• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil Uji Analisis Reliabilitas Alpha .………. 89 2. Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Karakteristik Individu 90 Petani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan

Prima Tani dan Efektivitas Komunikasi Model Usahatani Terpadu Padi, Sapi dan Ikan di Desa Sungai Itik Kecamatan

Sungai Kakap 2007 ………. 3. Hasil Analisis Chi Kuadrat antara Kedudukan dalam Kelompok 91

Tani dengan Komunikasi Partisipatif dalam Prima Tani ………….

3. Peta Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Sungai Itik………. 92 4. Peta Kecamatan Sungai Kakap ..………... 93 5. Kuesioner Penelitian ………... 94

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Pembangunan pertanian di Indonesia pada awalnya adalah sangat sentralistis dan cenderung top down, dan pola ini diakui memang telah banyak membawa perubahan dan kemajuan pembangunan pertanian di Indonesia pada umumnya. Di sisi lain pola ini juga banyak menimbulkan masalah pembangunan pertanian seperti ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah sangat tinggi, kemandirian masyarakat menjadi sangat rendah dan potensi yang ada pada akhirnya menjadi tidak berkembang.

Berdasarkan pengalaman tersebut memasuki awal tahun 1993 paradigma pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami pergeseran dari pendekatan peningkatan produksi ke pendekatan yang mengarah pada pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Pembangunan pertanian diarahkan pada potensi daerah dengan mengembangkan kebijakan desentralisasi mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya, sehingga setiap program pengembangan pertanian dapat menyesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi wilayah .

Sejalan dengan itu, untuk mendukung suatu pengembangan usaha agribisnis yang berdaya saing, maka Departemen Pertanian telah membentuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap Provinsi, salah satunya adalah di Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat yang berada di daerah dan bertangung jawab langsung kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di tingkat pusat.

Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan adopsi inovasi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian cenderung lamban bahkan menurun (BPTP Kalbar, 2005). Untuk mengatasi permasalahan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi, mulai tahun 2005 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani), suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang perlu, mampu dan dapat mempercepat penyampaian informasi, bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP Kalbar, 2005).

2

Program ini pada tahap awal dilaksanakan pada 14 Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah di Provinsi Kalimantan Barat, dengan lokasi pada lahan rawa/pasang surut di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.

Lahan pasang surut mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan lahan pertanian pada umumnya. Lahan ini merupakan daerah rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, di mana terletak pada dataran pantai dengan tanah gambut atau mineral atau campuran keduanya serta memiliki kondisi tanah yang relatif kurang subur. Desa Sungai Itik sebagai desa dengan karakteristik lahan pasang surut merupakan salah satu desa di Kecamatan Sungai Kakap yang lahan pertaniannya diusahakan secara intensif, namun produksinya masih terbatas karena disebabkan oleh kondisi lahannya yang kurang mendukung untuk pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini disebabkan karena reaksi tanahnya yang sangat asam atau pH tanahnya rendah sehingga menyebabkan tanaman sering keracunan besi (Fe), kekurangan unsur hara makro dan mikro lainnya yang diperlukan tanaman. Akibatnya tanaman kurang subur sehingga produktivitas rendah, pada akhirnya tingkat pendapatan petani menjadi rendah. Kondisi ini menggambarkan pentingnya bagi petani untuk mendapatkan bantuan informasi dan teknologi tepat guna, permodalan dan informasi pasar untuk memasarkan hasil produksinya sehingga tercapai peningkatan hasil usahatani dan pendapatannya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah khususnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah melalui Prima Tani, karena tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu dan memperluas adopsi inovasi pertanian yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang disesuaikan dengan karakteristik lokal spesifik sesuai dengan penggunanya (petani). Melalui Prima Tani diharapkan akan ditemukan suatu teknologi inovatif yang didukung dengan kelembagaan yang baik, sesuai dengan keinginan petani dan karakteristik lokal spesifik sehingga Prima Tani tersebut dapat dilaksanakan.

