap bulan PT X harus bisa menghasilkan kemeja sebesar 5.000 unit dan celana sebesar 5.000 unit yang merupakan target dari pemilik perusahaan.

Proses produksi yang terjadi di PT X tidak menggunakan fixed layout maupun process layout. Hal tersebut disebabkan produk yang dihasilkan oleh PT X hanya terdiri dari dua jenis produk yaitu kemeja dan celana. Selain itu proses produksi pembuatan kemeja dan celana dilakukan secara berurutan dan proses produksi dari kedua produk yang dihasilkan PT X berbeda. Berdasarkan kriteria proses produksi PT X dapat diketahui bahwa proses produksi di PT X cocok menggunakan product layout.

PT X memproduksi produk kemeja dan celana dalam jumlah yang besar. Perusahaan memiliki target produksi sebesar 5.000 unit kemeja dan 5.000 unit celana per bulan. Target tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan keuntungan yang akan diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk. Target produksi dapat tercapai dengan melakukan perancangan tata letak fasilitas yang terencana dan sesuai dengan prosedur. Perancangan fasilitas dibuat berdasarkan target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Hasil dari perancangan dapat memfasilitasi kebutuhan mesin dan area produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk sesuai dengan target produksi.

Pemilik PT X menginginkan adanya gudang bahan baku dan gudang barang jadi pada pabrik. Bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi antara lain kain, benang, kancing, label, merk, dan karet. Bahan baku akan

BAB I PENDAHULUAN

I-8

disimpan pada gudang bahan baku, namun gudang tersebut tidak hanya menyimpan material yang digunakan untuk proses produksi, tetapi juga menyimpan berbagai material yang digunakan dalam proses finishing seperti plastik dan kardus. Gudang barang jadi digunakan sebagai tempat penyimpanan barang jadi yang telah dipak dalam kardus. Barang jadi yang akan disimpan pada gudang barang jadi PT X terdiri dari produk berupa kemeja dan celana.

Pemilik PT X menginginkan adanya fasilitas pendukung atau fasilitas kerja di dalam perusahaan. Fasilitas pendukung atau fasilitas kerja merupakan salah satu faktor pendukung perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dan membantu kelancaran pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja di perusahaan (Vonny, 2016). Berdasarkan pengertian dari fasilitas pendukung, perusahaan perlu menyediakan fasilitas pendukung bagi tenaga kerja agar pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Fasilitas pendukung yang akan dirancang pada PT X meliputi ruang keamanan, ruang ibadah atau mushola, WC, ruang arsip, serta ruang makan.

PT X dapat memperoleh beberapa keunggulan dengan melakukan perancangan tata letak fasilitas yang terencana dan sesuai prosedur. Keunggulan yang diperoleh seperti memaksimasi pemanfaatan ruang yang tersedia dengan mencakup seluruh fasilitas yang dibutuhkan guna mendukung tujuan perusahaan, kelancaran proses produksi, waktu dan jumlah proses pemindahan barang minimal, serta jarak perpindahan barang yang minimal. Keunggulan-keunggulan tersebut dapat membuat PT X mampu dalam bersaing dengan perusahaan lain. Perancangan tata letak fasilitas dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu MCRAFT, BLOCPLAN, LOGIC, dan MULTIPLE. Metode tersebut digunakan untuk melakukan perancangan antar departemen pada perusahaan.

Metode yang digunakan untuk merancang tata letak fasilitas pada PT X merupakan metode yang termasuk kedalam computer aided layout. Computer

aided layout memiliki beberapa kriteria seperti tipe input data, objective function, bentuk departemen, dan primary function (Tompkins, White, Bozer, dan Tanchoco, 2003). Keempat metode yang dipilih dalam perancangan memiliki kesamaan tipe

input data , objective function, dan primary function. Tipe input data dari keempat metode tersebut yaitu termasuk kedalam data kuantitatif, objective function yang dimiliki keempat metode tersebut yaitu meminimasi jumlah aliran, dan primary

BAB I PENDAHULUAN

I-9

Empat metode yang dipilih dalam perancangan tata letak fasilitas pada PT X dapat digunakan untuk merancang layout yang termasuk product layout. Perancangan dengan keempat metode tersebut mengikuti sebuah alur dalam penempatan setiap departemen (Tompkins et al., 2003). Pada product layout terdapat alur produksi dari setiap proses pembuatan produk. Dengan demikian, alur produksi tersebut dapat digunakan pada perancangan untuk setiap metode.

Hasil perancangan dari keempat metode akan dipilih satu rancangan yang terbaik. Pemilihan rancangan tersebut ditentukan berdasarkan hasil evaluasi dari setiap rancangan. Evaluasi dilakukan dengan melihat beberapa indikator seperti luas daerah yang digunakan dari setiap rancangan, kelancaran proses produksi, jarak perpindahan antar departemen, dan jumlah pemindahan barang. Hasil rancangan yang dipilih merupakan rancangan yang memenuhi setiap indikator. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemilik perusahaan dapat disimpulkan rumusan masalah dari penelitian yang dilakukan menjadi tiga buah pertanyaan. Berikut ini rumusan masalah berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pemilik perusahaan.

