• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agustiyani D, Imamuddin H, Faridah EN, Oedjijono. 2004. Pengaruh pH dan Substrat Organi Terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Pengoksidasi Amonia. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

Bogor.

Ansori T. 2005. Mengenal Bahan Organik Lebih Jauh.

http://elisa.ugm.ac.id/files/cahyonoagus/hDXa17zE/tugas%20ith%20kul.d oc [ Diakses 13/01/2019].

Ardi R. 2009. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Kelerengan dan Hutan Alam. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Atmojo, SW. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan UpayaPengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

A’in C. 2009. Alternatif Pemanfaatan Ex Diposal Area untuk Kegiatan Perikanan dan Pertanian di Kawasan Segara Anakan Berdasarkan Sistem Informasi Geografis. Thesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro.

Semarang.

BPS. 2018. Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka. BPS Kabupaten Humbang Hasundutan. Sumatera Utara.

Departemen Kehutanan, 1994. Eucalyptus. Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersial. Badan Litbang Departemen Kehutanan.

http://www.indonesiaforest.com/tanaman_andalan/eucalyptus.PDF [Diakses 25/07/2019]

Devianti, Tjahjaningrum. 2017. Studi Laju Dekomposisi Serasah Pada Hutan Pinus di Kawasan Wisata Taman Safari Indonesia II Jawa Timur. Jurnal Sains dan Senin ITS. 6(2) : 87-91.

Guckert FM, Cavanom N, Morel JL, Villemin G. 1991. Root Exudation in Beta vulgaris : A comparizon with Zea mays. In Plant roots and their environment, Proceeding of an ISRR-Symposium. Elsevier Scintific Publishong, Newyork 3(1): 449-455.

Hakim N, Nyakpa M, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GM, Bailey HH.

1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Lampung.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Prasada. Jakarta.

26

Hanafiah AS, Sabrina T. Guchi H. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Program Studi Agroekotenologi Fakultas Pertanian. Medan.

Hardiwinoto S, Nurjanto HH, Nugroho AW, Widiyatno. 2010. Pengaruh Komposisi Dan Bahan Mediaterhadap Pertumbuhan Semai Pinus (Pinus merkusii). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 8(1): 9-18.

Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Kalima T, Sutisna U, Harahap R. 2005. Studi Sebaran Alam Pinuss merkusii Jungh.

et de Vriese Tapanuli, Sumatera Utara dengan Metode Cluster dan Pemetaan Digital. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 2(5): 497-505.

Khaeruddin. 1999. Pembibitan Hutan Tanaman Industri (HTI). Cetakan Kedua.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Kusyakov. 2006. Sources of CO2 efflux from soil and review of partitioning methods. Soil Biol. Biochem. 38(2): 425-448.

Latifah S. 2004. Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri. http://www.libraryusu.ac.id [Diakses 25/07/2019].

Lay WB. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mindawati N, Indrawan A, Mansur I, Rusdiana O. 2010. Analisis Sifat-Sifat Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus urograndis. Jurnal Tekno Hutan Tanaman 3(1): 13-22.

Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Nugroho A. 2012. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Biologi Tanah.

Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung

Nur RA, Zul D, Leni FB. 2011. Laju Respirasi Tanah dan Aktivitas Dehidrogenase Di Kawasan Lahan Gambut Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru.

Nurmegawati W, Makhruf E, Sugandi D, Rahman T. 2007. Tingkat Kesuburan dan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Tanah Sawah Kabupaten Bengkulu Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bengkulu

Poerwowidodo. 1991. Gatrah Tanah Dalam Pembangunan Hutan Tanaman di Indonesia. Penerbit Rajawali. Jakarta.

Rao NS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Riwidikdo H. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Sallata MK. 2013. Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) dan Keberadaanya di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jurnal Info Teknis EBONI. 10(2) : 85-89.

Saraswati R, Husen E, Simanungkalit RDM. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Bogor.

Setyawan D, Hanum H. 2014. Respirasi Tanah Sebagai Indikator Lahan Pascatambang Batubara Di Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal.

3(1): 1-10.

Sihombing, NK. 2019. Keanekaragaman Ikan di Aek Sibundong Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Supangat AB, Supriyo H, Sudira P, Poedjirahajoe E. 2013. Status Kesuburan Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus pellita F. Muell : Studi Kasus di HPHTI PT.

Arara Abadi, Riau. Jurnal Manusia dan Lingkungan 20(1): 22-23.

Sutedjo MM, Kartasaputa AG, Sadtroatmodjo RDS. 1991. Mikro Biologi Tanah.

Rineka Cipta. Jakarta.

Tan KH.1992. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan oleh D. H Gunadi. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Wahyuni. 2003. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Manolitikasal Bonggol Pohon Sagu. Jurnal Agroteknos 4(3): 174-179.

Waluyo L. 2007. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang.

Malang.

Wicaksono T. 2015. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah Pada Beberapa Cara Penggunaan Lahan di Desa Pal IX Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.

Pontianak.

Widyati E. 2013. Dinamika Komunitas Mikroba di Rizosfir dan Kontribusinya

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hutan. Jurnal Tekno Hutan Tanaman 6 (2): 55 – 64.

28

Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Anlisis Sifat Kimia Tanah

A. Analisis pH tanah

Prosedur analisis pH tanah menurut Mukhlis (2007) adalah dengan cara:

1. Dimasukkan 10 g tanah ke dalam botol kocok.

2. Ditambahkan air sebanyak 25 ml air.

3. Dikocok selama 10 menit

4. Diukur pH nya menggunakan pH meter.

B. Analisis C-organik tanah

Prosedur analisis kandungan C organik pada tanah adalah dengan cara:

1. Ditimbang 0,5 gr tanah dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500ml.

2. Ditambahkan 5 mlK2Cr2O7 (dengan menggunakan pipet tetes) lalu digoncang dengan tangan.

3. Ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat dan digoncang 2-3 menit, selanjutnya didiamkan selama 30 menit.