Salah satu cara untuk memotivasi dan memfasilitasi masyarakat tani untuk secara partisipatif membangun pertanian wilayah adalah melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi dan kelembagaan pertanian dengan memberdayakan potensi sumber daya lokal (Deptan, 2006). Prima Tani direncanakan dari dan oleh masyarakat tani bersama pemangku kepentingan pembangunan pertanian masyarakat pedesaan. Mengacu pada kenyataan tersebut maka pendekatan komunikasi dalam Prima Tani adalah melibatkan berbagai unsur dari Pemerintah, dalam hal ini Dinas/Instansi terkait mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan, desa dan swasta serta petani sebagai sasaran program. Melalui komunikasi yang partisipatif sesuai dengan tahapan dalam Prima Tani, maka masyarakat diajak untuk turut bersama-sama pemerintah untuk merencanakan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya, melaksanakan dan memberikan penilaian terhadap apa yang akan dan telah dilaksanakannya.

Komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar apa yang diinginkan baik oleh Pemerintah, Swasta maupun petani dalam pelaksanaan Prima Tani dapat tercapai. Dengan komunikasi yang efektif diharapkan akan dapat menghilangkan berbagai hambatan terutama dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan Prima Tani. Oleh karena itu, sejauh mana efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan Prima Tani perlu dikaji, apakah melalui proses komunikasi partisipatif dalam Prima Tani yang menghasilkan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan petani. Hal lain yang menarik adalah karena Prima Tani merupakan suatu program baru dan sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dianggap perlu agar program Prima Tani dapat lebih dikembangkan lagi.

Perumusan Masalah Penelitian

Proses penetapan model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan dalam Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak merupakan suatu proses komunikasi partisipatif. Melalui tahapan yang dilaksanakan, diharapkan petani sebagai sasaran akhir akan terlibat secara

4

langsung untuk memberikan masukkan kepada Tim Prima Tani mengenai berbagai permasalahan usaha tani yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya. Setelah diperoleh berbagai informasi dari petani serta mengkaji karakteristik lokal spesifik dimana Prima Tani tersebut dilaksanakan maka disusunlah suatu model usahatani untuk didiseminasikan yaitu berupa teknologi inovatif yang sesuai dengan sistem usahatani dan wilayahnya.

Walaupun model usahatani terpadu ini telah didiseminasikan dan disosialisasikan kepada petani, ternyata belum semua teknologi pada usahatani terpadu mampu dilaksanakan oleh petani. Faktor yang di duga mempengaruhi efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan usahatani terpadu yang didiseminasikan kepada petani dalam Prima Tani adalah karakteristik individu yang ada pada petani itu sendiri dan komunikasi partisipatif yang masih belum berjalan dengan baik.

Keberhasilan diseminasi teknologi inovatif usahatani terpadu sangat ditentukan oleh petani sebagai pelaksana teknologi inovatif usahatani terpadu serta komunikasi partisipatif yang digunakan dalam Prima Tani. Karakteristik individu petani akan berpengaruh terhadap komunikasi partisipatif yang dilaksanakan dalam Prima Tani. Komunikasi partisipatif yang dilakukan mulai dari tahapan penumbuhan ide, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam Prima Tani akan mempengaruhi efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani yang diukur dari tingkat pengetahuan, sikap dan penerapan model usahatani terpadu oleh petani. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah komunikasi partisipatif efektif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

3. Bagaimana hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak?

Tujuan Penelitian Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani di Desa Sungai Itik Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak.

3. Menganalisis hubungan antara komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dengan efektivitas komunikasi model usahatani terpadu padi, sapi dan ikan.

Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman dan memperluas wawasan akademis dan pengembangan ilmu tentang komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Prima Tani dan pelaksanaan pembangunan pada umumnya.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pertanian atau pihak yang berkepentingan, sehingga sebagai bahan masukan oleh Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan untuk menerapkan program pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan pertanian di bidang Prima Tani di pedesaan.

6

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses yang sangat asasi, yaitu pengalihan (pengoperan) atas informasi, perasaan, penilaian, hiburan, gagasan atau idea. Istilah komunikasi tersebut dikenal dengan istilah lambang yang mengandung arti atau makna, sehingga komunikasi dapat didefinisikan sebagai “kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna “(Pratikto, 1986). Secara umum Effendy (1979), mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang- lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikate, sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2000) ada empat, yaitu: (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat.

Aktivitas komunikasi selalu menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, karena komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik secara perorangan maupun secara kelompok, yang bersifat umum (tidak bersifat rahasia) dengan menggunakan tanda-tanda, kode-kode atau lambang-lambang tertentu (Soekartawi, 2005). Tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Bila masing-masing telah memahami makna yang disampaikan maka para peserta saling percaya mempercayai atau menyetujui penafsiran masing-masing. Mempercayai adalah tindakan menerima informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah dan benar. Dengan mempercayai berarti menerima ketulusan orang yang menggunakan informasi bersama-sama (Schramm dan Kincaid, 1977).