1. Bagaimana rancangan initial layout PT X dengan menggunakan algoritma

Computer Aided Layout?

2. Bagaimana evaluasi rancangan initial layout PT X?

3. Bagaimana hasil layout akhir PT X berdasarkan rancangan initial layout terpilih?

I.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian

Pada penelitian mengenai rancangan tata letak fasilitas PT X terdapat dua batasan masalah. Batasan masalah merupakan suatu hal yang tidak dilakukan pada penelitian. Batasan masalah dari penelitian mengenai rancangan tata letak fasilitas pada PT X yaitu

1. Pada penelitian tidak dilakukan perancangan tata letak pada gudang bahan baku dan barang jadi.

2. Pada penelitian tidak dilakukan perhitungan waktu setup.

Selain batasan masalah, pada penelitian ini digunakan satu asumsi. Asumsi yang digunakan yaitu produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Asumsi tersebut akan digunakan dalam proses perhitungan.

BAB I PENDAHULUAN

I-10

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan diperoleh dari masalah yang sedang dihadapi oleh pemilik PT X pada rancangan tata letak fasilitas yang baru akan dibuat. Tujuan dibuat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh pemilik PT X. Berikut ini merupakan tujuan dari penelitan yang dilakukan.

1. Merancang initial layout PT X dengan menggunakan algoritma Computer

Aided Layout.

2. Mengevaluasi rancangan initial layout PT X. 3. Merancang hasil layout akhir PT X.

I.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitan yang dilakukan pada PT X dapat memberikan beberapa manfaat nyata. Manfaat merupakan hasil yang diperoleh memberikan dampak positif atau keuntungan bagi perusahaan, penulis, pembaca, serta penelitian berikutnya. Berikut ini merupakan manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai rancangan tata letak fasilitas pada PT X.

1. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu pemilik PT X dalam merancang tata letak fasilitas.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai rancangan tata letak fasilitas di suatu perusahaan.

I.6 Metodologi Penelitian

Penelitan yang dilakukan berdasarkan metodologi penelitian. Metodologi penelitian berisi langkah-langkah atau urutan penelitian yang dilakukan pada PT X. Langkah-langkah penelitian dimulai dengan wawancara dengan pemilik PT X yang baru akan dibangun sampai akhir yaitu mendapatkan kesimpulan dan saran dari penelitian. Wawancara dengan pemilik perusahaan merupakan hal pertama yang dilakukan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan dari pemilik perusahaan terhadap rancangan tata letak fasilitas yang akan dibuat. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah-langkah berikutnya yaitu seperti identifikasi dan perumusan masalah, penentuan tujuan dan rencana studi, studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, pembuatan rancangan tata letak fasilitas, analisis hasil rancangan tata letak fasilitas, dan kesimpulan serta saran. Langkah-langkah tersebut ditampilkan pada Gambar I.6.

BAB I PENDAHULUAN

I-11

Gambar I.6 Metodologi Penelitian Perancangan Tata Letak Fasilitas PT X dengan Menggunakan Algoritma Computer Aided Layout

BAB I PENDAHULUAN

I-12

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pemilik perusahaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apa saja yang diinginkan oleh pemilik perusahaan terhadap rancangan tata letak fasilitas di perusahaannya. Wawancara dilakukan dengan menanyakan luas tanah yang sudah dibeli oleh pemilik perusahaan, berapa target produksi yang ingin dicapai oleh pemilik perusahaan, dan kriteria-kriteria yang diinginkan oleh pemilik perusahaan dari hasil rancangan tata letak fasilitas perusahaan yaitu rancangan gudang bahan baku, lantai produksi, dan gudang barang jadi. Kriteria-kriteria ditanyakan kepada pemilik perusahaan agar perancangan yang dilakukan memberikan hasil yang memuaskan untuk pemilik perusahaan sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh pemilik perusahaan dan dapat memberikan keuntungan yang maksiman bagi perusahaan.

2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Identifikasi dan perumusan masalah merupakan proses pencarian permasalahan dari pemilik perusahaan terhadap rancangan tata letak fasilitas. Identifikasi dan perumusan yang dipilih merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh pemilik perusahaan saat hendak memulai usahanya.

3. Penentuan Tujuan dan Rencana Studi

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat dilakukan penentuan tujuan dan rencana studi. Penentuan tujuan dilakukan untuk menentukan tujuan yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh pemilik perusahaan. Selain menentukan tujuan dilakukan pula rencana studi yaitu melakukan perencanaan studi literatur yang akan digunakan dalam proses penelitian rancangan tata letak fasilitas.

4. Studi Literatur

Setelah merencanakan studi literatur yang hendak digunakan dalam proses penelitian dipilih studi literatur yang sesuai dengan penelitian yang sedang

Dokumen terkait