4. Ditambahkan 100 ml air dan 5 ml H3PO485%., tambahkan NaF 4% 2,5 ml.

Kemudian ditambahkan 5 tetes diphenilamine dan diguncang, maka akan timbul larutan berwarna biru tua.

5. Dititrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga warna menjadi hijau.

6. Dilakukan prosedur 2-5 tetapi tanpa sampel tanah, untuk mendapatkan blanko.

7. Dihitung C-organik dengan menggunakan rumus:

C-organik = 5 (l-t/s) 0,78 Keterangan :

t = titrasi s = blanko

Dihitung bahan organik dengan rumus:

BO = C-organik x 1,724

30

Lampiran 1. Lanjutan

C. Analisis Ntotal tanah

Metode yang digunakan untuk menetapkan N Total tanah adalah metode Kjehdal. Prosedur penetapan N-Total (Mukhlis, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Destruksi

a. Ditimbang 2 gr tanah, tempatkan pada tabung digester

b. Ditambahkan 2 gr katalis campuran dan H2O 10 ml, kemudian ditambahkan lagi 10 ml campuran H2SO4-asam salisilat dan dibiarkan semalaman

c. Didestruksi pada alat digester dengan suhu rendah dan dinaikkan secara bertahap hingga larutan jernih (temperatur <2000C). Setelah larutan jernih suhu dinaikkan dan dilanjutkan selama 30 menit.

d. Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 ml H2O 2. Tahapan Destilasi

a. Ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi

b. Pipet 25 ml H3BO3 4%, tempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan tambahkan 3 tetes indikator campuran; dan tempatkan sebagai penampung hasil destilasi c. Ditambahkan NaOH 40% ± 25 ml ke tabung destilasi dan langsung didestilasi d. Ditampung hasil destilasi di erlenmeyer yang berisi H3BO3. Destilasi dihentikan

bila larutan di Erlenmeyer berwarna hijau dan volumenya ± 75 ml 3. Tahapan Titrasi

a. Dititrasi hasil destilasi dengan HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai oleh perubahan warna dari hijau menjadi merah.

b. Perhitungan:

N (%) = ml HCl x N HCl x 14 x 100 Berat Tanah x 1000

D. Analisis Kapasitas Tukar Kation tanah

Menurut Mukhlis (2007), prosedur analisis kapasitas tukar kation adalah dengan cara:

1. Ditimbang 5 gr contoh tanah kering udara dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse 100 ml.

Lampiran 1. Lanjutan

2. Ditambahkan 20 ml larutan NH4OAc. Diaduk sampai merata dan dibiarkan selama 24 jam.

3. Diaduk kembali lalu disentrifuse selama 10 menit sampai 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm.

4. Didekantasi ekstrak NH4OAc, disaring lewat saringan dan ditampung dengan labu ukur.

5. Diulangi penambahan NH4OAc sampai 4 kali. Setiap kali penambahan diaduk merata, disentrifuse dan ekstraknya didekantasi kedalam labu ukur.

6. Ditambahkan 20 ml alkohol 80 % ke dalam tabung sentrifuse yang berisi endapan tanah tersebut. Diaduk sampai merata, sentrifuse, dekantasi dan filtratnya dibuang. Pencucian NH4 dengan alkohol ini dilakukan dengan menambahkan beberapa kali sampai bebas NH4. hal ini dapat diketahui dengan menambahkan beberapa tetes preaksi nessler pada filtratnya tersebut. Apabila terdapat endapan kuning berarti masih terdapat ion NH4.

7. Dipindahkan secara kuantitatif dari tabung sentrifuse ke dalam labu didih.

Ditambahkan air kira-kira berisi 450 ml.

8. Ditambahkan beberapa butir batu didih, 5-6 tetes paraffin cair dan 20 ml NaOH 50 %, kemudian didestilasi.

9. Ditampung destilat dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml H2SO40,1 N dan 5-6 tetes indikator Conwai. Destilasi dihentikan jika destilat yang ditampung mencapai kira-kira 150 ml

10. Dititrasi kelebihan asam dengan NaOH 0,1 N. Titik akhir titrasi dicapai bilamana warna berubah menjadi hijau

11. Dilakukan destilasi tanpa tanah sebagai blanko 12. Dihitung KTK dengan rumus:

KTK (me/ 100 gr) =(ml Blanko−ml contoh)x NaOH x 100 Bobot Contoh

32

Lampiran 2. Kriteria Sifat Kimia Tanah

Sangat

masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 > 8,5

Sifat Tanah

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C-organik < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 - 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00

KTK < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40

Ntotal < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75

Lampiran 3. Hasil Uji T

Data Total Mikroorganisme pada Tegakan Pinus

Pengenceran ulangan

Data Total Mikroorganisme pada Tegakan Eukaliptus

Pengenceran Ulangan

34

Lampiran 3. Lanjutan

Uji T Respirasi Tanah

Variable 1

Variable 2

Mean 24,96667 25,73333

Variance 0,563333 7,463333

Observations 3 3

Hypothesized Mean

Difference 0

df 2

t Stat -0,46871

P(T<=t) one-tail 0,342702

t Critical one-tail 2,919986

P(T<=t) two-tail 0,685403

t Critical two-tail 4,302653

Lampiran 4. Hasil perhitungan korelasi sifat kimia tanah dengan sifat biologi tanah

Column 1 Column 2

Column 1 1

Column 2 1 1

36

Lampiran 5. Dokumentasi

Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri Gambar 2. Pertumbuhan Fungi

Dokumen terkait