Untuk lebih memahami komunikasi, ada tiga kerangka pemahaman yang dapat digunakan, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi (Mulyana, 2002). Sebagai tindakan satu-arah, suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Komunikasi dianggap suatu

proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.

Komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan- balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan.

Komunikasi sebagai transaksi, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Berdasarkan konseptualisasi ini, komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Menurut pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988) prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan.

Selanjutnya Effendi (2001) menyatakan komunikasi untuk dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu: 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, 2) Afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan,

8

karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan 3) Behavioral yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada aras kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada aras afektif meliputi efek berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap, sedangkan efek pada aras konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi, 1988).

Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

(1) Pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

(2) Kesenangan

Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama.

(3) Mempengaruhi sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.

(4) Memperbaiki hubungan

Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh

ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.

(5) Tindakan

Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan.

Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima Tani

Mengatasi masalah pembangunan masyarakat yang semakin komplek, maka diperlukan suatu pendekatan yang memungkinkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mengkondisikan masyarakat bebas berpendapat, berekspresi dan mengungkapkan diri secara terbuka satu sama lainnya (Sulistyowati dkk. 2005).

Pendekatan komunikasi yang dibutuhkan adalah pendekatan atau model komunikasi yang memungkinkan adanya pertukaran informasi antar komponen dalam proses komunikasi dengan banyak dimensi. Pendekatan ini sering disebut dengan model partisipasi (participatory model) atau model interaksi (interaktif model). Menurut Sulistyowati dkk. (2005), model participatory ini memiliki pertanyaan utama “ who is talking back to the who talked to them ?, artinya semakin banyak dimensi yang diperhatikan. Tekanannya bukan saja pada komunikator yang ingin mencapai sasaran tetapi terutama kepada reaksi komunikan terhadap usul komunikator. Model komunikasi ini memiliki anggapan bahwa manusia bukanlah komunikan yang pasif, tetapi merupakan hasil dari lingkungan sosialnya. Artinya reaksi terhadap setiap pesan yang masuk akan ditentukan oleh lingkungan tersebut. Dengan demikian di dalam model ini tidak hanya mencakup komunikasi dua tahap dan bahkan banyak tahap, tetapi juga banyak dimensi. Selain komunikasi dengan lingkungan komunikan masih ada juga unsur seberapa jauh lingkungan komunikator cocok dengan lingkungan komunikan

10

Menurut Sulistyowati dkk. (2005), pemikiran inti dari model komunikasi partisipatif adalah bahwa dalam proses pembicaraan dapat dimungkinkan dan diperhitungkan timbulnya ide-ide baru pada waktu komunikasi sedang berlangsung. Jika dalam model linier titik berat pada pesan-pesan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dalam model partisipasi ini ada suatu cerminan situasi komunikasi yang sebenarnya, sehingga dengan jelas dapat dilihat apakah pihak pihak yang berkomunikasi telah berhasil saling mempengaruhi atau tidak, dapat dilihat akibat dari pesan yang telah dikirim. Model ini juga memperlihatkan situasi interaktif antara pihak-pihak yang berkomunikasi dan dapat berlangsung dalam bentuk komunikasi antar pribadi dan kelompok.

Situasi interaktif antara pihak-pihak yang berkomunikasi dapat digambarkan seperti dalam model Sirkuler yang dikemukakan oleh Osgood dan Schramm (1974) dalam Wiryanto (2004). Model ini menggambarkan suatu proses yang dinamis. Pesan ditransmisikan melalui proses encoding dan decoding. Hubungan antara encoding dan decoding layaknya sumber (encoder) penerima (decoder) yang saling mempengaruhi satu sama lain. Namun pada tahap berikutnya penerima (encoder) dan sumber (decoder), intepreter berfungsi ganda sebagai pengirim dan penerima pesan. Model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat.

