• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Daftar nama jenis pohon yang ditemukan di lokasi penelitian... 75 2 Daftar seluruh jenis vegetasi yang ditemukan pada setiap areal

penelitian (tiga lokasi) ... 76 3 Rekapitulasi data analisis vegetasi di semua lokasi penelitian... 77 4 Kriteria penilaian sifat-sifat tanah menurut Lembaga Penelitian Tanah

(1983) ... 89 5 Hasil analisis sifat-sifat tanah di lokasi penelitian... 90 6 Hasil perhitungan regresi berganda melalui Stepwise ... 91 7 Daftar harga kayu tembesu di Kapuas Hulu Kalbar ... 94 8 Aturan-aturan pengelolaan kayu Tembesu ... 95 9 Dokumentasi hasil penelitian

Latar Belakang

Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) merupakan salah satu kawasan konservasi di Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat. TNDS juga merupakan salah satu tipe ekosistem hamparan banjir paling luas yang masih tersisa dalam kondisi baik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Danau Sentarum sejak tahun 1981 berstatus Cagar Alam, setahun kemudian berubah status menjadi Suaka Margasatwa (Giesen & Aglionby, 2000).

Melalui konvensi UNESCO tahun 1994, TNDS telah ditetapkan sebagai kawasan lahan basah (ramsar site) yang kedua di Indonesia setelah Taman Nasional Berbak di Pulau Sumatra. Kawasan TNDS dinyatakan sebagai situs Ramsar, sebagai bukti pengakuan masyarakat internasional sebagai lahan basah yang penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati (Giesen & Aglionby, 2000). Danau Sentarum dinyatakan sebagai Taman Nasional tahun 1999. Luas seluruh kawasan TNDS adalah 132.000 ha ditambah dengan 65.000 ha daerah penyangga. Berdasarkan banyaknya penelitian yang dilakukan, Danau Sentarum dinyatakan sebagai wilayah hamparan banjir terunik di dunia, mempunyai kandungan gambut purba berumur 30.000 tahun, dan hutan rawa yang kaya akan keanekaragaman hayati (Giesen & Aglionby, 2000).

Oleh karena itu, kabupaten Kapuas Hulu mendeklarasikan diri sebagai kabupaten konservasi sejak 1 Oktober 2003. Danau Sentarum juga menjadi bagian dari proyek besar yang dinamakan The Heart of Borneo. Pengelolaan TNDS berada pada Dirjen PHKH (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) Departemen Kehutanan (Giesen & Aglionby, 2000).

Kondisi kawasan TNDS dibatasi oleh bukit-bukit dan dataran tinggi yang mengelilingi sehingga merupakan daerah tangkapan air (water Catchment Area) dan sekaligus sebagai pengatur tata air bagi DAS kapuas. Kondisi hutan di TNDS merupakan hutan hujan tropis yang jauh lebih lebat dibandingkan dengan hutan rawa di sekitarnya. TNDS merupakan asset yang sangat berharga bagi penelitian dan pengembangan (research and development) bahkan di masa depan dapat

2

dibentuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Keanekaragaman Hayati (Center for Researh and Development of Biodiversity) (Anshari, 2006). Oleh karena itu, keberadaan TNDS merupakan suatu kebanggaan karena merupakan asset Nasional bahkan Internasional.

Keanekaragaman flora dan fauna di TNDS merupakan salah satu alasan pentingnya kawasan ini dikonservasi, terutama untuk jenis-jenis yang berpotensi cukup tinggi. Salah satu jenis pohon yang penting dan berpotensi adalah Tembesu (Fragraea fragrans Roxb.) (Giesen, 1987; Peters, 1993).

Tembesu merupakan jenis asli yang tumbuh di kawasan TNDS. Tembesu tumbuh cepat dan menyebar dengan kerapatan yang tinggi dalam menempati areal yang kosong dan bekas kebakaran (mudah bertunas setelah terbakar) (Giesen, 1987; Peters, 1993).

Pengembangan terhadap jenis pohon tembesu yang berpotensi baik secara ekologis maupun ekonomis sangat penting terutama untuk kelestarian spesies itu sendiri agar jangan sampai punah. Selain itu informasi mengenai karakteristik hutan rawa sebagai habitat tembesu untuk tumbuh optimal belum banyak diketahui. Dalam ekosistem hutan, ruang tumbuh merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Habitat yang baik memungkinkan bagi tumbuhan memperoleh cahaya, air, udara, mineral atau unsur hara dan ruang untuk berkembang.

Ketersediaan informasi dan pengetahuan tentang ekologi, potensi, penyebaran, dan karakteristik habitat tembesu sangat membantu sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan dan perlakuan silvikultur yang tepat dalam upaya pengelolaan tembesu tetap lestari.