Pesan Sumber Penerima Interpreter Interpreter Penerima Sumber Pesan

Gambar 1 Model Sirkuler Osgood dan Schramm

Menurut Hamijoyo (2005), komunikasi partisipatif mengasumsikan adanya proses humanis yang menempatkan individu sebagai aktor aktif dalam merespons setiap stimulus yang muncul dalam lingkungan yang menjadi medan

kehidupannya. Individu bukanlah wujud yang pasif yang hanya bergerak jika ada yang menggerakkan. Individu adalah wujud dinamis yang menjadi subyek dalam setiap perilaku yang diperankan termasuk perilaku komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarnya merupakan salah satu ekspresi dinamis individu dalam merespons setiap simbol yang diterimanya melalui mekanisme psikologis untuk memberikan makna sesuai dengan referensi yang dimilikinya. Melalui proses komunikasi simbol simbol itu kemudian diberi makna. Maka jadilah pesan yang bisa diterima dan digunakan untuk merumuskan pesan baru sehingga melahirkan situasi komunikasi dua arah (two ways communication). Dalam situasi interaktif inilah kemudian terbentuk norma sosial yang disepakati, sehingga semakin lama komunikasi itu berlangsung, maka semakin besar pula kesamaan-kesamaan yang terbangun dalam diri seseorang yang akan menjadi mediator penting aktivitas komunikasi.

Dalam komunikasi dua arah bukan hanya pesan yang diperhatikan tetapi juga arusnya yang dua arah. Kalau pesan yang dipentingkan, maka yang keluar hanya perintah, pengarahan atau petunjuk yang tanpa diskusi atau komunikasi sekalipun. Tetapi arusnya yang diutamakan dalam komunikasi dua arah, maka yang terjadi adalah alternatif pendapat, saran dan cara pemecahan yang timbul dari keinginan bersama. Menurut Hamijoyo (2005), model ini disebut model konvergensi komunikasi, model ini berlandaskan konsepsi komunikasi sosial sebagai suatu proses dialog dua arah dalam upaya mencapai saling pengertian dan kesepakatan antara dua individu atau dua kelompok atau lebih, dan bukan satu orang atau satu kelompok yang berkuasa atau berwibawa memaksakan kekuasaan atau kewibawaannya kepada yang lain. Proses dialog dua arah menurut Effendy (2000), selalu lebih baik daripada monologis. Proses komunikasi dialogis menunjukkan terjadinya interaksi dimana mereka yang terlibat dalam komunikasi berupaya untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati.

Mengacu pada konsep pengembangan wilayah serta pola pendekatan komunikasi Top-down dan Bottom-up, Sumardjo (1999) juga mengemukakan bahwa model komunikasi pembangunan yang dinilai layak untuk dikembangkan adalah model komunikasi “interaktif” yang menghasilkan keseimbangan dalam

12

perspektif teori pertukaran (exchange theory), melalui jalur kelembagaan yang telah mapan, didukung oleh bentuk-bentuk komunikasi yang efektif baik vertikal maupun horisontal dalam sistem sosial pertanian. Mengacu pada Schramm, Kincaid, Rogers dan Kincaid dan Swanson, Sumardjo (1999) menyatakan bahwa model komunikasi interaktif ini sejalan dan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku dalam model komunikasi tipe Relational maupun tipe-tipe Convergence. Model “interaktif” sebenarnya lebih dekat dengan model komunikasi “konvergen”.

Model komunikasi konvergen atau interaktif menurut Sumardjo (1999), bersifat dua arah, yakni partisipatif baik vertikal maupun horisontal. Artinya, keputusan di tingkat perencanaan program pembangunan sangat memperhatikan kebutuhan dan kepentingan di tingkat “bawah” (yang biasa disebut sasaran pembangunan), tanpa harus mengabaikan arah dan percepatan pembangunan, dengan titik berat pembangunan beroriantasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan memperhatikan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara.

Pengalaman pembangunan yang telah dilaksanakan, memang terbukti bahwa kesadaran masyarakat yang tinggi akan tumbuh dan berkembang apabila kebutuhan dan kepentingan mereka mendapat tempat yang layak dalam proses pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan hasilnya. Perencanaan bukan hanya menjadi tugas pemerintah, bahkan masyarakat lokalpun dapat membuat suatu perencanaan pembangunan untuk dilaksanakan di desa atau wilayah mereka. Pemerintah dan masyarakat juga dapat membuat suatu perencanaan pelaksanaan suatu program agar sesuai dengan keinginan masyarakat, yang sesuai pula dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat sebagai sasaran program pembangunan. Model perencanaan seperti ini, dikenal dengan perencanaan partisipatif. Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan perencanaan partisipatif diartikan sebagai perencanaan yang dilakukan masyarakat lokal (dengan pendampingan dari penyuluh spesialis) bagi program-program yang memenuhi kebutuhan lokal. Program tidak direncanakan

Dokumen terkait