Perumusan Masalah

Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) dari famili Loganiaceae merupakan penghasil produk kayu komersial dan memiliki harga jual yang cukup mahal serta digunakan untuk konstruksi bangunan. Apalagi penampakan fisik kayu tembesu yang bertekstur halus mengkilap, membuat tembesu banyak dimanfaatkan terutama masyarakat sekitar kawasan TNDS. Sampai saat ini, tembesu di TNDS

secara intensif dieksploitasi, terutama akibat dari tingginya permintaan pasar atas hasil kayu tembesu (Anshari, 2006).

Penebangan pohon dari hutan alam akan dapat berjalan dengan lestari apabila penebangan sesuai dengan pertumbuhannya. Umumnya yang terjadi sebaliknya, penebangan pohon tidak memperhatikan aspek regenerasinya. Selain itu informasi yang mendukung mengenai karakteristik hutan rawa yang mendukung pertumbuhan tembesu secara optimal belum banyak diketahui. Sedangkan habitat sangat berpengaruh terhadap potensi dan penyebaran jenis. Berdasarkan permasalahan diatas, sangat diperlukan penelitian penyebaran tempat tumbuh alami Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) yang sesuai karakteristik habitatnya.

Pentingnya dilakukan penelitian terhadap ekologi, penyebaran dan karakteristik habitat alami tembesu sangat diperlukan dalam rangka untuk menunjang keberhasilan dalam pengelolaannya dan juga akan mempengaruhi teknik-teknik pemanfaatannya. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk melengkapi data dan informasi dalam menunjang program penyelamatan tembesu yang keberadaannya makin mengkhawatirkan.

Kerangka Pemikiran

Menurut Sastrapradja (1992), penyusutan keanekaragaman hayati lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia berupa eksploitasi hutan, sementara upaya reboisasi tidak seimbang dengan kegiatan eksploitasi.

Hampir seluruh flora dan fauna yang ada di TNDS dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kelangsungan hidupnya sehari-hari. Pemanfaatan terus menerus dapat mengakibatkan berkurangnya flora dan fauna yang ada, sumberdaya alam yang tersedia menjadi sangat terbatas, juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem di kawasan TNDS bila pemanfaatannya secara berlebihan, meningkatkan kerusakan hutan dan bertentangan dengan tujuan dari kegiatan taman nasional : perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

4

Ancaman terhadap kelestarian kayu tembesu yang disebabkan oleh masyarakat sekitar kawasan TNDS adalah dengan adanya eksploitasi yang berlebihan, baik legal maupun illegal, yang didorong oleh harga kayu tembesu yang tinggi dan mudah dijual. Penebangan hutan menurunkan potensi tembesu. Kerusakan tidak hanya pada tegakan tembesu saja, tapi juga pada habitatnya, sehingga menurunkan produktivitas habitat tembesu dan menurunkan daya dukung habitat dalam menopang pertumbuhan tembesu di atasnya.

Dalam proses regenerasi tembesu perlu dilakukan suatu teknik pemeliharaan, selain menjaga habitat terbesar jenis tembesu, juga perlu dilakukan inventarisasi terhadap komposisi dan penyebaran tembesu untuk mengkaji penyebaran alami tembesu sesuai karakteristik habitatnya agar tidak terjadi penurunan produksi sehingga dapat menjadi dasar dalam tindakan dan perlakuan silvikultur untuk pengelolaan hutan.

Secara skematis permasalahan kelestarian tembesu dapat dilihat pada gambar 1.

Tembesu Di Kawasan TNDS

Penebangan Pohon Tembesu

Potensi Tembesu Menurun Suksesi Alami Belum Berhasil

@ Kepunahan Jenis Tembesu Penyebaran, Habitat Menurun

@ Rusaknya Habitat Karena Informasi Tembesu

Belum Banyak Diketahui

Tindakan Pengelolaan Hutan

Gambar 1. Skema permasalahan dalam pengelolaan tembesu di TNDS. Kelestarian

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebaran tempat tumbuh alami Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) yang sesuai karakteristik habitatnya. Indikator karakteristik tempat tumbuh tembesu akan terlihat pada penyebaran tembesu di habitat alaminya.

Manfaat

Hasil penelitian ini merupakan informasi yang penting sebagai dasar dalam tindakan pengelolan tembesu sebagai salah satu sumber daya alam flora yang ada di kawasan TNDS, dengan mengetahui karakteristik habitatnya, untuk pengembangannya di luar kawasan TNDS agar tembesu tumbuh optimal.

Hipotesis

1. Secara umum tembesu hanya tumbuh dan berkembang secara baik di habitat rawa.

2. Karakteristik hutan rawa sebagai habitat tembesu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tembesu untuk tumbuh optimal.

3. Penyebaran dan potensi tembesu di hutan rawa mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai hutan tanaman.

Dokumen terkait